Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Terima kasih kka ceritanya asik kka biasa org bikin cerita sex, dibanyakin adegan gitunya ,tp Q baca cerita ini bawaanya say ke pasangan hub yg intens penuh kasihsayang, G nafsu aj. Sekali lgy makasih buat lelahnya buat ide2 nya nulis cerita ini. Tetap semangat
 
Makasih suhu sudah update, penasaran Titin vs shaun, Rhino thresome ama keia dan deya.
 
POV Naya vs Rhino,
POV Tien vs Shaun vs Deya.
ada gak kira2 suhu.
 
Karakter pada episode ini

Naya



Titien



Ryno



Deyara



Keia



Shaun



Rivaldo
 
Terakhir diubah:
Episode 2: What drives you?


POV Naya

Oh gila…

Malam ini benar-benar liar… setelah tadi aku dihajar habis-habisan oleh kontol besar Ryno, kali ini aku harus menghadapi keduanya sekaligus, Kak Titien dan Kak Ryno. Suami-istri itu tidak membiarkan aku bernafas lega, terus membawa tubuh telanjangku sampai terbang ke awan-awan. Rasanya luar biasa.

‘Udah lama aku tidak gila-gilaan seperti ini. Eh, ini mah lebih parah dari waktu aku tinggal se-rumah dengan Shaun di Bali.’

Toketku dipermainkan Kak Titien sementara vaginaku ditusuk dengan cepat pake tiga jari besar milik Kak Ryno. Keduanya dengan tertawa-tawa menyaksikan tubuhku bergetar dan kelojotan dengan dashat… sementara itu cairan bening memencar keluar tanpa dapat dikontrol lagi…

“Aduh kak… ampun… udah… ahhhhh…!” Akhirnya aku mendapatkan orgasmeku yang keenam.

Mereka masih terus mempermainkan tubuhku yang sudah mengedan… sehingga aku kelojotan lagi.

“Arrgggghhhhhh!” Kembali aku terpekik tanpa malu-malu.

“Hahaha…. Masih kuat juga yah kamu, Nay…” Kak Titien tertawa.

Ini sih penyiksaan namanya… penyiksaan yang nikmat.

Gadis itu lalu memeluk tubuhku yang masih kejang-kejang, sementara Kak Ryno membuka memekku dan menunjukkan bagian dalam yang masih terus berkontraksi. Dasar….

“Kak, huh huh… udah dong…” Aku menjawab…terengah-engah mencari nafas.

“Gimana sayang, puas?”

“Ini sih bukan lagi puas… aku dikerjain habis-habisan…!” Wajahku seperti merajuk, tapi gak mampu menyembunyikan senyumku yang lebar mengembang serta pandangan mataku yang penuh ekstasi.

Aku memeluk tubuh Kak Titien yang masih pake lingerie. Ia balas memelukku… kami diam tanpa kata-kata, tapi aku yakin ia mendengar kata hatiku yang mengucapkan terima kasih. Kak Titien membelai rambutku, kelakuan yang sama persis waktu aku SMA dulu…

“Eh, Romeo… apaan sih!”

Ternyata Kak Ryno mulai menggrepe tubuh padat milik Kak Titien. Mungkin sekali cowok ganteng itu terpesona dengan keseksian tubuh istrinya.

“Eh… jangan…!” Kak Titien mengelak, tapi ia gak bisa melepaskan diri dari pelukanku. Penolakannya hanya setengah hati, dan kini sambil tertawa-tawa ia membiarkan Ryno melucuti pakaiannya satu persatu. Ia gak bisa protes, karena tangannya sudah aku kunci dengan tanganku.

“Ihhh.. pake pura-pura lagi, sekarang giliran Kak Titien yang dientot. Kapan lagi Naya bisa mendapat show fantastis seperti ini?” Aku meledeknya dengan kata-kata vulgar.

“Sayang, kamu harus tanggung jawab. Aku kan baru sekali keluar…” Ryno mulai menciumi tubuh istrinya, dan dalam hitungan detik Kak Titien udah mulai mendesah. Tubuhnya mulai merespon permainan bibir dan lidah Ryno, sementara itu jari Kak Ryno sudah menyusup masuk ke balik CD-nya yang tipis dan berenda.

“Kak Ryno baru keluar sekali?” Aku menggumam kecil. Wah, untung aja Kak Titien ada disini. Tubuhku sudah gak bisa bergerak. Bisa patah-patah nanti kalo masih harus melayani nafsunya. Menurut Kak Titien cowok itu bisa keluar sampai tiga atau empat kali semalam… bahaya ini!

“Eh… Romeo….!” Kak Titien protes ketika tangan Ryno bergerak dengan cepat mengobel-ngobel memeknya. Nampak dua ato tiga jari masuk sampai dalam…

“Ahhh…. Jangan…!” Tubuh Kak Titien bergerak mencoba meloloskan diri tapi tak mampu keluar dari pegangan ku… sementara itu Kak Ryno nampak tersenyum mampu mengerjai istrinya.

Aku bisa membayangkan nikmatnya, karena tadipun aku digituin Kak Ryno. Jarinya kayak ada mata, tahu di mana titik-titik sensitifku. Pasti Kak Titien juga dikerjain kek gitu. Gak heran Ryno dikenal dewanya memuaskan wanita.

“Aku gak mau gitu… ahhh… ampun… sudah….!” Wajah Kak Titien memelas dan terus menggeleng… ia seakan tahu apa yang akan terjadi. Ia meronta mencari lepas, tapi dengan tertawa-tawa aku menahan tubuh dan tangannya kuat-kuat.

“Maaf kak… balas dendam! Hihihi…” Aku berbisik di telinganya.

“Hehehe… Nay, pernah lihat ini gak?” Kak Ryno tersenyum penuh kemenangan. Sementara itu tampak perut dan pinggul Kak Titien naik tinggi dan bergoyang-goyang… kayaknya nikmat sekali…

“Ahhhh… ahhhhhh….. ahhhhhhh…..!” Tubuh Kak Titien gemetar dan kelojotan dengan dahsyatnya… ia langsung memeluk kepalaku kuat-kuat seakan gak kasih aku lihat, untung masih ada celah untuk aku mengintip ke bawah. Ia orgasme…

Wuushhhh…. Sejumput cairan bening menyemprot kencang dari memeknya… Kak Titien squirt.. ternyata itu yang ingin dipertontonkan Kak Ryno. Pantesan Kak Titien protes, pasti ia malu sekali dibuat sampe terkencing-kencing.

“Hahaha….!” Aku tertawa… “Kok bisa bocor gitu, Kak?”

Kak Titien masih diam aja… ia terus terengah-engah mencari nafas, sementara Kak Ryno membelai tubuhnya yang seksi. Ia malah tutup mata…

Aku membelai tubuh telanjang itu… benar aja, walaupun protes aku dapat melihat senyum lebar Kak Titien pertanda puas dengan permainan tadi. Kak Ryno minta ijin ke WC.

“Kok Naya ikutan kerjain aku, gimana sih Naya malah bela Romeo?” Kak Titien akhirnya mengeluarkan suara. Dengan gemesnya ia mencubit tubuhku.

“Eh, aku yang pertama dikerjain…!”

“Harusnya kamu bantu aku kerjain Ryno…” Kak Titien memelukku kuat, aku hanya tertawa. Lucu juga sih…

“Aku kan gak pernah lihat Kak Titien squirt… ternyata heboh juga yah?” Aku meledeknya lagi.

“Ihhhhh….” Kak Titien menutup mukanya karena malu. Dasar…

“Nay…”

“Kenapa kak…”

“Sebentar… ….” Kak Titien membisikku sesuatu. Kayaknya ia mau balas dendam ke Kak Ryno.

“Terus aku gimana?”

“Ikuti aja signalku…!” Ia berbisik lagi. Aku hanya tertawa… nakal juga istri ini.

-----

Lima belas menit kemudian…

Plok… plok… plok…

Kontol Ryno ditelan habis ke dalam memek istrinya… Ryno memompa dengan sekuat tenaga, tapi tusukannya seakan mental dalam putaran pinggul Kak Titien.

Wah… ternyata Kak Titien tambah banyak ilmu… dari tadi ia mampu mengimbangi gerakan serta teknik ngentot milik sang dewa’

Aku terkagum-kagum melihat suami istri itu bercinta didepanku. Jelas kelihatan kalo mereka saling menyayangi… dari tadi tindakan mereka begitu harmonis, serta kata-kata yang keluar penuh cinta. Mereka berdua bahkan tidak menganggap kalo aku masih ada disini.

Ini bukan sekedar seks tingkat tinggi. Aku merasa keintiman disana… memang kalo bercinta dengan orang yang disayangi, terasa beda. Eh, ternyata Kak Titien udah jago banget melayani suami…

“Nay, sekarang…!” Kak Titien memberi aba-aba. Mereka baru berganti posisi… kali ini Kak Titien berada dalam posisi cowgirl dengan pinggul bergerak aktif mengulek batang yang tegak yang memasuki tubuhnya dari bawah.

Aku melakukan apa yang tadi dibisiki Kak Titien… yah, aku menahan tangan serta menciumi dada Ryno.

“Eh, apa ini…?” Ryno nampak kalap. Ia kayaknya kelabakan dengan seranganku. Mungkit tidak siap.

“Udah, nikmati aja, say!” Kak Titien tersenyum. Dengan bebas ia bergerak memutar dan pinggulnya kini dengan cepat menjepit dan memijat kontol yang tertanam tu.

“Eh, jangan dulu…!” Kak Ryno mau protes, tapi ia gak bisa bergerak karena tubuhnya ditahan dua orang gadis.

“Titien…” Kak Ryno memohon.

“Yah sayang!” Kak Titien tertawa kecil.

“Ganti gaya dong!”

Tapi Kak Titien tak mau. Segera wajahnya tampak serius dan berkerut, gerakannya makin hebat. Ia bermaksud membuat Kak Ryno ngecrot duluan. Ihhh… benar-benar nakal.

Tak lama kemudian hasilnya segera kelihatan… Kak Ryno mendesah kuat.

“Ah… ahhh sayang…!” Kak Ryno semakin keteteran, tapi istrinya tetap berkonsentrasi.

“Ahhhh… ahhhhh….” Suara Kak Ryno makin kencang… Kak Titien makin lebar senyumnya….

“Aaarrrrggggghh!” Akhirnya Kak Ryno orgasme juga… tampak tubuhnya mengedan seakan menembakkan sesuatu dengan kencang melesat masuk… Cowok itu mengedan berkali-kali, mungkin 5-6 semprotan...

“Yesss! Kamu kalah sayang…” Kak Titien meniarap dan mencium suaminya. Ia kayaknya puas balas dendam perbuatan suaminya tadi.

Akhirnya ia bergerak dan membiarkan kontol yang sudah mengecil itu keluar dari liang nikmatnya. Ryno masih diam mengatur nafas.

“Gimana sayang…?” Kak Titien tertawa.

“Eh… itu karena Naya. Kamu curang, pake minta bantuan segala…!” Kak Ryno masih aja gak mau menerima kekalahannya.

“Yeee… alasan!” Kak Titien mengeluarkan lidah mengejek suaminya.

“Eh tapi kan skornya masih satu-satu. Itupun kamu pake bantuan Naya!” Dasar Kak Ryno.

“Tadi juga kan kamu yang pake bantuan Naya!” Kak Titien protes.

“Kalo begitu tunggu lima belas menit, baru babak penentuan. Kali ini kita 69 yah?”

Kak Titien hanya tertawa… “Emang aku takut?”

Dan benar juga, mereka kini mengatur posisi… Kak Titien masih diatas, sementara mengocok kontol yang sudah kembali tegang itu. Sementara itu memeknya dijilat cowok itu dari bawah…

Hampir sepuluh menit mereka saling mengisap dan mengocok. Keduanya mengeluarkan jurus-jurus andalan mereka.

“Eh, kamu apakan itu?” Kak Ryno seperti kaget merasakan teknik oral Kak Titien. Sayang aku gak bisa lihat dengan jelas, tapi kayaknya kepala kontol itu dipermainkan dengan bibir dan lidah dengan lincahnya…

Kak Ryno kini kelabakan, gak bisa menghindari serangan telak di kontolnya. Jelas kelihatan ia menahan nafsu… tapi ia gak bisa bergerak. Tubuhnya sudah dikunci Kak Titien dari atas…

“Ayolah sayang, kamu akan kalah. Kamu menyerah aja…” Kak Titien meledek suaminya.

“Eh, aku belum kalah kok, kamu belum merasakan jurus tiga jariku…” Kak Ryno balas. Kali ini ia memasukkan tiga buah jari ke lubang senggama gadis itu… Kak Titien langsung terhenyak… ia mulai mendesah sambil bergerak liar.

Jari Ryno bergerak makin cepat…

“Ahhh… Nay… bantu….ahhhh….!” Kak Titien meminta bantuanku… Aku yang memang sudah siap, menggelitiki tangan Kak Ryno dan menahannya kuat-kuat. Kak Titien kini bernafas lega merasakan serangannya yang sudah mengendor.

“Eh, Naya?” Kak Ryno terkejut karena aku sekali lagi menggagalkan serangannya.

“Maaf Kak… urusan wanita, hihihi…!” Aku hanya tertawa melihat wajah kaget Ryno. Sekilas ia terbuai kembali dengan serangan istrinya, ia ingin melawan tapi sudah terlambat… ia mendesah kuat.. dan ketika Kak Titien mengisap kontolnya kuat-kuat, ia langsung mengedan.

“Arrrgggghhhhhhh! Astaga… eh?” Kak Ryno masih gak percaya kalo ia sudah dikalahkan.

Dan seperti Kak Titien merayakan kemenangannya lagi… ia memamerkan mulutnya yang sudah penuh dengan pejuh cowok itu. Kak Titien menelan sperma suaminya pelan-pelan seakan menyatakan lagi kalo ia menang.

Tampak Kak Ryno setengah merajuk dikalahkan… berulang kali ia protes, tapi langsung dibantah istrinya.

“Eh, cowok kok gak mau ngaku kalah… be gentleman dong?” Kak Titien kembali menggoda suaminya yang masih uring-uringan. Terpaksalah ia mengaku kalah…

Kak Titien memang hebat… cowok itu sampai mengedan kuat dibuatnya… padahal kalo aku pasti sudah keluar dari tadi.

“Huh… gila” Aku menarik nafas tegang.

Tampaknya Ryno juga gak mau kalah, masih aja nantang. Apa gak capek? Kali ini kembali ngentot, pake gaya doggie… Keduanya lanjut kembali satu ronde, dan cowok itu kembali dikalahkan Kak Titien, tapi tentu saja dengan bantuanku… Aku memeluknya kuat sambil meraba-raba dadanya….

Kak Ryno gak bisa menahan diri… ia kembali orgasme.

“Eihhhh aduhhhh… arrrggghhhh!” Ryno sampe teriak ketika gerakan Kak Titien menggerakkan otot vaginanya memijat batangnya. Tak lama kemudian kelihatan kalo cowok itu mengedan lagi. Kali ini gak banyak yang keluar…

“Aduh nyerah… ampun!”

“Hihihi… sayang.. this is not your lucky day!” Kak Titien tertawa senang, sementara Kak Ryno uring-uringan.

Aku sempat begidik melihat permainan seks kedua orang itu. Aku yakin ini gak akan pernah aku lupakan.... hebat sekali. Padahal tadi aku kalah terus dihajar kontol besar itu. Ternyata Kak Titien punya teknik yang hebat… dan tekad kuat kalo ia harus menang malam… ahaaa… pasti ia gengsi dibuat squirt tadi.

Cowok itu masih aja enggan mengakui keunggulan Kak Titien. Ia masih menantang lagi… tapi tentu saja setelah istirahat cukup lama. Dan ronde terakhir ini murni seks berdua aja… artinya kali ini aku gak boleh ikut campur. Aku melihat jam, gak terasa sudah lebih dua jam mereka berdua ngentot… kuat banget.

Dan pada ronde terakhir keduanya mengerahkan seluruh sisa tenaga yang ada.

Peluh memenuhi tubuh telanjang mereka, tapi mereka berdua gak perduli. Terus bergerak… menusuk, memompa, memutar dan meliuk indah… cocok sekali.

Agaknya ini sudah akan berakhir. Tampak keduanya mendesah kuat…. Pertanda tak lama lagi sudah akan nyampe.

Dan benar, kali ini gak ada yang kalah… dua-duanya sampai ke puncak dalam waktu yang bersama. Keduanya sudah ngos-ngosan… kayak barusan ikut lomba marathon… setelah itu langsung terkulai… pasti sudah sangat cape…

Kali ini keduanya orgasme bersamaan sambil berteriak kuat.

“Ahhhhhhhhhh….!” “Aaarrrgggghhhhhhh!”

“Aha… akhirnya Romeo mampu membuat Kak Titien orgasme juga… Akhirnya…!” Aku ikutan memuji Ryno. Eh, itupun karena tangan Ryno bebas mainin toketnya. Ternyata itu kelemahannya… pantasan dia suruh aku pegang tangan Kak Ryno dari tadi.

Keduanya masih terengah-engah mencari nafas… jelas masih capek.

“Wah… Kakakku hebat sekali… ini sih namanya ngentot level dewa…” Aku meledek Kak Titien yang kini menatapku. Ia hanya tersenyum sementara wajahnya tampak aura puas dan bangga. Gimana gak bangga, … Kak Titien mampu menang dengan skor 4-2 lho…. Padahal Kak Ryno sudah pake jurus mautnya… masih aja kalah.

“Hehehe… Kak, gimana sih bisa buat Romeo takluk?” Aku berbisik di telinga Kak Titien yang hanya diam aja. Mulutnya dia tapi senyumannya seakan mengejek Kak Ryno yang masih belum mampu bergerak karena capek.

Tak lama kemudian Kak Titien minta diri pergi ke WC… eh mungkin mau kentut lagi…hehehe.

----

Kami bertiga barusan mandi, dan kali ini tiduran seranjang hanya mengenakan lingerie. Ini sudah larut malam… dan kedua suami istri itu sudah ikutan berpakaian, dan kini tidur mengapit tubuhku sambil berulang kali mencolek bagian-bagian tubuhku.

“Dasar…. Suami dan istri sama-sama nakal!” Aku protes.

“Itu karena aku sudah rindu banget!” Kak Titien memelukku lagi.

“Kak, aku baru tahu, ternyata Kak Titien udah jago ngentot, yah?” Aku masih mengingat kejadian tadi.

“Iya… siapa dulu gurunya!” Kak Titien hanya menanggapinya dengan bercanda.

“Aku juga bingung, Nay. Setelah ngentotin Dickhead di Washington, ia jadi makin jago aja.” Ryno ikut menimpali.

“Hahaha…” Aku tertawa, Kak Titien makin malu, wajahnya malah jadi merah.

“Eh, tunggu… Kak Titien ngentot dengan Dickhead?” Aku baru ngeh! Ini berita heboh…

“Ih, kamu sih…!” Kak Titien tambah jengah. Ia mencubit suaminya yang sudah keceplos tadi…

“Kak, gimana ceritanya…!” Aku menuntut, tapi kak Titien gak mau. Terpaksa aku membujuk Kak Ryno bercerita.

Akhirnya Kak Ryno mulai cerita, singkat-singkat saja… kemudian ia menutupinya dengan ledekan.

“Gimana sih pacarmu itu, Titien sudah mau kasih tapi Dickhead-nya bego... hahaha” Ia mengingat kisah bagaimana Shaun mengundang cewek lain ke kamar.

“Hahaha…. Bego banget!” Sementara itu Kak Titien tambah merah. Kalo aja aku melepaskan tangannya pasti Kak Ryno sudah luka dicubitnya.

“Eh, dengar baik-baik Romeo. Kalo kamu jual-jual aku, nanti aku kasih lagi ke Dickhead baru kamu tahu.” Kak Titien mengancam suaminya.

“Eh….!” Tampak Kak Ryno jadi kaget.

“Gimana, Berani?”

“Eh nantang yah!”

Aku hanya tertawa mendengar tantangan suami istri itu. Dasar….

-----

“Astaga… sudah jam 10 pagi!” Aku baru bangun dan langsung lompat pergi kamar mandi.

“Eh, kenapa Nay?” Kak Titien memegang tanganku.

“Kak, aku ada meeting penting pagi ini!” Aku baru sadar.

“Oh kirain kenapa!”

“Hadeh! Ini meeting penting banget lho!” Aku bergegas ke kamar mandi tapi tangan Kak Titien menahanku.

“Kak… aku sudah terlambat…”

“Barusan tadi ada yang nelpon, bilang meetingnya ditunda…!” Kak Titien menjelaskan.

“Uuuhhh, gak bilang dari tadi!”

Kak Titien hanya tertawa… aku kembali ke tempat tidur, dan menjatuhkan tubuhku di sampingnya. Syukur meetingnya tertunda, karena aku masih capek sekali dan terus baring-baring. Kak Titien kembali membelai rambutku…

“Nay… Kakak lihat kamu sibuk sekali dengan pekerjaanmu, kamu betah yah meeting lama-lama?”

“Kakak lupa kalo aku punya darah bisnis dari keluarga!”

“Iya, tapi Kakak tahu hobi kamu kan suka melihat alam dan binatang. Kok kerjanya lari ke hotel…?” Kak Titien bertanya lagi.

“Justru itu Kak, aku suka buat hotel resort. Tempat yang punya arsitektur alamiah, dan taman yang asri, dan kalo boleh dekat dengan habitat fauna…” Aku menjelaskan… aku menceritakan soal beberapa resortku di Bali yang menjadi tempat untuk melihat monyet liar serta keindahan alam pegunungan. Tak terasa hampir 15 menit aku ngomong soal passion ku, Kak Titien seperti biasanya menjadi pendengar yang baik.

“Terus kamu rencana bangun hotel yang seperti itu di sini?”

Aku mengangguk, aku menceritakan soal rencanaku mengelola resort di pantai paling selatan California. Aku juga menceritakan kerja-samaku dengan beberapa sanctuary satwa yang berada di tempat itu. Selama ini kendalanya tinggal mencari biologist yang pernah bekerja di rainforest climate supaya bisa mengatur tempat itu.

Kak Titien tampak kaget mendengarnya… ia seakan teringat sesuatu.

“Terus gimana udah dapat orangnya?”

“Barusan dapat, cukup lama sih dicari. Barusan ada seorang yang lulus interview. Dan kami sudah setuju, sekarang tinggal bicara dengan pihak investor… soalnya Ayah Aldo lebih suka kalo resortnya di buat di Las Vegas!”

“Eh, terus?”

“Aku sudah jelaskan berkali-kali kalo kondisi geografisnya gak menunjang, baik tekstur tanah, suhu serta iklimnya gak cocok. Tapi ia maunya lain… kayaknya ia mau menjadikannya resort kasino!”

“Terus?”

“Itulah kak, rencana meetingnya bahas soal itu. Tapi aku akan berkeras dengan rencana semula… Apalagi sekarang aku gak perlu merisaukan soal perjodohanku dengan Aldo”

Kak Titien tersenyum penuh rahasia lalu menoleh kesebelah. Aku masih bicara terus walaupun ia terus diam… Aku menceritakan mimpi-mimpi serta keinginanku. Udah lama aku gak ngomong seperti ini kepadanya, mumpung dia masih bangun… padahal masih cape, lho.

‘Eh, bunyi apa itu?’ Kayak orang mendengkur pelan.

Aku mendekati tubuh Kak Titien dan memperhatikan wajahnya baik-baik…

“Astaga, Kak Titien ngorok? Udah tidur lagi dari tadi yah… cape deh!” Aku mencubit lengannya kuat-kuat.

“Eh kenapa?” Kak Titien terbangun kaget.

“Uhhh… dasar….!” Aku hanya tertawa dan ikutan tidur disampingnya.

-----

“Kak, baiknya aku ngomong gimana ke Aldo?” Aku meminta saran Kak Titien ketika kami sudah bangun dan menikmati sarapan. Kemarin ia sempat suruh aku membatalkan pertunangan.

“Kenapa? Kamu udah jatuh cinta ke dia, yah?” Kak Titien meledekku sambil mengunyah roti coklatnya. Ia tampak menikmati makan pagi-nya… eh lebih cocok makan siang kali.

“Bukan.... Kak, aku takut ia kecewa. Keknya ia mencintaiku...!” Aku merasa bersalah. Bagaimana kalo nanti Aldo sakit hati.

“Kamu takut ia kecewa?” Kak Titien seakan tak percaya.

Aku mengangguk

“Hahaha”

“Eh, kok tertawa?”

“Naya… Naya, kamu lupa yah kalo dia itu mantan playboy? Kehebatannya adalah jago membuat cewek merasa tersanjung…!”

“Eh?” Aku baru sadar. Kak Titien mengenal Aldo dengan baik.

“Kenapa?” Kak Titien senyum penuh misteri.

“Kak Titien kenal dekat Aldo?”

“Titien gitu...”

“Titien bukan lagi kenal... hahahaha... hampir aja tunanganmu dibuat impoten!” Ryno menimpali percakapan kami. Ternyata ia dengar dari tadi…

“Huh? Maksudnya?”

“Kontolnya dihajar dengan ganas pake tinju...” Ryno tertawa terbahak-bahak.

“Astaga beneran?” Aku merasa bego.

Kak Titien hanya tersenyum… mulutnya masih penuh makanan. Aku mencoba membayangkan bagaimana rasanya kalo kemaluan pria ditinju dengan kuat…

“Jadi itu sebabnya kontol Aldo jadi bengkok?” Aku menggumam sendiri…

“Eh?” Kak Titien kaget. Hampir aja ia tersedak.

“Astaga!” Ryno juga ikutan kaget… Aku mengangkat keningku seakan bertanya kalo ada yang salah.

“Kamu sidah ngentot dengan Aldo?”

Aku hanya bisa tertawa malu…

“Dasar maniak seks satu ini, udah dipinjamin Ryno, eh ternyata udah disetor cowok lain duluan” Kak Titien meledekku.

-----

POV Titien

‘Aduh… aku sebaiknya ngapain yah?’

Las Vegas di siang hari terasa seperti kota mati… yah kota ini terkenal dengan kehidupan malamnya, tapi siang hari justru sepi. Aku malas keluar, mana masih capek lagi. Daerah selangkangan dan pinggulku malah masih agak nyeri kalo jalan.

Naya sudah pergi ke kantor, walaupun meeting nanti malam tapi ada beberapa hal yang harus disiapkannya. Pasti nanti larut malam baru pulang. Sementara Ryno pergi untuk mempersiapkan konsernya bersama panitia lokal… Yah, rencana dua minggu lagi Ryno akan konser di tempat ini. Dan ia terus bertemu dengan panitia serta tim pemusik orchestra lokal yang direkrutnya.

Dengan cepat aku turun ke bagian bawah hotel, mencari tempat untuk business center hotel ini. Siapa tahu aku bisa pinjam computer… aku merasa beberapa ide menari-nari dikepalaku siap untuk dituangkan kedalam tulisan.

Tak lama kemudian aku sudah berada di depan computer dan tanganku menari dengan cepat di atas keyboard.

Where is your passion?” Judul yang aku buat di artikel…

Aku mulai membahas mengenai bagaimana passion bisa menginsipasi dan menggerakkan seseorang untuk berkarya. It could be the greatest drive in someone’s life. Gantinya termotivasi karena uang atau fasilitas, banyak orang sukses justru digerakkan oleh hal yang ia cintai atau yakini.

Setelah memberi contoh beberapa perusahaan unicorn yang dimulai dari garasi atau gudang yang tua, aku kemudian membahas beberapa observasi pribadi tentang tingkah laku manusia sehari-hari yang timbul didasari oleh hal-hal yang mereka yakini.

Tanpa menyebutkan nama, aku menceritakan kisah seorang sahabat terdekatku yang memiliki passion untuk mengelola suaka monyet tropis. Aku malah mengekspos bagaimana cowok itu terpanggil menjadi ahli biologi. Orang yang hidupnya begitu mencintai fauna-fauna tropis dan ingin memperkenalkan kepada dunia keunikan mereka.

Bahkan aku juga menceritakan soal ex-ku, Nando yang keinginannya untuk menjadi guru sejarah. Cowok yang mati muda karena kanker ini terkenal memiliki tekad dan cita-cita yang kuat. Ia membuat beberapa taman bacaan bagi anak-anak kurang mampu di lingkungannya. Ia mau menceritakan kisah kepahlawanan tokoh-tokoh nasional. Yah, walaupun ayahnya dikenal sebagai millionaire asal Indonesia, tapi ia mau menceritakan kepada generasi muda bagaimana semangat dan pengorbanan tokoh-tokoh sejarah. Nando kuliah mengambil jurusan sejarah…

Sebuah kisah sehari-hari yang aku harap bisa menyentuh…

Life without passion is boring? What drives you?

Kalo gak salah aku pernah buat artikel seperti ini tiga tahun lalu, tapi waktu ini tulisanku belum banyak terkenal. Judulnya agak mirip sih… “What cause do you support?” Sayang waktu itu gak diminati orang. Mudah-mudahan artikel kali ini dapat menjangkau lebih banyak orang .

—-

POV Deyara

“Tada… lihat dulu, bagus kan?”

“Astaga, kalian apakan apartemen ini?” Shaun sampai kaget. Awalnya apartemen ini terkesan kumuh, kini kelihatan modern.

Sejak tadi pagi aku dan Keia mendekorasi apartemen baru milik Shaun. Apartemen yang dipilih sih kecil, hanya dua kamar di lantai 6 gedung ini. Tapi suasananya nyaman, tenang.. gak ribut. Kami mengganti semua cover dan membeli tutup sofa baru. Bahkan ada sebagian dinding yang ditutup wallpaper non-permanent. Dengan segera semuanya tampak lebih elegan.

Shaun tidak memilih perabotan klasik yang berat-berat, tapi yang modis serta cozy. Cocok di apartment minimalis seperti ini.

Tapi tetap aja TV dan home teatre yang terbaru.

“Gimana Dickhead? Bagus kan?” Sapaan Keia membuat cowok yang masih melongo itu sadar kembali.

“Bagus sekali… makasih yah Deya dan Keia…!” Kata Shaun. Ia masih aja mondar-mandir mengagumi rumah barunya.

Setelah itu kita bersih-bersih. Malam aku dan Keia akan menemani cowok itu, sedangkan Rivo dari tadi sudah terbang ke Las Vegas. Katanya mau hadir meeting. Eh, Keia juga mau keluar sebentar, diajak keluarganya untuk makan malam, tapi udah janji nanti balik lagi ke sini. Kan gak enak aku nginap berdua aja dengan Shaun… Keia sampai bela-belain bikin makanan untuk kami supaya diijinin pergi.

Sore itu, aku dan Shaun melepas kepergian Keia sampai di depan pintu. Paman-nya sendiri yang menjemput.

“Bye… Deya… bye Shaun! Selamat bersenang-senang yah” Dengan centilnya gadis itu melambai. Ada senyum kecil di ujung bibirnya, entah kenapa.

“Bye juga, jangan lupa cepat pulang. Aku hanya berdua dengan Shaun disini…” Aku mengingatkannya lagi.

“Iya Keia, cepat pulang. Aku juga takut nanti diapa-apain…!” Shaun bercanda.

“Hahaha… Shaun takut diperkosa… Deya, nanti pelan-pelannya, jangan main kasar…!” Keia tertawa mengejek.

“Iya Deya, kalo pelan-pelan… bolehlah…” Shaun bercanda lagi.

“Ihhh… Dasar. Justru kamu yang mau perkosa aku!” Aku tertawa.

“Deya… kamu pikir aku berani cari mati yah? Kepala geng aja takut…!” Shaun menggeleng mengingat pertarunganku lalu.

Aku baru ingat kalo Shaun masih takut dengan ilmu beladiriku. Berarti malam ini aman. Baguslah…

Seusai mandi dan makan malam, Shaun mengajak setengah paksa aku nonton sebuah film. Awalnya aku menolak karena takut dikasih film yang ada adegan kikuk-kikuknya... Eh, ternyata Shaun memilih film India… filmnya udah lama. Masih zaman-nya kakak-ku. Judulnya 3 idiots… dan menurut Shaun cukup lama ia cari film ini.

“Oke deh, Dickhead.” Aku hanya mengiyakan. Ini kayaknya aman…

Eh, ternyata filmnya bagus. Walaupun panjang tetap gak terasa… sepanjang film kami ketawa terus. Tumben, kali ini selera-nya Dickhead bagus juga, banyak adegan lucu. Aku gak sadar sudah duduk dekat Shaun sambil menikmati cemilan.

Di tengah-tengah film aku merasa aneh… tubuhku terasa agak panas, padahal AC-nya jalan dengan kencang. Shaun malah sudah membuka beberapa kancing baju bagian atas. Tapi kemudian membuka bajunya, hanya pake kaos dalam tipis. Sementara aku mengipas-ngipaskan tubuh… selain itu aku merasa bergairah. Entah kenapa!

“Eh Shaun…!” Aku merasa kaget waktu menyentuh tangannya… terasa sampai di hati, seperti kesetrum. Dan entah kenapa aku menginginkan ia memegang terus tanganku.

“Deya…Ahhh!” Shaun menatapku dalam-dalam… pandangannya terasa lain, kayak ada mesum-mesumnya, gitu. Astaga, Shaun udah terangsang. Sementara itu aku merasa gairah yang aneh terus menjadi-jadi…

Aku baru menyadari tangan Shaun sudah berada di pahaku dan mulai bergerak membelai. Entah kenapa aku merasa nyaman dan ingin terus disentuh... Shaun kini makin berani, tangannya makin jauh menjelajah.

‘Jangan-jangan…!’ Aku jadi gugup, tapi otakku kini berpikir keras. Berdasarkan pengalaman, aku tahu ini pasti karena perangsang. Kayaknya Keia sempat memberikan obat perangsang nafsu di makanan tadi. Mungkin aja ia dapat dari Rivo dan pikir itu bumbu…

Ihhhh...

“Deya, sini… mau aku pijit?” Shaun bergeser mendekat, tangannya langsung pegang pundakku…

“Eh jangan Shaun” Aku bergidik. Tubuh Shaun makin menempel di punggungku, membuat aku makin terbakar… Shaun makin berani, tangannya makin nakal.

“Shaun….!” Aku menolak tangannya yang makin merajalela… tapi penolakanku hanya setengah hati. Aku gak bisa menyangkal kalo aku menginginkannya…

“Udah, diam aja…!” Suara Shaun terdengar agak bergetar… pasti ia juga sudah terbakar menahan nafsu.

“Eh…?” Shaun makin berani, tangannya menyentuh pinggiran toketku…

Aku sadar kalo aku harus bertindak sekarang. Sedikit lagi sudah terlambat. Aku bimbang, apa aku kasih aja? Toh ada alasan… lagian aku yang nikmat sih…

Aku membiarkan tangan Shaun makin kelayapan.. kini malah sudah menyusup di balik kaosku, dan bermain-main di atas perut. Jarinya makin nakal mengelitik pinggang dan perutku… tapi aku tahu apa maunya, dan masih menjaga bongkahan dadaku…

“Deya…” Shaun kembali mengendus di tengkukku… rasanya geli sekali.

Tepat ketika aku berbalik menghadap belakang, Shaun sudah siap. Bibirku langsung aja disambarnya dalam suatu lumatan…

Aku ciuman dengan Shaun… hal yang tidak pernah aku sangka bisa terjadi. Dan hebatnya lagi aku menikmati lumatannya. Tanpa sadar aku membuka bibirku membiarkan lidahnya masuk dan bermain-main. Shaun terus mengisap cairan mulutku dengan ahlinya membuat aku makin kelabakan.

Aku makin bimbang. Aku harus gimana? Apa Rivo marah yah? Ah… dia aja main dengan Cherry, masak aku gak boleh bersenang-senang. Aku makin bimbang sehingga pertahananku makin parah… sesekali tangan Shaun sudah mencomot gundukan yang dia incar dari tadi.

“Ahhhh…!’ Aku makin terbakar. Shaun sudah berhasil membuka bra dan kini tangannya bebas meremas. Sesekali jarinya bermain di putting yang sudah tegang itu… aku gak perduli lagi. Kaosku sudah mulai dibukanya…

“Dickhead…!” Aku masih protes tapi ia tahu aku sudah dikuasainya. Akhirnya akupun menyerah… dengan menyerigai Shaun mulai membuka bajuku.. dan celanaku… serta menarik CD-ku kebawah…

Aku hanya diam menahan debaran jantung. Tubuhku sudah mengkhianatiku… mudah-mudahan Shaun tidak menyadari kalo aku lagi gemetar menahan nafsu. Tapi… entahlah… ia tahu aku juga sudah mau.

Shaun membuka bajunya dan memperlihatkan tubuhnya yang bidang serta berotot. CD cowok itu sudah menonjol seperti tenda. Shaun mendekat…

“Deya, kamu sudah rindu ini kan?” Ia menurunkan CD-nya. Aku menelan ludah berapa kali.

Shaun mempertontonkan miliknya yang sudah berdiri dan siap mencari korban. Walaupun sudah melihatnya beberapa kali, tetap aja aku merasa kagum… apa itu tambah besar yah?

Rasanya seperti mimpi, gak pernah aku menyangka ini akan terjadi. Tapi aku gak bisa lagi menolak… Dan aku membiarkan aja ketika Shaun membaringkan aku di sofa dan membuka kakiku lebar-lebar.

“Dickhead… ahhhh…!”

Shaun memeluk tubuhku dan mulai menjamah serta menciumi dadaku… dengan rakus ia mengisap serta melumat toketku… aku terus memejamkan mata ketika mulutnya mulai turun… melewati perut dan pusarku. Aku tahu tujuannya. Aku menahan kepalanya supaya jangan ke bawah lagi.

“Deya… kamu sangat cantik! Aku akan buat kamu terkencing-kencing!” Shaun kembali merayu ketika tangannya mulai turun ke bawah… lucu sih, tapi aku gak memperdulikan lagi.

‘Astaga… aku akan ngesek dengan Dickhead!’ Entah kenapa aku jadi deg-degan. Tangan Shaun sudah berada di bagian atas memekku yang tertutup dengan bulu tipis… tinggal dikit lagi.

“Ahhh… Shaun, ahhhh jangan!” Aku mendesah dan menyingkirkan tangannya. Mungkin ini perlawananku terakhir. Shaun terus memaksa. Apa yang harus aku buat… aku gak tahan lagi.

“Kring… kring… kring….!” Bunyi telponku seakan mengembalikan kesadaranku. Tanpa melihat siapa yang menelpon, langsung aja ku angkat.

“Halllooo…“

“Rivo… eh Astaga!”

-----

POV Rivo

Aku melihat ke arah hape-ku, tepat jam 6 sore. Aku baru sadar kalo apa yang dikatakan orang benar, Las Vegas tidak memiliki jam dinding, supaya orang tidak ingat waktu untuk pulang.

Kenapa sih kita harus meeting malam-malam seperti ini?

Sebenarnya aku sudah sangat capek, apalagi baru tiba dari California satu jam yang lalu. Tapi apa daya, semua sudah berkumpul menantiku.

Aku memandang wajah-wajah peserta rapat… semuanya bermuka tegang, mungkin cuma Shania yang kelihatan tersenyum manis duduk diujung diapit ayah dan ibunya.

Tadi ia menyapaku dengan ramah dan tentu saja aku menyempatkan waktu bersalaman dengan gadis cantik itu. Eh, Naya tambah manis lho. Sayang sekali aku harus melepas gadis sehebat dan secantik ini.

“Maaf, aku punya sesuatu untuk disampaikan sebelumnya!” Aku berbicara dengan lantang supaya semua orang bisa mendengarkanku. Aku sengaja memilih moment ini untuk menyampaikan keputusanku. Setelah semua orang memandang, maka aku mulai lanjut bicara.

“Aku mau membatalkan pertunanganku dengan Shania!” Aku bicara blak-blakan sebelum meeting dimulai.

Hening… tak ada yang bicara. Malah aku mendengar suara kalo mereka menahan nafas. Apa mereka mendengar apa yang aku bilang?

“Sekali lagi aku minta maaf, Om dan Tante… juga Shania… maaf, aku harus menarik diri. Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan kita! Ini bukan karena Shania, tapi karena perasaanku sendiri” Aku berbicara lagi. Kali ini lebih tenang… dan aku bisa mendengarkan gemuruh jantung ayah yang sedang marah.

Shania menatapku bertanya-tanya, tetapi aku tidak melihat ada amarah di matanya. Sementara itu ayah dan ibunya juga diam…

“Apa katamu? Apa kamu sudah jadi gila?” Akhirnya kata-kata ayah terdengar juga… keras… penuh emosi.

“Maaf Ayah! Ampuni anakmu yang durhaka. Tapi aku gak bisa lanjut karena aku mencintai perempuan lain. Sekali lagi aku minta maaf.”

“Plak!” Sebuah tamparan tangan kanan kena telak di pipi. Sakit… aku menegadah menatap ayah yang barusan menamparku. Ia tampak sangat marah, rasanya mau meledak.

“Ayah…!” Suaraku hampir tak bisa keluar.

“Dengar baik-baik, Aldo. Ayah tak mau dengar kata-kata bodoh seperti itu. Nanti kita bicarakan di ruangan sebentar.” Ayah menahan diri… kalau saja tidak ada orang tua Shania, mungkin aku sudah dibunuhnya.

“Kalo begitu maaf, aku ke kamar kecil dulu!” Aku meminta diri sementara rapat dilanjutkan. Shania menatapku dari jauh, ia juga beranjak dari kursi dan mengikutiku.

Pandangan mata yang penuh amarah itu masih mengikutiku dari jauh. Dan suasana rapat langsung tegang, semua gak berani salah bicara.

Aku langsung menuju ke kamar kecil. Aku melirik dari sudut mata kalau Shania mengikutiku. Tapi aku makin mempercepat langkah, enggan bertemu dengan gadis itu.

“Aldo, tunggu dulu!” Shania menarik tanganku… ternyata dia bisa bergerak selincah ini di atas highheells-nya

“Kita harus bicara, kalo memang kamu gak mau, gak apa-apa. Aku juga mengerti. Tapi kita harus bicara baik-baik, bukan seperti ini. Acaranya tinggal tiga hari tahu!” Kata-kata Shania sejuk membuat aku merasa lega. Ternyata ia gak marah.

“Maafkan aku Shania… aku mencintai orang lain.”

“Sudah, kamu tenang aja. Itu gak masalah kok bagiku, yang penting kamu jujur. Nanti sebentar habis meeting kamu ikut ke kamarku dan kita rundingkan bagaimana baiknya. Pasti kita akan mendapatkan solusi yang bagus.” Shania tersenyum.

Ketika kami kembali ke rapat, apa yang aku katakan benar-benar membuat suasana rapat berbeda. Tidak ada lagi canda dan gurauan, semua seakan-akan hanya ingin supaya rapat selesai. Dan yang paling beda adalah ayahku gak lagi ngotot memaksa supaya hotel dibuat di Las Vegas. Ia sudah mati kutu karena ulahku tadi.

Tampak Shania tersenyum melihat ayahku yang sudah berubah banyak. Ia tahu semua itu karena kata-kataku.

Dan satu lagi, kerja sama antara keluargaku dan keluarga Shania tetap akan jalan seperti semua, tidak lagi tergantung kepada perkawinan kami. Justru aku melihat kalo keluarga Shania gak ngotot, malah mereka menyerahkan keputusan kepada aku dan Shania. Sungguh orang tua yang bijaksana.

Lama kelamaan aku mulai mengerti, ini semua hanyalah ulah dan kemauan ayahku. Ia memanfaatkan aku supaya memuluskan kerjasama, dan pertunangan kami direncanakan supaya memajukan usaha bisnisnya. Orang tua Shania justru gak ngotot kalo kamu harus menjalin ikatan.

Ayah segera pulang sesudah rapat, ia kelihatan agak terguncang, tapi paling tidak ia senang karena keputusanku tidak mempengaruhi kerjasama kita.

Segera aku pergi ke kamar hotel dan mandi supaya segar. Aku mandi dang anti pakaian cepat-cepat, langsung berjalan menuju ke kamar Shania di hotel yang sama. Kali ini aku merasa segala sesuatu akan baik-baik saja. Pasti Deya akan senang mendengarnya.

“Ding… dong….!” Aku menekan bell kamar gadis itu.

“Eh, Aldo. Masuk dulu, aku ganti baju dulu yah…!” Naya membuka pintu dan kembali masuk ke kamar mandi. Ia hanya mengenakan handuk… tercium bau rambutnya yang baru dishampoo… segar… harum.

Aku gak sempat bilang apa-apa. Jujur, aku malah diam di tempat, terpana menyaksikan pemandangan tadi. Shania cantik sekali, dan handuk yang dipakainya kecil, gak mampu menutupi keseksian tubuhnya.

Entah kenapa aku mengingat kembali tubuh seksi dan mungil itu yang pernah aku geluti. Gadis itu sangat cantik dan seksi… orangnya anggun dan elegan, tapi juga berani… suka menyerempet masalah. Suatu perpaduan yang sangat menantang.

‘Apa keputusanku untuk meninggalkan Shania salah? Apa Ayah yang benar menjodohkan aku dengannya? Rugi sekali aku meninggalkan cewek secantik ini.’

“Aldo… duduk dulu, kok bengong aja di pintu!” Shania sudah keluar. Kali ini ia mengenakan daster tidur… tipis, kayak lingerie. Ihhh… bahaya ini…

Tanpa sadar kontolku mulai tegang. Pakaian gadis ini akan mampu membuat cowok normal panas dingin. Tapi ia kayaknya cuek aja, membiarkan onderdil-onderdil tubuhnya bebas dilihat.

Aku merasa tegang… sangat terangsang. Bayangkan saja, aku hanya berdua dengan seorang gadis cantik dalam kamar hotel dengan pakaian tembus pandang seperti ini. Siapa yang gak kan nafsu… eh, gugup...

Aku duduk pelan-pelan di sofa, dan Shania duduk di sampingku. Ia malah merapatkan tubuhnya. Kembali tercium suatu keharuman khas gadis muda.

“Aldo, tatap aku. Jadi benar kamu tidak mencintaiku?”

“Eh, maaf Shania. Aku mencintai gadis lain…!” Aku menjawab terpatah-patah.

“Dia lebih cantik dari ku? Emangnya aku kurang apa dari dia?” Gadis itu malah menggodaku sambil membusungkan dadanya dan memeluk tanganku sehingga menempel kuat di dada lembut itu.

“Eh bukan gitu!” Aku tak sadar menatap dada yang membusung itu, dan mendapati dua tonjolan putting menambah keseksian tubuh gadis itu. Wah, gak pake bra lagi…

“Dia lebih seksi dari aku?” Shania makin berani menggodaku.

“Eh, gak… kamu lebih seksi…” Aku terbata-bata dan menelan ludah. Kontolku sudah tegang 100%, dan aku gak yakin kalo bisa keluar dari kamar ini tanpa muncrat…

“Aku akan melepaskan kamu dengan satu syarat, malam ini kamu harus berikan aku kenangan yang terindah. Gimana?” Naya berbisik di telingaku. Suaranya sangat seksi dan hembusan nafasnya membuat aku gak tahan lagi…

Naya mencium pipiku… dan ia terus mendekatkan bibirnya menantangku untuk segera bertindak. Naya menutup mata…

Astaga, Deya… aku sudah janji kepadanya. Aku harus menang. Yah, Tuhan… tolong kasih aku kekuatan untuk menolaknya.

“Shania.. eh.. aku… aku…” Aku ragu-ragu. Di sini lain aku mengingat janjiku kepada Deyara, sedangkan disini yang lain aku sangat menginginkan gadis ini. Dan ia sendiri yang memintaku malam ini.

Naya masih menyodorkan bibirnya dan menutup mata.

Kalau saja yang menggodaku adalah pelacur kelas atas ataupun mantan-mantanku, dengan mudah aku menolak. Tapi ini beda, Shania gak dapat dibandingkan dengan gadis-gadis itu… dan aku gak mampu menolaknya.

Aku mendekat, dan mencium bibir ranum itu. Shania sudah pasrah dan membuka mulut menyambut ciumanku… dengan segera ciuman kita menjadi sangat panas…

Smoshhhh smooohhhhhh…. Tangan gadis itu sudah melingkar di leherku, sedangkan tanganku langsung menjelajah meraba dan meramas bongkahan dada itu dari luar. Benar aja, gak pake bra… rasanya seperti meraba langsung kedua toket yang ranum dan lembut itu.

Ahhhh… smoshhhh… ciuman kami makin panas aja…

“Hahhhh ahhhh… Shan… udah, maaf.. ehhh… udah…!” Kembali akal sehat memasuki pikiranku dan bayangan Deyara sangat nyata. Aku menarik kepalaku, mencoba berpikir kembali. Shania pun membuka mata kembali…

“Aldo…”

“Maaf Shania… aku gak bisa… Aku sudah janji kepada pacarku. Aku gak bisa mengkhianatinya lagi.” Wajah Deya kini terus membayang…

“Aldo…” Shania terpana menatapku.

“Maaf Shan…” Kali ini aku berkata dengan tegas.

“Aldo, kamu sungguh pria gentleman!” Shania tersenyum. Ia memandangku kagum sedang aku tak berani menatapnya.

“Plok… plok… plok… plok…”

“Bagus Aldo, kamu sudah menjadi cowok yang gentleman!” Suara seorang wanita muda membuat aku kaget, aku mengenal suara itu. Sejak kapan ia berada di sini? Astaga!

“Kak Titien!” Hanya kata itu yang keluar…

“Hahaha… Kak Tien, gimana acting aku tadi, baguskan?” Shania berdiri dan mendekati gadis itu. Aku terkejut…

“Kamu sih kurang agresif. Coba kalo kamu telanjang bulat, palingan ia nyerah…” Titien meledek Shania.

“Ihhh… nakal!” Shania tertawa.

“Eh jadi…. Jadi tadi itu cuma ujian?”

“Hehehe… jadi kamu pikir Naya betulan mau goda kamu, dasar cowok sableng!” Kak Titien kembali meledekku.

“Wah, kalo tahu itu cuma ujian, mestinya aku sudah minta oral dulu tadi….!” Aku membalas ledekan Kak Titien.

“Ihhh… dasar!” Langsung saja sebuah bantal kursi melayang menuju kepala-ku. Shania kelihatan cemberut.

“Tapi kamu hebat Aldo, padahal tadi Naya yang akan bicara minta memutuskan pertunangan. Eh, kamu sudah ngomong duluan.” Kak Titien memberikan penjelasan.

“Oh…! Kenapa? Kamu pikir aku kurang tampan yah?” Aku membalas kata-katanya sambil bergaya seperti wanita penggoda.

“Hahaha….hahaha!” Kak Titien dan Shania sama-sama tertawa kuat-kuat.

Akhirnya kamipun bicara, ternyata Shania atau dipanggil Naya adalah adik angkat Kak Titien sendiri, atau lebih tepatnya mantan calon adik ipar… Kak Titien dulu pacaran dengan kakaknya Naya yang sudah almarhum. Wah, kebetulan sekali.

Dan dari pembicaraan mereka, Kak Titien ternyata kenal baik sama pacarnya Naya, cowok bule yang sudah dipacarinya bertahun-tahun. Alasan ia menerima perjodohan denganku, karena waktu itu ada salah pengertian dengan pacarnya. Tapi sekarang kayaknya mereka sudah jadian lagi.

“Kak Titien, apa Deya tahu soal ini?”

“Gak… kita kasih surprise ke dia yah?” Kak Titien main mata.

Setelah itu ia menceritakan rencana acara pertunangan kedepan. Menurutnya acaranya jangan dibatalkan, hanya dirubah sedikit aja. Apalagi undangan sudah disebarkan.

Yang pasti aku hanya setuju saja dengan rencana Kak Titien. Shania juga berpikiran yang sama. Jadi untuk sementara aku dan Shania masih berpura-pura pacaran dan sudah baikan dari salah pengertian kecil.

Aku memuji rencana Kak Titien yang hampir saja dikacaukan oleh pengumumanku tadi.

Akhirnya aku kembali ke kamarku dengan perasaan bebas. Pasti Deya akan senang menerima telponku malam ini.

“Kring… kring… kring…”

“Halloo”

“Deya sayang, ini aku…!”

“Eh, Rivo… astaga… ahhhhh!” Suara Deya terdengar agak gemetaran.

“Deyara sayang, kamu lagi ngapain?”

“Eh, gak.. aku hanya di rumah kok, nonton film dengan Shaun.” Eh, tunggu… apa Deya lagi mendesah?

“Mana Keia?”

“Keia belum balik, pergi makan malam… ahhh”

Aku curiga, nafas Deya seperti berat, dan aku mendengar ada desahan di sela-sela kata-katanya.

“Jadi kamu hanya berdua dengan Shaun di apartemen?”

-----
 
Shaun dapat deya juga akhirnya, atau jangan-jangan Shaun gigit jari lagi. Makasih sudah update.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd