Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada episode ini

Titien


Naya


Deyara


Shaun


Ryno


Olyvia


Rivaldo
 
Terakhir diubah:
Episode 7: Kenapa jadi begini?

POV Titien

‘Eh apa ini…?’

Aku merasa kegelian… sepertinya toketku lagi dibelai-belai dan dipijat memutar. Ini sih bukan memijat lagi namanya, tapi merangsang.

Aku membiarkan jari-jari panjang itu bermain dengan lincahnya… terasa nyaman… aku membiarkan saja ia merangsangku dengan ahlinya…

“Aaahhhh!” Aku mendesah kecil ketika merasa jari dan mulutnya mulai menyapu bongkahan dadaku. Rasanya geli…. Nafsuku mulai bangkit…

Tak lama kemudian rangsangan itu mulai berpusat di putting kiriku… kali ini bukan lagi jemari, tapi mulutnya mengisap dan menggigit kecil… pentilku benar-benar dipermainkan.

“Eh.. udah.. ahhh!” Aku merasa geli… nyaman dan nikmat.

Aku tergelinjang… sementara mulutnya mengulum, tangannya mulai membelai perut telanjangku, dan menstimulasi titik-titik rangsang di pinggang dan daerah pusar. Ihhh… geli sekali…

Nafasku mulai memburu, gairahku sudah terpancing. Dadaku mulai naik turun menahan nafsu yang kian memenuhi jiwa, menuntut untuk segera dipuaskan…

“Aaahhhhhh!” Aku kembali menggelinjang. Tangannya mulai menyelip dibalik cd dan membelai bagian terintim yang selalu kusembunyikan. Ini geli sekali… bahaya!

Dengan berat aku melawan dan memaksa membuka mataku.

“Astaga…!” Aku terkejut mendapati ada seorang cowok tampan sedang merangsangku… tangannya dengan bebas membelai tubuh telanjangku.

“Dickhead?”

“Udah Tien, kamu nikmati aja…” Suara serak Shaun mencoba menenangkanku, sementara jarinya sudah menemukan klitorisku.

“Kak Tien, gimana? Enak kan pijatan Shaun?” Suara Naya terdengar merdu sementara Deya menahan tawa disampingnya.

“Iya, Shaun juga mau ikutan bilang terima kasih!”

“OMG? Awas kalian yah”

Aku menggeliat tapi gai bisa membebaskan diriku… kedua gadis itu membantu menahan tubuhku.

Aku hanya bisa menatap mereka yang terus tertawa melihat perjuanganku melawan belaian pacar Naya.

“Kalian sengaja menjebakku yah?” Aku coba bernegosiasi dengan kedua gadis nakal ini. Tapi kayaknya sukar… keduanya seakan telah bertekad tidak akan membiarkan aku lolos. Belum lagi aku harus merayu Shaun…

“Eh… udah dong…!”

“Nikmati aja yah, Kak!!!” Naya mencolek dadaku… ‘Iiihhh…’

Aku mencoba bertahan sebisanya, malu sekali kalo kelihatan binal didepan dua cewek ini. Tapi harus kuakui Shaun jago sekali mempermainkan nafsuku. Apalagi kini kita berdua sudah berada dalam keadaan telanjang, dan cowok itu sudah menduduki posisi-posisi strategis di tubuhku… Dengan nakal cowok itu mencolek jari tengahnya di vaginaku.

Aku mencoba menjepit tangannya dengan kedua kakiku… tapi tenaga cowok itu sungguh kuat. ia malah membuka kakiku lebar-lebar…

“Eh… Shaunnn… ahhh, jangannnnn!” Aku berteriak dan mencoba menahan tangannya, tapi gerakan setengah hatiku sudah sangat terlambat. Vagina indah yang ku rawat selama ini kini terpampang jelas dihadapannya.

Shaun gak mau buang banyak waktu. Sekilas ia hanya tersenyum melihat aku sudah pasrah… tangannya mulai bergerak membelai pelan…

“Eh… Shaun…” Secara refleks tanganku lolos dari jepitan Naya…Tapi sia-sia saja, dengan cepat tanganku ditepis cowok itu sehingga aku gak bisa mencegahnya. Shaun makin berani…

“Eh… aduhhhh… jangan… udahhhh!” Walaupun aku terus protes tapi tubuhku sudah pasrah menyambut birahi yang dibangkitkannya. Nafasku langsung memburu…Shaun pinter banget…

“Sudah kubilang… nikmati aja…!”

“Kak, gimana balas dendamnya… enak kan?” Naya mengejekku yang sudah pasrah ditangan pacarnya. Aku baru ingat kalo ia berencana membalas apa yang Ryno buat padanya…

Deya juga melirikku sambil tertawa. Mungkin membalas bagaimana aku melabrak Aldo yang sedang menyetubuhinya di hotel.

“Aaahhhh… ahhh…!” Tak sadar aku merintih…

——

Shaun memang hebat… jago banget dalam membuat cewek puas. Kali ini bukan hanya tangannya yang menyerang, juga ditambah dengan mulutnya. Lidah Shaun sangat ahli menyentuh titik nikmat dan menyebak dan mendorong dinding belahan sampai terbuka. Sementara itu jarinya terus membongkar dari dalam…

“Gila….!” Aku hampir menjerit… dan harus menutup mulut kuat-kuat. malu dong ada Deya dan Naya.

Kini Jari Shaun diluruskan dan menusuk masuk sambil menari di kedalaman liang sempit itu. Ternyata panjang juga, mampu menjangkau dalam sekali. Aku kembali menggelinjang sambil menutup mata. Kembali aku menutup mulut yang sempat mengkhianatiku dengan jeritan kecil. Susah menahan desahan…

Shaun kembali bermain… Jarinya kini melengkung mencari titik klitoris… bentuknya seperti kaitan. Sementara itu lidahnya terus aja menyedot dan mengisap kuat-kuat.

“Aaahhhhh” kembali aku merintih nikmat… aku harus menahan diri dengan sekuat tenaga. pasti malu kalo orgasme didepan Naya dan Deya. Bisa jatuh deh harga diriku.

Tapi kembali tubuhku mengkhianatiku… pinggulku terangkat tinggi seakan mencari mulutnya sedangkan kakiku makin terkangkang lebar mempersilahkan cowok itu mengeksplorasi makin dalam.

‘Berapa lama lagi aku bisa bertahan?’

“Hahaha, kamu lihat sendiri Romeo, bagaimana aku menaklukan kuda binalmu…!” Suara Shaun yang disertai tawa sumbangnya seakan menyadarkanku…

“Romeo? disini? Astaga?” Mataku langsung mencari-cari… dan ketika aku melihat keatas aku terperangah.

“Hi Sayang…!” Wajah tampan itu menatapku sambil tersenyum, ia berdiri dibagian atas tempat tidur. pantas tadi gak kelihatan… Ryno mendekat… wajahnya tenang tanpa menunjukkan sakit hati.

“Eh…” Aku kaget, karena kelengahanku tadi membawa bahaya. Serangan Shaun udah maksimal dan aku merasa gak bisa melawan lagi…

“Sudah sayang, menyerah aja!” Tiba-tiba tangan Ryno yang nakal meramas toketku dan jari yang besar itu menyentil pentil yang sangat sensitive itu.

Sentilan yang kecil tapi efeknya sangat dahsyat… bagaikan bendungan yang jebol, aku gak bisa lagi menahan nafsu…

“Aaaaaarrrgggghhhhh!” Aku keluar juga…

Tubuhku kelojotan dan kejang-kejang. Kakiku bergerak dengan refleks menendang ke arah Shaun dan terus menendang angin…

“Brukkk!” Hidung Shaun kena lututku, dan cowok itu harus berhenti tertawa dan menekan hidungnya agar tidak berdarah…

Naya dan Deya sampai menahan nafas melihat gayaku waktu dibuat orgasme… aku malu sekali.

“Betulkan, persis anak-anak!” Romeo mengejekku belan sambil membelai pipiku dengan mesra.

Tangan Romeo langsung ku tarik, dan tubuhnya langsung kupeluk dengan erat…

“Huhuuu huuuhhhh!” Aku merajuk, Ryno masih tertawa pelan.

“Hahaha… kamu lihat sendiri kan Ryno, gak sampai 5 menit lho!” Shaun sesumbar menunjukkan hape-nya dengan penuh kemenangan. Semua menatap hape yang masih menunjukkan angka 4.45 pada stop-watch… ternyata mereka sempat-sempatnya bertaruh kalo ia bisa menaklukkanku secepat itu.

Shaun menatapku sambil tertawa seakan hendak mengambil pialanya. “Sekarang giliran aku, sayang!” Sambil mendekat, ia mengambil segelas coke, den menyeruput minuman yang masih bercampur air cinta yang sempat diseruputnya.

Aku bingung apa maksudnya

“Eh, gini Titien, tadi kita sempat taruhan kalo Shaun bisa buat kamu keluar 5 menit, kamu harus mengoralnya.” Ryno menjelaskan.

“Huh?” Aku kaget, langsung serta-merta protes kepada Ryno.. “Gak mau! Gak bisa begitu… kan tadi itu ulahmu”

“Mana aku tahu kamu bisa secepat itu, biasanya kan agak lamaan dikit!” Ledekan yang telak.… Aku menyembunyikan kepala makin malu… untung Ryno masih berbisik.

“Udah, gak apa-apa. Nanti kamu balas aja, jangan biarkan cowok itu terus besar kepala…! Apa lagi kamu masih hutang ngentot dengan dia” Ryno kembali mengedipkan mata.

“Maksudmu?” Aku menatap wajahnya, mencari pembenaran. Tatapan Ryno sangat jelas terbaca.

“Eh… tapi…!” Aku masih protes tapi jarinya segera menutup bibirku. “Ssshhhhh!”

Aku mengerti maksudnya… dan cukup lama menatapnya dalam-dalam seakan mencari tahu apa mau suamiku. Tak lama kemudian membalas senyumnya. Ryno berhasil.

“Gimana? Mau kan?” Ryno berbisik meminta kepastian.

Aku mengangguk sambil menutup muka, malu sekali.

“Tapi kamu gak…?”

“Gak apa-apa sayang, kasih cowok itu bachelor party yang tak akan dilupakannya!” Ryno menyelas protesku dan menciumku sekali lagi.

“Udah dong bisik-bisik! Sekarang udah saatnya aku mendapat bayaran.” Shaun udah gak sabaran.

“Dickhead, gimana kalo taruhan lagi. Berani gak? Titien bilang pake handjob dan oral aja bisa buat kamu nyemprot dalam 5 menit!” Ryno menantang cowok itu.

Aku jadi makin menunduk malu… harusnya aku mencegah dia, tapi kali ini udah terlambat

“Aha... tapi kalo kalah ia harus ngentot dengan aku.” Ujar Shaun dengan pedenya…

“Deal!” Ryno sengaja menjebakku… nakal banget.

Shaun mulai buka baju… menunjukkan tubuh bidangnya. Sampai Deya menatapnya kagum.

“Eh Titien, jangan lari…”

“Aku ke kamar mandi dulu…” Aku langsung melompat dari tempat tidur dan melarikan diri dengan cepat sambil menenangkan jantungku yang sudah deg-degan dari tadi.

——

POV Naya

Kami semua tegang menunggu apa yang terjadi, Kak Titien masih dalam kamar mandi. Tadi ia sempat dibuat orgasme oleh oral dan jari pacarku…

Heboh juga orgasmenya tadi.

Cukup lama juga sih kakak angkatku masuk kamar mandi. Aku pikir awalnya ia gak mau lagi melayani taruhan Shaun. Tapi kalo dipikir-pikir, Kak Titien orangnya sukar ditebak… ia bisa jadi gadis yang nakal juga. Tadi Deyara sempat menyusulnya kedalam, dan keluar dengan wajah tersenyum. Entah apa yang mereka bicarakan… ‘Apa Kak Tien berani menantang Dickhead?’

“Kreeeiiik” Pintu terbuka dan kami semua terkejut melihat penampilannya.

“Wah udah siap yah?” Suara Dickhead terdengar serak dan gugup menanti Titien keluar.

“Oh my God!” Aku tercegang dengan penampilan kak Titien keluar kamar mandi.

“Phewww!” Shaun sampai bersiul. Matanya memandang dengan kagum bercampur mesum.

Astaga, bisa rame ini.

“Gimana Shaun? Kamu suka ini kan?”

Kami terdiam....

Titien mengenakan baju tidur yang tipis dan transparan yang ditutupi asal denan kimono yang dibiarkan terbuka bebas di bagian depan. Jelas sekali terbayang sosok tubuh telanjang yang mulus dengan lekukan yang seksi dan ranum, hanya ditutupi oleh sepenggal kain segitiga yang tipis.

Tak lama kemudian terdengar alunan musik yang menghanyutkan, dan diikuti dengan gaya Kak Titien menari dengan seksinya sambil mendekati cowok itu. Dickhead masih menahan nafasss…

‘Gila… Kak Titien seksi banget!’ Semua jadi tercegang melihat penampilannya. Shaun langsung aja terangsang!

Dengan gerakan yang gemulai, Titien membuka penutup tubuhnya satu persatu… tariannya kini makin panas, setelah lekukan yang montok dan kenyal itu makin terekspos bebas. Ini benar-benar seksi…

Kak Titien mendekat dan disambut dengan oleh Shaun yang masih menatapnya terpana. Tiba-tiba sebuah dorongan pelan membuat cowok itu terduduk di tempat tidur… ini makin panas aja.

Titien makin semangat menari striptease dan gayanya makin menggoda aja. Akhirnya potongan g-string yang kecil itu dilemparkan ke wajah Shaun. Bibirnya maju hendak mencium cowok itu, tapi tiba-tiba ia mendorong cowok itu berbaring di tempat tidur…

“Aahhhh!” Shaun sampai mengeluarkan suara mendesah.

Wajah kak Titien masih aja menggoda cowok itu sementara tangannya mulai meraba dada bidangnya dan terus turun ke bawah. Dengan nakal tangannya mengelus dan membelai pusaka cowok itu.

Titien mengeluarkan kontol yang sudah tegang itu dari cd...

Shaun hanya bisa menutup mata ketika dengan gaya yang seksi Titien mulai mengocok... pertama diludahi dulu...

Eh, Kak Titien malah menempekkan ke pipinya di batang yang sudah sangat tegang itu, sambil tersenyum melihat ke Ryno…

“Eh, ia malah balas meledek suaminya!”

“Nakal…" kata Ryno sambil membuang muka.

Aku menggeleng kepala, gak pernah menyangka kalo gadis yang terkenal alim itu bisa juga tampil seksi begini. Shaun langsung klepek-klepek dibuatnya.

“Gimana Dickhead, udah siap?”

Shaun hanya bisa mengangguk… ia membuka mulut tapi tak ada lagi kata yang keluar… dari tadi hanya desahan yang keluar.

Akhirnya, tangan yang telaten itu mulai mengocok mengikuti irama… Shaun langsung merem menikmati lincahnya tangan Titien…

“Gimana enak?”

“Terus…” Shaun makin merem…

“Shaun, lihat aku!” Kak Titien memandang dengan binal. Cowok itu hanya bisa nurut seperti kerbau yang dicocok hidungnya.

“Kamu mau ini?” Kak Titien meremas toket yang montok itu membuat Shaun menelan ludah… tanpa disuruh lagi tangannya langsung bergerak mendekat…

“Eh, mau apa?” Kak Titien menahan tangan Shaun sambil mengelak… gayanya seperti jual mahal tapi terus menggoda.

“Eh iya…!” Shaun tercekat, kocokan itu makin cepat…

“Benar mau?”

“Iya…”

“Iya apa?”

Shaun hanya diam tapi matanya terus terfokus ke bongkahan yang padat dan ranum itu.

“Kalau aku kasih, kamu mau buat apa?” Secara tiba-tiba Kak Titien menaruh tangan Shaun ke dadanya... matanya memandang binal, sementara Dickhead gak bisa mempercayai kemujurannya. Tangan Shaun dengan cepat bergerak otomatis meremas dan memilin bongkahan padat itu.

“Ayo, Dickhead. Kamu mau mendengar aku mendesah? Iya kan?”

Shaun mengangguk… wajah nakal Titien mendekat dan berbisik di telinganya..

“Kalo gitu gak usah tahan yah?” Shaun mengangguk... Sementara di bawah sana tangan Titin ceoat sekali. Kini ia memakai dua tangan untuk menggesek kontol tegang itu, tangan yang satu diputar di palkon..

Shaun mendesah… kelihatan banget kalo ia udah gak tahan lagi.

“Ayo sayang, jangan tahan lagi yah?”

“Ahhhh eh aduhh ahhhhh aaaarrrgggghhhhhhhhhhh” Akhirnya kontol besar itu meledak juga dan mengeluarkan lahar cairan kental kental berwarna putih… menembak kuat ke udara.

Shaun orgasme… Palkon yang berdiri gagah itu sempat menyemprot beberapa kali… sebagian terkena di toket telanjang yang masih tersaji didepannya…

Kami semua tercekat… Semprotan Shaun terlihat sangat kencang… dahsyat sekali. ‘Cepat sekali… kok bisa yah?’

“Hahaha... kau sudah kalah sayang!” Kak Titien tertawa, lalu mencium batang kontol yang mulai melemas itu.

Kami semua masih terdiam… tak ada suara… semua lagi menahan nafas. Gak nyangka kalo kami disuguhkan permainan handjob yang sangat panas.

“Berapa menit Romeo?” Kata-kata Titien menyadarkan semua kalo ini hanyalah taruhan.

“Tiga setengah menit doang…” Kata-kata Ryno disertai ledekan. Kak Titien juga tertawa…

Shaun masih menatap tak percaya…

“Astaga? hah?” Cowok itu masih kaget gak nyangka kalo dia dikalahkan oleh permainan binal Kak Titien.

Mau tak mau aku juga ikutan tertawa melihat lagak Dickhead persis kayak orang dungu. Deya malah udah duluan nyengir dari tadi.

“Paling tidak bisa mengalahkan Brent!” Ujar cewek itu membuat Kak Titien jadi malu.

“Eh, Siapa itu Brent?” Aku bertanya kaget.

“Cowok yg Kak Titien buat keluar dalam tiga menit. Dua kali lagi…” Jawaban Deya malah membuat lebih banyak pertanyaan dari pada jawaban.

“Nakal…”Aku menatap wajah Kak Titien yang menatapku sambil tertawa.

“Hahaha… Shaun itu baru kocokan... belum lagi kalo kamu merasakan kulumannya.”

“Huh… curang!”

“Kenapa Dickhead! Mau menantang lagi? Kontol tiga setengah menit doang mau menantang” Kak Titien dengan pede-nya memojokkan Shaun sambil merobek-robek harga dirinya. Shaun masih aja terus protes tapi jelas-jelas ia kalah.

Sementara itu Kak Titien langsung bersih-bersih sambil memakai kembali kimono mandi-nya. Hilang sudah gayanya yang binal menggoda, sekarang kembali menjadi gadis yang anggun dan malu-malu.

‘Kasihan banget kamu Dickhead.’

——

Setelah Shaun diledek habis-habisan oleh suami istri itu selama lima belas menit, akhirnya mereka kembali taruhan lagi.

Akhirnya aku dan Deyara kembali disuguhkan pemandangan yang erotis, seorang gadis cantik nan seksi sementara mengoral sebuah kontol yang sangat tegang. Dengan ahlinya gadis itu mengulum dan mempermainkan batang yang sudah sangat keras itu… Ia harus membuka mulut sebesar-besarnya agar batang yang gagah dan beringas itu bisa tertelan masuk. Segala teknik dikeluarkan untuk membuat cowok itu keluar, tapi batang itu masih aja gagah dan kokoh.

Sementara itu sang cowok membalas dengan menyedot belahan selangkangan yang dari tadi terbuka. Kak Titien tidur terlentang dan mengangkang seperti kembang yang sementara mekar menawarkan keharuman dan kenikmatan madu dan mengundang kumbang mengisapnya… Dan lidah serta dua jari Shaun sementara mengaduk-aduk liang bersih menganga.

Ini posisi 69, salah satu posisi yang disukai dalam oral seks. Kedua orang ini lagi taruhan siapa yang bisa membuat lawannya orgasme duluan, Titien berada di bawah, sementara Shaun menyerang dari atas… tapi dari tadi mereka berguling-guling berganti posisi.

Keduanya menunjukkan kebolehan... keduanya terus mendesah… keduanya masih terus bertahan juga.

Udah hampir sepuluh menit belum ada yang kalah, keduanya masih terus menyerang, tak ada yang mengendurkan serangan.

Tapi kemudian kelihatan kalo Titien mulai mendominasi. Mulutnya terbuka lebar menelan senjata Shaun dalam-dalam… kemudian bergerak dengan cepat. Shaun jadi kelabakan, gak mampu melayani serangan gadis itu.

“Eh… aduh…!” Shaun keenakan. tubuhnya meringkuk seakan ingin melepaskan diri, tapi Titien mengejarnya terus. Benar aja, cowok itu terus dikocok dan dihisap… suatu paduan gerakan yang sangat mantap. Shaun gak mampu lagi bertahan lama…

“Aaahhhh…. aduhhh… Ahhhhhh!” Shaun orgasme. Dua semprotannya sempat telak masuk kedalam mulut gadis itu, dan menyebabkan Titien lari-lari membersihkan diri di wastafel dapur.

Shaun masih terbaring dengan terbelalak… ia gak tahan dengan emutan gadis itu. Ia sudah kalah… Dan kali ini telak sekali. Ia kalah dihadapan pacarnya sendiri, dan dua orang yang suka meledeknya. “Astaga… mau di taruh di mana mukanya?”

“Kring!” Alarm pun berbunyi, mengingatkan semua orang kalo waktu habis. Dan sebelum orang-orang meledeknya, Shaun juga cepat-cepat turun dan lari ke kamar mandi.

Aku kembali menggeleng kepala… Kuat sekali… hebat juga Kak Titien mampu mengimbangi bahkan mengalahkan cowok itu. Kalo aku sih udah dari tadi meledak…

——

Setelah tiga puluh menit kemudian aku menarik Shaun kembali ke kamar ini. Ih, malu-maluin. sudah kalah malah mau sembunyi gak mau terima.

Shaun kembali jadi bahan ledekan. Untung kali ini ia udah siap…

Shaun sempat minta ulang… ada-ada aja alasannya untuk menantang lagi. Dasar Dickhead, udah kalah ngaku aja.

“Kenapa kamu takut kalo aku minta rematch?” Kata Dickhead percaya diri. Padahal tadi gak mau keluar kamar mandi kalo gak ditarik.

Tiba-tiba Ryno menarik celana Shaun turun… ia terperanjat dan kaget, tak sempat menutup lagi kontolnya yang masih lemas setelah dua kali keluar.

“Hahaha… model gitu mau nantang!” Deya hampir pingsan tertawa.

“Udah ilang begalnya yah?” Aku juga ikutan meledek… kasihan juga sih.

“Gimana nanti bisa keluar… kontolnya udah loyo gini, kayaknya tiga jam pun dioral, gak akan bangun lagi!” Kak Titien kembali mengejek cowok itu.

“Eh…!” Shaun tertantang.

“Gimana Dickhead, butuh tabung oksigen dulu?” Suara Ryno kembali terdengar mengejek sohibnya.

“Eh, Aku belum kalah…!” Shaun gak mau menyerah. Gengsinya muncul… gak bakalan ia dipermalukan lagi seperti tadi.

“Tuh udah loyo, apa harus minum obat kuat dulu?” Ryno meledek terus, padahal kontol itu udah mulai bangun dan mengeras.

“Kalo gini terus gak akan selesai… kalo berani kita ngentot…!” Shaun kembali menantang untuk mengangkat derajatnya.

“Gimana sayang berani?” Ryno hanya tersenyum

“Ayo, Siapa takut….!” Kak Titien menatapnya dengan wajah binal.

“Eh?” Kami semua tercekat. Gadis ini gak pake takut… Shaun aja sampai kaget. Gak menyangka kalo Titien berani melayani tantangannya.

“Hahahah, jangan-jangan kamu yang gak mau. Aku siap melayani gaya apapun yg kamu mau!” Kak Titien terus mendesak Shaun yang masih tak bisa berkata-kata saking kagetnya… Wah, ini sih namanya rejeki nomplok.

“Benarkan, gadis ini nakal banget!’

——

Lima belas menit kemudian kontol garang mulai keluar masuk memek tembem milik gadis cantik itu. Kembali semua menahan nafas melihat garangnnya Shaun dan genitnya Kak Titien…

Yah, benar, gadis nakal itu benar-benar genit… dari tadi menggoda Shaun. Tak heran batang cowok itu langsung tegang lagi, setelah dua kali orgasme.

Plok..plok..plok… terdengar benturan pertemuan pinggul. Shaun benar-benar ganas, dengan cepat dan kuat memompa belahan yang sempit itu.

‘Aaahhhh… terus… ahhh…!” Terdengar desahan dan rintihan Kak Titien. Ia terus menutup mata sedangkan kata-katanya terus mengundang.

Deya masih menatap dengan terbelalak… aku juga masih kaget, gak nyangka bisa melihat secara langsung Shaun ngentot dengan gadis idolanya dari dulu, Kak Titien. Beruntung banget…

Sudah hampir lima belas menit Kak Titien menungging dan disodok batang beringas itu dari belakang. Shaun sih udah minta gaya doggy dari awal. Kak Titien terus aja membiarkan memeknya diajar Shaun dari belakang, seakan tak terasa.

“Plok… plok… plok..!”

“Ayo, Dickhead… lebih cepat lagi. Jangan bilang kalo kamu udah loyo..!”

‘Gila! Hebat gadis itu’

Sayang aku gak bisa lihat ekspresi wajahnya, tapi jelas ia terus menantang Shaun, Dari tadi ia menyuruh Shaun untuk main makin cepat. Ketika Shaun melonggarkan serangan untuk menarik nafas, Titien justru yang maju mundur membalas menyerang.

“Sudah habis yah? Kamu benar bisa segitu?”

Akibatnya sungguh hebat, Shaun jadi makin terpacu, sedangkan Titien makin binal… kali ini ia berbalik dan tidur terlentang. Titien kembali menerima pompaan dalam gaya misionaris… kali ini kita bisa melihat wajah binalnya yang terus menyemangati cowok itu.

“Ahhh... ayo dong, cepat…!”

“Plok… plok… plok!”

Kontol Shaun kini masuk sampai mentok, sangat dalem… dan sodokan yang bertenaga membuat gadis itu mulai kepayahan. Kak Titien mulai mendesah… kerja keras Shaun mulai mendapatkan hasil.

“Aahhh… aduh.. ampun Shaun… huhhh!”

Shaun makin semangat… menguras stamina…

Ketika serangan keduanya kelihatan hampir puncak, secara tiba-tiba kaki Kak Titien melingkar memeluk pinggul Shaun dan memaksa kontol besar itu terus bersarang didalam liang sempit itu. Tangannya juga memeluk leher Shaun…

“Aduh… Tiennn enak sekali… ahhhh!”

Kak Titien mulai menggoyang pinggulnya… kali ini Shaun mendapat seragan balik dari jepitan dan pijatan dinding memek.

Kak Titien udah menggunakan jurus pamungkasnya…

Hasilnya benar-benar dahsyat… Shaun keliahan gelisah ingin keluar dari kancingan kaki dan pinggul Kak Titien tapi ia gak bisa… ia terus merintih dan mendesah…

“AAAAAARRRGGGGHHH!” Akhirnya…

Tubuh Shaun keliahan diam.. sementara matanya terbelalak… pinggul dan perutnya mengendan, membayangkan bagaimana ia tadi menyemprotkan beberapa kali tembakan dalam rahim gadis binal yang kelihatan tertawa-tawa menyambut kemenangannya…

“Hahaha… Dickhead kalah lagi!” Kak Titien tertawa meledek…

“Ploppp!”

Ketika kontol yang sudah mengecil itu keluar, tampak ada cairan putih mengalir keluar dari lubang kenikmatan itu. Sudah jelas-jelas Shaun menyemprot di dalam.

“Tien… kamu hebat!” Shaun mengaku juga…

“Gimana enakkan?”

“Dahsyat jepitannya…!”

“Kamu belum puas kan, sayang?” Ryno membelai wajah istrinya yang sudah keringatan.

Titien meleletkan lidah... “Kok aku gak rasa apa-apa. Tadi sempat geli doang karena ditabrak dua biji kempes…”

“Astaga? gak geli?”

“Cuma kayak dimasukan cotton buds doang! Dikorek-korek aja gitu…” Kak Titien meledek lagi.

Mau tak mau aku dan Deya kembali meledek cowok itu… puas juga bisa melihat cowok yang biasanya perkasa dibuat tak berkutik oleh Kak Titien.

Sedangkan Shaun masih terdiam. ia menatap tak percaya kalo ia bisa dikalahkan seorang gadis dengan setelak itu.

Astaga, bisa hancur harga dirinya.

——

“Romeo? Eh, sayang?” Kak Titien protes.

Tanpa kami sadari, Kak Ryno sudah membuka pakaiannya dan secara tiba-tiba ia mulai mengentot Kak Titien. Mungkin aja suaminya udah gak tahan dari tadi. Dan kontol yang panjang dan gemuk itu seakan punya mata menyelusup kedalam liang yang sudah dikenalnya dengan baik.

Walaupun protes, tapi Kak Titien membiarkan aja tubuhnya dipakai lagi. Kali ini oleh suaminya… kuat juga gadis itu.

“Plok… plok… plok…!”

Keduanya terus saling menatap dan terus berciuman dengan mesra. Sementara tangan Kak Ryno dengan rajin memutar-mutar kedua gundukan dada yang padat dan kenyal itu. Kak Titien membiarkan aja suaminya mengambil inisiatif serangan.

“Eh… ahhhh… ahhhh!” Kak Titien mendesah.

Dengan ahlinya Kak Ryno menyerang titik-titik sensitif milik istrinya. Ia sudah tahu dimana kelemahan gadis itu. Kelihatan ia udah menyerah kepada kenikmatan, dan tidak lagi menyerang balik kayak tadi.

“Terus sayang, nikmat sekali!” Kak Titien memeluk leher suaminya. Keduanya bercinta penuh kemesraan dengan pandangan penuh cinta.

Romeo mengatur permainan dan mengajak istrinya ngentot dalam bermacam gaya, persis kayak dua orang yang menari. kali ini keduanya berdiri dan kaki kiri Kak Titien diangkat keatas… ia hanya bisa mendesah menikmati percintaan ini. Hilang sudah gayanya yang tadi malu-malu, yang tertinggal adalah seorang dewi cinta yang siap memuaskan pasangannya.

Aku dan Deya jadi terhanyut. Mereka benar-benar melupakan orang lain, merasa hanya berdua aja di dunia. Tak henti-hentinya mereka mengucapkan kata-kata cinta, dengan tangan yang terus bergerak merangsang dan membelai.

Tubuh Kak Titien sudah bersandar didinding tapi masih terus dikejar… Kak Ryno mengangkat kedua kakinya dan menyodok dari bawah, sedangkan Kak Titien bergantung di leher suaminya. Matanya terpejam dengan ekspresi wajah yang geli dan pasrah.

Sementara kontol dewa itu memompa dari bawah, Kak Titien terus terlunjak meredam serangan yang sangat kuat itu… tubuh Kak Titien jadi bergetar karena ia harus mengangkat tubuhnya melawan gravitasi kalo tidak mau disodok dalam sekali.

“Aahhhh ahhh ahhhh…!” Kak Titien mendesah terus, ia gak tahan lagi.

“Kenapa sayang? Sudah gatal memekmu yah? Dari tadi cuma di kelitik-kelitik…” Kak Ryno masih sempatnya bercanda.

“Hahahaha…” Deya tertawa pelan mendengar joke itu… sementara aku dan Shaun masih terbelalak melihat kemesraan mereka.

“Eh sayanggg… udah ampunnnn!”

Kak Ryno langsung tahu… ia membaringkan tubuh istrinya ditempat tidur dan mempercepat sodokannya… kali ini balik ke gaya misionaris.

Tubuh Kak Titien kejang-kejang… akhirnya meledak dalam kelojotan yang dahsyat…

“AAAAARRRGGGGHHHHHHHHHHHHHH!” Akhirnya orgasme itu datang juga. Tubuhnya terus berkontraksi… kembali kaki Kak Titien menendang-nendang angin.

Kami masih terdiam… Kak Titien memeluk tubuh suaminya dan menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang itu. Mungkin rasa malu itu datang lagi…

Sementara itu Kak Ryno membelai rambut gadis itu… penuh mesra… penuh cinta.

“Kamu belum sayang?” Kak Titien akhirnya memecahkan kebuntuan.

“Gak lama lagi…”

Tak lama kemudian Kak Ryno akhirnya orgasme juga…Sedangkan Kak Titien masih aja terbaring merem-melek… agaknya Kak Titien dapat lagi.

Hening… tak ada yang bicara, semua seperti menahan nafas menikmati show tadi.

Plok-plok-plok.

Aku dan Deya tanpa sadar menepuk tangan tanda kagum, sedangkan keduanya masih terus berpelukan… Kak Titien kayaknya merasa malu atas kebinalannya… ia terus menyembunyikan wajahnya.

“Nay, masih ada yang kurang yah?” Tanya Kak Ryno.

“Apa kak?” Aku bingung apa maksudnya.

Tiba-tiba Kak Ryno meremas kedua bongkahan di dada istrinya… membuat Kak Titien kelabakan… ia benar-benar tidak siap diserang seperti itu.

“Tuuuuttttttttttt!” Kentut itu keluar juga…

Aku dan Deya langsung aja tertawa lagi. Sampai Shaun juga ikutan tertawa… padahal dari tadi ia udah diam karena menjadi bahan ejekan.

‘Dasar!’

——

Tiga puluh menit kemudian, Kak Titien masih baring-baring di tempat tidur, sedangkan kami semua sudah siap berangkat. Shaun juga masih mandi.

“Tien, aku dan Deya pergi dulu yah, kami kayaknya langsung dikarantina malam ini. Kita nanti ketemu langsung di acara yah, besok malam!”

“Iya, gak ada yang ketinggalan kan?” Kata Kak Titien mengingatkan suaminya. Ryno mengangkat dua koper kecil yang sudah dipersiapkan dari tadi.

“Kak, pergi dulu yah!” Deya juga pamit.

“Iya, hati-hati di sana yah!”

Setelah mereka keluar aku juga ikutan pamit ke Kak Titien. Ia tampak kaget melihat aku membawa koper kecil juga.

“Eh, kamu mau pergi juga? Terus aku sendirian dong malam ini?”

“Aku ada meeting sampai larut malam, Kak. Jadi akan nginap sekalian di hotel! Eh, tapi ada kok yang bisa temani Kak Titien…” Aku melirik ke arah Shaun yang baru keluar dari kamar mandi.

Titien hanya tertawa kecil…

‘Eh, Shaun. Kamu pijitin Kak Titien dong. Ia kan sudah capeh… kayak gak ngerti aja!” Aku main mata.

“Siap bos!” Shaun menyahut. Pasti ia menyukainya.

“Ihhh… nanti tambah capek aku!” Kata Kak Titien sambil terkekeh.

“Kak, kalo butuh apa-apa, nanti suruh Shaun aja yah!”

“Kayaknya Shaun udah keok tuh! Mungkin gak bisa jalan lagi…” Kak Titien makin meledek.

“Hahahaha…” Aku kembali tertawa sementara Shaun hanya bisa diam.

—-

Dua jam kemudian

Aku menjatuhkan pantatku di sofa kantorku yang berada di lantai 28 President Suite Hotel Caesar’s Palace, Las Vegas. Aku hanya punya waktu 10 menit sebelum appointment berikutnya, wawancara mengenai entrepreneurship dengan seorang gadis muda. Kalo mau menurutkan keinginanku sih, lebih enak istirahat dulu barang sejam. Tapi kasihan juga, soalnya gadis ini sudah menungguku sejak sejam yang lalu. Apa lagi dia jauh-jauh datang dari Toronto untuk mewawancaraiku.

“Kalo bukan kamu yang minta tolong pasti aku gak mau!” Aku mengumpat ke cowok itu, salah seorang kenalan yang barusan akrab denganku beberapa bulan terakhir.

Tak lama kemudian aku memberikan kode kepada sekretarisku mempersilahkan gadis itu masuk.

Aku terpana, gadis itu masih muda… mungkin baru lulus kuliah. Penampilannya sangat apik menandakan ia seorang gadis muda yang berkelas. Tatapan yang penuh percaya diri tapi tetap rendah hati. Dan wajah yang manis serta senyum yang tulus membuat aku menyukainya dengan segera.

Seorang gadis pilihan… udah cantik, juga tahu menempatkan diri.

Good day Ms Shania… It’s a great privilege for me to meeting one of the most successful young entrepreneurs. I’m Olyvia, a trainee from Humber College. I am here to learn from your experience in a new business start-up.”

Nice you see you, too Olyvia… The pleasure is mine!”

Aku terkesan juga dengan cara bicaranya yang rendah hati. Berbicara dengan gadis ini ternyata sangat menyenangkan. Aku menceritakan bagaimana aku memulai business ku dengan menyulap rumah yang gak dipakai menjadi rumah kos. Aku menceritakan bagaimana aku menjual mobil pemberian orang tua untuk menjadi modal awal, dan setelah bisnis kos-kosan berkembang aku mulai merambah ke business hotel dan apartement. Dengan berbinar-binar ia mendengarkan aku berbicara mengenai passion-ku.

Entah kenapa aku merasa senang berbicara dengan gadis ini. Cerita kita nyambung banget… mungkin karena kita berasal dari daerah yang sama, tepatnya dari universitas yang sama. Dan ia sudah lama mendengar tentang aku dan mengidolakan aku. Ia sudah banyak mendengar tentang aku, dan menjadikan aku inspirasi hidupnya. Aku sampai hampir nangis karena bangga.

Aku menceritakan soal bagaimana aku mulai belajar berbisnis. Aku bahkan menceritakan mengenai latar belakang keluargaku yang memiliki keinginan aku menggantikan almarhum Kakakku, sebagai penerus bisnis papa. Awalnya aku takut dan mau lari dari kenyataan, tapi kemudian kakak iparku justru membuka pikiranku memberikan pandangan.

Gantinya meneruskan usaha papa, aku memulaikan bisnis baru, yang tentu saja aku inginkan. Setelah beberapa saran dan semangat dari ‘Kakak ku’ aku mampu mencari duniaku sendiri. Awalnya sempat merugi, tapi kemudian keuntungannya mulai lancar…

Aku juga menceritakan bagaimana aku larut dalam perkerjaan dan mulai melupakan kebutuhan pribadiku. Sampai aku sempat putus dengan pacarku, dan baru sekarang aku menyadari kalo aku mencintai dan mengaguminya.

Entah kenapa aku menceritakan hal-hal pribadiku. Tapi Olyvia menyimak dengan penuh perhatian. Seakan-akan ia bisa menghubungkan hal itu dengan pengalaman pribadinya.

Olyvia juga menceritakan pengalamannya kerja di sektor perbankan, untuk mengetahui cara permodalan usaha. Ia berencana membuka usaha dibidang pengiriman barang, terutama untuk mengimbangi laju pertumbuhan online shopping yang cepat sekali meningkat. Olyvia ingin menggunakan jasa transport lokal seperti angkot dan ojek dalam usaha ekspedisinya.

Tak terasa kita sudah berbincang-bincang hampir dua jam. Aku mengundangnya untuk makan sore denganku, yah, jam makan siang sudah lama lewat, tapi gak apa kan?

Dengan senang hati Olyvia menerimanya, dan kami terus berjalan bergandengan. Rasanya sudah kenal akrab bertahun-tahun. Enak juga rasanya memiliki adik perempuan.

Sungguh gadis muda yang menyenangkan, beruntung sekali saya bisa mengenalnya.

Ketika tiba di restoran, aku memesan tiga tempat duduk.

“Kak Shania mengundang teman?” Aku yang menyuruh ia memanggilku Kakak. Enak juga sih sekali-sekali jadi dipanggil Kak.

“Iya, aku suruh Aldo makan dengan kita. Kamu kenal Aldo kan?” Pasti dia kenal, karena Aldo yang memintaku meluangkan waktu untuk Olyvia.

“Eh… iya kak, Aldo itu kakak tingkatku!” Ia kelihatan agak kaget waktu aku menyinggung Aldo, dan aku sempat melihat perubahan air mukanya. Aku jadi penasaran, apa gadis ini punya hubungan dengan Aldo? Pasti Aldo menyukainya, Olyvia sangat cantik.

“Gak apa-apa kan kita makan bertiga?” Aku memastikan lagi.

“Gak masalah Kak…”

“Kamu nginap di mana di Las Vegas?” Aku bertanya lagi, penasaran, tadi Olyvia bilang kalo nanti hari Senin subuh baru ia balik ke Toronto. Berarti masih cukup lama, karena ini masih hari kamis.

“Eh, itu kak… belum tahu sih, koperku masih dititip di kantor kakak, rencana sore ini baru mau cari tempat nginap!”

“Memang belum ada rencana sebelumnya?” Aku kaget.

“Gini kak, awalnya aku mau nginap patungan sama teman-teman sekelas, kami datang sama-sama satu pesawat. Tapi karena satu-dan lain hal, kami terpaksa berpisah. Aku gak sreg dengan rencana mereka…!”

“Udah, kalo gitu gak perlu cari tempat. Kamu tinggal aja di rumah yang aku sewa sama teman-teman. Aku mau kamu menemaniku jalan-jalan week end ini.” Aku langsung tebak kalo ia masih bingung mau nginap di mana. Las Vegas dipenuhi dengan hotel mewah, tapi sangat sukar mencari hotel yang harganya cocok dengan level student, apalagi dari Indonesia.

Awalnya ia menolak, tapi setelah ku bujuk setengah paksa, akhirnya ia menyanggupi. Olyvia menatapku dengan air muka penuh berterima kasih.

“Aldo, sini…!” Aku melambaikan tangan waktu melihat wajah cowok Indo yang ganteng itu nongol di pintu.

Setelah mendekat, cowok itu tampak kaget melihat kalo aku tidak sendirian. Pasti ia gak nyangka ketemu Olyvia, apa lagi karena jadwal pertemuan kami disusun langsung oleh Olyvia dengan sekretarisku, tanpa melibatkan cowok itu.

Dengan segera aku mengulur tangan menyambut cowok itu yang tampil keren dengan jas casualnya.

“Kamu terlambat lagi, Aldo!” Aku menegur cowok yang sok-sokan cool itu.

“Tadi aku antar Keia ke LA, dia mau pulang ke Indo. Jadi baru bisa kesini…!” Aldo menjawab dengan tersenyum.

“Eh, kamu kenal Olyvia kan, Aldo?”

Aldo agak terkejut melihat gadis itu, tapi tak lama kemudian mereka langsung bersalaman, walaupun agak diam. Katanya akrab, kok kelihatan malu-malu.

“Kamu mau makan apa Olyv, Nay?” Aldo bertanya dan memesankan buat kami. Benar-benar gentleman. Tak lama kemudian pesanan kami datang, dan kami bertiga makan dengan lahapnya.

Sepanjang acara makan, kami terus berbincang. Olyvia mampu membawa diri dan mengimbangi percakapan kami, ternyata ia tahu banyak soal perdagangan global. Seorang teman bicara yang menyenangkan, apa lagi jelas kelihatan kalo Aldo menaruh perhatian kepadanya.

“Wah, makasih banyak Kak, udah dikasih waktu, eh ditraktir lagi! Beruntung sekali yah kamu Aldo bisa kenal dekat sama pengusaha besar sekelas Kak Shania.” Olyvia kembali berterima kasih dengan sopan.

“Makasih juga sudah temani aku, Olyvia. Sebenarnya aku juga baru kenal Aldo beberapa bulan terakhir ini!” Aku menjawab terus terang.

“Oh… tapi langsung bisa akrab yah, beruntung banget kamu, Aldo! Kenal dari mana, Kak?”

“Hehehe… tauh gak, Aldo itu ditunangkan dengan aku, tapi ia gak mau… gak bisa move on dari cinta sejatinya katanya… hehehe!” Aku sempat bercanda dikit, tapi kaget melihat tatapan Olyvia yang berubah.

“Astaga, beneran Aldo?” Olyvia sampai melotot mendengarnya.

Aldo tampak gugup waktu ditanya. Ia sempat termenung mencari jawaban yang tepat.

“Eh, kurang lebih begitu, Cher…!”

—-

POV Titien

Segar!

Aku baru selesai mandi, dan merasa tenagaku pulih kembali. Ternyata udah jam 1 siang, udah dua jam sejak Ryno, Deya dan Naya pergi. Terasa kalo rumah ini jadi sepi kembali.

Eh, mana Shaun?

Aku mendapati sohib kentalku itu masih asik di kamarnya, main video games. Dia malu-malu waktu ku ajak makan bersama. Ihhh… kayak anak perawan aja… hihihi.

Waktu makan aku yang banyak ngobrol, walau kebanyakan hanya basa-basi doang... Khusus hari ini aku menuangkan wine di dua gelas… mungkin dengan ini bisa memancing Shaun bicara. Rasanya ada yang kurang, karena Shaun dari tadi hanya diam terus. Apa ia masih malu yah? Entah kenapa, aku merindukan ocehan mesum cowok geblek itu.

Pastilah harga dirinya jatuh tadi setelah kalah telak 3-0 didepan Naya, Deya dan Ryno. Hehehe... segitunya yah?

Aku mulai merasa menyesal. Gini-gini, Shaun adalah korban permainanku dengan Romeo dan Deya. Iya, Deya menjadi kaki tangan Romeo sih… tadi ia sempat kasih aku minuman di kamar mandi.. katanya obat kuat. Pantasan aku merasa terus-terusan horni dan tahan lama… bisa berjam-jam tahan orgasme. Tapi kemudian waktu ketika aku orgasme efeknya luar biasa.

Dasar Romeo… benar-benar mau meledek sahabatnya. Deya juga pake ikut-ikutan.

Obat biasa buat pemakainya cepat orgasme... keluar terus. Obat seperti ini biasanya digunakan menjebak wanita... tapi ini adalah obat kuat tipe yang lain, yang biasa dipakai cowok supaya anunya tegang terus dan tahan lama.

Tadi sih aku mau nolak, gak enak sudah mempermainkan Shaun. Tapi karena sudah terlanjur minum, terpaksa aku mengikuti permainan Ryno.

Eh mana Shaun?

“Dickhead? dimana kamu?”

Tak lama kemudian aku menarik tangan cowok yang kekar itu dan menuntunnya duduk di sofa. Sementara itu aku duduk di lantai meminta Shaun memijat leher dan pundak. Kembali segelas anggur menemani kami berdua sementara menonton TV.

“Dickhead!” Aku balik belakang dan menatap matanya.

“Kenapa Virgin?”

“Eh. Dickhead aku minta maaf yang tadi yah. Aku tidak bermaksud mempermalukan kamu didepan Naya... kamu sih gak bilang-pilang udah pake pijat-pijat segala!”

“Eh, gak perlu minta maaf. Gak apa-apa kok!” Shaun masih salah tingkah. ia gak berani menatapku..

Aku lantas duduk disampingnya dan merapat, sambil memeluknya. Aku menarik wajahnya dan memaksanya menatapku.

“Gimana? Yang tadi enak kan?” Aku tersenyum.

“Eh? Iyahhhh…"

“Hahaha… gimana gak enak, kamu sampai tiga kali... kok bisa Dickhead?” Aku ngomong dengar vulgar. Cowok ini tak kenal tata krama.

“Memek kamu juara! Benar-benar ngegrip. Kamu tahan banget, aku baru ngerti kalo kamu kantang waktu di Washington lalu.” Shaun ngomong juga… entah kenapa aku merasa bangga mendengar pengakuannya.

“Oh... hahaha.”

“Aku bingung Tien, keinginanku selama ini bisa ngentotin kamu…"

“Sudah terwujudkan?”

“Iya, tapi kok rasanya lain…!”

“Bilang aja kalo masih mau!” Aku hanya tertawa mendengar cowok itu ngeles.

Shaun juga ikutan tertawa, pertanda bagus. Tak lama kemudian, Shaun menceritakan soal obsesinya kepada tubuh ku. Ia ngomong apa adanya, tanpa ditutup-tutupi.….

“Aku terus memikirkan kamu tiap kali main dengan Naya. Malah, aku sering banget panggil nama kamu... apa aku jatuh cinta ke kamu yah?” Shaun terus ngomong.

“Eh?”

“Makasih yah, Tien. Sudah kasih aku pengalaman berharga yang akan terus aku ingat.” Shaun menutup kata-katanya dengan mencium punggung tanganku.

Aku hanya diam, bingung. Gak nyangka kalo Shaun sampai segitunya menginginkanku.

“Virgin, kok aku bingung. Kenapa waktu di rumah dulu kamu bisa keluar sampe berkali2. “

“Aku show off ke Ryno... eh, emang kamu yakin aku benar-benar orgasme?” Aku menjawab asal aja.

“Oh!” Dickhead kaget. Ia bergerak pelan mengambil anggur…

“Dickhead dengar dulu…” aku menahan tangannya.

“Aku hanya bisa orgasme ketika udah mau banget... biasanya hanya dengan orang yang kusayang. Selain itu kamu tahu kan kalo Ryno main dengan perasaan cinta... Gak terburu-buu, tapi mengalir pelan, itu yang membuat aku nyaman. Itu yang buat aku mudah orgasme…” Aku membesarkan hatinya, supaya ia gak merasa rendah diri.

“Pantesan"

“Maaf yah Virgin. Kamu sih main tergesa-gesa, malah bikin sakit.” Aku menatapnya dan tersenyum. Shaun menatapku lagi, dan tersenyum.

“Aduh…” Aku mengeluh memegang pinggangku.

“Eh, kenapa? Mau dipijat?” Shaun langsung memelukku.

“Tapi pijat doang, yah! Gak pake macam-macam. Aku cape tauh…”

Shaun tersenyum.

——

Tepat jam enam sore kami berdua sudah berada di kamar mandi, tepatnya di jacuzzi. Dari tadi Shaun memanjakanku, aku dilayani bak puteri raja. Sejak pembicaraan kami, Ia sudah gak malu-malu lagi. Yang justru muncul adalah sifat Shaun yang gentleman yang pernah menemaniku waktu di Washington. Sekali lagi aku bimbang, karena tingkah laku cowok ini yang pernah membuat aku hampir jatuh cinta padanya dulu.

Apa lagi keadaan memungkinkan, kita hanya berdua di rumah ini malam ini. Setelah memijitku, Shaun menemani aku di jacuzzi… dan aku merasa nyaman dengannya.

“Virgin, kita main kartu yuk?” Poker?”

“Pake taruhan?”

“Iya, truth or dare!”

“Ih, maunya…!”

Setelah beberapa kali mendesak, terpaksa aku menyanggupi permintaannya. Mungkin juga karena aku sudah terlalu banyak minum tadi siang, sehingga gak banyak berpikir lagi. Ah, biarlah…

Tak lama kemudian kita mulai bermain kartu di kolam itu sementara menikmati pijatan air.

Pada tiga putaran pertama, aku menang tiga kali berturut-turut. Membuat Shaun harus menceritakan beberapa pengalaman mesum dan memalukan yang pernah ia perbuat. Gak sadar, cerita Shaun membuat aku mulai bernafsu lagi.

Ketika aku kalah, gantian Shaun yang meminta aku membuka bikini atasannku. Ihhh… dasar cowok, maunya melihat toketku lagi. Kembali aku sanggupi, menggingat ia sudah melihat aku bugil tadi pagi.

Tapi Shaun tidak puas… ia kembali meminta aku membuka segitiga terakhir penutup tubuhku. Ihhh… masak aku harus bugil lagi. Udah dari tadi pagi telanjang terus, masak sekarang lagi?

Aku terpaksa membukanya dengan pelan-pelan, sementara Shaun menatap tubuh telanjangku dengan nafsu.

“Hush…!” Aku menyiram mukanya… “Dasar…”

Shaun hanya tertawa… Eh, ketika aku memperhatikan, ternyata Shaun sudah membuka pakaiannya. Ia juga sudah bugil, dan senjatannya udah tegang sekali… Mungkin karena dari tadi terjepit. Aku cuek aja… padahal diam-diam aku sudah terangsang.

Tak tahan, aku bertanya…

“Eh, Dickhead. Punyamu udah tegang lagi…?”

Shaun hanya tersenyum memamerkan senjatanya.

“Tiap kali kamu telanjang aku tersiksa, sayang!” Shaun merayu lagi.

“Hahaha gombal” Aku terkekeh… tapi pemandangan ini membuat aku tak fokus lagi. Wah, bisa kalah telak nih.

Benar aja, Shaun menang lagi…

“Titien kalah…!”

“Kamu sih…! Oke, mau dare apa?”

“Eh… aku mau minta…!” Wajah Shaun udah kelihatan nafsu. Pasti mintanya yang mesum-mesum.

“Minta apa lagi? belum puas udah buat aku telanjang?”

“Gak cukup Titien…!”

“Tapi kan aku sudah buat kamu nyemprot tiga kali?” Aku meledeknya lagi.

“Eh, tapi kan… eh…” Aku hanya tertawa melihat Shaun ragu-ragu. Tumben. Gayanya membuat aku jadi penasaran. Dan pengaruh alkohol membuat aku tak mampu berpikir panjang lagi… mana nafsuku juga sudah di ubun-ubun.

“Udah jangan ah eh aja… bilang aja mau apa?” Aku langsung memegang senjatanya yang sudah tegang… membuat Shaun kaget dengan ulahku yang amat berani.

“Eh… Tien… ahhhh…!” Shaun masih gak mampu bicara, sementara tanganku mulai bergerak pelan. Lucu juga melihat tingkahnya yang malu-malu kayak kucing…

“Hahaha… ketahuan mesumnya…!” Aku tertawa sambil melepas tanganku supaya ia penasaran. Rasanya sudah cukup buat ia kentang…

“Eh, maaf Tien…!” Tiba-tiba Shaun menarik tubuhku dan memeluknya… aku kaget, gak nyangka ia sudah seberani ini. Kayaknya ia gak tahan lagi, dan perlakuanku tadi menjadi bensin yang menyiram api nafsunya.

“Dickhead…ahhhh!” Aku hanya mengeluh manja ketika tubuhku diangkat dengan kasar dan tergesa-gesa. Dengan cepat tanganku memeluk lehernya agar aku jangan terjatuh, dan langsung aja aku Shaun menggendongku membawa ke kamar.

‘Astaga… kayaknya cowok ini mau lagi…!’

Aku hanya diam membiarkan tubuhku dibaringkan di atas tempat tidur… dan dengan segera Shaun menindihku dan menciumku dengan buas. Tangannya meremas kedua gundukan didada dengan kuat.

Gawat juga Dickhead kalo udah bernafsu gini. ‘Apa kenakalanku tadi udah keterlaluan yah, sampai Shaun ia gak tahan lagi?’

Ia masih menciumku, sampai aku menenangkannya.

“Shaun… jangan kasar dong!” Aku berbisik pelan…

Segera Shaun menghentikan kekasarannya.

“Aku gak mau seperti ini…!”

“Maaf Tien…” Shaun menatapku lama… perlahan aku melihat gairah yang tak terkendali mulai meredup. Shaun kembali mampu mengontrol dirinya…

Aku tersenyum… aku tak mau Shaun larut dalam kekecewaannya dan kembali mempersalahkan dirinya.

Cup… Aku mencium pipi kirinya. Shaun kaget…

Cup… aku mencium pipi kanannya, tapi kali ini Shaun sudah siap. Ia mengantisipasi gerakanku dan memalingkan wajahnya… bibirku disambut dengan bibirnya… dan aku kaget ketika bibir kami sudah bertemu, dan Shaun menahan kepalaku lama-lama.

“Hmmm… ehhh!” Aku gak mampu mengelak… Shaun menciumku dengan kuat, penuh perasaan… tapi terasa lembut. Aku jadi terlena, dan tanpa sadar membuka bibirku, membiarkan lidahnya masuk.

‘Astaga apa yang ku lakukan?’

Tindakanku membuka gerbang nafsunya… tangannya kembali memeluk dan membelai tubuh telanjangku, sedangkan bibirnya terus melumat bibirku, dengan lidah yang nakal menjanjikan kenikmatan terlarang.

Kali ini aku hanya membiarkan… tubuhku terlena dan pasrah atas sentuhan-sentuhan lembut. Ini yang aku takuti selama ini, Shaun yang mampu membuat aku nyaman.

Shaun terus mencumbuku, sehingga aku merasa sudah di awan-awan, dan aku menyambutnya dengan penuh gairah. Aku gak perduli lagi, asih toh Ryno dan Naya sendiri sudah mengijinkan. Apa lagi suasana malam ini sangat mendukung. Aku terus membiarkan tubuhku terangsang hebat, dan mengecap kehangatan nafsu.

“Eh, Shaun, kok langsung nyodok masuk aja gak bilang-bilang!”

——-
 
Mat malam semua! Belum ganti page yah? padahal udah siap-siap di update...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd