Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Season 4 Las Vegas

Episode 13: Playing with Fire



POV Orang ketiga

“Bruak”

“Ehhhh…!”

Pintu kamar dibuka dengan tiba-tiba membuat kaget kedua orang yang berada di tempat tidur…

“Bangsat loe Boy, jidat gua masih benjol!” Teriak Deni, orang yang baru masuk itu.

"Kamu yang bangsat, bikin kaget aja!" Kata Boy seraya menutup tubuhnya dengan selimut.

Deni dan Boy adalah dua orang anggota dari komplotan Dinah di Los Angeles, eh, malah Boy itu kakaknya sendiri. Cowok itu masih aja penasaran dengan tubuh Titien, padahal ia sempat membuat menelanjangi cewek itu waktu masih gadis dan juga sempat melucuti pakaiannya waktu di Los Angeles. Untunglah gadis itu bisa selamat dari perkosaan cowok itu.

Boy dan Deni dahulunya merupakan kawan baik dari Edo, terutama waktu mereka kuliah. Kedua cowok itu adalah pentolan geng Kobe yang sudah melegenda dengan pesta seks di kampus, dan menjebak gadis-gadis cantik. Dan Titien sudah menjadi target mereka sejak kuliah, gadis yang membuat geng itu hancur lebur dan menciptakan dendam membara sampai sekarang.

Boy sempat mengalami masa tahanan di penjara LA selama satu bulan lebih, tapi kemudian bebas karena kurang bukti keterlibatannya. Sementara Deni menjadi buron dan harus pindah-pindah negara bagian supaya bisa bebas. Keduanya kini bekerja sebagai simpanan mami-mami di New York.

Deni juga adalah orang yang dicari Edo sejak dulu, karena menjadi penyebab kematian pacarnya, Della. Sayang sampai sekarang belum ketemu.

Deni merasa heran, tumben Boy siang-siang pake selimut. Deni mau teriak lagi, namun segera ia curiga kalau Boy tidak tidur sendirian. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan.

Deni menarik selimut secara tiba-tiba.

“Ehhhh…!” Terdengar suara seorang gadis mengeluh lirih.

Deni agak kaget, dan ketika ia melihat dengan teliti, jelas ada tubuh telanjang milik seorang gadis yang putih mulus yang sedikit terekspos di balik selimut malu-malu.

Seorang gadis manis dengan tubuh yang seksi…. wajah yang innocent tapi membayangkan birahi.

Sementara pemilik kamar, Boy, sohibnya sendiri ikutan menyembunyikan tubuh telanjangnya sambil mengumpat karena kaget.

“Eh, bangsat… bikin kaget orang aja!”

“Hahaha siang-siang ternyata sudah ngentot, eh siapa? Barang baru yah?” Deni meledek sohibnya

“Keluar dulu, cepat!” Boy kembali mengusir cowok itu. Sementara itu sang gadis yang masih mencoba menyembunyikan tubuh telanjangnya kelihatan malu-malu.

“Iya… iya…”

Deni segera bergegas keluar dan menutup pintu, sambil menuju ke ruang makan, mencari apa yang bisa dicomotnya.

Boy segera mengenakan kaos dan celana boxer sambil memenangkan gadis yang masih berada ditempat tidur. Tak lama kemudian ia segera keluar dari kamar, sambil mendekati Deni yang lagi menunggunya di ruang makan.

“Eh, Boy… siapa itu? Tumben kamu dapat yang segar-segar?” Deni penasaran dengan gadis yang dilihatnya.

“Lo mau? Boleh, tapi tunggu yah. Aku aja baru pake dua kali. Puas-puasin dulu…” Boy meledek sohibnya.

“Pasti kalo tunggu kamu puas dulu, memeknya udah dower. Kamu dapat dari mana, Boy?”

“Gini, dia itu anak Mami Sharon, yang kegap waktu ngintipin gua main sama ibunya. Berhubung doinya sudah sange, yah gua sikat aja!”

“Masih prewi gak?”

“Gak sih, tapi onderdilnya masih ori... mungkin baru dipake test drive sama cowoknya..” Boy menjelaskan.

“Mujur benar bro, aku sidah hampir dua bulan disni, selalu dapat mami-mami, kamu yang baru beberapa minggu udah dapat daun muda!”

“Hehehe…!” Boy hanya tertawa…

“Eh, kan kamu yang bujuk-bujuk ke aku jadi gigolo, katanya disini banyak janda-janda bahenol yang rindu kepuasan! Kenapa sekarang kamu yang ribut. Padahal aku kan dapat STW sisa-sisa kamu…” Boy menghibur sohibnya.

“Iya... iya… tahu! Eh tanya dong, doinya punya teman gak?” Deni masih penasaran dengan cewek itu.

“Hahaha... nantilah kita lihat aja. Kalo ada party, pasti kamu diundang. Eh, kenapa kamu disini.? Sudah kubilang jangan dekat-dekat aku dulu, nanti Edo lihat!” Boy menegur lagi.

“Kamu pikir aku takut sama si bego itu?”

“Kamu jangan bikin kekacauan…. tujuan kita udah dekat!”

“Kapan?” Deni tanya lagi.

“Gini, menurut Edo, target kita udah gak lama lagi datang kesini, yah dua hari lagi Titien pulang rumah sendirian. Darla sudah terbang ke California kemarin, katanya mengantar barang-barang milik Deyara ke Los Angeles, dan kontak kita disana udah tahu lokasinya, dan sudah mempersiapkan jebakan untuk cewek itu. Kalo ia sudah ketangkap, pastilah Edo mau kerja sama dengan kita. Tapi gak apa-apa, tujuan utama kita kan Titien, dan ia tak lama lagi akan jatuh ke tangan kita. Akhirnya dendam kita akan terbalaskan… dan kontol kita bisa menikmati lagi memek kelas tinggi…!” Boy menambahkan lagi.

“Terus, apa rencanamu!”

“Besok, Edo akan aku ajak dia minum, kasih mabuk nanti aku antar pulang, Kalo aku sudah di dalam rumahnya kan gampang untuk shhhh shhhh…" Boy menyambung kata-katanya dengan bisikan di telinga Deni, supaya gak kedengaran.

“Wah pasti Titien itu akan kena juga!” Deni bisa membayangkannya.

“Pastilah kita bisa menikmatinya sepuas-puasnya…!”

“Duh, bayangin aja si otong langsung naik!”

Tapi ingat, jangan kesusu! Itu sebabnya wajah buruh elo jangan sampai dilihat Edo. Bisa kacau rencana kita…

“Terus si bego itu?”

“Awalnya kita biarkan aja ia main-main dulu, setelah itu baru aku masuk sambil ancam dia. Lalu kita ... ssh.. shhhhh…” Boy kembali membisikan rencananya.

“Iya bos beres!”

“Sudah kalo gitu mari kita ambil obatnya dulu!” Ajak Boy.

“Ini bos… ingat yah, satu botol kecil ini, cukup untuk satu galon aqua!”

——

POV Titien

“Kring… kring… kring”

Aku melirik ke hape dan melihat nama seorang cowok tertera di sana.

“Shaun”

‘Mau apa lagi dia?’ Setelah pikir-pikir, akhirnya aku memutuskan untuk tidak menjawab telponnya.

Benar aja, setelah beberapa kali tidak terjawab dan masuk ke mailbox, Shaun mematikan telpon. Ia tidak mau menitip pesan! Artinya gak ada yang penting, mungkin sekali ia hanya butuh teman ngomong.

Maaf Shaun, bukan karena aku tak menganggap kamu teman. Tapi aku masih ingat percakapanku dengannya waktu antar dia ke airport dua hari lalu… Memang Shaun sudah kembali ke apartemennya di San Diego, sementara Naya dan Aldo juga sudah sibuk dengan pekerjaan mereka di California selatan.

Seperti biasa, hari itu Shaun memulai omongannya denan mengungkit-ungkit peristiwa bersejarah dimana ia udah ML dengan aku di kota ini…

“Makasih banyak Virgin, udah kasih pengalaman yang semanis itu…!”

“Kamu udah puas kan, gak penasaran lagi dengan aku!” Entah kenapa aku bertanya seperti itu.

“Virgin, kamu beda dengan cewek lain… aku gak akan puas”

“Eh maksudnya…”

“Aku mencintaimu Tien… sungguh!” Kata-kata Shaun benar-benar membuat aku terkejut. Inilah yang aku takutkan, Shaun melibatkan perasaannya.

Begitu melihat pompa bensin, aku langsung menghentikan mobil dan memarkirnya disebelah pompa bensin itu.

“Apa katamu?”

“Maaf Tien… ini semua salah kamu dan Ryno. Aku tak bisa hidup lagi tanpa kamu…”

“Tapi kamu kan akan segera kawin dengan Naya…” Aku membalikkan kata-kata Shaun.

“Kalo itu maumu aku akan buat… yah aku juga punya rasa dengan Naya, tapi aku kini sadari kalo aku juga sudah jatuh cinta padamu.”

Aku hanya bisa diam…

“Kamu ingat kenapa aku menerima peluru itu? bukan karena aku pake baju pengaman. jujur aku lupa kalo aku pake jaket anti peluru, Tapi karena aku ingin melindungimu… aku gak bisa membiarkan kamu menderita…”

“Shaun…”

“Maaf Titien. “

“Shaun… tolong jangan pernah ngomong seperti itu… kalu aku dengar lagi, aku akan membencimu seumur hidup.”

“Maafkan aku sayang… mungkin ini kali terakhir, tapi semoga kamu tahu ada seorang cowok brengsek yang mencintaimu dengan segenap hati.”

Aku hanya diam dan menatapnya.

Shaun menatapku juga lalu melepas seatbeltnya. Shaun mendekat lalu memelukku, dan aku biarkannya. Ia juga mencium di pipi dan dahi…”

Shaun menatapku lalu mengecup bibirku… Ini sudah terlalu jauh. Dengan segera tubuhku bereaksi menolaknya…

“Sayang!” Shaun menenangkanku.

“Tidak Shaun!” Aku tak mau, ketika ia mendekat aku kembali meronta…

“Aku benar-benar mencintaimu… sayangku…” Shaun menggila, ia tak mampu lagi menahan diri.

“Jangan pernah panggil aku sayang lagi… dengar baik-baik Dickhead. Kamu mencintai Naya dan akan terus mencintainya. Kamu akan menikah dengan Naya… dan melupakan semua yang terjadi antara kita. Aku bukan milikmu…” Aku berkata dengan tegas kepadanya. Cowok ini gak boleh di kasih peluang apa-apa.

“Maafkan aku"

“Sudah, jangan minta maaf lagi. dan kuingatkan, sekali lagi aku mendengar kamu bilang itu, terutama didepan Naya. Aku akan membencimu seumur hidup dan tak akan pernah memaafkanmu.” Aku mengancamnya.

“Iya Virgin…”

“Kalo kamu masih ingin bertemu aku, ingat itu baik-baik. Simpan semua perasaanmu… aku tidak mau mendengar sepatah kata apapun soal itu.”

Shaun kembali ke tempat duduknya dan mengancingkan seatbeltnya… Ia terus diam sampai di airport. Bahkan sampai ia turun pun ia tidak mengucapkan apapun, bahkan tanpa menatap lagi..

Setelah mengambil bagasinya, Shaun langsung menuju tempat cek in.

Dan aku hanya bisa melihat dari jauh… tetesan air mata mengalir deras… Aku menangis… entah kenapa aku merasa kehilangan.

“Dickhead… I think I’m gonna miss you, too…”

——-

Tiga hari lalu Shaun berangkat, terus kemarin giliran Deyara yang pergi ke California setelah dijemput oleh Aldo.

Tanpa Deyara, rumah terasa sunyi. Rasanya baru kemarin kami bertiga merayakan keberhasilan konser Ryno di salah satu spa yang terkenal di kota ini. Gak ada pesta sih, yang ada justru memanjakan tubuh kami. Yah Ryno dan Deyara merasa kalo tubuh mereka pegel-pegel dan butuh dipijat oleh terapis. Sedangkan aku mengambil paket kecantikan untuk kembali merawat wajah dan kulitku agar segar.

Setelah perawatan spa, kami menuangkan tiga gelas anggur dan bersulang untuk kesuksesan. Terutama karena telah menyelesaikan konser akbar dari Ryno dan Deyara yang begitu sukses.

Konser itu sendiri sempat ditambah dua kali lagi khusus untuk kalangan ekslusif, sehingga praktisnya kami tertahan lebih seminggu lagi di kota ini. Untunglah tidak terlalu padat, meskipun Ryno harus mengisi beberapa rekaman dan interview dari majalah-majalah musik.

Konser itu selain mengukuhkan posisi Ryno sebagai Raja musik klasik, tetapi juga mengangkat pamor Deyara sebagai wajah baru yang patut diperhitungkan dalam industri seni tarian dan show. Ditunjang dengan wajah yang cantik dan tubuh yang padat serta proporsional, Deyara menciptakan sensasi baru kalo penari wanita harus lentur dan liat. Gerakannya yang bertenaga dan kuat memberi efek tough yang berbeda… paduan yang mematikan antara fleksibilitas dan kekuatan otot yang sudah terbentuk. Setiap kali kakinya naik melengkung, dapat dipastikan itu bukan hanya kosong, tapi mematikan.

Mungkin baru sekarang ada penari dengan latar belakang tae kwon do, bukannya ballet.

Di dalam spa kami bertiga membahas rencana kuliah Deyara. Ryno menyuruh aku pulang duluan, sedangkan urusan Deyara di Los Angeles nanti ia sendiri yang atur. Kebetulan sih karena ia juga ada projek di California selatan, dan harus tinggal di sana sekitar tiga atau empat minggu. Sekalian aja Ryno yang membawa Deyara mendaftar kuliah.

Aku masih teringat jelas percakapan kami…

“Kamu yakin, Sayang?”

“Iya… nanti aku yang akan mengantar Deyara dan membantu mendaftarkan ia kuliah. Kamu gak usah takut, semua keperluan Deyara nanti aku penuhi disana!” Kata cowok itu dengan mantap.

“Tapi apa kamu tahu asrama model gimana yang cowok buat cewek? Ini urusan wanita lho, bisa-bisa kamu gak diijinkan masuk kedalam!” Aku coba berargumentasi dengannya.

“Kak, gak apa-apa kok… aku bukan anak kecil lagi!” Deyara membela suamiku.

“Tapi…”

“Udahlah Virgin… kamu gak usah takut, pasti aku buat yang terbaik soal tempat tinggal Deyara. Kamu cukup tuliskan aja apa semua criteria yang kamu inginkan!” Ryno memberiku kertas dan pena.

Terpaksalah aku menyetujui dan mulai membuat daftar yang panjang soal kebutuhan Deyara.

“Wah, lengkap sekali Kak. Ayahku aja gak pernah terpikir sampai segini…!” Kata Deyara sambil memelukku.

Sementara aku balas memeluk tubuh yang harum itu.

Ternyata itu cuma rencana, karena pada malam hari tiba-tiba aja Aldo beserta ayahnya datang menjemput Deyara untuk mendaftarkan ia kuliah.


——-

Hari ini terasa sunyi sekali… ini kali pertama kami hanya berdua di kota judi ini. Benar-benar terasa kehilangan... awalnya Naya yang berangkat ke LA, disusul oleh Cherry ke Toronto, kemudian Shaun ke San Diego. Terus tadi malam Deyara berangkat ke LA, sehingga praktisnya rumah yang biasanya penuh dengan keributan, kini hanya diisi oleh Ryno dan aku…

Tapi ambil positifnya aja… ini adalah kesempatan emas aku bisa berduaan dengan suamiku. Udah cukup lama kita gak seperti ini… sayang sekali, harapan itu sukar dilaksanakan. Walaupun hanya berdua, Ryno tak bisa diganggu.

Kedatangan ayah Aldo dan pertemuannya dengan Ryno kemarin adalah pertemuan bisnis, di mana Ryno diminta untuk mengembangkan suatu konser berupa musical play bercirikan musik daerah tropis (Afrika, Latino dan South-east Asia) dalam rangka inaguration hotel dan service apartment mereka yang baru. Selain itu juga dikaitkan dengan launching resort tropis yang sudah siap dengan groundbreaking-nya di San Diego, projek raksasa yang bekerja sama dengan perusahan milik orang tua Naya.

Sebagai music director, Ryno bertanggung jawab mengembangkan beberapa musical play, terutama orchestra scores yang akan ditampilkan dalam konser. Tapi projeknya tidak berhenti di acara itu, karena ia terus akan terlibat dalam even-even perusahan mereka.

Akibatnya mudah ditebak, cowok yang gila kerja itu menjadi sibuk sekali mempersiapkan projeknya di California, dari tadi ia sudah sibuk main telpon. Kasian sekali… padahal aku ingin bermesraan dengannya malam ini, apalagi besok aku berangkat kembali ke New Jersey.

Bagaimana baiknya yah? masak aku sunyi terus sendiri seperti ini, ada suami disamping tapi gak diperdulikan.

Ego-ku mulai mengambil alih. Pertanda buruk bagi cowok itu…

‘Ah, aku punya cara bagaimana membuat ia takluk…’ Aku tersenyum penuh arti.

Segera aku mandi sebersih-bersihnya, bahkan menggunakan sabun yang berbau harum menggoda… istilah kerennya mandi seksi, hehehe… Setelah mandi, aku membalut tubuh telanjangku dengan sebuah lingerie yang transparan, dan berjalan sambil meliuk dengan percaya diri di depan Ryno yang sibuk dengan pekerjaannya. Yah, aku akan menggodanya!

“Sayang, kamu rasa tidur?” Aku berkata sambil menyingkapkan paha kiriku yang mulus, sambil berpose dengan seksi.

“Tidurlah duluan, aku nanti nyusul!”

“Dasar!” Aku mengumpat kecil… trik ku gagal, jangankan melotot, Ryno tidak melihatku sama sekali.

Aku jadi kesal, dan tanpa sengaja menyenggol kursi di depan…

“bruakkk!”

“Aduhhhh!” Aku merintih kesakitan.

“Ada apa sayang?” Ryno memalingkan wajahnya menatapku.

“Sakit…!” Aku mengurut pahaku di tempat tidur…

“Hahaha… makanya, kalo berjalan lihat-lihat dong, bukannya bergaya genit gitu!” Ryno mengejekku…

‘Eh tunggu, berarti dia tahu yah?’

Ryno memindahkan laptopnya, kali ini ia duduk di samping tempat tidur, dimana aku berbaring. Ia membelai pahaku.

Aku jadi deg-degan…

Hanya tiga kali ia membelai, lalu tangannya kembali ke laptop lagi…

‘Dasar…!’ Aku mengumpat lagi sambil tertawa. Apa aku terlalu berharap yah?

Ryno kembali suntuk dengan pekerjaannya, dan aku mulai merasa dicuekin lagi…

“Sayang, dengar dulu… aku mau cerita!”

“Cerita aja, aku dengar kok!” Ryno tidak berpaling sedikitpun, matanya masih terus menatap layar laptopnya.

“Tahu gak waktu aku antar Dickhead ke airport, dia sempat minta quicky di mobil!” Mungkin ini akan menarik perhatiannya…

“Terus?”

“Tanganku ditarik-tarik, disuruh memegang kontolnya….!” Aku ngomong aja dengan vulgar.

“Hmmm..”

“Ia, tiap kali lampu merah, ia minta aku kocok batangnya di mobil…” Aku terus bercerita, tapi kelihatannya Ryno tidak tertarik apa-apa. Tapi aku tidak putus asa.

“Kamu dengar?”

“Iya… harusnya kamu kasih aja!”

‘Dasar…’ Aku tahu Ryno meledekku.

“Tahu gak, waktu di tempat parkit bandara, ia memaksaku mengocoknya sampai keluar… terpaksa ku layani. Eh, tangannya malah grepe-grepe toketku… lalu… hahaha” Aku jadi ingat lagi kejadian yang sebenarnya.

“Terus?” Ryno makin tertarik…

“Yah, gitulah… aku kocok cepat, tak lama kemudian aku lihat ada dua orang cowok berjalan tak jauh dari kami…” Kali ini aku cerita serius.

“Shaun stress, karena aku buat ia kentang. Pas mau keluar, aku buka kaca, pura-pura panggil teman lama. Padahal aku gak kenal. Kedua cowok itu langsung berpaling dan mengangkat tangan”

“Huh?”

“Aku membuka pintu lalu cepat-cepat keluar dari mobil. Shaun jadi gugup dan langsung menarik ritsleting celananya ke atas. Tapi… hahaha….!”

“Kenapa?”

“Anu-nya kejepit… sampe lecet… Shaun teriak kesakitan…!”

“Huh?”

“Iya… dan yang bikin dia tambah stress, ternyata kedua orang yang lewat itu orang buta. Keduanya pake tongkat…”

“Hahahaha…” Ryno ikutan tertawa kuat-kuat.

“Lucu juga lihat gaya Shaun berjalan di airport, kayaknya masih kesakitan. Ia sampai pegang-pegang celana, supaya tidak kena kemaluannya… hihihi. Siapa suruh mesum di mobil… hahaha…!”

“Kasihan banget Dickhead, bisa-bisa dua minggu ini dia gak bisa coli!” Ryno ikutan meledek.

“Tidak coli… hahaha… iya yah!” entah kenapa aku sudah biasa dengan ledekan ala Ryno dan Dickhead yang cenderung mesum.

“Nanti aku telpon dia suruh amputasi!” Ryno makin menjadi.

Aku tersenyum dalam hati… ternyata Ryno memperhatikan ceritaku dari tadi. Aku mulai menyambung dengan cerita lainnya…

“Tahu gak, habis antar Shaun ke airport, aku pergi ke mana?”

“Ke dokter kan? kamu yang bilang kemarin.” Kata Ryno.

“Tapi aku gak bilang kalo aku ketemu dokter spesialis!”

“Eh, kamu sakit apa?” Ryno kaget.

“Aku ke OB-gyn (dokter kandungan) untuk mengganti kontrasepsi, tapi kaget. Ternyata dokternya laki-laki, orang Arab… ganteng banget, mirip pangeran Fahad al-Saud. Ih… gila tatapannya…!” Aku mulai dengan agendaku semula.

“Banyak kok gynecologist laki-laki di sini!”

“Iya tapi gak ada yang seganteng dia… pas aku sudah ngangkang di kursi, dia datang bawa teman… co-assistant-nya juga ikutan masuk, ternyata adiknya. Mukanya juga gak kalah ganteng… Bayangkan aja, aku lagi ngangkang di tempat tidur, mempamerkan vaginaku kepada dua cowok ganteng…”

“Terus…” Ryno pura-pura gak perduli, tapi aku tahu ia penasaran.

“Yah, sudah… aku jadi merah karena malu… mereka berdua juga sempat terpana melihat aku. Mungkin baru sekarang dapat pasien cantik gini… aku jadi bergidik melihat tatapan mereka seolah-olah ingin memperkosaku…”

“Tahu gak, waktu aku melirik ke celana mereka, ada tonjolan besar di sana… kamu tahu kan ukuran cowok-cowok dari Timur Tengah? Aku rasa gak kalah dibandingkan dengan ini…” Sambil bercerita tanganku langsung memegang kontol Ryno yang sudah menegang di balik celananya…

“Eh… Tien… jangan..!” Ryno tampak kaget, mungkin malu udah ketahuan mesum. Kontolnya udah tegang… hahaha…

“Aku hanya mau bandingkan kok gimana besarnya… tumben, kamu udah mau yah?”

“Gak…. aku masih sibuk sayang!” Ryno masih banyak alasan, tapi ia membiarkan aja waktu celananya aku pelorotkan ke bawah, sementara kontolnya mulai ku kocok perlahan.

“Keduanya bergantian mencolek-colek kemaluanku… pake alasan free papsmear segala… pokoknya jauh lebih lama dari biasanya. Malah keduanya sampai membuka-buka bibir vaginaku. Ihhhh…, tahu gak. Aku hampir nyampe waktu mereka memasukkan alat ultra-sound yang panjang sampai di rahimku… mana digoyang-goyang lagi!” Aku membayangkan kejadian itu sambil berbicara dengan seksinya… dan kocokanku makin cepat aja.

Ryno hanya diam… tapi tubuhnya udah gelisah menahan diri.

“Terus adiknya membuka bajuku, pake alasan untuk periksa tumor payudara… dan toketku diremas-remas dari atas, sementara kakaknya meraba-raba vaginaku… ahhhh…. aku udah pasrah kalo mereka mau perkosa… yah, perkosa aja.”

Masih terus diam, seakan tidak memperdulikanku… tapi aku tahu ia berpura-pura. Kontolnya yang tegang udah mulai nyut-nyut, tanda gak lama lagi ia keluar.

“Aku udah tutup mata… sambil mendesah, mereka tambah semangat. Malah udah dua jari yang masuk ke lubangku, dan dikocok cepat-cepat… kakiku makin terbuka, dan hampir aja squirt… eh… terus…!”

“Terus apa…” Ryno sudah tutup mata dan mendesah pelan, aku sudah tahu sekali gayanya yang siap melepaskan pejuh. Dan pas satu detik sebelum ia nyemprot, aku menjepit leher kontolnya kuat-kuat…

“Aku bangun dari mimpi… hehehe!” Aku meramas kuat kontol yang sudah tegang itu, dan menaruhnya lagi dalam celana…

“Udah yah… bos mu lagi sibuk, nanti aja yah!” Kali ini aku ngomong ke kontolnya, sambil mengelusnya dari luar celana.

“Virgin…” Ryno stress… pasti kentang. Ia memanggil nama pinggilanku setengah berteriak. Aku tertawa dalam hati.

“Kenapa?”

“Terus dong… jangan bikin aku kentang!” Ryno menyahut dengan emosi.

“Terus apa? ceritanya? ato?” Aku pura-pura gak tahu apa maunya…

“Ihhhh… nakal… dasar!” Ryno langsung bangun dan menindih aku di tempat tidur. Bibirnya langsung mencari bibirku yang dicium dengan nafsunya. Hahaha… kena juga dia.

“Kreeekkkk!” Ryno jadi kalap, begitu melepas ciuman yang panas itu, ia langsung merobek lingerie tipisku sampai terbuka lebar.

“Sayang, pelan-pelan dong…!” Aku menatapnya sambil tersenyum.

Romeo terus melepaskan potongan kain tipis di tubuhku, lalu melepas kaos dan celana basketnya dengan cepat, sebelum menindihku… mulutnya langsung mengisap nenen sambil kedua tangannya membuka kakiku lebar-lebar dan menyentuh memek ku pelan.

“Udah basah kuyup ternyata!” Romeo menyerigai.

“Katanya sibuk…!” Aku membalas.

“Iya, udah tahu orang sibuk digoda gini!” Ia tertawa…

“Siapa suruh tergoda… hampir aja aku telpon Dickhead ajak phoneseks… Ahhhhhhhh” Kata-kataku langsung terdiam ketika menerima tusukan batangnya yang keras seperti batu.

“Hush… kamu terlalu banyak bicara…!” Ryno menutup mulutku dengan jarinya, sebelum bibirnya nyosor tanpa permisi.

Sementara aku langsung terdiam dan mencurahkan konsentrasiku menerima tusukannya yang penuh nafsu. Tanganku melingkar di leher jenjang itu sambil menatap bola matanya yang bersinar hijau penuh asmara. Wah, bisa pegal-pegal tubuhku sore ini lagi…

Plok.. plok… plok… plok… plok…

Penyatuan tubuh yang indah, tanpa rasa malu, tanpa rasa berdosa. Kontol yang panjang itu sudah kenal sarangnya dan dengan segera menyentuh titik-titik rangsang tubuhku…

Plok.. plok… plok… plok… plok…

Aku masih aja bergantung di lehernya sambil saling menatap. Tak ada kata yang keluar… tak perlu kata-kata untuk menggambarkannya.

Plok.. plok… plok… plok… plok…

Kami berdua terus memacu, menyadari kalo tidak ada waktu untuk bermain-main. Aku berusaha memanjakan suamiku melalui jepitan dinding vagina yang lentur, dengan otot-otot yang sudah terlatih dengan senam teratur. Ryno mendesah…

Plok.. plok… plok… plok… plok…

Tusukannya makin nakal dan tak berirama, membuat aku sukar mengantisipasi. Dengan cepat aku merasa terbuai… orgasmeku sudah didepan mata.

Plok.. plok… plok… plok… plok…

“Sayang, kita keluar sama-sama yah!” Kata-kataku terbata-bata.

“Iya aku gak lama lagi..!”

“Aaahhhh…!”

“Aahhh!”

“Aaaaaaaaaarrgggghhhhhhhhh!” Kembali tubuhku berkelojotan mendapatkan puncak orgasme. Sementara batang milik Ryno mengedan dan mengeluarkan isinya di mulut rahimku.

“Aaarrggghhhhhhhhhh!” Tubuh kami berdua menegang kuat dan terangkat tinggi, sambil memeluk dengan sangat kuatnya. Setelah itu kembali terhempas ke atas kasur, menarik nafas panjang.

“Haaaahhhhhhhh!”

“Makasih sayang… kamu benar-benar hebat!” Aku menatapnya dengan wajah yang bercahaya dan senyum yang lebar membayangkan kenikmatan besar.

“Sama-sama… kamu yang terbaik sayang!” Ryno membelai rambutku. Tangannya dengan nakal memegang toketku dan membelainya dengan lembut.

“Hush, sudah… nanti aku mau lagi!” Aku meledeknya…

Setelah beristirahat sebentar, Ryno mulai bertanya-tanya. Ia penasaran mengenai ceritaku soal dokter kandungan.

“Aku mau buka KB spiral… tapi waktu cari-cari, dokter kandungannya laki-laki, dari namanya orang Arab lagi. Aku gak mengerti selera ibu-ibu hamil di sini?”

“Hahaha… tapi tanpa KB, bisa-bisa kamu hamil, sayang?”

“Emang kenapa? Kamu gak mau tanggung jawab?” Aku bertanya menantang.

“Aha… bilang aja kalo sudah mau hamil. Pantesan dari tadi menggoda terus.” Ryno mengelitikku membuat aku tertawa.

“Kamu juga tergoda kan?” Aku menatapnya dengan mimik wajah yang dibuat-buat centil.

“Dasar… udah tahu aku sibuk…” Romeo mencubit pipiku.

“Iya aku tahu. Rugi banget aku yah? Kalo tahu kamu sibuk aku sudah tahan Shaun barang sehari atau dua.”

“Hahaha, mau banget yah?” Ryno menggoda lagi.

“Udah, kalo kamu macam-macam, aku minta aja ke dua satpam yg didepan. Pasti mereka mau…” Aku meledek.

“Dasar… eh.. mau apa lagi?” Ryno terkesiap, aku mengocok lagi kontolnya yang mulai tegang lagi.

Aku terus mengocoknya, Ryno pura-pura aja gak mau, tapi kontolnya udah kembali tegang. Aku tahu ia gak mungkin puas kalo hanya sekali ngecrot… Aku memancingnya berbicara lagi, tapi harus cari topik yang akan menaikkan nafsunya.

“Mungkin kalo Cherry masih disini, aku ajak temani aku temui kedua dokter itu.”

“Huh?” Ryno jadi kaget.

“Kamu tahu sendiri kan anak itu nakal banget, nakan dan seksi, suka mancing-mancing cowok! Kalo aku kan malu-malu…” Aku tahu kalo suamiku masih penasaran pada adik iparku yang nakal itu.

“Kalo ada Cherry pasti kedua cowok itu udah digoda berulang-ulang. Cewek itu kalo jalan melenggok suka bikin cowok cenat-cenut. Apalagi kalo sudah kena lirikan memikatnya, mana ada yg bisa tahan.” Aku menggodanya lagi sambil merasa kalo kontolnya udah tegang maksimal… hahaha.

“Hmmm” Ryno menutup mata, ikut membayangkan.

“Aku gak bisa bayangkan kalo mereka masukkan ultra sound ke dalam vagina Cherry, pasti anak itu teriak-teriak nakal waktu digoyang-goyang di dalam!” Aku berbisik di telinganya, sambil mempercepat kocokanku di kontol yang mulai berdenyut.

‘Gotcha… sayang!’ Aku tertawa dalam hati. Romeo sudah terpengaruh, gak bisa lagi menahan nafsunya.

‘Apa baiknya aku buat ia kentang lagi yah?’

“Mau lanjut?” Aku menghentikan kocokanku serta menggenggam kontolnya lagi, menanti jawaban.

Ryno mengangguk pelan, aku tertawa falam hati. Wajahnya udah terbayang sange level dewa.

“Aku gak habis pikir gimana bisa kamu malam-malam masuk ke kamar Cherry terus langsung main nyosor vaginanya!” Aku mengocok dengan pelan, mempermainkan nafsunya.

“Eh itu…”

“Cherry sendiri bilang kalo ia sampai kaget, begitu bangun vaginanya udah basah kuyup…”

Tambah cenat-cenut cowok itu, karena aku masih bergerak dengan pelan-pelan.

“Ia puji-puji terus batang kamu, katanya gak pernah lihat yg sebesar itu... pantesan waktu paginya Cherry gak bisa bangun lagi.”

“Ia bilang gak pernah sedalam itu. Apa memek Cherry sesempit itu yah?” Aku berbisik pelan…

“Kring…. kring… kring…!” Belum sempat aku lanjut, hapeku berbunyi. Kesempatan aku makin mempermainkannya…

“Eh, biarin aja!” Romeo gak mau nafsunya terganggu, melarangku mengangkat hape.

“Hallo” Aku menekan tombol speaker tanpa menyadari siapa yang telpon.

“Apa kabar Kak Virgin….!” Terdengar di seberang telpon suara ceria seorang gadis muda menyapaku dengan riang.

“Cherrie? Aduhhh….ahhh…” Aku terkejut… sempat keluar desahan tertahan. Ternyata sambil mengangkat telpon Ryno sudah membalas perlakuanku dengan mengobel memekku dengan dua jari-nya yang besar-besar.

“Kak… lagi apa, kok mendesah?”

“Gak kok… eh… eh… aahh…. a… aku…kaget aja dengar suaramu…!” Ryno langsung membuka kakiku lebar-lebar, dan kontol yang sudah tegang itu sudah digosokkan ke belahan kecil di selangkanganku. Aku gak bisa mengontrol diri… desahanku makin keras.

“Lagi ngapain Kak? jangan-jangan lagi gituan yah?” Cherry pasti mendengar desahanku…

“Eh, tunggu Ryno. Aku lagi telpon…” Aku berbisik kuat sambil mencoba menutup speaker hape…. tapi kayaknya Cherry dengar…

“Kak… lanjut aja… maaf aku ganggu yah?”

Aku tidak memperdulikan telponnya lagi… dan membiarkan Ryno mengambil hapeku, dan menekan suatu tombol.

“Siapa suruh menggodaku pake telpon!”

“Eh… aduhhh… ahhhh…!” Aku mendesah kuat ketika kontol besar itu terhujam masuk kedalam liangku yang baru saja dibombardir tadi. Untung aja cairan pejuh yang mengental masih ada disana menjadi pelumas gesekan dua alat kelamin itu…

Ryno kini memompa dengan cepat… membuat aku mendesah kuat, pasrah… tanpa bisa membalas. Udah kalah start duluan…

Plok… plok… plok… plok… plok…

Kontol yang sudah keras itu keluar masuk dengan lincahnya, membuat tubuhku gemetar kegelian. Cowok itu makin semangat melihat ketidak berdayaanku, dan menggenjot dengan cepat menghantarkan aku ke puncak…

“Aduhhh.. aku dapat… ahhhh…!”

Romeo gak mengendurkan serangan… terus memompa dengan cepat. Aku gak tahan lagi….

“Aaarrrrggggghhhhhhh!” Sebuah teriakan keras mengiring orgasmeku.

Tubuhku melengkung indah… mengedan dengan kuat…. dan kelojotan… kedua kakiku malah sampai menendang-nendang udara karena gelinya… suatu orgasme yang dahsyat.

“huh… huh…!” Nafasku masih berat… sementara Ryno hanya tersenyum sambil menaruh telpon tadi di depanku…

Astaga… telponnya masih tersambung. Malah sekarang udah pake video…

“Kak.. hot sekali, kok sampe segitunya… hahahaha!” Suara Cherry terdengar jelas… kini wajahnya muncul di layar.

“Kamu gak mematikan telpon?” Aku kaget sekali… baru sadar kalo cewek itu mendengar rintihan serta desahanku dari tadi.

“Udah berapa skornya, Kak Tien?” Cherry masih meledek.

“Cherrie… nakal!” Aku langsung mematikan pangilan secara sepihak.

Ryno masih menatapku dengan ejekan khasnya… Cowok ini nakal sekali, berani-beraninya ia jual aku di depan adik ipar…

Apa yang harus aku lakukan yah? Aku malu sekali… dan satu lagi, aku makin bergairah kalo ingat pertarungan tadi didengar langsung oleh gadis nakal itu. Ih… kenapa aku makin sange aja..

“Eh…!” Ryno bergerak kecil, tapi gerakannya benar-benar terasa di daerah sensitifku.

Aku memandang ke bawah… pantesan. Aku baru sadar, kontolnya masih tertancap di liang nikmatku… Romeo belum keluar. Aku harus balas dendam… awas kamu yah!

Tiba-tiba aku bergerak, membawa tubuh Ryno berputar…

Yah, kali ini tubuhku sudah naik keatas suamiku, dan posisinya kini aku yang menindihnya… dan dengan keahlianku kontolnya tidak keluar sedikitpun. Dan aku pun mulai membalas menggoyangnya… kontol ini harus dikuras habis-habisan pejuhnya sore ini…

Tubuhku mulai menggoyang dengan kuat… meliuk dan melekuk dengan indah, menari diatas tubuhnya…

“Aaahhh…!” Ryno mendesah nikmat. Tapi aku tak mengenturkan ulekan dan goyangan pinggulku…

“Aahhh sayang… kok ganas sekali…!” Aku merasakan kontolnya berdenyut…

Plok… plok… plok… plok… plok…

Plok… plok… plok… plok… plok…

“Aku akan buat kamu gak bisa berdiri sayang…!” Aku menantangnya dengan wajah penuh nafsu.
Ryno hanya meledekku dengan tatapan binalnya…

Plok… plok… plok.. plok.. plok

“Dengar baik-baik Romeo, aku akan menguras pejuhmu sampai tetes terakhir!”

“Ihhh… takut..!” Ia meledekku lagi, membuat aku tambah semangat.

Ryno gak mau kalah, ikutan menusuk kuat dari bawah… kali ini kami bertarung dengan lincahnya, aku mengeluarkan segala kemampuanku membuat cowok itu cepat keluar.

Plok… plok… plok… plok… plok…

Plok… plok… plok… plok… plok…

“Aahhh… aku mau keluar..” Ryno akhirnya tiba pada batas kemampuannya.

“Eh, tunggu… aku juga…”

“Gak tahan lagi…”

“Iya…!”

“Aarrrrggghhhhhh!”

“Aarrrgghhhhh!”

Tubuh kami saling bergetar… tertekan dengan kuat dalam pelukan yang erat… mengedan bersama… kelojotan bersama… nikmat bersama. Kembali orgasme dahsyat mengakhirni penyatuan tubuh kami…

Kami masih saling memeluk, melumat… dan tanganku membelai wajah ganteng yang masih tersenyum itu.

“Kamu hebat sekali sayang…” Aku memujinya…

“Kamu juga…”

“Aku mau lagi…

“Eh? tapi kan…”

“Udah, kamu gak bisa turun sebelum aku dapat lima kali!”

“Astaga… bisa keropos cepat lututku…!”

“Ahhhhhhh…!” Desahan kami kembali keluar ketika aku menggoyangkan pinggulku.


——-

Satu setengah jam kemudian

Kami tepar juga kelelahan. Aku segera mengambil hape dan membuka program messenger. Ada beberapa notifikasi, miscall dari Cherry.

Kali ini aku yang menghubunginya.

“Kring… kring…”

“Apa kabar Kakak ipar ku tersayang? udah bisa ngomong?” Cherry tersenyum kepadaku sambil menahan tawa.

“Eh, kabar baik Adik Ipar… tumben gak tanya kabarnya Ryno?” Aku balas menyapanya…

“Ihhhh…. hahahaha… kirim salam juga.” Gadis itu tertawa menyadari kalo aku sudah mengetahui maksudnya dan membalas ledekannya.

“Mentang-mentang udah tahu kartuku udah berani mengejek…!” Aku langsung to the point. I

“Ampun Kak…! Eh, udah balik di New Jersey belum?”

“Belum sih. Kenapa emangnya? Ada yang bisa dibantu?”

“Gini kak, minggu depan aku boleh numpang nginap di New Jersey? Aku dapat tugas untuk kumpul data di stock exchange, ada sih di Toronto sini, tapi aku pikir mending langsung aja di NYSE, wall street, Kak! Boleh aku nginap di sana seminggu?”

“Boleh aja sih.. pas aku sudah pulang, tapi Romeo masih di Los Angeles ada urusan disana. Tinggal aja di rumah, ada Edo, pacarnya Darla yang siap antar jemput kamu. Nanti kamu pake kamar bekas Deyara.”

“Darla yang jaga kos, kan? Aku kenal Kak… Gak usah repot Kak, aku cuma numpang nginap doang…”

“Oke, nanti bilang yah kamu pesawat apa. Turun aja di Newark, nanti aku suruh Edo jemput…”

“Aku rencana bawa mobil sama teman-teman, kami patungan sewa mobil di Toronto. Sekalian road trip via Niagara falls! Maslh lebih hemat dari biaya pesawat Kak!”

“Ok kalo kamu mau, sebenarnya ada mobil sih kamu boleh pake disana…”

“Gak apa-apa. Lagian sudah di DP”

“Oh Ok… eh, teman-teman kamu udah ada tempat nginap?” Aku bertanya sekalian menawarkan.


“Belum sih Kak!”

“Ada berapa orang?”

“Dua teman, dua-duanya cewek!”

“Yah, udah. Tinggal aja di rumah, nanti aku kasih satu kamar lagi untuk dua temanmu.” Aku ngerti pasti itu yang diinginkan Cherry. Sekalian pamer ke teman-teman.

“Gak apa-apa Kak?”

“Gak apa-apa, ada lima kamar Kok, cukup untuk kalian.”

“Wah, makasih banyak Kak!”

“Iya… gak apa-apa. Nanti kamu balas dengan pijat yah... hahaha. Kalo udah di dekat kontak yah?”

“Sip deh…! Kakak baik banget, eh hanya berdua dirumah yah?”

“Iya, Shaun udah pulang kemarin”

“Oh, Kak Shaun udah pulang ke San Diego? Kakak jadi sunyi dong…”

“Iya, mau titip salam ke Shaun? Hahaha…” Aku meledek Cherry.

“Enggak… cuma mau tanya, Shaunnya sempat minta ciuman perpisahan gak?” Gadis nakal itu balas mengejekku.

“Ia, dia suruh titip ciuman buat kamu…!”

“Hihihihi… ampun…!”

“Makanya jangan suka ngeledek…! Hahaha…” Aku tertawa lepas, entah kenapa aku merasa senang berbicara dengan gadis ini.

“Oke deh kak, aku siap-siap dulu yah…”

“Iya, nanti kalian hati-hati bawa mobil, jangan cuma pikir-pikir soal Shaun terus…”

“Hahaha… “

——-


Dua hari kemudian

“Ladies and gentlemen, soon we are going to land at Newark Liberty International Airport, in New Jersey….”

Akhirnya setelah lebih dua bulan meninggalkan rumah, aku balik kali ke rumah kami di New Jersey. Masih di pesawat aku sudah deg-degan, mengingat terakhir kali aku meninggalkan rumah itu adalah waktu mencari Deyara yang lari ke Los Angeles.

Selama lima tahun hanya memori yang indah yang tertulis di rumah ini… perkawinan kami yang bergaya instan, bulan madu, dan semua canda serta bisikan cinta tertera di sudut-sudut rumah.

Tapi semuanya berubah dalam dua bulan terakhir ada begitu banyak amarah, sakit hati serta kesedihan yang terjadi. Potret rumah yang kini tergores karena suamiku harus menyerah pada pesona Deyara, dan dibalas telak oleh permainan seks panasku bersama Dickhead di ruang tamu. Peristiwa yang hampir menghancurkan perkawinan kami…

Sejak itu segalanya berubah… termasuk nilai-nilai kesetiaan pada janji perkawinan. Dan semuanya di mulai di rumah ini ketika aku membawa Deyara dari Indonesia, dan Ryno membawa sohib-nya Dickhead ke rumah ini.

Aku kembali teringat pertengkaranku dengan Ryno, dan bagaimana aku pergi meninggalkannya dengan hati yang hancur, serta pikiran kalo aku gak pernah akan kembali lagi ke sini.

Ternyata Ryno sendiri yang mengejarku. Perselingkuhanku dengan Shaun didepan mata semua orang tidak digubrisnya… bahkan ia berani membayar harga yang mahal agar aku menjadi miliknya lagi. Padahal kalo di pikir-pikir, Ryno gak salah apa-apa. Ia dijebak…

Sekarang Shaun sudah mendapat pekerjaan tetap di San Diego, sementara Deyara akan kuliah di Los Angeles. Moga tidak ada lagi yang akan menggangu rumah ini…

Edo dan Darla? Tinggal tunggu pengobatan cewek itu. Setelah berdiskusi dengan kami, keduanya sepakat untuk kembali ke Indonesia dan membuka bisnis di sana. Tentunya dengan modal dari suamiku.

Moga rumah ini akan kembali seperti semula…

Aku berjanji kali ini akan melupakan semuanya… Dan akan memulaikannya dari rumah ini. Masih di pesawat aku sudah berencana untuk mengubah interior design, bahkan mengganti perabot sehingga rumah ini bisa kelihatan baru.

Kebetulan aku bertemu dengan beberapa EO yang profesional yang akan mengatur pernikahan Naya. Dan setelah melihat kemampuan serta resources yang mereka miliki, aku malah sempat buat apoitment dengan mereka untuk melihat material-material yang berkelas yang akan aku pakai menghias rumah ini.

Ah, nanti dulu… semoga semuanya cepat selesai.

“Ladies and gentlemen, please fasten your seatbelt and make your seat upright, soon we will be landing at Newark Liberty International Airport, in New Jersey….”

Suara pilot kembali menyadarkanku untuk menegakkan sandaran kursi dan membuka penutup jendela. Otomatis aku memandang ke luar, melihat Jersey city sudah berada di depan tepat di samping Hudson river yang membatasi kota itu dengan New York City.

“I am going home…!” Aku merasa excited.

“Krieekkkkk!” Bunyi roda pesawat menghantam landasan terdengar sayup. Penerbangan ini terkenal dengan kenyamanan serta keahlian pilotnya. Tak lama kemudian pesawat sudah berhenti di terminal.

Akhirnya pesawat United Airlines yang ku tumpangi tak lama lagi akan mendarat di airport dekat rumah. Tinggal tunggu bagasi dan 15 menit kemudian aku sudah di rumah…

“Door may be opened!”

Aku segera berdiri dan ikutan antri ke terminal kedatangan. Dengan lincah kakiku melewati lorong-lorong terminal yang sudah kuhapal… tak lama kemudian aku sudah berada di tempat pengambilan bagasi. Aku segera mengangkat telpon dan memberitahu Ryno kalo aku sudah tiba dengan selamat. Setelah itu aku juga menghubungi Edo yang akan menjemputku.

“Titien… di sini!” Suara Edo terdengar menjemput aku pulang.

Segera aku menyalami Edo dan. Edo langsung mengambil koperku dan menuntun ku ke tempat parkir mobil.

“Gimana kabarnya? Kamu tampak makin gendut yah?” Aku bercanda dengan Edo.

“Iya… soalnya aku makan enak terus disini…!”

“Pa kabar Darla? sudah tiba di LA?” Darla disuruh membawa barang-barang milik Deya ke LA.

“Belum sih… Ia belum kasih kabar, mungkin pesawatnya delay, kan transit agak lama di Minneapolis.”

“Kamu sempat masak? aku belum sempat makan tadi!”

“Iya kok, aku sudah tahu Titien pasti lapar. Jadi aku sudah siapin masakan…!” Edo ternyata bisa masak juga.

Tak lama kemudian kami sudah berada di mobil menuju ke rumah. Aku duduk di depan menemani cowok itu.

Akhirnya aku bisa kembali lagi di sini…entah kenapa rumah ini terasa asing. Apa karena Ryno masih di Los Angeles? Atau karena ada Edo disini yah? Ah… ini bukan saatnya untuk merasa sentimentil.

Setelah aku mandi dan mengganti pakaian rumahan, aku keluar menuju ke ruang makan. Di atas meja makan sudah tersedia berbagai jenis makanan yang disiapkan Edo. Aku memanggilnya untuk menemani aku makan, dan kami berdua makan dengan penuh cerita.

Tak lama kemudian aku pamit ke kamar untuk istirahat barang sejam atau dua jam. Tidur dipesawat satu malam memang sangat kurang.

——-


Dua jam kemudian.

“Aahhhhhhhhh!”

Aku kaget terbangun di tempat tidurku… aku tertidur sangat nyenyak sampai mimpi, yah, mimpi yang membuat aku terbangun gelisah. Bagaimana gak gelisah, dalam mimpiku aku ngentot dengan Shaun, dan aku terus merayu cowok itu sampai aku orgasme berulang-ulang.

Yang membuat stress adalah aku benar-benar merasakan nikmatnya ngentot! Yah, celana dalam yang kupakai sampai basah kuyup, dan lebih parah lagi aku masih aja merasa terangsang.

'Ada apa ini?'

Aku merasa tubuhku melayang ringan, nafasku terasa naik turun, sedangkan wajahku merah… Dan gelora panas birahi kembali membuat aku bergidik.

‘Apa yang terjadi?’

Aku harus mendinginkan kepalaku… segera aku keluar kamar, mengambil gelas besar dan memenuhinya dengan air dispenserku. Dengan segera segelas air itu masuk melewati kerongkonganku…

‘Kenapa aku masih haus yah? Gantinya merasa tenang dan mendinginkan kepala, justru aku tambah panas aja. Bahaya ini, mana Ryno gak ada disini. Masak aku mau minta kompres ke Edo?’

Aku merasa sunyi, mungkin ada baiknya aku panggil Edo menemaniku. Dengan segera aku menuju kamar Edo di lantai dua.

‘Eh, apa ada orang lain?’ Aku membathin. Terdengar suara cewek mendesah. Aku mendekat dan mengintip pintu kamarnya yang terbuka kecil.

“Astaga, Edo lagi nonton bokep sambil telanjang bulati. Dan kontolnya udah tegak sempurna sementara dikocok pelan-pelan…”

“Ahh…. Titien… kamu tambah montok… kamu masih sangat seksi… ahhh!”

Aku tertawa dalam hati, ternyata Edo masturbasi membayangkanku.

“Titien… aku gak bisa lupa waktu kita ngentot dulu… aku ingat terus toketmu… desahanmu buat aku sange… aku ingin mendengar lagi kamu kentut….”

“Ah? Hahahaha!” Tak sadar aku tertawa kuat-kuat. Dasar Edo, masih ingat soal kentut-ku yang sampai melegenda.

Edo yang mendengar aku tertawa cepat-cepat memakai sarung dan melihat keluar. Sedangkan aku ketangkap basah mengintipnya dari luar pintu.

“Eh, ngapain kamu?” Edo bertanya malu-malu. Ia menyadari kalo barusan ketahuan masturbasi didepanku.

“Hehehe… gak apa-apa, Edo. Terusin aja…!”

“Iya, tapi kamu ngapain? ada perlu?”

“Gak, aku hanya butuh teman aja. Sunyi sendiri di sini… tapi kamu lagi… itu…!” Aku gak bisa meneruskan kata-kataku.

“Kalo begitu masuk aja, temani aku di kamar!” Edo menarikku, dan entah kenapa aku mengikutinya dari belakang. Ia menyuruh aku duduk di tempat tidur disampingnya, dan entah kenapa aku terus aja ikutan.

Kami terdiam sambil terpaku menatap layar TV. Ada lima menit kami gak ngomong apa-apa, sampai aku sadar kalo filmnya tambah panas. Dan ketikan ada agedan jilmek aku menunduk dengan gelisah…

“Ahhh…. ahhh… ahhh…!” Suara desahan cewek membuat suasana menjadi akward.

Astaga… kok aku mau aja masuk kekamarnya, nonton bokep bersama cowok mesum ini. Terlihat kontol Edo dibalik sarung yang lagi mengacung tanda nafsunya udah bangkit lagi.

“Hahaha… jagi begini kerjamu waktu gak ada Darla?” Aku coba mencairkan suasana.

“Eh… iya… eh gak… eh… aduhhh…!” Edo masih gugup.

“Kenapa kamu Edo?” Tangannya udah masuk dalam sarung, kayaknya cowok itu udah gak tahan. Aku melihat kearahnya dan kembali menyadari kalau kontolnya udah tegang sekali… darahku langsung berdesir, dan aku merasakan kalo CD-ku udah basah lagi. Padahal baru ganti…

“Eh, gak Tien… aku… aku…!” Cowok itu tambah gugup aja, wajahnya merah.

Aku memberanikan diri memegang tangannya dan mengusap wajahnya… tapi ketika bersentuhan aku merasa seakan kesetrum. Tanganku langsung digenggam kuat… dan aku gak bisa melawan… aku menghendakinya…

“Eh… aduh Edo… ahhhh!”

“Eh.. iya… maaf… tapi… aku gak tahan lagi….” Edo membawa tanganku memegang kontolnya. Aku tidak melawan, dan ketika bersentuhan, darahku kembali berdesir… rasanya mau membuka baju.

“Maaf Tien… aku…!” Edo menutup mata, kelihatan sekali ia bergumul melawan nafsunya. Sedangkan tanganku kini masuk dibalik sarung dan mulai meraba-raba… udah keras sekali, seperti kayu aja.

‘Mungkin aku kocok aja dia supaya cepat keluar dan bisa gak nafsuan lagi.’ Aku membuka sarungnya, dan terpampanglah kontol dengan helm yang besarnya diatas rata-rata…

“Mau dikeluarkan?”

“Iya… iya… ahhh!”

Aku mulai mengocok pelan-pelan. Sementara itu aku menutup mata melawan rasa birahi yang membuat aku tak mampu berpikir lagi. Sementara itu tangan Edo sudah berada di perutku… tak mampu ku tepis… Aku terus mengocok, sambil membiarkan tangannya berjelajah…

Edo mengambil keuntungan sebaik-baiknya. Tangannya dengan nakal membelai-belai tubuhku, bahkan menyerempet ke tempat-tempat yang sensitif. Daster satu tali yang aku pakai udah lama tersingkap jelas… udah melorot kebawah menampilkan bra merah yang aku masih pakai bersama CD yang sama warna. Edo terus meraba dan membelai, aku gak perduli.

“Edo?”

Aku gak tahan lagi…

Aku merasa geli. Kenapa sih dia pake tahan-tahan segala. Apa Edo gak tahu kalo puting sensitifku udah butuh belaian tangannya…

“Boleh?” Edo sempat bertanya ketika tangannya menyentuh bra-ku.

Aku mengangguk dan menutup mata. Tak mampu melihat bra ku dibuka dan isinya diremas. Tak mampu melihat puting merah yang aku miliki dinodai dengan mulut serta lidahnya…

Aku justru berbaring terlentang… membiarkan Edo menjilat perutku dan turun ke bawah. Bahkan ketika celana dalam yang sudah basah kuyup itu dipelorotkan, aku justru mengangkat pinggulku mempermudah ia beraksi. Aku masih menutup mata ketikan merasakan bibir Edo melumat bibirku dan membiarkan lidahnya mengaduk-aduk isinya. Aku justru membalas dengan ganas…

Pasti wajahku udah merah merona karena malu… eh bukan… karena nafsu yang udah di ubun-ubun.

Tak lama kemudian aku tidak merasakan lagi sentuhan Edo… Aku membuka mata perlahan-lahan.

“Eh, Edooo… ahhh… kok dilihat aja?” Edo masih mengagumi keindahan tubuhku. Tatapan matanya sementara merekam jelas gundukan kecil yang berada di antara selangkanganku… matanya berbinar dengan kagum.

Aku menutup kakiku yang sebelumnya udah terbuka lebar… malu sekali.

“Titien, biarkan aku menikmati ciptaan Tuhan yang paling indah ini!” Edo menahan kakiku.

Terpaksa aku menutup mata, sebelum merasakan lumatan mulutnya menyeruput organ kewanitaan yang paling aku sembunyikan. Dengan lincah lidahnya mengorek-ngorek klitorisku… Edo makin jago aja memuaskan wanita. Ia mampu membuatku melayang…

“Aaaaahhhhhhhhhhh!”

-----

Bersambung
 
Kayaknya setelah titin di nikmati boy, boy akan menjadi anak baik dan menyesal akan kesalahannya, bahayannyA dia tak bisa lupain, betapa nikmatnya titin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd