Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada episode ini:



Deyara



Rivo



Keia



Titien



Shania



Shaun



Ryno



Doni



Melania
 
Terakhir diubah:
Episode 5 Peran Pengganti


POV Deyara



“Mat malam Pa… ini pacarku, Deyara!”

Ayahnya memperhatikanku dan mendekat… matanya tajam seakan hendak menelanku.

“Jadi kamu si perusak anak orang!” Ia kelihatan marah.

“Ayah… sabar dong!” Rivo memohon, tapi Ayah Rivo gak kenal kata sabar.

Tangan Ayah Rivo bergerak cepat menuju ke pipiku… aku mau ditampar… Astaga!

“Plak!” Tangan Rivo menangkis tamparan ayahnya.

Aku kaget… tak menyangka. Untunglah Rivo mencegah aku ditampar di muka umum.

Baru kali ini aku melihat wajah kekasihku yang mengeras dan mata yang tajam mencorong. Rivo nyata-nyata menentang ayahnya demi membelaku. Serem juga melihat bagaimana ayah dan anak itu masih saling beradu pandang. Tak ada yang mau mengalah…

“Eh ada apa ini?” Ayah Naya mendekat.

Dengan segera Rivo dan ayahnya menurunkan tangan mereka. Mereka masih terdiam tanpa kata-kata. Mungkin masih malu menyadari kalo ada banyak orang disekitar.

“Kamu gak apa-apa sayang?” Ayah Naya merangkul pundakku. Rivo juga dengan cepat memegang tanganku membuat aku jadi malu.

Ayah Rivo langsung berbalik dan berjalan keluar ruangan. Ia tidak pernah kelihatan lagi. Mungkin langsung pulang.

Untung hanya sampai disitu… padahal tadinya aku sudah merasa tidak nyaman. Syukur ada ayah Naya yang mengintervensi di saat tepat. Aku merasa melindungi. Justru Rivo yang masih agak panas dengan perlakuan ayahnya tadi.

“Pak, kami cari angin dulu di luar yah?” Aku pamit sebentar ke Ayah Naya yang masih menatapku tersenyum. Aku menarik tangan Rivo menuju ke pintu masuk.

---

“Eh… kok aku jadi penerima tamu disini?” Aku tertawa menyadari kalo dari kami berdua menyambut tamu yang berduyun masuk karena acara tak lama lagi akan dimulai.

Dari tadi juga Rivo terus memperkenalkan aku sebagai kekasihnya. Ada yang terkejut dan bingung, tapi banyak yang mengucapkan selamat dan menyambut kami dengan senyuman.

“Deyara… kenalin, ini ayah dan ibu aku!” Keia memperkenalkan aku pada dua orang tamu yang baru datang. Ayah dan ibunya masih muda dan berbicara dengan sangat ramah.

“Oh jadi ini yang namanya Deyara?”

“Iya Tan… Om!” Aku menjabat tangan mereka.

“Cantik yah! Pantesan si Aldo sampe tergila-gila, hehehe!”

‘Apa mereka sudah tahu apa yang terjadi tadi? Entahlah’ Aku membatin.

“Silakan masuk, Om…Tante!”

“Apa kabar ayahmu, Pak Agus?” Ayah Keia bertanya. Kok dia kenal ayahku? Pasti Keia sudah ngomong.

“Eh baik-baik… Om, kenal yah?”

“Iya… Ayahmu itu salah satu teman kuliah ku.. dulu!”

“Oh, nanti aku bilang ke papa…” Ternyata ayah punya teman juga. Ia gak pernah cerita soal masa lalunya.

“Salam yah!”

“Beres om…”

“Jaga dia baik-baik, Aldo…” Kali ini Aldo yang ditegur.

“Iya om…”

-----

“Selamat malam kami ucapkan kepada para tamu sekalian yang sudah meringankan langkah dan meluangkan waktu untuk hadir pada acara pertunangan Shania Tan dan Shaun Garcia.”

Suara Kak Titien terdengar begitu hangat dan enak didengar. Memang ia cocok jadi MC beneran. Kak Titien tampak cantik sekali dengan balutan gaun malam yang indah terlebih dipadukan dengan selendang merah… ‘Eh, padahal harganya gak seberapa. Tapi kok bisa cantik begitu…!’

Aku dan Rivo duduk didepan bersama dengan keluarga dan teman-teman kami. Dari tadi Rivo terus menggenggam tanganku, seakan ingin pamer ke semua orang kalo aku pacarnya. Gak apa-apa sih…

Dari tadi juga mataku mencari-cari ayah Rivo yang tidak pernah kelihatan lagi sejak insiden tadi. Ditengah acara Rivo minta pamit sebentar.

“Kemana?”

“Aku ke kamar kecil doang!”

“Bilang aja kalo mau cari ayahmu!”

“Eh, gak kok!” Rivo berkelit, namun aku melihat wajahnya sekilas berubah.

“Sudah kalo kamu cari dia kok gak apa-apa. Asal gak berantem…” Aku tersenyum memandang wajahnya yang seperti menahan sesuatu.

Aku terus memperhatikan acara yang dipandu sepupuku itu. Kak Titien memang ahlinya menarik perhatian orang. Dari tadi banyak yang terpukau dengan kata-katanya serta penampilannya yang elegan malam ini. Padahal pasangan yang duduk kursi kehormatan justru tampil sangat cemerlang… Naya dan Shaun.

Aku juga melihat kalo Naya dan Shaun mengenakan pakaian yang sangat serasi. Dari tadi keduanya sibuk berbisik-bisik dan bercanda ria, mungkin karena udah cukup lama berpisah. Sesekali tangan Naya mencubit cowok itu yang tampil percaya diri dan gentleman. Sungguh Shaun sudah berubah banyak… ternyata apa yang kuajarin berhasil mengubah perilaku cowok itu.

Acara turut dimeriahkan oleh permainan biola yang apik dari Kak Ryno,’yah memang dia sih pemain profesional. Banyak yang terpukau menyaksikan acara yang dikemas begitu megah dan memanjakan para tamu. Lagu yang begitu menyentuh… tak sadar tubuhku ikutan bergerak mengikuti lagu… untung Rivo gak ada.

Selain permainan biola, ada juga duet Kak Ryno dan Kak Titien yang dinyanyikan sementara Shaun dan Naya bertukaran cincin. Keduanya membawakan tembang duet klasik “I’m your angel”. Suara mereka ternyata bukan cuma merdu, tapi sangat klop, persis kayak R. Kelly dan Celine Dion.

Acara pertunangan yang sangat special. Begitu tiba pada jamuan makan, banyak yang memberi selamat kepada orang tua Naya yang kelihatan sangat bangga dengan jalannya acara.

‘Semuanya serba sempurna… hanya satu yang kurang. Kok Rivo gak balik-balik? Apa yang terjadi?’

-----

POV Doni

‘Wah kayaknya sudah cukup lama aku ke kampus. Gak ada lagi yang aku kenal…’

Aku hanya menatap wajah-wajah asing yang lalu lalang depan lobby gedung fakultas. Hanya satu atau dua dorang yang agaknya mengenalku dan menyapa dengan senyum dan anggukan. Padahal selama ini aku dikenal penguasa daerah ini.

Aku segera masuk ke ruangan Kaprodi dan menyatakan maksudku untuk menyelesaikan skripsi yang sudah hampir dua tahun terbengkalai… kembali suatu ocehan harus ku dengar… blah blah blah

‘Sabar Don… ini semua demi janjimu kepada Cherry!’

Untunglah setelah hampir 30 menit mendapat caci maki, kaprodi memberikan jalan keluar. Ternyata dosen pembimbing ku sudah diganti, demikian juga dewan penguji. Dan aku harus menyelesaikan skripsi pada semester ini.

‘Hadeh!’

Setelah memberikan janji-janji manis, akhirnya aku bisa meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumah kos.

‘Gak apa-apa Cherry… semua demi kamu!’

Kembali ku buka laptop dan mendownload proposal penelitianku yang ku simpan di google ddrive. Untung masih ada. Kembali aku mengerahkan segenap daya pikir untuk menyelesaikan penelitian…

Kayaknya aku butuh bantuan. Tapi aku tahu siapa yang bisa membantuku…

——

“Eh siapa itu?” Aku bertanya kepada diri sendiri.

Aku melihat seorang gadis yang sangat cantik turun dari sebuah mobil sedan, dan datang masuk dalam rumah kos. Tubuhnya sangat tipis cenderung kurus tapi tetap aja berlekuk. Ia berdandan dengan begitu anggun, mengenakan gaun malam yang cukup terbuka. Kayaknya baru pulang menghadiri suatu pesta resmi.

Kok aku gak pernah lihat sebelumnya. Aku penasaran ia tamu siapa… tapi ia tidak hanya berhenti di ruang tamu, dengan langkah yang lincah ia naik tangga dan menuju ke sebuah pintu.

Aku masih mengintip… terus memperhatikan gadis itu. Jarang-jarang lho ada gadis secantik itu datang bertamu. Tapi kok bertamu sudah hampir jam 10 malam? Langsung masuk kamar lagi….

Gadis itu mengambil sebuah anak kunci dan membuka pintu. Aku yang penasaran segera keluar dari tempat persembunyian, mau menyapanya.

‘Eh tunggu… itukan kamarnya Melania?’ Aku jadi terbegong.

“Kak Doni! Kenapa kak lihat ke aku seperti itu?”

“Eh, kamu?”

“Hahaha… dasar. Baru ditinggal tiga hari sama Kak Cherry sudah jadi kayak orang linglung.”

“Nia?!?” Aku menatap tak percaya.

Aku tersenyum menyadari kebodohanku. Nia sudah membuka kamar tapi belum masuk. Ia masih menatapku… ia tersenyum juga.

“Ih, pake teriak-teriak segala. Ini aku, kak.” Nia tersenyum mencibirku.

Wah, ternyata kalo berdandan, Nia cantik sekali. Anak tomboy itu biasanya cuma pake jeans ato celana pendek.

“Kamu dari mana pulang malam-malam!”

“Dari kampung, Kak. Ada sempat ikut pesta pernikahan teman sekampung terus langsung kemari…”

“Tumben dandan gitu!”

“Aku jadi bridesmaid… sumpah baru pertama kali… stress ternyata, harus diam terus, disuruh foto terus… senyum lagi… gak mungkin ada lain kali.”

“Ternyata kamu cantik juga yah kalo pake dress gini!” Sebuah rayuan langsung keluar tanpa dapat aku tahan.

“Kak Doni… ihhhhhh! Nakal…” Nia menutup telinga dan langsung berlari masuk ke dalam

‘Wah pertanda bagus ni, Kecengin yuk…!’ Aku membatin. Baru sekarang aku melihat kecantikan gadis tomboy ini.

‘Yah Tuhan, cobaan apa lagi ini!!’ Aku baru ingat kalo Cherry udah ijinkan kalo aku main dengan Nia. Hehehe…

“Nia, tolong rapikan kamarku yah? Kayaknya sudah harus ganti suprei!” Aku membuka pintu sedikit dan mengintip.

“Iya kak, aku ganti baju dulu…”

Dengan segera aku kembali ke kamarku, sambil memeras otak. Bagaimana caranya aku bisa menjebak Nia? Malam ini ia harus tidur disini…

----

“Tok… tok… tok…! Kak Doni…!” Itu suara Nia.

“Masuk aja Nia, pintu gak dikunci.”

Terdengar langkah gadis itu mendekat, ia kaget mendapati aku masih di tempat tidur… parahnya lagi, aku hanya mengenakan boxer yang tadi ditutup cepat-cepat tanpa dapat menyembunyikan isinya yang masih tegang.

“Eh, lagi ngapain kak?” Nia masuk… sekilas aja dia langsung tahu.

“Gak, istirahat doang…!”

“Hahaha… pasti lagi coli…! Dasar cowok mesum… Bangun dulu dong, aku mau cuci suprei dan sarung bantal!” Kejam amat, aku terpaksa duduk di tempat tidur. Nia mengeluarkan penggantinya dari lemari.

“Eh tunggu dulu….!”

“Huh?”

“Tunggu aku selesai… nanggung! Sekalian aku kotori dulu supreinya” Aku gak gak ragu-ragu lag, langsung mengeluarkan kontolku yang sudah tegang dari tadi dan mulai mengocoknya.

“Eh, kak Don?!? Astaga lagi gitu ya?” Nia yang awalnya gak ngerti sampe kaget… ia cepat-cepat menutup mata, untung aja gak lari keluar.

“Udah Nia… jangan teriak dong, nanti dikirain aku perkosa kamu lagi…”

“Dasar mesum!” Ia membalikkan badannya, tapi langsung ku tarik tangannya sampai ia terduduk di tempat tidur sampingku. Nia gak berani memandangku, ia buang muka seperti gadis-gadis alim lainnya. Tapi ia lupa kalo aku mantan playboy yang banyak menaklukkan gadis-gadis polos sepertinya.

“Maaf Nia, tapi kamu tahukan kalo itu kebutuhan cowok!” Aku terus memancingnya bicara. Ia harus merasa nyaman melihat cowok telanjang.

“Hihihi… ketahuan mesum… nanti aku bilang ke Kak Cherry!”

“Tahu gak apa yang aku suka dari Cherry?” Aku terus bicara sambil mengocok pelan.

“Apa?”

‘Cherry mengerti kebutuhanku. Ia malah membiarkan aku main dengan cewek lain di saat ia gak bisa melayaniku!’’ Nia makin terpancing.

“Beneran?”

“Iya… makanya aku gak bisa marah waktu ia selingkuh dengan Aldo!”

“Tapi kak?” Nia menatapku penasaran.

“Itulah yang sebenarnya, Nia. Cherry mengerti kalo aku memiliki nafsu yang besar.”

“Kak Doni ada-ada aja, bilang aja kalo suka Kak Cherry karena orangnya cantik dan nafsuin… pake alasan macam-macam lagi…!”

“Gak kok!” Aku menyangkal, padahal hampir aja.

“Ala… ngaku aja. Pasti Kak Doni lagi kangen, sampe malam-malam langsung coli… hahaha!”

“Eh, gak ada hubungan dengan Kak Cherry. Ini gara-gara kamu pake baju seksi…”

“Huh?”

“Makanya kamu harus tanggung jawab!” Aku memegang tangannya, Nia diam aja. Ia masih belum sadar kalo tangannya sudah ditaruh di kontolku.

“Eh, mau apa Kak?” Nia sudah menggenggam batangku yang makin keras aja.

“Kocokin dong!” Aku memohon sambil menatapnya dalam-dalam.

Nia menyerah juga… tangannya mulai bergerak, perlahan-lahan seakan-akan takut batang itu bisa lecet

“Nia, kencengin dong!” Dia nurut, kini matanya sudah fokus menatap kejantananku.

“Ohhh… Nia… kamu cantik sekali, tubuhmu seksi banget…” Aku memejamkan mata sambil mengeluarkan kata-kata rayuan sementara menikmati kocokannya. Nia tertawa kecil sambil terus mengocok…

“Masih lama kak?”

“Buka dikit yah supaya kakak makin sange!” Aku membuka kancing Barbie-doll yang dipakainya. Langsung dua kenop yang terbuka, menampilkan pangkal dada yang putih. Nia diam aja…

“Oh Nia, toketmu indah sekali, bulat membusung! Pasti terasa padat…!” Tanganku nakal meraba-raba pelan.

“Eh…” Hanya itu kata-kata yang keluar… suatu protes yang setengah hati.

Tanganku makin bebas menjelajah, tanpa ia sadari sudah lima buah kancing yang terbuka… dan tanganku sudah bebas menyelinap meraba langsung di bra. Walaupun toketnya kecil tapi terasa padat… tubuh gadis tomboy itu sangat menggiurkan.

Nia hanya diam sambil menahan nafas sambil membuang muka… seklias aku melihat nafsu membayang di tatapannya. Wah, ini pertanda bagus, walaupun kocokannya makin tak karuan.

“Kok lama sekali…!”

“Kamu emut dong… supaya cepat!” Nia diam saja, kelihatan ia mau tapi gak berani.

Dengan segera aku menarik wajahnya dan didekatkan ke kontolku. Nia protes lagi…

“Eh, kak… ahhh jangan… aku belum pernah!”

“Nia… ayo dong… mulutmu seksi sekali… bibir tipis tapi lembut, aku jadi gak tahan!” Aku makin memanas-manasinya.

“Tapi aku gak tahu…!”

“Cium aja dulu… terus di jilat seperti es…!” Ia makin membungkuk… masih terus menatap kontolku. Nia masih ragu-ragu, dan aku harus memberinya waktu. Jangan dipaksa...

Aku merasakan mulutnya menyentuh batangku… perlahan mulai diciumnya dari pangkal sampai ujung… dicicipin kayak es… geli juga, aku melirik ke bawah. Nia sementara mengukur, kayaknya ia mau juga… akhirnya! Bless… batang itupun mulai masuk ke mulut perawan itu…

“Aahhhhh…. Enak sekali…” Aku mendesah memancing Nia agar lebih berani.

Benar aja, gadis tomboy ini makin berani bereksplorasi, makin jago mengulum kontolku dan menggunakan lidahnya untuk membelai. Melania cepat belajar, sampe aku keenakan… ini sih gak kalah jauh sama permainan gadis-gadis lain yang pernah main denganku. Eh, tentu saja gak bisa dibandingin dengan Cherry.

‘Eh, Cherry lagi… ini ada gadis cantik yang mengoral batangku, kok masih ingat Cherry lagi. Kembali aku fokus ke Nia…’

“Terus sayang.. sedot yang kuat… jangan kena gigi… auw… gitu, ahhhh…!”

Melania makin larut dalam permainannya… binal juga. Tanpa ia sadari aku mulai membuka Barbie doll yang ia kenakan dan melucurnya ke bawah. Aku menggunakan keahlianku untuk membuka bra sport-nya.

Jreng! Dada gadis tomboy itu ini terbuka seutuhnya. Aku sampai terpana melihat keindahannya. Dengan segera tanganku bekerja, membelai lembut terus meremas, memilin dan akhirnya menyentil pentilnya…

“Eh… ahhh… Kak… Donnnnnn!” Nia tak bisa bicara banyak sementara mulutnya disesaki batang yang besar itu. Ia mau protes, tapi tanganku tetap menahan kepalanya supaya jangan terlepas.

“Udah Nia… supaya aku cepat keluar. Itu kan yang kamu mau?” Kembali aku menggombalnya…

“Tapi…”

“Gak apa-apa sayang, kamu cantik sekali… dadamu ini bagus sekali, padat.. bulat… masih original. Ihh… seksi banget! Kalo gini aku jadi gak tahan, sayang!” Dengan gemes aku terus mempermainkan dadanya membuat ia nyaman.

Kembali ia mengulum dengan penuh semangat. Permainan Melania tambah hebat, dan aku dibuatnya mendesah lagi… aku membalas dengan mengusap perut dan pinggangnya… lalu terus ke bawah.

“Ahhh Nia… aku gak tahan…!”

Nia tambah semangat, sementara tanganku makin nakal. Benar aja, Nia tidak pusing lagi dengan apa yang aku buat. Aku sudah menarik keatas ujung pakaiannya sehingga CD Nia terekspos lebar… dan pada saat yang tidak ia sangka aku menarik segitiga terakhir itu turun dan memamerkan isinya…

“Eh kak?” Nia sempat protes…

“Nia… terus udah dekat sekali! Ahh…”

Nia terus mengulum… tidak sadar kalo CD-nya sudah terlepas.

“Hisap yang kuat… aaarrrggggghhhhhhh!”

Benar juga. Pemainan gadis itu mampu menghentarku pada orgasme pertama. Aku sempat menembak sekali dalam mulutnya, dan sisanya beberapa tembakan menggenangi wajahnya.

Melania terkesiap… ia tampaknya tidak siap menerima pejuhku. Mungkin aja belum pernah sehingga ia tidak tahu apa yang terjadi. Ia terus memandangku dengan wajah kaget.

“Gimana sayang, enak kan pejuh ku?”

“Kak Doni… Ihhhh… nakal sekali. Kok aku disemprot…” Suaranya terdengar manja sekali.

“Maaf sayang… kuluman kamu sungguh enak. Aku gak tahan jadinya. Tapi kamu kelihatan cantik kok.”

“Ihhhh… mesum…!”

“Sini kamu baring dulu, nanti aku bersihkan.”

Aku mengambil tissue basah yang memang tersedia di samping tempat tidur, dan mulai membersihkan wajahnya dengan mesra. Nia diam aja malah menutup matanya.

Tanganku memanjakannya dengan membelai rambut dan pipinya. Ketika ia membuka mata mengintip, aku mencium matanya supaya ditutup lagi. Sesudah itu tanganku terus bekerja membelai dan membuat ia nyaman.

“Kak… aku diapain?” Nia merasakan kalo dada-nya dilap dengan tissue basah. Tanganku terus membelai dengan lembut.

“Udah, kamu nikmati aja. Kini giliranmu...!”

Nia masih gak mengerti bahayanya… ia hanya tidur pasrah ketika tanganku sampai keperutnya, sementara mataku terus memandang dada yang seksi itu. Tak lama kemudian ia merasakan tangan dan mulutku mulai mempermainkan bongkahan kecil tapi padat itu. Nia mendesah…

“Kak.. eh jangan!” Hanya sedikit protes keluar. Nia mulai terbuai dengan permainanku… inilah kuluman serta belaian lembut ala Doni banyak menaklukkan gadis-gadis cantik.

Nia terus terlena… nafsunya sudah di puncak… ia membiarkan saja tanganku kini sudah turun ke bawah dan meraba-raba gundukan kecil yang menjadi titik puncak kenikmatannya. Ia tak sadar posisi kakinya sudah terkangkang lebar…

Bibirku mulai turun sambil terus mencium tubuhnya yang rata dan liat, sungguh gadis yang seksi… jilatanku yang turun ke perut kecil tanpa lipatan dan terus turuh di daerah sekitar pusarnya. Melaina sempat mengelinjang kegelian. Ada desahan pelan terdengar… sementara itu tanganku sudah menguasai belahan kecil di bawah sana dan terus membelai lembut.

“Kak, jangan yang itu…!” Nia masih menahan ketika kulumanku terus turun kebawah.

Tapi kali ini ia sudah gak berdaya lagi. Gadis itu sudah sangat bernafsu, nafasnya sudah memburu. Justru ia merasa stress karena aku malah menarik wajahku sedikit keatas sambil menatap daerah intim kewanitaannya yang selama ini tersembunyi.

“Kak Doni.. eh ngapain?”

“Indah sekali… kamu sungguh menggiurkan!” Aku terus memujinya. Tapi memang gadis itu memiliki onderdil yang special. Baik bentuknya, warnanya dan kekenyalannya menandakan kalo itu masih original… seperti mobil yang masih baru. Bahkan bau-nya cukup memabukkan…

Sebuah memek dengan belahan yang masih sangat rapat, menjanjikan kenikmatan bagi setiap pria yang bisa mengisinya. Nia sungguh sempurna.

“Udah kak…. Jangan!”

Hanya mulutnya aja yang protes, tapi tangannya tidak menahan ketika mulutku mulai touch down di sana. Dari tadi aku tidak menahan lagi kakinya yang terus terkangkang membuka… Nia sudah pasrah!

“Aaahhhhhh… aduhhhh…. Ahhhh!” Kali ini bukan lagi desahan, Nia merintih kecil ketika lidah dan mulutku mulai menyapu pelan, membelai serta membuka… dan menyeruput cairan yang mulai keluar. Melania terus mendesah… pasti nikmat sekali.

Ternyata gadis tomboy itu sensitive juga. Memang sih, tidak sekuat Cherry yang sampai berteriak-teriak. Dibandingkan dengan cewek lain, Melania tidak terlalu ribut… tapi gerakan tubuhnya sangat aktif.

Aku mulai mengeluarkan teknik kulumanku yang pernah membuat aku menyandang predikat sebagai playboy penakluk. Seruputan mulut, ditambah dengan belaian lidah diitil, kini ditambah lagi dengan masuknya satu jariku di liang nikmatnya… Nia benar-benar kewalahan. Yah, gadis polos ini bukan sainganku… tak sampai lima menit ia sudah takluk juga…

“Ahhh… Kak Donnnn… terus…!”

Tubuh Nia sudah mengantisipasi kenikmatan… tapi tepat sebelum ia mencapai puncak aku menarik seranganku membuat ia keteteran… kentang banget…

“Kak… eh… ayo dong!”

“Ayo apa?”

“Eh… jangan siksa aku… terus dong!” Nia menatapku berharap.

“Boleh asal kamu janji dulu…”

“Janji apa?”

“Temani aku malam ini… aku mau mengentotmu!” Kata-kata yang vulgar… tapi Nia gak bisa berpikir lagi. Ia hanya menatapku lalu mengangguk.

“Bilang dulu…!” Aku melancarkan kembali serangan tanganku… pelan-pelan membuat ia uring-uringan.

“Iya…!”

“Iya apa?”

“Aku mau temani…”

“Temani doang?”

“Ngentot juga, puas?”

Aku tersenyum… Melania sudah takluk. Malam ini pasti akan jadi malam yang panjang. Tak lama kemudian aku melaksanakan janjiku… terus mengeranyangi gadis itu dan menuntunnya menemui orgasmenya yang pertama lewat oral…

“Aaarrrrgggghhhhhhh… ahhhhhhhhhh!” Tubuh gadis itu kelojotan tak mampu menahan diri. Terus mengejang… mengedan kuat membayangkan suatu puncak kenikmatan yang luar biasa. Suatu orgasme yang dahsyat…

Aku membiarkan gadis itu istirahat sebentar sambil melucuti Barbie doll-nya yang sudah tersingkap gak karuan. Aku segera bangun mengunci pintu lalu memasukkan pakaian Nia ke mesin cuci. Gadis itu masih gak sadar kalo ia sudah terkurung dan tak mungkin keluar lagi… hihihi… siapa suruh lama-lama bangun.

-----

“Eh Kak Doni, baju aku ditaruh di mana?”

Aku keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Sementara itu Melania tampak malu-malu karena masih telanjang bulat. Ia sibuk mencari pakaiannya yang sementara diputar di mesin cuci. Aku hanya nyengir sambil melepaskan handuk dan memamerkan tubuh polosku.

“Kak Don?” Nia menutup mukanya sambil memalingkan muka… malu.

Gerakan yang justru membuat aku untung, karena tanpa disadarinya Nia membuka toket dan memeknya yang tadi ditutup pake tangan.

“Wow… seksi man!” Aku bersiul memuji tubuhnya yang putih dan seksi.

“Ihhhh…!” Nia menyadari kesalahannya dan cepat menutupinya kembali.

“Udah, gak usah tutup. Kan aku sudah lihat tadi! Hahaha…” Aku mentertawakan gayanya yang menurutku sangat lucu. ‘Nia… Nia, kamu kok lucu banget, tapi jangan takut… pasti bentar lagu akan aku puaskan kamu..!’

“Di mana pakaianku, Kak?”

“Lagi dicuci, di mesin…!"

“Eh, terus aku pakai apa? Nanti keluar gimana?”

“Gak usah pake apa-apa dan gak usah keluar-keluar… Kita ngentot sekarang atau Nia mau mandi dulu…!” Aku bertanya to the point.

“Tapi Kak?”

“Sekarang aja yah…” Aku mendekat, Nia menghindar secara reflex. Ketika aku mengejarnya Nia langsung lari menuju kamar mandi.

“Ok, kalo sudah selesai mandi datang ke sini yah?”

Nia tidak menjawab tapi langsung menutup pintu kuat-kuat. Pasti dia malu… biarlah, aku memberinya kesempatan mempersiapkan diri. Sementara itu aku keluar mengambil makanan untuk kita berdua sambil memikirkan cara terbaik mengeksekusinya.

-----

Nia keluar dari kamar mandi dengan kimono. Tubuhnya berbau harum dan segar. Ada wangi head and shoulder, shampoo yang gunakan. Duh, tambah cantik aja… gak salah kalo aku membiarkan ia mandi dulu. Sayang mukanya masih terus tertunduk…

“Kenapa masih situ Nia… ayo dong! Aku sudah siap nih…” Aku sudah telanjang di atas tempat tidur.

“Kak…”

“Kenapa sayang?” Aku merasakan getar keraguan pada suaranya tadi. Pasti gugup dan bingung harus mulai gimana.

“Kak Don… boleh gak… eh.. gini… Kita tidur aja yah, gak usah ml malam ini.” Ia masih tertunduk, seakan merasa bersalah.

“Kenapa?”

“Aku… eh.. gini kak… aku belum siap. Gak nyaman aja…”

“Kamu mau permainkan aku?”

“Eh… gak kok… anu… cuma…!” Nia tambah takut-takut.

“Maumu apa?”

“Kakak boleh buat apa saja malam asal gak gituan!” Aku sudah menebaknya, menarik juga tawarannya. Tepat seperti yang aku rencanakan.

Aku tersenyum dan menarik tangannya… langsung memeluknya pelan. Nia menarik nafas…

“Kalo memang itu yang kamu mau, aku sih gak apa-apa…!”

“Benar kak?” Suatu beban yang menghimpit terasa diangkat… Nia kelihatan ceria kembali.

“Tapi kamu temani aku malam ini yah… terus satu lagi… Nia kocokin sampai aku keluar yah? Tapi harus seksi… pake striptease… itu aja…! Gak perlu ngentot kalo kamu belum nyaman” Nia menarik nafas lega.

“Eh, tapi gimana… aku gak tahu caranya kak…”

“Gampang Nia, gini aja…!” Aku berdiri dan menyetel TV memutar sebuah video. Tampak seorang gadis yang hendak striptease ke pacarnya…

Nia memandang dengan terbelalak.

“Eh, Kak Don… aku gak bisa… gak ahhhh!” Nia menutup wajahnya.

“Jadi ceritanya kita langsung ngentot aja?”

“Gak mau…!”

Aku membuat ia tenang… malah mematikan lampu, sehingga hanya cahaya remang-remang dari TV dan dari lampu tidur yang menerangi kamar ini. Suara music memicu tarian di video dengan goyakan yang menggoda dan makin berani.

“Aku takut, Kak!”

“Udah… gak usah malu. Kan tadi kamu sudah isap punyaku… kayak tadi aja, cuma kali ini kamu yang aktif! Kamu seksi deh… aku tahu kamu bisa. Jangan-jangan aku yang gak tahan lama” Kembali suatu rayuan keluar lagi. Nia udah mulai nyaman…

“Kamu sudah siap?” Nia masih diam... tapi aku tahu ia mulai penasaran.

Aku mulai menyetel music keras-keras, dan mulai mengajaknya berdansa bersama. Nia makin nyaman… tak lama aku melepasnya dan ia terus bergoyang… menari dengan indahnya… Ini persis sesuai rencanaku…

“Tunggu dulu… tapi Kak Doni janji gak sampai macam-macam yah…!”

“Beres, aku janji gak akan masukan kontolku… eh kecuali kalo Nia sendiri yang minta…!” Aku mengedipkan mata dan gadis itu tertawa.

“Maunya…!”

Aku kembali replay video itu dari pertama, sedangkan Nia bergoyang mengikuti arahan video. Gadis ini memamerkan keseksian tubuhnya dengan liat… gayanya menggoda, lama-kelamaan ia makin biasa dan makin menggodaku. Ia malah senyum-senyum seakan meledek aku yang gak bisa buat apa-apa kepadanya… Aku kini terbaring di tempat tidur sambil sesekali mengocok kontolku… Tanpa disadarinya kalo aku sudah menghidupkan kamera untuk merekam adegan ini. Kapan lagi booo…

Hentakan music seakan membawa jauh kesadaran gadis itu… Nia melepaskan kimono yang dikenakannya dengan gaya yang sangat menggoda, dihantar oleh liukan seksi. Goyangan liat tubuh yang tipis dan cenderung kurus ini tentu saja membuat aku hampir gak tahan. Tubuh polos itu kini terpampang jelas… pinggul yang kecil dibandingkan dengan gadis lain, perut yang rata, tulang-tulang dada dan perut yang kelihatan tapi tetap aja seksi.

Nia makin berani. Hilang sudah malu-malu kucing yang ia tunjukan tadi, malah dengan bangga ia menonjolkan lekukan tubuhnya yang benar-benar indah dipandang. Nia tersenyum menyadari kalo aku sudah sange… dan kurang menyadari kalo ia sendiri sudah terlena dan terbawa nafsu.

Nia sudah terbakar… tubuh telanjang itu kini datang mendekat dan naik ke atas tempat tidur sambil bergerak diatas tubuhku serta menggoda. Nia makin gak sadar mulai menyentuh kaki dan pahaku… terus mengundang. Ia makin berani… malah makin lama makin naik keatas tubuhku… seakan ingin menindihku.. tapi masih menjaga jarak. Kini ia tidak lagi mengikuti gerakan di TV tapi naluri kewanitaannya yang menuntun.

Nia kini tersenyum menatapku… sungguh seksi menggoda. Ia mulai meraba tubuh telanjangku… Tangan kirinya membelai dadaku membuat aku menahan nafas…. Ahhhh, nakal sekali. Sesekali gerakan seksinya membuat aku terbakar… dan tanganku tanpa dapat dikontrol mulai mencomot dada dan pantatnya yang padat, serta membelai perut, pinggang dan paha mulusnya… Nia gak pusing lagi.

-----

“Gimana Kak Don?” Nia masih tersenyum menggoda.

“Terus Nia…!”

Kali ini tanganku meremas dua gundukan dada yang padat itu. Kenyal ah….

“Oh Nia..!”

“Kak Doni…!” Nia menyingkirkan tanganku… tapi kini ia menyandarkan tubuhnya. Kali ini dadaku dipijat dengan kedua toketnya…. Ih, nakal… tapi dengan wajah menggoda ia makin berani…. Tangannya mulai turun mencari pasak yang sudah tegang di bawah.

“Ahhhh….!” Aku mendesah menyambut kocokannya. Nia nyengir menggoda… ia melirik ke TV dan melihat adegan tit-fuck yang sangat panas. Segera ia mencobanya…

“Gimana kak? Enak?”

“Ah… Nia… terus…!”

Toket yang padat itu mulai bergerak naik turun menjepit senjataku. Sementara itu Nia menunduk dan menyambut ujung helm palkon dengan ciumannya dan hisapan mulutnya… ini benar-benar surga.

“Ohhh… Nia… aku gak tahann!” Ini bernar-benar nikmat. Nia benar-benar menggodaku… kalo begini terus gak sampe 5 menit lagi aku mau muncrat… aku harus balas menyerang.

Aku segera menarik badannya ke atas dan mencium bibirnya kuat-kuat. Dengan segera kita larut dalam ciuman yang panjang dan memabukkan. Nia gak perduli lagi kalo tanganku kini sudah menyentuh bagian intimnya… dan aku mendapati kalo gadis ini udah basah kuyup.

“Hap…..”

“Aduh, Kak Don…” Nia kaget ketika aku melakukan gerakan berputar sehingga kini tubuhnya yang di bawah sedangkan tubuhku menindihnya dari atas. Kedua tanganku makin nakal mengocok belahan nikmat itu…’

‘Ahhh… Kakkk…ahhhh….!”

“Saatnya balas dendam…!”

“Ahh… aku diapain kak?” Nia menutup mata…. Sudah cukup… saatnya menikmati hidangan utama. Tubuhku mulai merapat dan batang yang sudah tegang itu mulai mencari sasarannya… suatu gundukan kecil dengan belahan vertical. Nia membantu dengan membuka kakiku, sehingga dengan mudah kontolku memulai serangan di itilnya. Dengan cepat gundukan kecil itu langsung digesek oleh kontol tegangku… Nia makin mengangkang.

“Kak Don… ahhh… aduh… ahhhh!” Gadis itu kini mendesah kecil, mungkin tak terdengar orang lain kecuali aku...Nia merintih dengan merdunya.

“Gimana, Nia…!”

“Ayo kak…!”

“Ayo apa, sayang!”

“Kak… aku gak tahan lagi!”

“Kak gak boleh…!” Aku memasukkan palkonnya tapi menariknya kembali… Nia makin menggelinjang. Ia sudah mau banget...

“Oh, Kak Don… masukin aja kak… aahhhh…. Aku gak tahan… cepat!”

“Masukin apa, sayang. ngomong yang jelas…!” Aku hampir gak mampu menahan tawa…

“Oh.. kak… masukin kontolnya!” Nia sampai teriak…

“Gini…?”

“Terus.. ahhh… ahhh… aaaaahhhhhhhh!”

Dengan gerakan kuat kontolku menusuk sampai dalam… Nia tersentak. Memek yang sempit itu seakan mengisap batangku sampai dalam-dalam. Benar-benar sesak tapi nikmat…

“Aaahhhh…. Ahhh…” Gadis itu merintih sementara kontolku keluar masuk dengan gagahnya. Pinggul Nia bergerak menyambut, sementara tangannya memeluk ku erat seakan tak mau melepaskanku.

Aku mengangkat kepala gadis itu dan menatapnya tajam. Nia juga membalas tatapanku… aku mencium bibirnya dengan penuh nafsu, Nia membalas dengan gairah yang dahsyat… panasss…

Tak lama kemudian tubuh indah itu mulai bergetar… makin lama makin kuat… Nia sampai kelojotan karena nikmat, dan dengan teriakan kuat ia mengumumkan orgasmenya yang pertama….

“Aaarrrggghhhhhh!”

Aku merasakan batangku tersiram cairan hangat… ia sudah sampai. Aku menurunkan tempoku sedikit, namun pusakaku tetap tercolok didalam gua nikmat itu.

-----

“Nia… aku gak kemana-mana. Malam ini aku milikmu…!” Sebuah rayuan keluar lagi… ah kenapa sih aku gak bisa tahan kalo tidak menggombalinya. Ternyata kata-kata gombal yang sampai membuat aku mendapat predikat si playboy jalanan masih aja ampuh…

“Oh.. Kak Don… I love you!” Nia menutup matanya dan memeluk kepalaku erat-erat.

Setelah beberapa kata gombal keluar, Nia kembali terbangun. Ia kembali mendesah dalam goyanganku… gairahnya terpancing lagi. Ihhh… cewek ini benar-benar sesuatu banget…

“Aahhh… ahhh…!” Rintihan Nia hanya sesekali… tidak seperti cewek-cewek lain yang ribut waktu ngeseks. Mungkin saja ia hanya merintih tepat ketika titik sensitifnya tergesek. Tak heran bunyinya merdu sekali… suatu pernyataan takluk dan kepasrahan… yang tentu saja menjadi santapan lezat ego lelaki.

“Eh… Kak Don…!” Nia kaget ketika aku mencabut kontolku…

“Ganti gaya sayang… kamu di atas yah?” Nia tidak menjawab namun segera naik ke atas tubuhku… dan ketika tubuhnya turun, kembali kontolku masuk ke sarangnya. Hangat… sempit… liat…

Nia mulai menggoyangkan pinggulnya… ah, ternyata gadis manis ini jago bergoyang. Tubuh seksi itu meliat dengan indah menari diatas tubuhku seperti seorang cowgirl… Nia menatapku sambil senyum… ih.. menggoda banget!

“Kamu cantik sekali, Nia… seksi banget…!”

“Hush… diam aja… gak usah gombal!”

Kali ini tanganku mendapat kesempatan memetik dua apel alami yang tergantung dengan indahnya… padat…

“Eh.. kak…! Ahhhh…” Nia mendesah lagi. Aku terus menyerang dada yang imut itu sementara Nia merem nikmat. Goyangannya makin lemah…

Aku mengangkat pantat Nia sedikit keatas, dan secara tiba-tiba menggenjot dari bawah. Kontolku menghujam keatas dengan kuat dan cepat… Nia sampat terkejut… dan ia tak bisa menahan gempuran yang menyebabkan tubuh yang kurus itu terlunjak dan turun oleh gravitasi.

“Aaahhhh…. Kak… aduhhhhh!” Kali ini ia menjerit kuat.

Aku tahu gak banyak cewek bisa bertahan lama dengan posisi ini, apalagi gadis tomboy yang masih kategori pemula. Dalam hitungan detik saja Nia langsung menyemburkan cairan… banyak yang keluar seiring dengan terlepasnya sumbat hidup…

“Blessss srrrtttt…” cairan bening itu menyemprot keluar… sementara tubuh gadis itu langsung lemas tak bertenaga.

Aku membiarkan ia memulihkan tenaga sejenak… Nia sudah dua kali keluar. Cukup kuat juga dia… Kali ini giliranku. Sudah saatnya aku menitip cairan putih kedalam tubuhnya…

“Gimana Nia, enak kan?”

“Cape Kak…!”

“Udah, tarik nafas dulu baru kita lanjut!”

“Eh, masih aja lanjutannya…” Nia terbelalak. Ia baru sadar kalo aku belum keluar…

“Hahaha… udah gak usah pura-pura lagi. Sekarang kamu telungkup yah, terus naikan pantatmu…!” Aku mengarahkan tubuh yang sudah lemas itu dalam posisi doggy. Nia hanya bisa menuruti kemauanku. Dan tak lama kemudian kontol besar itu sudah kembali mengisi lorong yang sangat sempit.

“Eh… aduh kak… pelan…”

“Udah masuk kan!”

“Iya… ini dalam banget, Kak!”

“Justru itu yang enak kan..!”

“Ihhh… mentok!” Nia meringis menahan ngilu. Mungkin saja kontolku baru menyentuh titik-titik tertentu. Yah benar posisi ini memungkinkan palkonku mentok di mulut rahim gadis itu. Cukup panjang juga… sungguh memek yang sangat nikmat…

“Sekarang kamu siap-siap yah, aku mulai pompa…!”

“Pelan-pelan Kak Don…!”

Aku mulai menggerakkan pantat menusuk dan mencabutnya kembali. Nia kembali merintih… kali ini agak kuat.

Tanganku mulai bermain, secara nakal mencongkel buah dada dari belakang dan meremasnya kuat. Nia makin mendesah…

Aku merasakan jepitan gadis itu yang protes liangnya dieksplor dalam… untuk beberapa menit lamanya aku merasa melayang seperti Nirvana… liang yang mampu menghentarkan birahi menuju puncak… kalo gak nahan, sudah dari tadi aku orgasme. Tapi aku mau kali ini spesia… aku terus mendaki… menguras stamina.

“Ahhhh… aku gak kuat kak…!”

“Tahan Nia.. dikit lagi…!”

Genjotanku makin cepat… posisi Nia sudah tidur tengkurap sementara pantatnya digedor dari belakang. Nia udah keteteran…

“Udah kah…. Aaarrrhhhhhhhh!” Tubuh Nia kelojotan… ia nyampe lagi. Kali ini pake kejang-kejang ketika memeknya ikut berkontraksi.

“Aaarrrggghhhhh” Jepitan Nia waktu orgasme menghentarkan aku pada puncak, dan langsung menyemburkan berjuta-juta sperma dalam enam kali tembakan. Aku masih terus mengedan menahan nikmat… oh Nirvana…

Kami masih terus berbaring tanpa kata-kata. Nia menutup mata… capek sekali sementara aku kemudian menyusulnya tak lama setelah kontol yang sudah mengencil itu terlepas dengan sendirinya.

Sungguh malam yang sangat indah…

---

“Uuuuhhhh… kak Doni jahat…! Tadi bilang gak akan masukin… eh ternyata aku dipake sampe habis-habisan gini….!”

“Hahaha… tapi kamu juga kan keenakan..”

“Huuuhhh aku gak mau… aku ditipu…! Aku akan lapor ke Kak Cherry”

“Hehehe… ini semua karena ulah kamu sendiri. Siapa suruh striptease sampai menggoda begitu… yah, aku gak tahan!”

“Tapi kakak yang yang suruh aku striptease…!”

“Iya, dan kamu yang suruh aku masukan…!”

“Ihhhh… aku ditipu… uhhhh… jahat!”

Gadis itu masih merajuk…

“Udah… tenang saja, nanti besok pagi aku kasih hadiah…!”

“Handphone?

“Bukan…”

“Terus apa…”

“Hush tidur dulu… nanti aja!”

Apa jadinya yah kalo Nia tahu kalo aku berencana memberinya hadiah pejuh lagi besok pagi? Hehehe…

Bersambung

-----
 
Makasih om updatenya,Nia akhirnya jebol jg..
Gimana kalau episode berikut kak Titien menggoda blackman,seterusnya suhu atur aja mo gimana!
 
Eh kirain sudah pindah halaman, ternyata belum yah!
Kalo gitu update bentar malam aja yah...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd