Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bumil Fucker : Season 2

MANGSA KESEBELAS

Setelah apa yang kami lakukan sore itu, Bu Intan tetap bersikap biasa kepadaku. Tentu untuk menjaga agar jangan sampai apa yang telah terjadi diketahui oleh orang sekantor, terutama Mas Eko. Mas Eko dan Bu Intan sendiri masih melakukan hubungan intim secara diam-diam setelah selesai melakukan pekerjaan mereka. Dan tentunya aku merekam semua apa yang mereka lakukan. Sehingga aku memiliki cadangan jika sewaktu-waktu Bu Intan berbuat nakal dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga aku tidak merasa susah dalam menjalankan pekerjaanku disini.

Hari ini tepat sudah aku 2 bulan bekerja disini. Berbagai macam data dan bertumpuk-tumpuk berkas ada di ruangan. Pak Irwan selalu membantuku dalam menyelesaikan ini, sehingga menjadi lumayan cepat selesai target harianku. Bu Intan juga terlihat semakin besar usia kandungannya. Sambil mengerjakan input data aku meminum kopi yang telah aku buat tadi. Tiba-tiba saja dari arah pintu muncul Pak Irwan. Beliau menghampiriku.

"Dek, tadi Mas Eko pamitnya pergi ke dusun mana ?"

"Kurang tahu pak, saya tadi pagi kesini masih kosong"

"Oh gitu, yaudah. Ini ada istrinya mau nganter makanan. Saya titip ke Bram aja ya. Saya harus ke ruangan rapat sama Pak Lurah. Istrinya bentar lagi kesini bawa bekal."

"Baik pak"

"Yaudah saya duluan"

Pak Irwan kemudian pergi. Aku lalu melanjutkan pekerjaanku untuk input data. Karena beberapa kesalahan dari Bu Intan beberapa waktu yang lalu membuatku harus membereskannya. Tapi karena itu juga aku mempunyai alasan untuk membuatnya menjadi pemuas nafsuku. Dan nampaknya Bu Intan menikmatinya juga. Tak terasa, jam menunjukan pukul 12 siang. Waktunya untuk beristirahat. Istrinya Mas Eko masih belum masuk ke ruanganku. Aku kemudian mencoba mencarinya di luar kantor. Dan benar saja, dia berada di luar kantor sambil duduk di kursi ruang tunggu. Istri Mas Eko memakai kemeja warna coklat muda, jilbab yang selaras dengan warna bajunya, serta long dress warna yang sama. Karena sebelumnya aku tahu kalau istrinya sedang hamil tua, maka tak heran perutnya membuncit besar.



Wajahnya yang agak lonjong namun manis. Aku yang mencoba mendekatinya agak gugup karena cantiknya. Dengan riasan wajah yang tampak seperti make up natural. Sangat serasi dengan penampilannya. Kuhentikan langkahku sebentar mengatur rasa gugupku. Lalu melangkah pelan mendekatinya.

"Permisi mbak, istrinya Mas Eko ya ? Tadi saya dititipin sama Pak Irwan buat nerima bekal yang mau dikasih ke Mas Eko." Tanyaku sambil mendekatinya

"Oh, iya mas. Saya Novi istrinya Mas Eko. Saya tadi nungguin Pak Irwan kok ngga balik-balik. Yaudah ini mas barangnya." Ucap Mbak Novi sambil mengulurkan bekal makanan ke arahku.

"Baik mbak, saya nanti kasih ke Mas Eko" jawabku

"Yaudah mas. Saya pulang dulu." Ucapnya sambil meninggalkanku. Mbak Novi lalu menuju ke arah motornya. Kemudian meninggalkan area kantor kelurahan. Untuk wanita yang lagi hamil tua dan sebentar lagi melahirkan. Dia lumayan tangguh. Aku lalu beristirahat dan kembali melanjutkan pekerjaanku di ruangan. Bekal yang tadi kemudian aku letakkan di meja kerja Mas Eko.

Hari itu berjalan cepat. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Seharusnya Mas Eko dan Bu Intan sudah kembali. Atau jangan-jangan mereka mencari tempat lain untuk bercumbu. Pikiranku penuh dengan hal yang macam-macam dengan hanya menunggu mereka berdua. Jam setengah lima lebih sedikit, mereka akhirnya kembali. Dan seperti biasa, setelah menaruh berkas untuk kukerjakan, mereka lalu pulang. Mas Eko malah tidak menyentuh bekal yang diberikan oleh istrinya. Walaupun aku sudah memberitahunya. Bekal itu kemudian diberikan saja padaku. Kalau sudah selesai tinggal balikin ke rumah, karena tidak boleh menaruh barang pribadi disini. Dia lalu memberitahuku letak rumahnya. Mereka berdua lalu pergi kembali ke rumah masing-masing. Aku lalu kembali ke meja kerja. Memilah-milah dulu pekerjaan yang akan kukerjakan terlebih dahulu. Aku kemudian melanjutkan pekerjaanku.

Satu jam terlewati. Aku mulai merasakan lapar yang menjelang waktu makan malam. Karena aku juga harus lembur sampai jam 7 malam. Maka aku kemudian makan dengan bekal makanan yang diberikan untukku. Kubuka kotak makanan itu. Terdapat beberapa cemilan di kotak makanan itu. Namun yang membuatku terkejut ada catatan kecil yang dituliskan di dalam kotak itu. Bunyinya :

"Mas, kalau selingkuh jangan sampai ketahuan ya. Inget mas. Istri sama selingkuhanmu itu sama-sama hamil. Kasihan anak kita mas. Ini ada beberapa cemilan buat mas"

Aku agak terkejut juga membacanya. Istri Mas Eko selama ini juga mengetahui perselingkuhannya dengan Bu Intan. Mas Eko walaupun bejad tapi tokcer sampai bikin dua-duanya hamil. Aku kemudian segera menghabiskan makanan yang tersedia. Walaupun hanya cemilan berupa kue kering, namun cukup untuk mengganjal perutku. Segera kurapikan kembali kotak makan itu, dan mengembalikan catatan kecil yang kubaca tadi. Karena jam lemburku sudah dekat, dan harus segera menambahkan data yang tadi diperoleh.

Akhirnya jam kerja telah lewat. Segera aku membereskan dan menyimpan data yang telah selesai diinput. Hari ini agak melelahkan karena mungkin data yang seharusnya kuterima lebih awal akhirnya agak molor. Namun aku mencoba untuk tutup mulut terlebih dahulu. Toh, nantinya aku tetap bisa menikmati Bu Intan kapanpun aku mau. Aku lalu bergegas ke rumah Mas Eko untuk mengembalikan kotak bekal makanan yang tadi diberikan oleh istrinya. Karena pasti dia sudah pulang ke rumah.

Perlu waktu 30 menit untuk menemukan rumahnya yang terletak di pinggir kampung. Lokasi rumahnya memang tidak di tempat yang padat penduduk, namun cukup sulit aku menemukannya karena ada beberapa rumah yang mirip dengan yang ia beritahukan ciri-cirinya padaku. Rumahnya berukuran cukup besar, walaupun dia hanya bekerja di kantor kelurahan namun dia tampaknya bisa berhemat dan berinvestasi sehingga memiliki rumah yang cukup bagus di area kota metropolitan ini. Aku kemudian memarkirkan motorku di halaman rumahnya. Aku kemudian segera mengetuk pintu. Terdengar sahutan seorang wanita dari dalam rumah. Mbak Novi pastinya. Keluarlah dia dari dalam rumah. Mbak Novi waktu itu sudah berganti pakaian dengan terusan warna kuning panjang dan jilbab motif bunga. Kulitnya agak gelap, berbeda tadi saat di kantor. Mungkin ini warna kulit wajahnya yang asli saat tidak memakai make up. Perutnya yang besar menonjol ke depan yang tampak membuat terusan polos warna kuning itu tampak ketat.



"Eh mas Bram, ada apa mas kok malem-malem kesini ?" Tanyanya saat menemuiku di pintu depan rumah.

"Ini mbak, tadi Mas Eko ngasih bekal ke saya buat dimakan. Kalau sudah selesai disuruh langsung dikembaliin aja ke rumah katanya." Jawabku. Raut mukanya agak menunjukan wajah yang kecewa. Namun dia mencoba tetap menyembunyikannya di hadapanku.

"Mas Ekonya belum pulang mas, saya ambil aja" jawabnya

"Oh gitu ya mbak, ini saya kembalikan" ucapku

"Makasih ya, mas Bram. Masuk dulu aja mas." Ucapnya

"Maaf mbak saya langsung ke kos saja" jawabku.

Mbak Novi kemudian tetap mempersilakan aku untuk masuk dulu, aku sebenarnya menolak karena badanku yang lumayan lelah. Namun karena agak dipaksa, akhirnya aku mau. Ruang tamu rumah itu terkesan sederhana. Dengan meja kaca dan sofa empuk warna merah yang menghiasinya. Lalu Mbak Novi datang dengan nampan berisi segelas teh hangat.

"Waduh mbak jadi ngrepotin, saya cuma mau balikin kotak bekal aja loh ini" jawabku ketika dia sudah menaruh gelas itu di meja.

"Gapapa mas, masa tamu dianggurin aja" ucapnya

"Silakan diminum mas" ucapnya lagi.

"Iya mbak" jawabku sembari mencicipi sedikit teh itu. Ouch, masih panas.

"Panas ya mas ?" Ucapnya sambil tersenyum

"Iya mbak" jawabku

Hening sesaat, lalu..

"Mas, tadi baca kertas yang di kotak ngga ? Tanya Mbak Novi

"Iya mbak saya baca tadi" jawabku agak ragu, mengingat itu bukan urusanku. Namun aku hanya menjawab apa adanya.

"Jadi mas Bram tahu masalahnya kan ?" Tanya Mbak Novi lagi

"Saya tahu mbak, saya juga menyaksikannya sendiri" jawabku dengan tenang, agak dingin, namun jujur. Daripada aku berbohong. Dia juga sedang menanti kelahiran anak keduanya. Daripada aku membebani pikirannya dengan berbohong kepadanya.

"Mas lihat langsung ?" Mbak Novi bertanya sekali lagi

Tanpa menjawab, aku kemudian merogoh sakuku. Mengambil ponselku. Lalu aku putar video rekaman saat Mas Eko dan Bu Intan sedang asyik bercumbu di ruangan kantor kelurahan. Mbak Novi tampak syok melihatnya. Suami dan Ayah yang disegani di rumah ini luntur seketika. Namun aku lihat dia tidak merasa sedih, namun ada raut wajah murka disana. Aku yang berada disana agak bergidik ngeri juga. Perempuan yang diamuk dendam lebih mengerikan daripada gadis yang patah hati. Setelah aku mematikan video itu, dia lalu mendekati tempat dudukku di sofa. Kami kemudian saling duduk bersampingan. Dia lalu agresif mendekatiku. Memelukku, menciumi bagian tengkuk leherku. Aku yang mencoba melepaskan tangannya agak luluh juga dengan permainan yang dia lakukan.

"Mbak Novi, jangan mbak. Mbak kan istri Mas Eko" ucapku untuk melepaskan tangannya yang bergerilya di tubuhku.

"Persetan dengan Eko. Kita main saja oke. Turuti saja apa mauku." Jawabnya agak keras.

"Cepat kulum kontolku kalau begitu" jawabku dengan agak kasar. Aku yang berakting seperti orang yang kesal. Padahal ini yang aku mau. Segera aku pelorotkan celana kain dan celana dalamku. Kulepas sepatuku. Aku masih tetap memakai kemeja agar bisa cepat berpakaian jika sudah selesai. Karena Mas Eko juga belum pulang ke rumah. Mbak Novi lalu akan melepaskan jilbabnya.

"Ga usah dilepas mbak jilbabnya" ucapku

"Panggil Novi aja, ga usah pake mbak" jawabnya ketus. Namun dia menuruti kemauanku untuk tidak melepaskan hijabnya.

Dia lalu mendekat ke arah selangkanganku.Lalu dia menggengam kontolku. Lalu dikocoknya dengan tangannya. Kocokan tangannya terasa belum mantap untukku.​

"Sepong aja say" ucapku

Novi kemudian duduk di lantai menghadap selangkanganku. Lalu dia memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

" Aaaakh, terus Novii, uughh, enak uuuh isep lagi sayang” ucapku sambil keenakan

Novi pun kembali memasukan kontolku ke dalam mulutnya. Aku pun menekan kepalanya supaya kontolku masuk semakin dalam.

”Mmmopppppm….aaaaah” suara kecil Novi

”Oh enak Nov aku bisa keluar iniii” kataku

Aku kemudian memegangi kepalanya agar berhenti menyepong kontolku. Lalu kami berpindah posisi. Dia lalu duduk di sofa merah itu. Novi lalu melepas celana dalam yang dia kenakan. Novi Lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku yang sudah kepalang tanggung lalu segera mendekat. Aku pun memegang pantat Novi dan kemudian menyodok memeknya dengan posisi konvensional di sofa.

”Aaaanjir nikmat banget mas uuuh, basah memek aku”

Cploook..cploook..cploook bunyinya terdengar nyaring di tengah malam yang sunyi.

”entot memek wanita hamil mas” Ucap Novi sambil mempercepat gerakan maju mundurnya.

”aaakkh nikmat banget selingkuh maaas, pantes dilarang uuuhh”

”Iya say uuuh gila memek tersempit yang pernah aku ewe belakangan ini uuh”

Sambil mengentot Novi, tanganku kini meremas-remas susunya Novi. Begitu ku pencet air susu dari pentil Novi pun muncrat-muncrat dan segera Aku membuka mulut menyambut asinya.

”Uggh aku gak kuat mas, cepetan entotnya”

Aku pun mempercepat kentotanku. Novi terlihat mulai kepayahan.

”aaaaah anjiiir aku gak kuat uuugh” Novi pun terdiam dan terasa memeknya berkedut.

Aku biarkan beberapa detik lalu ku genjot lagi, kebetulan spermaku pun sudah diujung.
Tak lama Aku pun segera menghujamkan kontolku dalam-dalam dan

Crooot..croooot..crooot

Spremaku mengisi memeknya Novi. Dia pun segera melumat bibirku.

”Mas, dimuncratin di dalam memek aku” ucapnya

”abis enak banget, udah gak tahan. Btw tadi kenapa tahu-tahu pengin diewe ?" Tanyaku

"Balas dendam. Kalau dia tetap selingkuh, aku juga selingkuh dong." Jawabnya ketus

"Kalo saya minta lagi boleh kan ?" Ucapku

"Boleh sayang, nanti telpon aja oke ?" Jawab Novi

Kami akhirnya beres-beres. Aku lalu segera pamit dari rumah itu. Beruntungnya aku setelah beberapa saat meninggalkan rumah itu, Mas Eko baru pulang. Entah apa rasanya jika aku ketahuan selingkuh dengan istrinya. Walaupun aku punya senjata juga sih, tapi aku tidak mau juga terlibat terlalu jauh.
 
Mantap betul suhu makasih banyak ya updatenya suhu mantull semoga suhu sehat selalu
 
MANGSA KESEBELAS

Setelah apa yang kami lakukan sore itu, Bu Intan tetap bersikap biasa kepadaku. Tentu untuk menjaga agar jangan sampai apa yang telah terjadi diketahui oleh orang sekantor, terutama Mas Eko. Mas Eko dan Bu Intan sendiri masih melakukan hubungan intim secara diam-diam setelah selesai melakukan pekerjaan mereka. Dan tentunya aku merekam semua apa yang mereka lakukan. Sehingga aku memiliki cadangan jika sewaktu-waktu Bu Intan berbuat nakal dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga aku tidak merasa susah dalam menjalankan pekerjaanku disini.

Hari ini tepat sudah aku 2 bulan bekerja disini. Berbagai macam data dan bertumpuk-tumpuk berkas ada di ruangan. Pak Irwan selalu membantuku dalam menyelesaikan ini, sehingga menjadi lumayan cepat selesai target harianku. Bu Intan juga terlihat semakin besar usia kandungannya. Sambil mengerjakan input data aku meminum kopi yang telah aku buat tadi. Tiba-tiba saja dari arah pintu muncul Pak Irwan. Beliau menghampiriku.

"Dek, tadi Mas Eko pamitnya pergi ke dusun mana ?"

"Kurang tahu pak, saya tadi pagi kesini masih kosong"

"Oh gitu, yaudah. Ini ada istrinya mau nganter makanan. Saya titip ke Bram aja ya. Saya harus ke ruangan rapat sama Pak Lurah. Istrinya bentar lagi kesini bawa bekal."

"Baik pak"

"Yaudah saya duluan"

Pak Irwan kemudian pergi. Aku lalu melanjutkan pekerjaanku untuk input data. Karena beberapa kesalahan dari Bu Intan beberapa waktu yang lalu membuatku harus membereskannya. Tapi karena itu juga aku mempunyai alasan untuk membuatnya menjadi pemuas nafsuku. Dan nampaknya Bu Intan menikmatinya juga. Tak terasa, jam menunjukan pukul 12 siang. Waktunya untuk beristirahat. Istrinya Mas Eko masih belum masuk ke ruanganku. Aku kemudian mencoba mencarinya di luar kantor. Dan benar saja, dia berada di luar kantor sambil duduk di kursi ruang tunggu. Istri Mas Eko memakai kemeja warna coklat muda, jilbab yang selaras dengan warna bajunya, serta long dress warna yang sama. Karena sebelumnya aku tahu kalau istrinya sedang hamil tua, maka tak heran perutnya membuncit besar.



Wajahnya yang agak lonjong namun manis. Aku yang mencoba mendekatinya agak gugup karena cantiknya. Dengan riasan wajah yang tampak seperti make up natural. Sangat serasi dengan penampilannya. Kuhentikan langkahku sebentar mengatur rasa gugupku. Lalu melangkah pelan mendekatinya.

"Permisi mbak, istrinya Mas Eko ya ? Tadi saya dititipin sama Pak Irwan buat nerima bekal yang mau dikasih ke Mas Eko." Tanyaku sambil mendekatinya

"Oh, iya mas. Saya Novi istrinya Mas Eko. Saya tadi nungguin Pak Irwan kok ngga balik-balik. Yaudah ini mas barangnya." Ucap Mbak Novi sambil mengulurkan bekal makanan ke arahku.

"Baik mbak, saya nanti kasih ke Mas Eko" jawabku

"Yaudah mas. Saya pulang dulu." Ucapnya sambil meninggalkanku. Mbak Novi lalu menuju ke arah motornya. Kemudian meninggalkan area kantor kelurahan. Untuk wanita yang lagi hamil tua dan sebentar lagi melahirkan. Dia lumayan tangguh. Aku lalu beristirahat dan kembali melanjutkan pekerjaanku di ruangan. Bekal yang tadi kemudian aku letakkan di meja kerja Mas Eko.

Hari itu berjalan cepat. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Seharusnya Mas Eko dan Bu Intan sudah kembali. Atau jangan-jangan mereka mencari tempat lain untuk bercumbu. Pikiranku penuh dengan hal yang macam-macam dengan hanya menunggu mereka berdua. Jam setengah lima lebih sedikit, mereka akhirnya kembali. Dan seperti biasa, setelah menaruh berkas untuk kukerjakan, mereka lalu pulang. Mas Eko malah tidak menyentuh bekal yang diberikan oleh istrinya. Walaupun aku sudah memberitahunya. Bekal itu kemudian diberikan saja padaku. Kalau sudah selesai tinggal balikin ke rumah, karena tidak boleh menaruh barang pribadi disini. Dia lalu memberitahuku letak rumahnya. Mereka berdua lalu pergi kembali ke rumah masing-masing. Aku lalu kembali ke meja kerja. Memilah-milah dulu pekerjaan yang akan kukerjakan terlebih dahulu. Aku kemudian melanjutkan pekerjaanku.

Satu jam terlewati. Aku mulai merasakan lapar yang menjelang waktu makan malam. Karena aku juga harus lembur sampai jam 7 malam. Maka aku kemudian makan dengan bekal makanan yang diberikan untukku. Kubuka kotak makanan itu. Terdapat beberapa cemilan di kotak makanan itu. Namun yang membuatku terkejut ada catatan kecil yang dituliskan di dalam kotak itu. Bunyinya :

"Mas, kalau selingkuh jangan sampai ketahuan ya. Inget mas. Istri sama selingkuhanmu itu sama-sama hamil. Kasihan anak kita mas. Ini ada beberapa cemilan buat mas"

Aku agak terkejut juga membacanya. Istri Mas Eko selama ini juga mengetahui perselingkuhannya dengan Bu Intan. Mas Eko walaupun bejad tapi tokcer sampai bikin dua-duanya hamil. Aku kemudian segera menghabiskan makanan yang tersedia. Walaupun hanya cemilan berupa kue kering, namun cukup untuk mengganjal perutku. Segera kurapikan kembali kotak makan itu, dan mengembalikan catatan kecil yang kubaca tadi. Karena jam lemburku sudah dekat, dan harus segera menambahkan data yang tadi diperoleh.

Akhirnya jam kerja telah lewat. Segera aku membereskan dan menyimpan data yang telah selesai diinput. Hari ini agak melelahkan karena mungkin data yang seharusnya kuterima lebih awal akhirnya agak molor. Namun aku mencoba untuk tutup mulut terlebih dahulu. Toh, nantinya aku tetap bisa menikmati Bu Intan kapanpun aku mau. Aku lalu bergegas ke rumah Mas Eko untuk mengembalikan kotak bekal makanan yang tadi diberikan oleh istrinya. Karena pasti dia sudah pulang ke rumah.

Perlu waktu 30 menit untuk menemukan rumahnya yang terletak di pinggir kampung. Lokasi rumahnya memang tidak di tempat yang padat penduduk, namun cukup sulit aku menemukannya karena ada beberapa rumah yang mirip dengan yang ia beritahukan ciri-cirinya padaku. Rumahnya berukuran cukup besar, walaupun dia hanya bekerja di kantor kelurahan namun dia tampaknya bisa berhemat dan berinvestasi sehingga memiliki rumah yang cukup bagus di area kota metropolitan ini. Aku kemudian memarkirkan motorku di halaman rumahnya. Aku kemudian segera mengetuk pintu. Terdengar sahutan seorang wanita dari dalam rumah. Mbak Novi pastinya. Keluarlah dia dari dalam rumah. Mbak Novi waktu itu sudah berganti pakaian dengan terusan warna kuning panjang dan jilbab motif bunga. Kulitnya agak gelap, berbeda tadi saat di kantor. Mungkin ini warna kulit wajahnya yang asli saat tidak memakai make up. Perutnya yang besar menonjol ke depan yang tampak membuat terusan polos warna kuning itu tampak ketat.



"Eh mas Bram, ada apa mas kok malem-malem kesini ?" Tanyanya saat menemuiku di pintu depan rumah.

"Ini mbak, tadi Mas Eko ngasih bekal ke saya buat dimakan. Kalau sudah selesai disuruh langsung dikembaliin aja ke rumah katanya." Jawabku. Raut mukanya agak menunjukan wajah yang kecewa. Namun dia mencoba tetap menyembunyikannya di hadapanku.

"Mas Ekonya belum pulang mas, saya ambil aja" jawabnya

"Oh gitu ya mbak, ini saya kembalikan" ucapku

"Makasih ya, mas Bram. Masuk dulu aja mas." Ucapnya

"Maaf mbak saya langsung ke kos saja" jawabku.

Mbak Novi kemudian tetap mempersilakan aku untuk masuk dulu, aku sebenarnya menolak karena badanku yang lumayan lelah. Namun karena agak dipaksa, akhirnya aku mau. Ruang tamu rumah itu terkesan sederhana. Dengan meja kaca dan sofa empuk warna merah yang menghiasinya. Lalu Mbak Novi datang dengan nampan berisi segelas teh hangat.

"Waduh mbak jadi ngrepotin, saya cuma mau balikin kotak bekal aja loh ini" jawabku ketika dia sudah menaruh gelas itu di meja.

"Gapapa mas, masa tamu dianggurin aja" ucapnya

"Silakan diminum mas" ucapnya lagi.

"Iya mbak" jawabku sembari mencicipi sedikit teh itu. Ouch, masih panas.

"Panas ya mas ?" Ucapnya sambil tersenyum

"Iya mbak" jawabku

Hening sesaat, lalu..

"Mas, tadi baca kertas yang di kotak ngga ? Tanya Mbak Novi

"Iya mbak saya baca tadi" jawabku agak ragu, mengingat itu bukan urusanku. Namun aku hanya menjawab apa adanya.

"Jadi mas Bram tahu masalahnya kan ?" Tanya Mbak Novi lagi

"Saya tahu mbak, saya juga menyaksikannya sendiri" jawabku dengan tenang, agak dingin, namun jujur. Daripada aku berbohong. Dia juga sedang menanti kelahiran anak keduanya. Daripada aku membebani pikirannya dengan berbohong kepadanya.

"Mas lihat langsung ?" Mbak Novi bertanya sekali lagi

Tanpa menjawab, aku kemudian merogoh sakuku. Mengambil ponselku. Lalu aku putar video rekaman saat Mas Eko dan Bu Intan sedang asyik bercumbu di ruangan kantor kelurahan. Mbak Novi tampak syok melihatnya. Suami dan Ayah yang disegani di rumah ini luntur seketika. Namun aku lihat dia tidak merasa sedih, namun ada raut wajah murka disana. Aku yang berada disana agak bergidik ngeri juga. Perempuan yang diamuk dendam lebih mengerikan daripada gadis yang patah hati. Setelah aku mematikan video itu, dia lalu mendekati tempat dudukku di sofa. Kami kemudian saling duduk bersampingan. Dia lalu agresif mendekatiku. Memelukku, menciumi bagian tengkuk leherku. Aku yang mencoba melepaskan tangannya agak luluh juga dengan permainan yang dia lakukan.

"Mbak Novi, jangan mbak. Mbak kan istri Mas Eko" ucapku untuk melepaskan tangannya yang bergerilya di tubuhku.

"Persetan dengan Eko. Kita main saja oke. Turuti saja apa mauku." Jawabnya agak keras.

"Cepat kulum kontolku kalau begitu" jawabku dengan agak kasar. Aku yang berakting seperti orang yang kesal. Padahal ini yang aku mau. Segera aku pelorotkan celana kain dan celana dalamku. Kulepas sepatuku. Aku masih tetap memakai kemeja agar bisa cepat berpakaian jika sudah selesai. Karena Mas Eko juga belum pulang ke rumah. Mbak Novi lalu akan melepaskan jilbabnya.

"Ga usah dilepas mbak jilbabnya" ucapku

"Panggil Novi aja, ga usah pake mbak" jawabnya ketus. Namun dia menuruti kemauanku untuk tidak melepaskan hijabnya.

Dia lalu mendekat ke arah selangkanganku.Lalu dia menggengam kontolku. Lalu dikocoknya dengan tangannya. Kocokan tangannya terasa belum mantap untukku.​

"Sepong aja say" ucapku

Novi kemudian duduk di lantai menghadap selangkanganku. Lalu dia memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

" Aaaakh, terus Novii, uughh, enak uuuh isep lagi sayang” ucapku sambil keenakan

Novi pun kembali memasukan kontolku ke dalam mulutnya. Aku pun menekan kepalanya supaya kontolku masuk semakin dalam.

”Mmmopppppm….aaaaah” suara kecil Novi

”Oh enak Nov aku bisa keluar iniii” kataku

Aku kemudian memegangi kepalanya agar berhenti menyepong kontolku. Lalu kami berpindah posisi. Dia lalu duduk di sofa merah itu. Novi lalu melepas celana dalam yang dia kenakan. Novi Lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku yang sudah kepalang tanggung lalu segera mendekat. Aku pun memegang pantat Novi dan kemudian menyodok memeknya dengan posisi konvensional di sofa.

”Aaaanjir nikmat banget mas uuuh, basah memek aku”

Cploook..cploook..cploook bunyinya terdengar nyaring di tengah malam yang sunyi.

”entot memek wanita hamil mas” Ucap Novi sambil mempercepat gerakan maju mundurnya.

”aaakkh nikmat banget selingkuh maaas, pantes dilarang uuuhh”

”Iya say uuuh gila memek tersempit yang pernah aku ewe belakangan ini uuh”

Sambil mengentot Novi, tanganku kini meremas-remas susunya Novi. Begitu ku pencet air susu dari pentil Novi pun muncrat-muncrat dan segera Aku membuka mulut menyambut asinya.

”Uggh aku gak kuat mas, cepetan entotnya”

Aku pun mempercepat kentotanku. Novi terlihat mulai kepayahan.

”aaaaah anjiiir aku gak kuat uuugh” Novi pun terdiam dan terasa memeknya berkedut.

Aku biarkan beberapa detik lalu ku genjot lagi, kebetulan spermaku pun sudah diujung.
Tak lama Aku pun segera menghujamkan kontolku dalam-dalam dan

Crooot..croooot..crooot

Spremaku mengisi memeknya Novi. Dia pun segera melumat bibirku.

”Mas, dimuncratin di dalam memek aku” ucapnya

”abis enak banget, udah gak tahan. Btw tadi kenapa tahu-tahu pengin diewe ?" Tanyaku

"Balas dendam. Kalau dia tetap selingkuh, aku juga selingkuh dong." Jawabnya ketus

"Kalo saya minta lagi boleh kan ?" Ucapku

"Boleh sayang, nanti telpon aja oke ?" Jawab Novi

Kami akhirnya beres-beres. Aku lalu segera pamit dari rumah itu. Beruntungnya aku setelah beberapa saat meninggalkan rumah itu, Mas Eko baru pulang. Entah apa rasanya jika aku ketahuan selingkuh dengan istrinya. Walaupun aku punya senjata juga sih, tapi aku tidak mau juga terlibat terlalu jauh.
Makasih updatenya suhu menarik sekali sampai g sabar nunggu update selanjut nya 👍👍👍
 
MANGSA KESEBELAS

Setelah apa yang kami lakukan sore itu, Bu Intan tetap bersikap biasa kepadaku. Tentu untuk menjaga agar jangan sampai apa yang telah terjadi diketahui oleh orang sekantor, terutama Mas Eko. Mas Eko dan Bu Intan sendiri masih melakukan hubungan intim secara diam-diam setelah selesai melakukan pekerjaan mereka. Dan tentunya aku merekam semua apa yang mereka lakukan. Sehingga aku memiliki cadangan jika sewaktu-waktu Bu Intan berbuat nakal dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga aku tidak merasa susah dalam menjalankan pekerjaanku disini.

Hari ini tepat sudah aku 2 bulan bekerja disini. Berbagai macam data dan bertumpuk-tumpuk berkas ada di ruangan. Pak Irwan selalu membantuku dalam menyelesaikan ini, sehingga menjadi lumayan cepat selesai target harianku. Bu Intan juga terlihat semakin besar usia kandungannya. Sambil mengerjakan input data aku meminum kopi yang telah aku buat tadi. Tiba-tiba saja dari arah pintu muncul Pak Irwan. Beliau menghampiriku.

"Dek, tadi Mas Eko pamitnya pergi ke dusun mana ?"

"Kurang tahu pak, saya tadi pagi kesini masih kosong"

"Oh gitu, yaudah. Ini ada istrinya mau nganter makanan. Saya titip ke Bram aja ya. Saya harus ke ruangan rapat sama Pak Lurah. Istrinya bentar lagi kesini bawa bekal."

"Baik pak"

"Yaudah saya duluan"

Pak Irwan kemudian pergi. Aku lalu melanjutkan pekerjaanku untuk input data. Karena beberapa kesalahan dari Bu Intan beberapa waktu yang lalu membuatku harus membereskannya. Tapi karena itu juga aku mempunyai alasan untuk membuatnya menjadi pemuas nafsuku. Dan nampaknya Bu Intan menikmatinya juga. Tak terasa, jam menunjukan pukul 12 siang. Waktunya untuk beristirahat. Istrinya Mas Eko masih belum masuk ke ruanganku. Aku kemudian mencoba mencarinya di luar kantor. Dan benar saja, dia berada di luar kantor sambil duduk di kursi ruang tunggu. Istri Mas Eko memakai kemeja warna coklat muda, jilbab yang selaras dengan warna bajunya, serta long dress warna yang sama. Karena sebelumnya aku tahu kalau istrinya sedang hamil tua, maka tak heran perutnya membuncit besar.



Wajahnya yang agak lonjong namun manis. Aku yang mencoba mendekatinya agak gugup karena cantiknya. Dengan riasan wajah yang tampak seperti make up natural. Sangat serasi dengan penampilannya. Kuhentikan langkahku sebentar mengatur rasa gugupku. Lalu melangkah pelan mendekatinya.

"Permisi mbak, istrinya Mas Eko ya ? Tadi saya dititipin sama Pak Irwan buat nerima bekal yang mau dikasih ke Mas Eko." Tanyaku sambil mendekatinya

"Oh, iya mas. Saya Novi istrinya Mas Eko. Saya tadi nungguin Pak Irwan kok ngga balik-balik. Yaudah ini mas barangnya." Ucap Mbak Novi sambil mengulurkan bekal makanan ke arahku.

"Baik mbak, saya nanti kasih ke Mas Eko" jawabku

"Yaudah mas. Saya pulang dulu." Ucapnya sambil meninggalkanku. Mbak Novi lalu menuju ke arah motornya. Kemudian meninggalkan area kantor kelurahan. Untuk wanita yang lagi hamil tua dan sebentar lagi melahirkan. Dia lumayan tangguh. Aku lalu beristirahat dan kembali melanjutkan pekerjaanku di ruangan. Bekal yang tadi kemudian aku letakkan di meja kerja Mas Eko.

Hari itu berjalan cepat. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Seharusnya Mas Eko dan Bu Intan sudah kembali. Atau jangan-jangan mereka mencari tempat lain untuk bercumbu. Pikiranku penuh dengan hal yang macam-macam dengan hanya menunggu mereka berdua. Jam setengah lima lebih sedikit, mereka akhirnya kembali. Dan seperti biasa, setelah menaruh berkas untuk kukerjakan, mereka lalu pulang. Mas Eko malah tidak menyentuh bekal yang diberikan oleh istrinya. Walaupun aku sudah memberitahunya. Bekal itu kemudian diberikan saja padaku. Kalau sudah selesai tinggal balikin ke rumah, karena tidak boleh menaruh barang pribadi disini. Dia lalu memberitahuku letak rumahnya. Mereka berdua lalu pergi kembali ke rumah masing-masing. Aku lalu kembali ke meja kerja. Memilah-milah dulu pekerjaan yang akan kukerjakan terlebih dahulu. Aku kemudian melanjutkan pekerjaanku.

Satu jam terlewati. Aku mulai merasakan lapar yang menjelang waktu makan malam. Karena aku juga harus lembur sampai jam 7 malam. Maka aku kemudian makan dengan bekal makanan yang diberikan untukku. Kubuka kotak makanan itu. Terdapat beberapa cemilan di kotak makanan itu. Namun yang membuatku terkejut ada catatan kecil yang dituliskan di dalam kotak itu. Bunyinya :

"Mas, kalau selingkuh jangan sampai ketahuan ya. Inget mas. Istri sama selingkuhanmu itu sama-sama hamil. Kasihan anak kita mas. Ini ada beberapa cemilan buat mas"

Aku agak terkejut juga membacanya. Istri Mas Eko selama ini juga mengetahui perselingkuhannya dengan Bu Intan. Mas Eko walaupun bejad tapi tokcer sampai bikin dua-duanya hamil. Aku kemudian segera menghabiskan makanan yang tersedia. Walaupun hanya cemilan berupa kue kering, namun cukup untuk mengganjal perutku. Segera kurapikan kembali kotak makan itu, dan mengembalikan catatan kecil yang kubaca tadi. Karena jam lemburku sudah dekat, dan harus segera menambahkan data yang tadi diperoleh.

Akhirnya jam kerja telah lewat. Segera aku membereskan dan menyimpan data yang telah selesai diinput. Hari ini agak melelahkan karena mungkin data yang seharusnya kuterima lebih awal akhirnya agak molor. Namun aku mencoba untuk tutup mulut terlebih dahulu. Toh, nantinya aku tetap bisa menikmati Bu Intan kapanpun aku mau. Aku lalu bergegas ke rumah Mas Eko untuk mengembalikan kotak bekal makanan yang tadi diberikan oleh istrinya. Karena pasti dia sudah pulang ke rumah.

Perlu waktu 30 menit untuk menemukan rumahnya yang terletak di pinggir kampung. Lokasi rumahnya memang tidak di tempat yang padat penduduk, namun cukup sulit aku menemukannya karena ada beberapa rumah yang mirip dengan yang ia beritahukan ciri-cirinya padaku. Rumahnya berukuran cukup besar, walaupun dia hanya bekerja di kantor kelurahan namun dia tampaknya bisa berhemat dan berinvestasi sehingga memiliki rumah yang cukup bagus di area kota metropolitan ini. Aku kemudian memarkirkan motorku di halaman rumahnya. Aku kemudian segera mengetuk pintu. Terdengar sahutan seorang wanita dari dalam rumah. Mbak Novi pastinya. Keluarlah dia dari dalam rumah. Mbak Novi waktu itu sudah berganti pakaian dengan terusan warna kuning panjang dan jilbab motif bunga. Kulitnya agak gelap, berbeda tadi saat di kantor. Mungkin ini warna kulit wajahnya yang asli saat tidak memakai make up. Perutnya yang besar menonjol ke depan yang tampak membuat terusan polos warna kuning itu tampak ketat.



"Eh mas Bram, ada apa mas kok malem-malem kesini ?" Tanyanya saat menemuiku di pintu depan rumah.

"Ini mbak, tadi Mas Eko ngasih bekal ke saya buat dimakan. Kalau sudah selesai disuruh langsung dikembaliin aja ke rumah katanya." Jawabku. Raut mukanya agak menunjukan wajah yang kecewa. Namun dia mencoba tetap menyembunyikannya di hadapanku.

"Mas Ekonya belum pulang mas, saya ambil aja" jawabnya

"Oh gitu ya mbak, ini saya kembalikan" ucapku

"Makasih ya, mas Bram. Masuk dulu aja mas." Ucapnya

"Maaf mbak saya langsung ke kos saja" jawabku.

Mbak Novi kemudian tetap mempersilakan aku untuk masuk dulu, aku sebenarnya menolak karena badanku yang lumayan lelah. Namun karena agak dipaksa, akhirnya aku mau. Ruang tamu rumah itu terkesan sederhana. Dengan meja kaca dan sofa empuk warna merah yang menghiasinya. Lalu Mbak Novi datang dengan nampan berisi segelas teh hangat.

"Waduh mbak jadi ngrepotin, saya cuma mau balikin kotak bekal aja loh ini" jawabku ketika dia sudah menaruh gelas itu di meja.

"Gapapa mas, masa tamu dianggurin aja" ucapnya

"Silakan diminum mas" ucapnya lagi.

"Iya mbak" jawabku sembari mencicipi sedikit teh itu. Ouch, masih panas.

"Panas ya mas ?" Ucapnya sambil tersenyum

"Iya mbak" jawabku

Hening sesaat, lalu..

"Mas, tadi baca kertas yang di kotak ngga ? Tanya Mbak Novi

"Iya mbak saya baca tadi" jawabku agak ragu, mengingat itu bukan urusanku. Namun aku hanya menjawab apa adanya.

"Jadi mas Bram tahu masalahnya kan ?" Tanya Mbak Novi lagi

"Saya tahu mbak, saya juga menyaksikannya sendiri" jawabku dengan tenang, agak dingin, namun jujur. Daripada aku berbohong. Dia juga sedang menanti kelahiran anak keduanya. Daripada aku membebani pikirannya dengan berbohong kepadanya.

"Mas lihat langsung ?" Mbak Novi bertanya sekali lagi

Tanpa menjawab, aku kemudian merogoh sakuku. Mengambil ponselku. Lalu aku putar video rekaman saat Mas Eko dan Bu Intan sedang asyik bercumbu di ruangan kantor kelurahan. Mbak Novi tampak syok melihatnya. Suami dan Ayah yang disegani di rumah ini luntur seketika. Namun aku lihat dia tidak merasa sedih, namun ada raut wajah murka disana. Aku yang berada disana agak bergidik ngeri juga. Perempuan yang diamuk dendam lebih mengerikan daripada gadis yang patah hati. Setelah aku mematikan video itu, dia lalu mendekati tempat dudukku di sofa. Kami kemudian saling duduk bersampingan. Dia lalu agresif mendekatiku. Memelukku, menciumi bagian tengkuk leherku. Aku yang mencoba melepaskan tangannya agak luluh juga dengan permainan yang dia lakukan.

"Mbak Novi, jangan mbak. Mbak kan istri Mas Eko" ucapku untuk melepaskan tangannya yang bergerilya di tubuhku.

"Persetan dengan Eko. Kita main saja oke. Turuti saja apa mauku." Jawabnya agak keras.

"Cepat kulum kontolku kalau begitu" jawabku dengan agak kasar. Aku yang berakting seperti orang yang kesal. Padahal ini yang aku mau. Segera aku pelorotkan celana kain dan celana dalamku. Kulepas sepatuku. Aku masih tetap memakai kemeja agar bisa cepat berpakaian jika sudah selesai. Karena Mas Eko juga belum pulang ke rumah. Mbak Novi lalu akan melepaskan jilbabnya.

"Ga usah dilepas mbak jilbabnya" ucapku

"Panggil Novi aja, ga usah pake mbak" jawabnya ketus. Namun dia menuruti kemauanku untuk tidak melepaskan hijabnya.

Dia lalu mendekat ke arah selangkanganku.Lalu dia menggengam kontolku. Lalu dikocoknya dengan tangannya. Kocokan tangannya terasa belum mantap untukku.​

"Sepong aja say" ucapku

Novi kemudian duduk di lantai menghadap selangkanganku. Lalu dia memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

" Aaaakh, terus Novii, uughh, enak uuuh isep lagi sayang” ucapku sambil keenakan

Novi pun kembali memasukan kontolku ke dalam mulutnya. Aku pun menekan kepalanya supaya kontolku masuk semakin dalam.

”Mmmopppppm….aaaaah” suara kecil Novi

”Oh enak Nov aku bisa keluar iniii” kataku

Aku kemudian memegangi kepalanya agar berhenti menyepong kontolku. Lalu kami berpindah posisi. Dia lalu duduk di sofa merah itu. Novi lalu melepas celana dalam yang dia kenakan. Novi Lalu mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku yang sudah kepalang tanggung lalu segera mendekat. Aku pun memegang pantat Novi dan kemudian menyodok memeknya dengan posisi konvensional di sofa.

”Aaaanjir nikmat banget mas uuuh, basah memek aku”

Cploook..cploook..cploook bunyinya terdengar nyaring di tengah malam yang sunyi.

”entot memek wanita hamil mas” Ucap Novi sambil mempercepat gerakan maju mundurnya.

”aaakkh nikmat banget selingkuh maaas, pantes dilarang uuuhh”

”Iya say uuuh gila memek tersempit yang pernah aku ewe belakangan ini uuh”

Sambil mengentot Novi, tanganku kini meremas-remas susunya Novi. Begitu ku pencet air susu dari pentil Novi pun muncrat-muncrat dan segera Aku membuka mulut menyambut asinya.

”Uggh aku gak kuat mas, cepetan entotnya”

Aku pun mempercepat kentotanku. Novi terlihat mulai kepayahan.

”aaaaah anjiiir aku gak kuat uuugh” Novi pun terdiam dan terasa memeknya berkedut.

Aku biarkan beberapa detik lalu ku genjot lagi, kebetulan spermaku pun sudah diujung.
Tak lama Aku pun segera menghujamkan kontolku dalam-dalam dan

Crooot..croooot..crooot

Spremaku mengisi memeknya Novi. Dia pun segera melumat bibirku.

”Mas, dimuncratin di dalam memek aku” ucapnya

”abis enak banget, udah gak tahan. Btw tadi kenapa tahu-tahu pengin diewe ?" Tanyaku

"Balas dendam. Kalau dia tetap selingkuh, aku juga selingkuh dong." Jawabnya ketus

"Kalo saya minta lagi boleh kan ?" Ucapku

"Boleh sayang, nanti telpon aja oke ?" Jawab Novi

Kami akhirnya beres-beres. Aku lalu segera pamit dari rumah itu. Beruntungnya aku setelah beberapa saat meninggalkan rumah itu, Mas Eko baru pulang. Entah apa rasanya jika aku ketahuan selingkuh dengan istrinya. Walaupun aku punya senjata juga sih, tapi aku tidak mau juga terlibat terlalu jauh.
Novi liar juga ya hu.... hixhix terima kasih updatenya hu
 
keren banget suhu...
ini cerita selingkuhan bumil paling kereeen....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd