Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bumil Fucker Season 3

Alur ngentot bumil paling enak yang apa nih dari season 1-3?


  • Total voters
    168
Semakin gacor dan menarik
Pasang tenda untuk menunggu update
👍👍👍
 
Season 3 Episode 10

Setelah selesai ngewe tadi di toilet, aku segera kbali ke ruangan divisiku. Bos dan bawahannya, termasuk aku sendiri akan melakukan evaluasi bulan ini mengenai pekerjaan kami. Ruanngan rapat nanti berada di ruangan yang biasa digunakan. Ruangannya memiliki desain yang sama dengan direksi. Karena aku berada di dalam divisi yang berada di bagian khusus untuk wawancara dan hasilnya. Di ruangan inilah rahasia perusahaan media, yang tentunya hasil wawancara mana yang dihapus ditentukan. Kadang juga ruangan ini dipakai untuk rapat dadakan. Namun, ruangan ini sering kosong karena hanya dipakai sebulan sekali. Dan waktu dibersihkan oleh office boy ada di jam 8 pagi dan 5 sore. Dan dimulailah rapat yang lumayan tegang dan kadang membosankan ini.

......

17.17 WIB

Rapat sudah selesai 30 menit yang lalu. Dari jam 1 siang sampai jam 5 kurang. Ada beberapa kendala nantinya dalam wawancara dan juga hasil kerjaku yang memuaskan dalam mewawancara beberapa narasumber. Bersyukur hari ini hasil evaluasi menunjukan bahwa aku bekerja dengan baik. Sebentar lagi maghrib. Aku belum bisa beribadah karena tadi siang sempat main dengan Titik di toilet. Sehingga aku masih najis dan belum bisa beribadah. Nanti saja kalau sudah pulang ibadahnya. Ruangan ini tadi sudah dibersihkan oleh office boy dari meja yang penuh kopi dan rokok. Namun, aku bilang untuk masih dipakai olehku untuk duduk beristirahat sampai jam 7 nanti.

Aku segera ke kantin. Kantin perusahaan memang buka 24 jam. Karena melayani reporter dan kameramen lapang yang bekerja 24 jam untuk memperoleh berita terbaru. Dan pasti ada orang yang ngopi disana untuk melepas lelah. Aku segera memesan kopi gelas panas untuk kubawa ke ruangan tadi. Di perjalanan ke ruangan, aku iseng untuk memeriksa ke ruangan Bu Titik apabila dia belum pulang.

Ternyata benar, dia belum pulang. Namun telah berganti pakaian. Mungkin efek hamil tua dia menjadi sering berganti pakaian.

Dia telah berganti pakaian dua kali hari ini. Saat ini, dia memakai setelan baju kotak-kotak, di dalam dengan long dress warna hitam, dengan jilbab warna hitam pula. Dia hanya melambai tangan padaku. Aku kemudian mendekat.

"Masih sibuk nih bumilnya." Ucapku

"Biar bisa tenang, besok udah cuti. Suami juga udah balik lusa." Jawabnya.

"Rehat atuh, kasihan dedek kembar." Ucapku

"Sejak kapan kamu perhatian kaya suamiku." Jawabnya.

"Sejak tadi hehehe." Ucapku.

"Kopi enak tuh". Ucapnya.

"Enak lagi ngopi trus main, ups." Jawabku

"Mas Bram sukanya sama orang bunting ya ternyata." Ucapnya.

"Apalagi kalo kamu yang main sama aku." Ucapku.

"Hushhh, kantor ini. Mau main dimana ?". Tanya Bu Titik.

"Ayo ke ruangan xxxx. Aku jamin sepi." Ucapku.

"Yukkk." Ucapnya seraya berdiri. Melihatnya sempoyongan ternyata bikin trenyuh juga. Apalagi lagi hamil anak kembar kaya gitu.

"Aku duluan, nanti Mbak nyusul." Ucapku.

"Okey, aku disini dulu sebentar." Ucap Bu Titik.

....

Aku sudah sampai di ruangan ini lagi. Ku taruh kopi panasku di meja. Sambil menunggu Bu Titik. Ruangan ini sebenarnya lebih mirip ruang kerja, tapi konsepnya seperti ruangan rapat. Ada dinding kedap suara di dalam yang membuat suara dari dalam tidak bisa terdengar dari luar. Terdengar suara ketukan di luar. Dan ada suara Bu Titik. Dia kemudian masuk setelah kupersilakan masuk. Sesuai sikap kami untuk tetap profesional di publik tentunya. Dia lalu duduk di depanku.

"Bisa dimulai Bapak ?" Tanya Titik sambil mengedipkan matanya.

"Bisa, tutup dan kunci dulu ya pintunya." Ucapku.

Kemudian Titik kembali berdiri. Lalu berjalan ke arah pintu ruangan ini, menutupnya dan menguncinya tanpa suara. Dengan gerakan slow motion dan sedikit sensual, Titik mulai melangkah ke arahku. Tangan kanannya disentuhkan di meja, lalu menyeretnya seiring langkahnya menuju ke arah tempat dudukku.
Aku yang semula duduk menghadap langsung ke meja, kumundurkan kursi kerja, lalu aku putar sedikit kursiku ke kanan, duduk dengan kedua paha terbuka, siap menerima apa yang akan Titik lakukan padaku. Kemudian Titik berdiri tepat di hadapanku menghadap ke arahku. Lalu diambilnya kedua tanganku dan diletakkan kedua tanganku di pinggulnya dengan posisi memegang kedua pinggulnya. Selanjutnya kedua tanganku dituntunnya turun menuju ke arah bawah tubuhnya dan perlahan-lahan menuju bongkahan kedua pantatnya.
Kedua tanganku berada di bongkahan pantatnya. Aku sama sekali tidak merasakan adanya helai kain yang lain selain dari dress panjang yang sedang dipakainya. Aku remas sedikit bongkahan pantatnya yang masih kencang. Untuk lebih memastikan lagi, aku gerakan kedua tanganku perlahan ke arah bawah pantatnya, terus turun ke kedua pahanya sampai tanganku menyentuh ujung bawah dress yang dipakainya hingga kedua telapak tanganku bersentuhan langsung dengan kulit pahanya.
Kemudian aku naikkan kembali kedua tanganku ke atas, tetapi kali ini kedua telapak tanganku masih tetap bersentuhan dengan kulit paha Titik yang mulus. Kedua tanganku kugeser ke arah bagian belakang kedua pahanya sambil tetap merayap ke arah atas tubuh Titik, sehingga jari-jari kedua tanganku mengelus lembut sisi dalam kedua pahanya.
Ujung bawah dress-nya pun ikut terangkat seiring pergerakan kedua tanganku ke atas yang merayap melalui kedua paha Titik. Bagian belakang dress Titik tersingkap lebih ke atas karena kedua telapak tanganku berada di bagian belakang kedua pahanya.
Nafas Titik semakin berat. Dia mulai menikmati gerakan erotis kedua tanganku di kedua pahanya. Tangan kanannya berpegangan pada meja yang ada di sisi kanannya, sementara itu tangan kirinya berpegangan pada pundak kananku.
Kedua telunjukku merasakan rambut-rambut halus yang tumbuh di daerah pangkal paha bagian dalam tubuhnya. Kurasakan juga kulit pahanya merinding saat jari-jariku mulai merayap pada bagian dalam pahanya. Untuk menambah rasa penasarannya, kedua tanganku tidak langsung menjamah vagina Titik, saat jari telunjukku sudah menyentuh kulit pangkal pahanya, kuubah arah kedua tanganku ke bongkahan pantatnya. Kedua jari telunjukku aku biarkan tetap menyisir daerah sensitif Titik di paha bagian dalam dan belahan bokongnya bagian dalam. Langsung kuremas kedua bongkahan pantatnya.
Titik yang sudah sejak tadi menahan hasratnya, akhirnya tidak dapat lagi membendung gairah seksualnya. Dengan gerakan cepat, Titik duduk di paha kananku, kedua tangannya memegang tengkukku, dan bibirnya langsung menyambar bibirku lalu dilumatnya penuh nafsu. Saat Titik bergerak cepat untuk duduk di pangkuan paha kananku, kedua tanganku masih berada di bongkahan pantatnya, sehingga posisi kedua tanganku tergeser menjadi di punggungnya dan membuat dress yang dipakai Titik tersingkap sampai dengan punggungnya, memperlihatkan bagian tubuhnya yang mulus dari pusar sampai kaki yang tanpa tertutupi oleh sehelai benang pun.
Sambil menciumku penuh nafsu, Titik menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur. Digesek-gesekkannya mulut vaginanya dengan paha kananku yang masih terbalut celana. Ciumannya sangat dahsyat dan liar, aku sampai kewalahan mengimbanginya. Bibir bawahku beberapa kali digigitnya dengan gemas. Untuk menahan serangan ciumannya, tangan kananku aku letakan di belakang kepalanya yang tertutup jilbab sementara tangan kiriku masih berada di punggungnya.
“Tunggu Mbak”, sahutku sambil berusaha melepaskan ciumannya.
“Apa ?”, sahutnya sedikit kecewa dengan menatap mataku dalam-dalam.
“Buat jaga-jaga”, jawabku.
“Ngga lucu kan kalo lagi begini digerebek kang OB ?”, sahutku lagi.
“Yaudah jangan lama-lama”, sahutnya.
“Iya sayang”, jawabku sambil mengecup mesra bibirnya.
Lalu Titik pun bangkit dari paha kananku, menarik ke bawah ujung dressnya yang sempat tersingkap ke punggung, membenarkan kembali posisi dressnya.
Kemudian aku pun bangkit dari kursi kerjaku, berjalan menuju pintu ruangan ini. Kubuka kuncinya dan kubuka pintu perlahan, lalu kumelangkah keluar. Sepi. Aku cek satu per satu meja staf, barangkali masih ada yang hanya sekedar keluar ruangan ini. Setelah aku yakin semua karyawan sudah pulang semua, aku menuju ke arah pintu ruangan yang masih dalam keadaan terbuka. Saat aku berjalan ke pintu ruangan, aku lihat terdapat noda basah di celanaku pada bagian atas paha kananku. Aku usap, dan ternyata benar kecurigaanku, itu adalah lendir yang berasal dari lubang vagina Titik.
Aku melongok ke arah luar ruangan. Tidak ada orang di lorong, tapi aku masih bisa mendengar orang bercakap-cakap di ruangan sebelah. Kemudian kututup pintu ruangan. Selanjutnya aku kembali menuju ruang kerja dimana kenikmatan birahi petang ini akan aku raih bersama Titik. Titik masih duduk di kursi kerja sambil memainkan ponselnya. Aku tutup pintu dan kembali menguncinya. Aku tidak perlu khawatir suara erangan Titik terdengar sampai keluar ruangan kerja, karena selain lantai ruangan ini yang dilapisi oleh karpet lumayan tebal, bagian dindingnya pun dilapisi oleh lapisan karpet juga. Bagian pintu pun dirancang agar suara dari dalam ruangan ini tidak akan terdengar dari luar apabila pintu ruangan ini aku tutup. Desain ini sama dengan ruangan para Direksi. Ruangan ini ini sengaja didesain seperti itu karena banyak pembicaraan dan wawancara dengan narasumber berita yang sensitif dan rahasia untuk urusan perusahaan media tempatku kerja ini.
Aku menghampiri Titik yang masih memasang wajah cemberut karena hasrat seksualnya tertunda untuk dilampiaskan. Kuberdiri tepat di hadapan Titik. Titik menatapku sejenak, kemudian meletakkan ponselnya di meja kerja di samping kirinya. Lalu dia pun berdiri di hadapanku. Dilingkarkan kedua tangannya di leherku, aku pun melingkarkan kedua taganku di pinggangnya. Beberapa saat kemudian, bibir kami mulai berpagutan kembali.
Kedua tanganku bergerak turun dari pinggangnya, menyelusuri tubuhnya ke bawah dan tiba di bongkahan kedua pantatnya. Aku remas-remas bongkahan pantatnya sambil aku tarik dressnya ke atas hingga ke pinggangnya, lalu kuremas kembali bongkahan pantatnya langsung tanpa terhalang oleh dress yang masih dipakainya.
Kedua jari telunjuk tanganku aku mainkan di belahan pantatnya. Kuusap-usap lembut di cellah antara kedua pantat Titik.
Kemudian perlahan-lahan aku rendahkan usapan tanganku menuju celah di antara kedua pahanya. Dengan menggunakan jari tengah tangan kananku, aku menyentuh mulut vagina Titik dari arah belakang. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya sebelah kanan. Jari tengah tangan kananku merasakan sedikit lendir yang keluar dari liang kenikmatannya. Kuusap-usap permukaan mulut vaginanya dengan jari tengah tangan kananku. Sedikit demi sedikit kutekan jari tengahku ke lubang vaginanya sehingga mulut vaginanya sedikit terbuka. Jari tengahku merasakan lebih banyak lendir di sana.
Lalu kuselusupkan ujung jari tengahku ke dalam liang vaginanya. Kumasukkan hingga satu ruas jariku. Selanjutnya mulai kukocok liang vaginanya sebatas satu ruas jari tengahku. Lama kelamaan semakin banyak cairan lendir yang keluar dari lubang vagina Titik. Titik pun mulai mendesah. Nafasnya memburu. Irama ciumannya pada bibirku mulai kacau tak beraturan.
Kusudahi ciumanku. Kuminta Titik untuk duduk bersandar di kursi kerja yang ada tepat di belakangnya. Lalu kuangkat kedua kakinya ke kedua lengan kursi kerjaku. Hal ini membuat kedua kakinya mengangkang lebar ke kanan dan kiri, dengan sepatu pantofelnya yang masih menempel pada kedua telapak kakinya. Posisi ini membuat perut buncit dan vaginanya yang ditumbuhi rambut-rambut halus terpampang jelas di hadapanku.
“Aku oral ya”, sahutku. Aku merendahkan tubuhku dengan bertumpu pada kedua lututku. Kudekatkan wajahku ke arah selangkangannya. Tanpa menunggu persetujuannya, kukecup mesra bibir vaginanya yang sedikit terbuka. Lalu ujung lidahku menyabu mulut vaginanya dari bawah ke atas. Kuulang beberapa kali dengan sedikit tekanan, hingga mulut vaginanya semakin terbuka dan sedikit bagian ujung lidahku masuk ke dalam mulut vagina Titik.
“Ouch yesshh you suck my vagina soo goooddd”, Titik mulai meracau.
Selanjutnya aku gunakan ujung lidahku bermain dan berputar-putar di sekitar mulut vaginanya. Aku sapu seluruh permukaan vaginanya dengan lidahku berulang kali, aku jilati cairan vaginanya yang merembes keluar dari liang kenikmatannya. Lalu aku beralih ke klitorisnya. Aku cium klitorisnya, aku hisap ringan klitorisnya, aku mainkan klitorisnya dengan ujung lidahku. Karena di situlah titik lemahnya.
“Oucch Masshhh, don’t do that”, desah Titik.
Aku lancarkan serangan ke klitoris Titik. Kali ini aku hisap berkali-kali dengan kuat klitorisnya yang sudah mengeras. Dia pun meracau dan mendesah lebih hebat. “Ouuch please Massh, don’t do that”, racau Titik seraya tangan kanannya memegang kepalaku. Tetapi mulutku tetap bergeming menghisap kuat klitorisnya. Permainan mulutku pada klitorisnya aku tambahkan dengan tusukan-tusukan ringan pada liang kenikmatannya dengan menggunakan telunjuk tangan kananku. Tidak hanya tusukan, aku kombinasikan gerakan telunjuk kananku dengan gerakan memutar menyentuh dinding dalam vaginanya.
Mendapat perlakuan seperti itu, Titik menjadi semakin liar. Desahan dan racauannya semakin kencang. Tubuhnya bergerak kesana kemari sedikit bergetar, seiring dengan cairan yang keluar dari dalam vaginanya dan mau tidak mau tertelan olehku. Aku jadi sedikit khawatir dengan perutnya yang sedang membuncit, yang sebentar lagi mengeluarkan bayi.
Terus aku hisap kuat vaginanya berkali-kali, seperti bayi yang menyusui, tapi yang aku hisap adalah klitoris Titik. “Mash mash mash stop mash, ga tahannnn.. aaacchhh”, racau Titik diakhiri satu erangan panjang disertai tubuhnya yang mengejang dan bergetar beberapa kali, tubuhnya melenting ke atas, perutnya yang buncit terlihat semakin menggunung dari bawah, serta diiringi semburan cairan vaginanya yang cukup banyak keluar dari liang kenikmatannya, yang sebagian terpaksa tertelan olehku, sebagian lagi membasahi mulutku dan menetes ke lantai karpet di bawahku. Tangan kanannya menjambak rambutku. Aku tetap bergeming pada klitorisnya. Kali ini aku berikan hisapan-hisapan lembut pada klitorisnya.
Berangsur-angsur otot-otot tubuhnya mengendur kembali. “Enak Mas”, sahutnya Manja dengan tatapan sayu dan dan tersenyum kepadaku.
“Gantian Mas. Aku mau penismu Mas”, sahutnya lagi.
Aku sudahi permainanku pada klitorisnya, kuakhiri dengan kecupan ringan di klitoris Titik. Kemudian aku berdiri kembali, diikuti Titik bangkit berdiri dari kursi kerja. Aku buka ikat pinggang dan kancing celanaku. Lalu aku turunkan celana panjang yang aku pakai sekaligus dengan celana dalamku. Batang penisku yang sudah mengeras sejak tadi pun terbebas dari sangkarnya.
Titik melangkah menghampiriku. Disambarnya bibirku oleh bibirnya, kami pun kembali saling berpagutan penuh nafsu. Tangan kanannya mengocok pelan batang penisku selama kami berciuman. Tak berapa lama, Titik menyudahi ciumannya. Kemudian Titik berjongkok tepat di hadapanku. Berposisi jongkok sempurna dengan sepatu pantofel yang masih dipakainya. Vaginanya dibiarkan terpampang jelas ke depan, jika ada orang lain yang berada di hadapannya.

Kemudian dikocoknya pelan batang penisku. “sejak pertama, aku suka ini”, sahut Titik sebelum memasukkan kepala penisku ke dalam rongga mulutnya. Diemutnya kepala penisku dengan lembut, disertai sentuhan-sentuhan ujung lidahnya pada lubang kencingku. Lalu dimasukkannya batang penisku sampai batas maksimal rongga mulutnya, hingga tersisa seperempat batang penisku. Ditahannya posisi seperti itu selama sekitar sepuluh detik. Air liurnya pun merembes keluar membasahi batang penisku. Selanjutnya kepala Titik melakukan gerakan maju mundur, mengocok batang penisku dengan mulutnya, dengan bantuan tangan kanannya yang berada di batang penisku, sedangkan tangan kirinya berpegangan pada perutnya yang buncit. Bibirnya dikatupkan rapat-rapat, menjepit erat batang penisku. Bagai seorang artis bokep profesional, Titik mengoral batang penisku tanpa menyentuh giginya sama sekali.
Selang satu menit kemudian, Titik melepaskan batang penisku dari mulutnya. Kemudian diciumnya kepala penisku dan dilanjutkan dengan menjilati seluruh permukaan batang penisku dengan lidahnya. Lalu batang penisku ditegakkan ke atas oleh tangan kanannya, selanjutnya Titik menyasar pangkal penisku dan menjilati buah zakarku. Tidak hanya dijilat, buah zakarku diemutnya bergantian sambil tangan kanannya mengocok lembut batang penisku.
Titik kembali memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya. Kepalanya kembali bergerak maju mundur mengocok batang penisku dengan mulutnya. Kegiatannya mengoral batang penisku kali ini disertai dengan pijatan-pijatan lembut tangan kanannya pada kantung buah zakarku. Jepitan erat bibirnya seperti mengurut batang penisku ini membuatku hampir orgasme di mulutnya.
“Udah Mbak”, sahutku sambil menahan gerakan kepalanya dengan tangan kananku.
“Aku mau memek kamu”, lanjutku lagi.
“Udah mau keluar ya?”, sahutnya dengan sedikit nada meledek sambil tetap bermain dengan kepala penisku dan mengecupnya berkali-kali.
“Hehehe tau aja”, jawabku.
“Itu penis kamu udah kedutan terus”, sahutnya lagi.
“Yauda mbak berdiri”, pintaku ke Titik.
Kemudian Titik berdiri kembali, memalingkan tubuhnya ke arah meja kerja. Lalu diangkatnya sedikit stopmap berkas dan digesernya menempel dengan dinding ruangan ini. “Aku mau main di meja”, sahutnya sambil kembali memindahkan beberapa barang di atas meja kerja ke arah dinding ruangan, masih di atas meja juga.
Lalu Titik duduk di atas meja kerja, meletakkan pantatnya tidak jauh dari pinggir meja kerja. Kemudian direbahkan tubuhnya ke belakang dan ditahannya berat tubuhnya dengan kedua siku dan lengan bawahnya. Kulihat dia agak terbebani, tentu saja karena sedang hamil tua. Selanjutnya Titik mengangkat kedua kakinya ke atas dan menekuk lututnya sehingga kedua telapak kakinya dalam keadaan mengambang tidak berpijak sama sekali.
Aku hampiri Titik. Kuposisikan berdiri tepat di hadapannya. Vaginanya yang basah oleh campuran lendirnya sendiri dengan air liurku, tampak sedikit menganga. Kupegang kedua betisnya, lalu kuluruskan kedua kakinya ke atas dengan memegang masing-masing betisnya dengan masing-masing tanganku, hingga kedua kakinya membentuk seperti huruf “v” dengan vaginanya sebagai ujung bawah huruf dan sepatu pantofelnya sebagai ujung atas huruf. Kemudian kuletakkan kaki kirinya di bahu kananku, agar tangan kananku bisa terlebih dahulu membantu batang penisku melakukan penetrasi pada vagina Titik.
Kepala penisku aku tempelkan pada bibir vagina Titik. Kugerakkan dengan sedikit tekanan ke depan hingga kepala penisku menyeruak masuk ke dalam vaginanya yang basah. Perlahan-lahan batang penisku mulai amblas ditelan vagina Titik. Kudiamkan sejenak pangkal penisku dicium bibir vaginanya, lalu kupegang kembali betis kirinya dengan tangan kananku hingga kaki kanannya kembali menghadap ke atas.

Aku goyangkan maju mundur otot pinggulku perlahan-lahan. Batang penisku mulai keluar masuk vaginanya sebatas leher penisku. Vagina Titik terasa amat licin, akan tetapi kepala penisku masih bisa merasakan kasarnya dinding dalam liang vaginanya.
Kuayun pinggulku semakin cepat dan membenamkan batang penisku sedalam mungkin di liang vaginanya. Plak plak plak suara benturan pangkal pahaku dengan pangkal paha belakang Titik.
“Ouuch yess Mas”, rintih Titik. “Ngentottt”, racaunya berkali-kali.
Aku terus mengayunkan pinggulku maju mundur. Tangan kiriku mulai mengeksplorasi payudara kanannya. Aku remas-remas berulang-ulang kali dengan sesekali kupilin-pilin puting kanannya yang sudah mengeras.
“Stop Mas. Aku mau di atas”, sahut Titik tiba-tiba. Tangan kirinya berada di perutku, seolah-olah berusaha menghentikan kocokan batang penisku terhadap vaginanya. Aku pun menghentikan goyangan pinggulku.
“Di mana?”, tanyaku sambil mencabut batang penisku yang masih menancap di vagina Titik.
“Di lantai aja Mas”, jawabnya.
Saat batang penisku tercabut seluruhnya dari liang vaginanya, terlihat mulut vagina Titik yang sedikit menganga dengan permukaan vaginanya yang basah kuyup oleh cairan kenikmatannya.
Aku mencari posisi yang lowong untuk merebahkan tubuhku di atas karpet tebal lantai ruangan ini. Kubaringkan tubuhku di samping kanan meja dan kursi kerjaku dengan posisi terlentang.
Titik pun segera turun dari atas meja kerja itu. Dilepasnya pantofel yang masih menempel di kedua kakinya. Lalu melangkahi tubuhku dengan kaki kirinya, sehingga kedua kakinya berada di samping kanan dan kiri pinggulku. Kemudian Titik mendekatkan tubuhnya ke tubuhku dengan berdiri bertumpu pada kedua lututnya. Diarahkannya liang kenikmatannya ke batang penisku yang masih tegak berdiri. Dengan bantuan tangan kanannya, batang penisku mulai menerobos masuk liang vaginanya yang masih licin. Blessh, seluruh batang penisku pun berada dalam lubang senggamanya. Sementara tangan kirinya membantu perutnya agat tidak jatuh.
Area pangkal pahaku diduduki oleh Titik. Dia mendiamkan sejenak posisi ini. Kemudian dicondongkan tubuhnya ke depan, lalu dilumatnya bibirku oleh bibirnya dengan penuh nafsu. Kami pun saling berpagutan kembali dengan liarnya. Selama kami berciuman, Titik menggoyangkan pinggulnya naik turun dengan pelan membuat gesekan-gesekan lembut antara batang penisku dengan dinding vaginanya. Kedua tanganku memeluk lembut punggungnya.
Tak lama kemudian Titik menyudahi ciumannya dan menegakkan tubuhnya kembali. Lalu Titik mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan posisi tangan kanannya berada sedikit di atas perutku dan tangan kirinya berada di paha kananku.
“Ooch kenceng banget Mass”, sahutnya. “So deep. Posisinya ada di sini nih”, lanjutnya sambil menunjuk ke arah perutnya.

Titik terus menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Kepala penisku berkali-kali membentur mulut rahimnya. Klitorisnya bergesekan dengan pangkal penisku dan rambut kemaluanku.
“Ouch ouch ouch yess”, Titik meracau kembali. Goyangan pinggulnya makin cepat. Titik seperti hendak merengkuh puncak kenikmatan dunianya. Kupusatkan konsentrasiku pada batang penisku, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua payudaranya dengan diselingi mengelus-elus perut buncitnya.
“Yes Mas, yes Mas, yes Mas”, racaunya semakin kencang seiring bertambah cepat pula goyangan pinggulnya membuat batang penisku semakin cepat mengocok liang vaginanya.
“Ooouuuhhh”, satu lengkingan panjang keluar dari mulut Titik. Tubuhnya melenting ke belakang, kepalanya mendongak ke atas. Dinding vaginanya menjepit erat batang penisku. Goyangan pinggulnya menjadi terpatah-patah. Dapat kurasakan semburan cairan hangat keluar dari liang vaginanya. Kedua tanganku pun meremas kencang kedua payudaranya.
Selang beberapa detik kemudian tubuhnya ambruk ke depan menimpa tubuhku. Namun masih sedikit tertahan oleh perutnya. Ditempatkannya kepalanya di samping kiri kepalaku. Nafasnya masih tersenggal-senggal. Aku memeluk erat tubuh yang lunglai Titik dengan kedua tanganku.
“Lemesh Mash”, sahutnya lirih dengan nafas masih tidak teratur. Kuusap-usap kedua tanganku di punggungnya menunggu sisa gelombang dahsyat orgasme Titik mereda.
“Mas masih lama”, tanya Titik beberapa detik kemudian.
“Ngga sih”, jawabku.
“Mas mau keluarin di mana? Di belakang?”, tanya Titik lagi.
“Belakang aja”, jawabku.
“Yaudah”, sahutnya dilanjutkan dengan menggulingkan tubuhnya ke kiri tubuhku.
Setelah tubuh Titik tidak lagi menindih tubuhku, aku beranjak bangun dan berdiri bertumpu pada kedua lututku. Lalu memposisikan diri di depan area selangkangan Titik. Titik membuka kedua pahanya dengan posisi lutut menghadap ke atas. Area selangkangannya siap untuk meneriman kembali penetrasi dari batang penisku.
Kudekatkan batang penisku ke area selangkangannya. Kemudian kutekuk kedua pahanya dengan kedua tanganku hingga kedua pahanya menempel tubuhnya dan kutahan posisi ini dengan menahan kedua kakinya yang menghadap ke atas. Terlihat jelas vaginanya yang sudah acak-acakan oleh cairan kenikmatannya yang juga membasahi permukaan vaginanya.
Kubasahi kepala penisku dengan air liurku menggunakan tangan kananku. Lalu kuarahkan menuju lubang vaginanya. Perlahan-lahan batang penisku masuk merangsek lubang vaginanya. Batang penisku mulai merasakan hangat dan jepitan erat dinding vaginanya. Seluruh batang penisku pun ditelan oleh lubang vagina Titik.
Kemudian aku mulai mengayunkan pinggulku maju mundur, batang penisku sudah mulai bekedut-kedut. Gelombang orgasmeku akan segera datang. Kuayunkan pinggulku lebih cepat. Hangat dan eratnya jepitan dinding vagina Titik semakin mempercepat aku meraih puncak kenikmatanktu. Tak sampai 15 menit kemudian akhirnya penisku menyemprotkan spermaku beberapa kali di dalam lubang vaginanya. Kebenamkan dalam-dalam batang penisku di dalam lubang vaginanya.
Aku mempertahankan posisi ini sampai beberapa saat. Mengatur kembali nafasku yang tersenggal-senggal, sambil menunggu batang penisku melemah.
“Enak Mas?”, tanya Titik.
“Banget”, jawabku dengan nafas yang masih belum teratur.
Aku merebahkan tubuhku ke belakang untuk mengistirahatkan tubuhku, sambil berbincang-bincang ringan dengan Titik.
Tak lama kemudian, “Udah yuk”, sahutku mengakhiri perbincangan saat itu. “Pakai bajunya, aku anterin kamu pulang”, sahutku lagi.

........

Karena sudah cukup malam, selesai dari kantor kami pun langsung ke dalam kamar apartemennya. Kami berdua langsung berebah di atas kasur, aku merasa sangat lelah. Titik memiringkan badannya dan memelukku sambil mulai menciumiku, sebenarnya aku cukup lelah sehingga belum terlalu bersemangat. Perutnya yang buncit itu bersinggungan dengan badanku.

” Mas capek ya, mau langsung bobo?

”lumayan mbak”

Muach…cup, muach… aku membalas ciuman Titik.

Kami mulai berciuman dengan panas, tangan aku mulai meremas remas pantat Titik. Titik mulai menurunkan bajunya melewati kedua pundaknya, dia meminta aku menghisap toketnya.

”isep nenen mbak Mas” sambil menurukan bh nya yang warna hitam.

Aku segera mengisap putting susu Titik, tampak beberapa bekas merah di payudara Titik. Aku mulai terangsang aku kenyot puting susu Titik secara bergantian, sambil meremas-remas susunya.
Sementara Titik sudah menurunkan celana aku dan mengocok-ngocok kontolku.

”akh, isep Mas…..abisin asinya”

Aku kenyot putting susu Titik dan aku telan air susunya …..

Slruuuup…slruuup…..slruuuup…

”manis mbak,” dagu aku sampai belepotan karena ternyata lumayan banyak asi yang keluar.

”banyak asinya ya Mas, soalnya mbak gak ada nyusuin. Suami malah anteng ga mau main pas udah hamil”

” Ia mbak, pantesan banyak asinya….”

Titik tiba-tiba minta aku berhenti nyusu, lalu bangun dan jongkok di antara dua pahaku.

”mbak jilatin kontol Mas yah….”

Lalu Titik segera menjilatin kontolku sampai ke buah zakar, lalu dimasukannya kontolku ke dalam mulutnya.


Slruuuup…slruuuup….

” jilat es krim rasa kontol hehe”
” Nikmat mbak…” kali ini kontolku mulai tegang maksimal, rasa capek yang aku rasakan mulai sirna berganti gairah yang luar biasa.

”Kontol Mas sekarang udah keras lagi, udah siap tempur mbak, apa langsung aja Mas sodokin mbak?”

” jangan dulu sayang, Mas jilatin dulu memek mbak yah”.

Aku pun bangkit dari tempat tidur, sementara Bu Titik melepas bajunya, sekarang Bu Titik tinggal mengenakan hijab, bh dan celana dalam saja, lalu berebah dan mengangkang. Perutnya yang buncit berisi janin kembar itu semakin menggodaku.

” lepasin cawet mbak Mas”

Aku pun segera melepas celana dalam Titik dan melemparkan ke sudut kasur. Sekarang memek Titik yang berbulu lebat terpampang di depanku.

” Ayo Mas, gantian, Mas sekarang jilatin memek mbak”

Aku tidak segera menjilati memeknya Titik, tapi aku usap-usap dulu lalu aku masukan satu jari aku, aku keluar masukan jari aku dari memek Titik, setelah agak kasar 2 jari aku masukan ke memeknya.

” jilat dong Mas, jangan pakai jari doang”

Aku pun akhirnya membenamkan mukaku ke memek Titik, dan mulai menjilati memeknya.

Slruuuup…slruuuuup…

” Oh Mas, lidahnya masukan yang dalam Mas, oh enak Mas, bikin mbak orgasme dengan mulut Mas”

Aku masukan lidahku ke dalam memek Titik, aku juga isap itilnya. Semakin lama memek Titik semakin basah dan wangi aroma memek semakin terasa.

”ah, iyaaa Mas isap itil mbak, mbak mau dapet”

Titik pun mengejang, aku yang sedang menjilati memeknya merasakan semprotan orgasme Bu Titik.

”Akh, mbak dapet Mas…..” aku membiarkan sejenak Titik yang sedang ngos-ngosan.

”ayo Mas, naikin mbak, sudah waktunya Mas penuhin mbak”

Titik meminta aku segera menyetubuhinya. Aku pun merenggangkan kedua paha Titik agar dia making lebar mengangkangnya. Aku segera memegang kontolku dan mengarahkan ke memek Titik yg masih basah. Setelah tepat aku mulai mendorong secara perlahan-lahan.

Blesss….

” ah, masuk Mas, ayo entotin mbak”


Aku pun mulai menggenjot Titik secara perlahan kemudian cepat, tanganku melepas BH Titik yg masih menempel di badannya. Aku entot Titik sambil aku remas kedua susunya, ASI-nya pun mulai keluar kembali.

” ah…oh Mas, enak, memek mbak masih enak juga kan?”

” enak mbak. . seperti biasa…”

Aku kemudian mencium Titik, kami saling lidah kami saling membelit, sementara kontolku keluar masuk memeknya. Agak terhalang oleh perutnya yang menggunung itu, namun tetap nikmat.

”oh Mas, Kontol Mas keras banget, ngaduk-ngaduk memek mbak”

Napas kami sdh saling memburu, Ngentot berkali-kali selama hari ini membuatku merasa lelah.

“ah kencengin, oh….nikmat….Mas”

Aku semakin mempercepat genjotan, rasanya spermaku sudah diujung mendesak minta dikeluarkan.

” mbak, Mas mau croot ini”

” ayo Mas crootin aja”

Sambil memegang kedua paha Titik, aku semakin cepat menggenjot memeknya. Tak lama kemudian aku sudah tak dapat menahan lagi, aku benamkan dalam-dalam kontol aku di memek Titik.

”ah … mbak, Mas keluarrr”

Crooot..croot…

Pejuku pun menyirami memek Titik.
Karena sudah beberapa kali bercinta hari ini, peju yg aku keluarkan tidak terlalu banyak. Aku lihat Titik pun ngos-ngosan.

”capek Mas, anget peju Mas biar pun gak banyak”

Aku segera menelungkup di samping Titik, memang betul-betul melelahkan. Kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Itu adalah permainan terakhir kami. Setelahnya, Titik cuti untuk melahirkan. Dua hari kemudian dia melahirkan dengan selamat kedua anak kembar perempuannya.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd