Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bumil Fucker Season 3

Alur ngentot bumil paling enak yang apa nih dari season 1-3?


  • Total voters
    174
Episode 27

Mentari menyambutku dengan hangat. Suasana kota sangatlah sejuk dan bersahabat menyambutku pulang. Hari ini adalah hari pertama aku cuti. Cuti yang kuambil adalah 4 hari, dan 4 hari itulah aku gunakan untuk menemani Wida sebelum lahiran. Walaupun, sesuai diagnosa dokter anak kami nantinya tidak akan selamat. Namun, aku tetap harus ada disampingnya sampai anak itu lahir.

Aku pulang ke kotaku menggunakan moda transportasi kereta api. Hal itu karena aku lebih suka pulang dengan santai. Dan masinis adalah orang yang tidak ugal-ugalan dalam transportasi darat manapun. Tentu saja pula, karena di dalam kereta lebih nyaman. Selain tempat duduknya, juga ada cafe di dalamnya.

Kuteguk kopi panas yang baru saja kupesan. Seruput pagi pertamaku yang menenangkan hati. Menilik dalam pikiran, rencanaku dan Wida untuk bertemu dan bertempur di ranjang. Akan kubuktikan lagi julukanku sebagai buldozer. Akan aku buat Wida segera kontraksi setelah cipratan air mani mengenai dinding rahimnya.

............


Aku telah sampai di hotel tempatku menginap. Aku tidak menginap di rumah orang tuaku. Karena tentu saja, butuh alasan untuk pergi kemanapun saat berada di rumah. Apalagi sebagai anak rantau, tentu apabila di rumah serasa dipingit. Walaupun umurku sudah mendekati 30-an.

Wida akan datang kemari siang nanti. Entah akan membawa anak kembarnya atau tidak. Tapi, kalau dia tidak ingin dicurigai tentunya dia tidak akan membawa mereka. Dan tentu tidak ingin kerepotan mengurus mereka di hotel tentunya. Walaupun hotel yang aku tempati selama di kampung halaman termasuk hotel bintang 3 yang memiliki fasilitas yang bagus. Yang kuperlukan adalah sandiwara saat Wida melahirkan nanti. Agar aku tidak dicurigai dan Wida tetap aman nantinya.

............

12.10

Dering ponselku berbunyi. Segera aku ambil dan kujawab telepon dari Wida.

"Assalamualaikum" Ujar seseorang di telepon

"Waalaikumsalam" jawabku

"Aku sudah di hotel, kamu di kamar lantai berapa ?" Tanya Wida

"Aku di kamar 02 lantai 7" Jawabku

"Yaudah aku kesana, aku sudah di lift" Ucap Wida kemudian.

"Oke" Jawabku. Walau sebenarnya aku ingin menjemputnya.

Wida akhirnya sampai di kamarku. Dia hari ini mengenakan gamis terusan warna hitam. Dengan blazer warna krem sebagai penutupnya. Dia membawa tas kecil hitam dan tentu saja cadar yang berwarna sama dengan gamisnya.

Perutnya yang membuncit besar tidak dapat lagi disembunyikan oleh pakaiannya. Caranya berjalan sekarang sudah sangat hati-hati dengan terus membelai dan mengelus perutnya yang besar. Walaupun posturnya jangkung setinggi 175 cm, namun di mataku dia terlihat seksi dengan tubuhnya yang sedang hamil tua.

Wida kemudian menutup pintu hotel. Setelah itu menaruh tas dan blazer yang ia kenakan. Tak lupa melepas sepatu miliknya yang ia lempar begitu saja. Wida lalu berjalan mendekatiku dengan perutnya yang membuncit itu.

Dengan gerakan cepat Wida berdiri di hadapanku dan memelukku erat, disertai sambaran bibirnya ke bibirku. Aku pun menyambut ciuman ganas yang dilancarkan Wida. Dia menciumku seperti wanita yang haus akan seks. Berkali-kali mulutnya menghisap bibirku hingga beradu dengan giginya. Sesekali juga giginya menggigit gemas bibir bawahku.

Tangan kananku mulai bergerilya di punggungnya. Kubuka kaitan branya dengan tangan kananku. Setelah terlepas kaitannya, kualihkan tangan kananku ke arah payudara kiri Wida. Kuremas payudara kiri Wida yang kurasakan membesar, dengan genggaman tanganku. Walaupun membesar karena menampung ASI, payudara Wida masih sangat kencang, putingnya pun kusentuh tidak terlalu menonjol walaupun sudah mengeras.

Wida melepaskan ciumannya. Kesempatan ini kugunakan untuk menciumi pipi kirinya dan leher bagian kirinya. “Aww, och”, racau Wida.

Aku lepaskan pelukanku, kuraih ujung bawah gamisnya, lalu kutarik ke atas untuk melepaskan gamis dari tubuhnya. Payudaranya masih tertutup bra yang menggantung tak terkait, kuambil kedua tali bra yang menggantunh di kedua bahunya. Bisa kulihat sekarang payudara Wida yang menurutku sangat indah dipandang. Payudaranya tidak turun sama sekali, masih kencang dan berbentuk seperti buah apel dengan puting kecil berwarna merah muda kecoklatan dan putingnya dikelilingi areola yang berdiameter dua sentimeter berwarna merah muda. Kini Wida hanya mengenakan celana leggingnya.

“Yuk”, sahutku sambil melepas celana panjang beserta celana dalam yang aku pakai. Wida pun melepaskan celana legging yang masih tersangkut di pinggulnya dan celana dalamnya sekaligus.

Kini kami berdua sama-sama telanjang bulat. Aku melihat ke arah selangkangan Wida yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan tipis, sepertinya Wida tetap merawat vaginanya dengan baik. Demikian juga Wida, dia menatap batang penisku yang sudah mengacung keras dengan sempurna.

Sejenak kami saling bertatapan mata. Kemudian tanpa diberi aba-aba, Wida langsung mengambil posisi berlutut di depanku. Dipegangnya batang penisku dan diusap-usapnya pelan batang penisku dengan tangan kanannya.

“Hey there, nice to see you again junior”, ucap Wida sebelum memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya.

Mulut Wida hampir menelan habis batang penisku. Didiamkan sejenak batang penisku di dalam mulutnya sambil memainkan lidahnya. Lalu Wida mengeluarkan batang penisku dengan gerakan perlahan diiringi tatapan mata nakal ke arahku. Gerakannya berhenti tepat saat bibirnya berada di kepala penisku. Kemudian dihisapnya kuat-kuat kepala penisku berkali-kali dengan sesekali memainkan lubang kencingku menggunakan ujung lidahnya, sementara tangan kanannya memegang pangkal penisku.​

Selanjutnya Wida mengocok penisku dengan lincahnya menggunakan mulutnya. Kocokan mulutnya terhadap penisku sama sekali tidak menyentuh giginya. Kepala Wida bergerak maju mundur, kedua bibirnya terus bekerja menyapu dan menjepit erat batang penisku. Secara tak sadar, aku sampai mengerang karena nikmatnya.

Wida menyudahi kocokan mulutnya pada batang penisku. Dia beralih menjilati batang penisku sampai ke pangkal penisku dengan lidahnya. Diarahkannya batang penisku ke atas, lalu Wida mulai menjilati kantung buah zakarku sampai mencapai lubang anusku. Kemudian Wida mengulum buah zakarku satu persatu. Selanjutnya Wida kembali mengarahkan mulutnya ke batang penisku dan mengocoknya dengan cepat menggunakan mulutnya. Benar-benar nikmat sekali aku dibuatnya. Wida sangat mengerti bagaimana cara memperlakukan penisku dengan baik.

Masih belum ada tanda-tanda Wida menghentikan sepongannya. Aku sudah tidak sabar untuk menikmati vagina Wida. Kutarik batang penisku dari mulut Wida, lalu kuangkat tubuh hamil Wida agar dia berdiri kembali, walau berat karena dia lebih tinggi dariku dan sedang hamil tua.

“Sekarang?”, tanya Wida dengan dijawab anggukkan olehku. Wida duduk di pinggir ranjang, kemudian membaringkan tubuhnya dengan tetap menghadap ke arahku. Dibukanya kedua pahanya sehingga terpampang jelas bibir vaginanya yang sudah sedikit terbuka. Area selangkangan Wida benar-benar mulus tanpa cela. Kulit putih mulusnya rata hingga area pangkal pahanya. Tidak ada kerutan selulit di daerah paha bagian dalam maupun luarnya. Labia mayoranya pun putih dengan ditumbuhi rambut-rambut halus. Hanya labia minoranya yang berwarna lebih gelap yaitu merah mudah kecoklatan.​

Kuarahkan batang penisku ke mulut vaginanya. Kusapu bibir vagina Wida yang sudah becek dengan kepala penisku. Lalu kumasukan kepala penisku menembus mulut vaginanya.

“Oh Ya Tuhannnnn”, Wida mulai meracau ketika batang penisku bergerak menembus lubang vaginanya.

“Aach”, jerit Wida saat seluruh batang penisku merangsek masuk ke dalam liang kenikmatannya. “Mentok Brammmm, enak banget”, sahutnya.

Aku condongkan tubuhku ke arah Wida dan bertumpu pada tanganku di kiri dan kanan tubuh Wida. Kutahan kedua paha Wida dengan kedua lenganku hingga kedua kakinya menghadap ke atas. Selanjutnya kugerakkan pinggulku maju mundur untuk mengocok vagina Wida dengan batang penisku. Harus kulakukan dengan gentle dan tidak menindih perut buncitnya.

Wida mendesah kencang dan meracau tidak jelas. Asli, berisik sekali, seperti di film-film porno bumil di internet. Aku sempat khawatir suaranya sampai ke kamar sebelah. “yeaah, yeaah, c’mon baby, ngentottt, anak kitaaa”, racau Wida.​


“Fuck, fuck, fuck, anak kita butuh ini biar cepat melihat dunia”, Wida meracau seirama dengan tusukan-tusukan penisku mentok ke dalam lubang vaginanya. Kedua tangan Wida sangat aktif meremas-remas payudaranya dengan sesekali memilin-milin kedua putingnya.

“ouch kencengin, please”, pinta Wida, aku pun menambah tenaga dorongan saat pangkal penisku membentur bibir vagina Wida.

“Ouch ouch ouch ouch”, Wida mendesah semakin cepat. “Akk khu keluar Brammmm”, jerit Wida disertai badannya sedikit melenting ke atas, otot-otot paha dan kakinya menegang, perutnya yang buncit ke atas, seluruh jari-jari kakinya tertekuk ke dalam, kepalanya mendongak ke belakang dengan kedua hanya tampak putihnya saja. Kurasakan ada cairan hangat merembes keluar dari lubang vaginanya. Tidak sampai lima menit, Wida mencapai orgasmenya yang pertama di siang ini.

“Cium aku Bram”, pinta Wida setelah otot-otot tubuhnya mulai mengendur. Aku pun mendekatkan kepalaku ke arah kepalanya. Lalu kembali dilumatnya bibirku oleh bibir Wida dengan ganasnya. Batang penisku masih menancap di dalam lubang vagina Wida.

Wida menghentikan ciumannya. “Aku mau nungging, Bram”, pinta Wida. Lalu aku bangkit dan mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Kemudian Wida dengan sigap membalikkan tubuhnya ke posisi menungging dengan pantatnya menghadap ke arahku. Pantatnya yang montok, berkulit putih dan mulus tanpa ada noda hingga ke mulut lubang anusnya. Wida posisi nungging dengan bertumpu pada kedua tangannya dan kedua lututnya sampai dengan tulang keringnya. Perutnya menggantung bebas seirama dengan payudaranya.

Kudekatkan tubuhku ke arah pantat Wida. Kuangkat kaki kananku ke atas tempat tidur dan menempatkannya di samping kanan tubuh Wida. Sedangkan kaki kiriku berdiri di antara kedua kakinya yang menjulur keluar tempat tidur. Kuarahkan batang penisku ke lubang vaginanya yang sudah merekah dan mengkilap oleh cairan kenikmatannya.

Kumasukkan batang penisku ke lubang vagina Wida yang licin. Lalu mulai mengocok vaginanya maju mundur. Kedua payudaranya yang menggantung, bergoyang stabil akibat kocokan demi kocokan penisku di vagina Wida. Dia pun kembali meracau sejak penisku mulai mengocok vaginanya. Sesekali aku membungkukkan badanku untuk menciumnya sambil tangan kananku meremas payudara kirinya dan memilin puting kirinya.​

Wida meracau dengan keras. Tubuhnya ikut digerakkan maju mundur mengimbangi gerakanku, sehingga kocokan batang penisku di vaginanya bergerak dalam tempo yang semakin cepat. “Ouch terus Bram, terus sayang, aku mau keluar lagi”, racau Wida.

Kutambah kecepatan kocokanku dan kubenamkan dalam-dalam penisku ke lubang kenikmatan Wida. Hingga, “aaacchh”, Wida menjerit panjang. Kucabut batang penisku dari vaginanya. Badan Wida menegang, bagian betis sampai kaki mengejang sampai tertekuk ke atas, dari mulut vaginanya merembes keluar cairan bening membasahi sampai kliotrisnya hingga menetes ke lantai kamar.

“Lagi Bram. Aku mau main di meja”, sahutnya dengan nafas yang masih tersenggal sambil menunjuk ke arah meja kecil di belakangku. Wida segera turun dari tempat tidur menuju meja. Dibersihkannya atas meja dengan sapuan tangannya hingga barang-barang yang tadinya berada di sana jatuh ke lantai. Dia pun duduk di atas meja dengan posisi bersandar pada dinding, menekuk kedua lututnya ke atas, kedua kakinya masih mengambang di udara, dan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Seolah-olah bayi dalam perutnya tidak menghalanginya sama sekali.

“Ayo Bram sini cepetan”, sahut Wida kepadaku.

Aku menghampirinya, mengambil posisi tepat di hadapan selangkangannya yang terbuka lebar. Lalu kumasukkan kembali penisku ke lubang kenikmatannya. Sementara itu Wida melingkarkan kedua tangannya di leherku. Kusangkutkan kedua kakinya di kedua lenganku, dan mulai menggoyangkan pinggulku maju mundur.

Wida menarik kepalaku dan lalu mencium bibirku. Bibir kami saling berpagutan dengan ganasnya, sementara itu lubang vagina Wida terus dikocok oleh kerasnya batang penisku.

“Gue pegel Wid, gantian donk”, sahutku beberapa menit setelahnya.

“Di kasur yuk. Gue di atas”, ucap Wida.

Kucabut batang penisku yang sudah basah kuyup oleh cairan vagina Wida. Lalu aku naik ke tempat tidurku dan berbaring terlentang. Wida langsung mengambil posisi mengangkangi aku dengan bertumpu pada kedua lutut dan tulang keringnya. Badannya condong ke depan dan bibirnya menyambar bibirku. Kami saling berpagutan kembali.

Sambil tetap berciuman, kuarahkan batang penisku ke lubang vagina Wida dengan tangan kananku. “Bisa ngga? Biar aku aja”, ucapnya menghentikan ciuman kami, karena berkali-kali aku gagal memasukkan batang penisku ke dalam vaginanya.

Lalu Wida mengangkat pantatnya sedikit ke atas, kepalanya melongok ke bawah ke arah selangkangannya, meraih batang penisku dengan tangan kirinya dan diarahkan batang penisku ke lubang vaginanya. Tanpa kesulitan, Wida berhasil membuat batang penisku tenggelam di dalam lubang kenikmatannya.

Setelah vaginanya menelan batang penisku, Wida kembali menciumku penuh nafsu. Lidahnya menari-nari di dalam rongga mulutku, dengan sesekali dihisapnya bibir bawahku dengan ganas. Pinggulnya digerakkan naik turun, membuat gesekan antara batang penisku dengan liang vaginanya.

Wida melepaskan ciumannya, dengan sedikit menegakkan badannya, bertopang pada kedua tanggannya yang berada di samping kanan kiri kepalaku. Wida melakukan sesuatu dengan vaginanya, dia berkonsentrasi pada gerakan di pinggulnya, karena kurasakan jepitan vagina Wida lebih kuat. Otot-otot vaginanya mencengkeram erat batang penisku. Penisku terasa bagaikan dipijat oleh vagina Wida dengan cairan vaginanya yang hangat seolah-olah sebagai minyak untuk pijatnya. Pijatan ini membuat batang penisku geli dan nikmat tiada tara.​

Wida terus menggerakkan pinggulnya naik turun sambil tetap menjaga jepitan otot vaginanya pada batang penisku. Aku tak tinggal diam. Kedua payudaranya yang menggantung beberapa centimeter dari mulutku menjadi sasaranku. Aku lahap puting kanan payudaranya, kuhisap-hisap dan kukulum-kulum menggunakan mulutku. Sementara tangan kananku meremas-remas payudara kiri Wida yang berisi ASI itu, dengan sesekali memilin-milin puting kirinya.

“Sshh shah sshh shhah terus Bramm enak”, desah Wida dengan tetap memijat batang penisku menggunakan vaginanya.

Tak lama kemudian Wida mengubah posisinya. Ditegakkan tubuhnya dan duduk pada pangkal pahaku. Tangan kirinya diletakkan di tengah-tengah dadaku, sementara tangan kanannya berada di paha kiriku. Sambil menekan tubuhnya ke bawah agar batang penisku masuk semakin dalam, Wida menggoyangkan pinggulnya maju mundur secara perlahan. “Sshh sshh sshh”, desah Wida menikmati gesekan dinding vaginanya dengan batang penisku. Matanya kadang sesekali terpejam, giginya yang putih menggigit bibir bawahnya, menghayati kenikmatan dunia yang tiada tara.

Aku ikut menekan ke atas dengan menggunakan pangkal pahaku. Hingga kurasakan berkali-kali kepala penisku menghantam mulut rahim Wida. Gerakan demi gerakan Wida yang bergerak maju mundur membuat batang penisku terasa nikmat seperti sedang diurut.

Sekitar tiga menit kemudian, “Uooch och och”, desahan Wida semakin kencang. Wida hampir mendapatkan orgasmenya lagi. Aku pun tidak tinggal diam, kuletakkan kedua tanganku pada kedua bongkahan pantat Wida. Kuremas sedikit pantatnya, lalu aku menarik dan mendorong pantat Wida, sehingga gerakan maju mundur Wida menjadi lebih cepat.

“Ooch och och Bramm Brammm”, desahan Wida semakin kencang dan cepat, seiring bertambah cepatnya gerakan tarik dorong kedua tanganku di pantatnya. Tubuh Wida bergoyang cepat, gesekan-gesekan batang penisku dengan dinding vaginanya semakin kuat. Daerah tulang selangkaku sudah basah kuyup oleh cairan vaginanya.

“Brammm Bramm Sayaangg”, desah Wida kencang dan cepat. Kedua tangganya sekarang berada di kedua payuranya, meremas-remas ke atas tubuhnya dari arah bawah payudaranya, sambil sesekali memilin-milin kedua putingnya yang mengacung keras. Kepalanya sedikit menengadah ke atas, dengan kedua matanya melihat mengarah ke atas, seolah-olah terlihat hanya putihnya saja.

Lalu tubuh Wida bergerak terpatah-patah, melonjak-lonjak hebat, lalu terdengar suara setengah menjerit dari mulutnya, “kheluaarrhh”. Badannya mengejang, melenting sedikit ke belakang. Sementara di daerah pangkal pahaku menerima rembesan cairan hangat cukup banyak yang keluar dari liang kenikmatannya. Aku hentikan gerakan tarik dorong pada pantatnya. Kubiarkan Wida menikmati orgasmenya.

Beberapa detik kemudian tubuh Wida melemas kembali. Jepitan vaginanya pada batang penisku mulai mengendur. Lalu Wida mendekatkan wajahnya ke wajahku, diletakkan kedua tangannya di kedua pipiku, sambil ditatapnya wajahku dengan tatapan syahdu. “Trima kasih Bram atas semuanya”, sahutnya dilanjutkan dengan mencium bibirku dengan mesranya, sementara batang penisku yang keras masih menancap pada vaginanya.

.........................................................

Siang itu, aku mendapatkan cinta lamaku.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd