Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA

Status
Please reply by conversation.
Mantaap banget ini ceritanya, mengalir terus.... Semoga lancar hu..

Lancrotkan
 
25. KEBERSAMAAN TERAKHIR (?)



Sabtu malam itu, kami makan malam di sebuah cafe di kaki gunung lawu dan menghabiskan malam, menikmati suasana sambil ngobrol ringan disana. Sesampainya di villa pun kami hanya bercengkerama dan bercanda di atas ranjang yang kami tutup dengan berciuman beberapa lama, lalu tidur.

Hari minggu pagi, aku terbangun sekitar pukul 6 pagi. Kulihat mbak Lala masih terlelap di sampingku. Kubelai rambutnya, aku elus pipinya. Kelihatannya beneran kecapean ini mbak Lala. Karena waktu kami yang terbatas, kupikir gak asik juga kalau aku cuma menghabiskan waktu dengan mbak Lala untuk sekedar melepas hasrat, menuruti hawa nafsu. Tahan Ngga, tahan...

Kuputuskan hari itu untuk quality time saja sama mbak Lala, aku ingin lebih intim dengannya, perempuan yang sedang mengandung anakku, tanpa berhubungan badan dulu... kecuali sih mbak Lala yang minta, ahaiii!

Pagi itu kami memulai hari dengan masak sarapan bareng, seru banget rasanya. Sarapan di gazebo sambil menikmati udara pagi yang lumayan menusuk tulang ini. Kami mandi agak siang biar airnya gak terasa terlalu dingin, walaupun sebenernya ya sama saja.

“mandi bareng aja yuk mbak.. mbak Lala ku mandiin”.

“haha, kayak anak kecil aja.. tapi ya udah boleh deh, yuk!”.

Kami masuk kamar mandi dan membuka baju masing-masing.

“itu titit-nya dikondisikan dong Ngga, masak mau mandi aja tegang, yang santai gitu loh”. Ledek mbak Lala.

“lagi nyari sangkarnya nih mbak, mbak mau bantuin nyari?”. Balasku.

“mulai deh!”. Mbak Lala ketawa kecil sambil mencubit perutku.

“haha, makanya gak usah ngeledek... ya udah mbak duduk tenang disitu aja, santai... full servis pokoknya”. Kataku sambil menunjuk ke closet duduk yang tertutup.

Aku mulai mengguyur tubuh mbak Lala dengan shower, lalu aku gosok tubuhnya dengan sabun.

“enak juga ya dimandiin gini, keluar kamar mandi tiba-tiba bersih aja”. Kata mbak Lala sambil ketawa lirih.

“tinggal bareng aku terus aja mbak, nanti aku mandiin mbak Lala tiap hari deh”. Ledekku sambil meremas-remas payudara mbak Lala.

“itu ngasih sabun atau ngapain? Lama banget disitunya”.

“hehe, biar bersih mbak”. Masih sambil meremas-remas payudara mbak Lala pakai sabun. Tiba-tiba tangan mbak Lala meraba ke arah belakang, meraih kontolku yang berkedut-kedut bebas dari tadi di belakang punggungnya, lalu meremas dan mengocoknya pelan.

“eit eit! Ngajakin nih kayaknya”. Kataku meledek mbak Lala.

“enggak tuh, yeeee!”. Jawabnya sembari melepaskan kontolku.

“yaaaah, penonton kecewaaa”. Kataku.

“haha, apaan sih!”.

“berdiri dong mbak, mau ngasih sabun yang ini nih”. Sambil ku tampar pelan pantat mbak Lala. Lalu mbak Lalapun berdiri. Mulai ku gosok pantat mbak Lala, turun ke paha sampai ke kaki lalu kembali keatas. Lalu kumasukkan tanganku ke belahan pantat mbak Lala sambil ku raba-raba lubang pantat dan memek mbak Lala. Ku gosok-gosok pakai sabun dan ku raba beberapa lama.

“hmmm, betah banget ya tangannya disitu”.

“biar rambutnya gak cepet numbuh mbak, kan baru dicukur”. Kataku asal bicara.

“haha, ilmu baru tuh ya”. Ketawa mbak Lala pun pecah.

“yeeee, gak percaya”. Kataku sambil menahan tawa.

“udah ah udah”. Kata mbak Lala sambil membalikkan badannya lalu berdiri lutut di depanku. Tiba-tiba memegang kontolku dan mengocoknya sambil tersenyum melirikku.

“kasihan banget nih yang dari tadi nyariin sangkarnya gak nemu-nemu”. Ledek mbak Lala sambil terus mengocoknya.

“udah ketemu sih mbak, barusan”. Jawabku.

“udah-udah gak usah!”. Jawab mbak Lala yang kemudian duduk bersimpuh dan memasukkan kontolku ke mulutnya dan langsung menghisapnya.

“sssssshh..oahhhh!”. aku mengerang sambil ku jambak rambut mbak Lala yang di ikat ke atas itu.

“lanjut mbak!”. Kataku.

Tangan kanan mbak Lala memegang pangkal kontolku sambil terus mengenyotnya maju mundur. Sesekali dikeluarkan dari mulutnya lalu dijilat-jilat ujung kepala kontolku. Dijilat dari testisku naik ke ujung kontolku lalu mengulumnya lagi sambil melirikku. Dikulum makin kencang, sesekali diperlanmbat, dan dipercepat lagi.

“ahhhh!”. Sudah berasa ada yang mau keluar dari lubang kontolku. Akupun memegang erat kepala mbak Lala sambil ku ayunkan pinggulku maju mundur dengan cepat. Mbak Lala melirikku seakan menolak tapi aku terus melakukannya sampai akhirnya.. CROOOTTT!!! Aku tahan kontolku tetap berada di dalam mulut mbak Lala. Terlihat mbak Lala mengernyitkan keningnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Lalu aku melepaskan, mengeluarkan kontolku dari mulut mbak Lala.

“uhuk uhuk!” mbak Lala langsung terbatuk-batuk dan memuntahkan spermaku, lalu meludah beberapa kali. Mbak Lala seperti mau muntah.

“Angga ihhh!”. Mbak Lala melirikku sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca dengan air liur yang masih belepotan dan menetes dari bibirnya.

“ehhh.. maaf-maaf mbak, kebawa suasana aku”. Kataku sambil merangkul mbak Lala sambil mengajak mbak Lala untuk berdiri. Mbak Lala masih seperti orang mau muntah tapi hanya meneteskan liur.

“gak enak ya mbak?”. Kataku sambil mengernyitkan dahi.

“rasanya aneh tauu!”. Kata mbak Lala sambil memanyunkan bibir.

“hehe, maaf ya mbak, ini deh buat penawar”. Akupun langsung mendaratkan bibirku di bibir mbak Lala. Aku lumat bibir atas mbak Lala, kuadu lidahku dengan lidah mbak Lala beberapa saat. Lalu aku lepaskan ciumanku.

“udah lumayan kan mbak?”. Tanyaku sambil tersenyum.

“sedikit menolong lah ya”. jawab mbak Lala tertawa kecil.

“Tapi masih berasa aneh”. Kata mbak Lala sambil menjulurkan lidahnya.

“mau penawar lagi?”.

“udah udaaah, keburu kedinginan nih! Kamu aja belum mandi tuh”.

“eh iya...” akupun bergegas mengambil shower lalu kubersihkan tubuh mbak Lala yang masih dipenuhi busa sabun. Kemudian aku mandi sendiri cepat-cepat. Dingin!

Setelah drama mandi selesai. Kami memakai baju. Lanjut jalan-jalan menikmati suasana sekitaran villa disitu beberapa saat. Jalan kaki, itung-itung olahraga juga buat mbak Lala biar lancar dan normal nanti persalinannya. Merasa cukup capek, kami lanjut jalan nyari cafe buat santai sekalian makan siang. Kita ngobrol ringan panjang lebar. Muter-muter lagi naik mobil nyari suasana baru dan tempat singgah baru. Yang jelas semua makanan dan yang lainnya dibayarin sama mbak Lala. Ya bukannya gak mau bayarin, tapi pas awal-awal mau aku bayarin, mbak Lala malah bilang;

“udah, gak usah sok kaya deh! Ditabung aja ditabung”.

Sialan kan! Tapi ya gak apa-apa, geratis siapa yang gak mau sih, haha.

Sebelum matahari terbenam, kami sudah sampai di villa lagi. Bebersih, mandi, lalu ganti baju. Kali ini kami gak mandi bareng. Cukup dramanya, haha. Mbak Lala mandi duluan dan aku rebahan di atas kasur sambil main HP. Waktu itu aku sempatkan untuk telpon Nafisa, tethering pakai HP mbak Lala pastinya. Aku terus jaga komunikasi sama Nafisa biar gak ada celah buat dia curiga. Gantian aku yang mandi dan mbak Lala pergi ke dapur. Selesai mandi, kami berdua bersantai menikmati sore menjelang petang di teras belakang sambil menyeruput teh hangat yang baru dibikin mbak Lala. Waktunya memanjakan mbak Lala lagi. Pijit maksudnya, biar berkurang pegel-pegel badannya.

“Haloo mas, asslamualaikum”. Kata mbak Lala mengangkat tlepon.

“bentar ya Ngga”. Bisik mbak Lala sambil beranjak sedikit menjauh dariku.

Beberapa saat kemudian.

“siapa Mbak?”. Tanyaku.

“pak suami”.

“ooowh”.

“dia ngabarin kalau aku disuruh stay di Solo aja”.

“ eh! Beneran mbak? Waseeeeek, bisa sama mbak Lala terus nih!”.

“tapi besok selasa pagi dia udah di Solo”.

“lah, ngapain?”.

“yaaa, dia ikut stay di Solo sementara sampai aku lahiran”. Kata mbak Lala sambil senyum menahan tawa menghadapku, lalu mengambil posisi untuk aku pijat lagi.

“hmmm kirain, bos mah bebas... haha, tapi ya bagus dong mbak, pak suami udah rela ngorbanin waktu buat siaga nemenin mbak Lala.”.

Mbak Lala menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar.

“jadi.. besok udah harus balik dong kita mbak?”.

“ya begitulah... tapi santai aja besok, balik agak sorean aja gapapa”. Kata mbak Lala.

“oooke”. Kataku sambil lanjut memijat kaki mbak Lala.



***

Mataku terbuka, kulihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 7. Kulihat mbak Lala sudah tidak ada disampingku. Aku duduk sejenak di bibir kasur sembari menunggu kesadaranku kembali penuh setelah tertidur pulas. Alu bergegas ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi.

“mbak Lala?”. Ku tengok di ruang tengah dan dapur, dia tidak ada.

“mbak?”. Sembari ku buka sliding door dapur menuju teras belakang.

“Angga.. sini!”. Terdengar suara mbak Lala agak berteriak dari gazebo dan dia sedang duduk di tepi gazebo.

“lololo, ngapain pagi-pagi disitu mbak?”. Tanyaku sambil berjalan ke arah mbak Lala yang memakai daster panjang dan selimut tipis yang membalut setengah badannya. Mbak Lala berdiri dan membentangkan tangan menyambutku lalu mengalungkan tangannya di leherku, tanganku aku taruh di pinggang mbak Lala.

“katanya kemaren ngajak main disini?!”.

“ohh, nantangin nih ceritanya.. siapa takut?!”. kataku sambil melepaskan selimut mbak Lala, lalu menciumi dan melumat bibirnya. Aku raba pantatnya, lalu kunaikkan rok daster mbak Lala.

“udah gak pake aja nih mbak?”. Ku lepas sejenak ciumanku. Mbak Lala hanya memakai daster tanpa pakaian dalam.

“biar gak ribet ngelepasin”. Kata mbak Lala tersenyum. Lalu kami melanjutkan saling beradu bibir dan berperang lidah. Perlahan aku melepas daster mbak Lala sambil terus melumat bibirnya. Lalu kulanjutkan melepas pakaianku sendiri. Kamipun tak memakai sehelai kain pun di tengah alam pagi yang dingin, tapi tubuh kami terasa saling menghangatkan. Aku baru sadar kalau ada kasur busa tipis tergelar di atas gazebo bagian dalam.

“dapet kasur busa dari mana mbak?”. Sejenak kulepas lagi ciumanku.

“ada di lemari kamar sebelah”.

“wah..pas banget ya!”.

“mbak mau mulai dari mana niih?”. Tanyaku.

“rebahan aja yuk! Capek kalau berdiri terus”.

“ayuk, sini aku bantu naik mbak”. Kami naik tangga gazebo yang tingginya sepahaku itu, lalu mbak Lala duduk di kasur itu. dan aku masih berdiri.

“gak mau ini lagi mbak? buat pemanasan, hehe”. Kataku sambil memegang kontolku yang sudah sangat keras.

“gak mau ah kalau kayak kemarin, aneh rasanya..ihh!”.

“enggak mbak, gak usah sampe keluar dong”. Kataku sambil bergerak maju menyodorkan kontolku. Mbak Lalapun tersenyum dan bergegas memegangnya. Dikocoknya pelan, lalu mulai menjilati ujung kepala kontolku. Diremas-remas biji testisku lalu kembali mengocok batang kontolku. Mbak Lala lanjut mengulum kontolku, dikenyot-kenyot dan dihisap.

“ahhh!!”. Desahku.

Merasa cukup, mbak Lala mengeluarkan kontolku dari mulutnya, dan mengocoknya pelan sambil melirikku.

“mbak, nungging dong mbak”. Mbak Lalapun menuruti mauku. Dia nungging maksimal sambil meletakkan pipi kanannya di kedua tangan yang bersimpuh di kasur.

PLAK!

“bokong mbak Lala emang the best!”. Kataku sambil menampar pantat mbak Lala. Lalu aku mulai menciumi 2 bongkah pantat itu, lanjut aku jilat-jilat lubang pantat mbak Lala.

“uhhh... jilatanmu bikin nagih Ngga!”.

Aku terus menjilati lubang itu, lalu turun ke bibir memek mbak Lala. Aku jilat, aku lumat, aku hisap-hisap bibir memek mbak Lala yang sudah mulai becek.

“gak mau nyobain ini lagi mbak?”. Sambil ku elus-elus lubang pantat mbak Lala dengan jempol kananku.

“jangan ahh, sakiiit”. Kata mbak Lala.

“coba lebih rilex deh mbak, pasti bisa enak”. Kataku meyakinkan mbak Lala sambil mulai memasukkan jari satu, dua, ke memek mbak Lala lalu kugerakkan maju mundur, keluar masuk memek mbak Lala”.

“ssssssshhh! Ahhh.. ya udah coba deh”. Kata mbak Lala.

Dua jariku terus memainkan memek mbak Lala itung-itung foreplay tipis-tipis biar banjir dulu memeknya. Mbak Lala terus mendesah lirih menikmati kocokan jari jemariku. Ketika memek mbak Lala udah sangat basah, aku tarik jariku keluar lalu ku lumurkan cairan memek mbak Lala ke bibir lubang pantatnya. Aku tekan-tekan pelan dan mulai aku coba memasukkan jari tengahku.

“rilex mbak, santaaii”. Ujung jariku mulai masuk tanpa kesulitan. Mbak Lala memejamkan mata sambil melipat bibirnya ke dalam. Aku cabut lagi jariku, kubasahi lagi dengan cairan memeknya, aku ludahi lubang pantat mbak Lala, lalu ku masukkan lagi jariku perlahan. Terasa sangat sempit tapi sudah mulai licin, sudah setengah jariku masuk. Aku terus menekannya.

“oke... bentar lagi mentok mbak, santaaii”. Kataku menenangkan mbak Lala. Sudah hampir mentok, aku mendorongnya agak keras.

“ahh! Auuuwww.. sakit Ngga”.

“yahan dulu mbak , tahaan”. Kataku sambil membiarkan jariku tetap di dalam lubang pantat mbak Lala, lalu mulai ku gerak-gerakkan, sesak sekali. Lalu aku tarik pelan sampai setengah, dan kumasukkan lagi pelan sampai mentok.

“ahhh..sakiiit!”. mbak Lala sedikit merintih. Melihat ekspresi mbak Lala, akupun tak tega. Orang pengennya seneng-seneng kok malah nyiksa gini. Lalu jarikupun aku cabut dari lubang pantat mbak Lala pelan-pelan, dengan cepat lubang itu tertutup rapat lagi.

“udah mbak, aku gak mau maksa lagi”. kataku sambil memcium bongkahan pantat mbak Lala lalu kujilat lubang pantatnya. Tanpa berlama-lama lagi, aku arahkan kontolku ke bibir memek mbak Lala, aku gesek-gesekkan sebentar lalu perlahan ku masukkan. Pelan-pelan sampai seluruh batang kontolku tenggelam oleh memek mbak Lala.

“ohhhh! enak gini Ngga.. ahhh!”. Desah mbak Lala.

“uhhh, nikmat tiada tara ini mbak!”. Sambil kuayunkan maju mundur pinggulku agak cepat. Aku tarik kedua tangan mbak Lala ke atas punggungnya. Lalu kupercepat genjotanku.

“aaahhhh..” desahan mbak Lala mulai agak keras. Mendengar itu akupun makin bergairah, terus kupacu genjotanku dengan kecepatan tinggi. Kini kulepaskan tangan mbak Lala, lalu pegang pinggang mbak Lala untuk bertumpu.

“sssssshhhh...ahhh..ahhh..ahh!!!”. desahan mbak Lala mulai tak terkendali. Kuhentikan tiba-tiba genjotanku, lalu kuayunkan pinggulku pelan. Beberala saat kemudian langsung aku gasspoll, ku genjot dengan kecepatan penuh tanpa henti.

“hoooohhh!...ahhhh..ahh!!”. mbak Lala mengerang dan tubuhnya mulai kaku.

“ohh oh ohh...ahhhhhhh!!!”. kutancapkan seluruh batang kontolku yang berkedut mengeluarkan laharnya ke dalam memek mbak Lala.

“sshhh ahhhhh!”. Mbak Lala mengeluh sambil tubuhnya mengejang beberapa kali. Kutarik pelan kontolku lalu kutancapkan lagi dengan cepat.

“auwh! sssssh”. Desahan mbak Lala. Ku keluarkan kontolku pelan, keluarlah lahar putih itu dari memek mbak Lala, lalu ku tampar pantatnya.

“seru banget main di tempat terbuka gini ya mbak”. Kataku. Mbak Lala hanya menjawab dengan menganggukkan kepala lalu tersenyum.

“mau duduk apa rebahan aja mbak?” tanyaku ke mbak Lala yang masih nungging.

“fiuuuhh! Duduk aja ahh”. Jawab mbak Lala sambil mengubah posisi nya menjadi duduk bersimpuh di atas kasur tipis itu. aku duduk di sebelahnya lalu ku kalungkan tangan kiriku ke lehernya dan ku kecup bibir mbak Lala. Mbak Lala langsung menyambar bibirku lalu kami berciuman beberapa lama. Setelah berciuman, kami bercengkerama sambil tanganku bergerilya memanjakan tubuh mbak Lala. Hampir satu jam, kontolku kembali bertenaga penuh, berdiri tegak. Ku awali lagi dengan berciuman. Lalu aku minta mbak Lala untuk rebahan. Ku bentangkan kedua pahanya lalu ku arahkan kontolku ke memek mbak Lala dan langsung ku masukkan sambil kuperbaiki posisiku. Setelah merasa posisinya sudah pas dan nyaman, aku mulai menghentakkan kontolku masuk sepenuhnya ke memek mbak Lala yang sangat becek sedari tadi.

“aaahhhsssss!”. Desah mbak Lala sambil meniupkan nafasnya, lalu menggigit bibir bawahnya.

Ku tahan kecepatan genjotanku di kecepatan sedang. Sesekali aku meraih kedua toket mbak Lala lalu kuremas-remas. Melihat muka sange mbak Lala, membuat suhu tubuh ini semakin memanas. Akupun mulai menghentak-hentak memek mbak Lala, sambil aku tambah kecepatan genjotanku. Mbak Lala hanya mendesah semakin keras. Kutambah lagi kecepatanku, makin cepat sampai kecepatan maksimal. Sampai batang kontolku terlihat berbuih putih tipis keluar masuk memek mbak Lala.

“ahhhhhhh!!” desah mbak Lala sambil tubuhnya menggeliat.

“hohh..ohh..emhhh!”. Akupun mendesah saking nikmatnya.

“aaaahhhh”. Aku mengerang bersamaan dengan spermaku yang terlontar di dalam memek mbak Lala. Mbak Lalapun mengerang sambil tubuhnya berkedut-kedut. Perlahan aku cabut lagi kontolku dari memek mbak Lala.


“huuhhhh! Dua ronde yang berhasil bikin aku lemes lagi!”. kata mbak Lala kami berduapun tertawa.

“hhhhh...waktunya rebahan”. Kataku sambil mengatur nafas dan rebahan di sebelah kiri mbak Lala dan miring menghadap mbak Lala sambil mengelap keringat yang sedikit membasahi muka dan leher mbak Lala.

“padahal belum mandi ini tadi kita, haha”.

“ahh siapa yang peduli, yang penting enaaak, toh masih dingin juga pagi-pagi gini”.

“eh udah jam berapa ya ini?” tanya mbak Lala.

“gak tau sih mbak, udah santai disini aja dulu mbak, ngumpulin tenaga buat mbak Lala packing abis ini”. mbak Lala hanya tersenyum menghadap kearahku.

Setelah rehat beberapa saat, kami kembali ke rumah dan mandi. Lalu pergi sarapan di luar, lanjut packing dan tinggal nunggu waktu dan mood buat pulang.

“mbak, abis ini, kita bisa ketemu lagi gak ya? Ya maksudnya gak sekedar ketemu tatap muka”. Kataku sambil duduk santai di sofa teras belakang, tempat favorit kami berdua. Mbak Lala duduk di sebelah kiriku sambil menyandarkan kepalanya di dada pundak kiriku.

“yaa bisa aja sih, buktinya ini sekarang kita bisa, padahal gak ada rencana sama sekali, iya kan?!”.

“ya iya sih, huhhhh.. bakalan kangen lagi deh sama mbak Lala”. Kataku sambil ku elus, ku belai jilbab mbak Lala.

“halah gombal! Nanti sepulang dari sini kalau udah ketemu pacarnya pasti udah lupa deh sama aku, haha”. Kata mbak Lala sambil ketawa meledek.

“ya gak bakal lah mbak, ini yang bikin gak bakal lupa”. Kataku sambil mengelus perut mbak Lala. Mbak Lala melirikku sambil tersenyum.

“oh iya, kata dokter cewek apa cowok nih?”.

“dilihat dari USG sih katanya cowok”. Kata mbak Lala penuh semangat dengan raut muka yang berbinar. Terlihat mbak Lala begitu bahagia dengan adanya calon bayi ini.

“waahh, seru tuh cowok, eee boleh dong aku ngasih nama ke dia mbak?”.

“boleh dong Ngga, boleh banget... ya udah kamu aja ya yang ngasih nama, siapin juga yang cewek, kan USG bisa aja salah”.

“siap pokoknya! Ya tapi gak sekarang juga, nanti deh aku chat mbak Lala ya”. Mbak Lala mengangguk sambil tersenyyum lebar ke arahku.

“mbak Lala gak pengen ketemu mbak Marta?”. Tanyaku.

“ya pengen dong, entar lah gampang kalau sama dia mah, atau kalau enggak ya nunggu pas dia balik ke solo aja”. Aku menganggukkan kepala.

“ada rencana balik lagi ngurusin butik gak mbak?”

“pasti dong, dari kemarin-kemarin juga udah pengen banget, tapi ya kalau suami belum ngijinin mau gimana dong?! Istri mah cuman bisa sendiko dhawuh, haha”.

“iya tuh kasihan mbak Marta sendirian yang ngurus”. Kataku yang ikutan ketawa.

“kamu sih pake resign segala kemarin”. Kata mbak Lala tersenyum sinis kepadaku.

“yaa namanya anak kuliahan mbak, kadang belum bisa fokus kalau pas banyak tugas dari kampus, lagian kabar terakhir kemarin mbak Marta udah ada yang bantuin kok beberapa, amaan”.

“iya sih... gapapa, dia wanita strong kok, workshop pasti aman”. Kata mbak Lala tersenyum.

Kami lanjut ngobrol ringan beberapa saat dan kami akhiri dengan berciuman cukup lama. Lalu tibalah waktunya kami pulang. Setibanya di kost, aku langsung menghubungi Nafisa untuk update kabar terkini. Yaa walaupun baru bisa ketemu mungkin weekend depan.

DONE!!! mission completed successfully! Tapi.....

Maafin aku ya Sa, ternyata buah kenakalanku kepada mbak Lala sudah sejauh ini, terlalu jauh malah! Aku udah mau jadi seorang bapak biologis dari anak mbak Lala. Hmmm. Biarlah ini cukup jadi ceritaku bersama mbak Lala, dan selanjutnya.. aku hanya akan fokus ke kamu, wahai masa depanku.


Rasa bersalahku ke Nafisa kembali bergejolak dalam hati.



***



TOK TOK TOK..

“assalamualaikum”.

“waalaikumsalam, masuk Ngga?”. Jawab Nafisa sambil membukakan pintu kost nya.

“kamu udah siap Sa?”. Tanyaku.


~ Bersambung
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd