Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Catur Dunia

Bagi yang ngira cerita baru, sebenernya gak juga. Itu cerita lama, cuma karena satu dan dua hal jadinya di buat ulang.


Semoga bisa selesai sampai tamat walau gak jamin update tiap minggu. Mohon dimaklumi.
Joss gan
Sekali sebulan juga nggak apa2 gan asal panjang ,puluhan K, heheheh
Apalagi sekali setahun jg g apa2,asal langsung tamat ceritanya hahahhahh
Kabuuuurrrr
 
caxeeep..manxtaaap hu
 
Bakalan seru nih kayaknya, Layak ditunggu dan dipantau lanjutannya...
 
Memang di buat ulang ya om?soalnya part 2 nya kayak beda ama yang pernah dibaca dulu..kayak pernah baca kedua partnya cuma dalam cerita yang berbeda..maap kalo salah
 
Awal Perjalanan

Kurasa hari ini hari tersial dalam hidupku. Bayangkan saja, di hari pertama penyambutan mahasiswa, diriku yang seharusnya berada di barisan bersama teman-temanku justru terjebak di sini bersama pria aneh. Padahal sejak jauh hari sudah kusiapkan untuk hari ini, tapi entah mengapa justru kesialan yang mendatangiku.

Oh iya sebelumnya perkenalkan, namaku Sekar Anjaning Larasati atau kalian boleh memanggilku laras. Aku seorang mahasiswa baru di kampus ini, aku merupakan anak satu-satunya dari sebuah keluarga kecil di kota ini. Di rumah aku hanya tinggal seorang diri dikarenakan kedua orang tuaku telah meninggalkan dunia dan berada di sisi-Nya.

Di terima di universitas ini merupakan salah satu impianku sejak kecil, karena banyak tokoh-tokoh hebat yang di hasilkan oleh kampus ini. Kesialanku di hari ini di mulai dari kebiasaanku tenggelam dalam delusi hingga membuatku kesiangan. Kesialan selanjutnya datang dari kondisi jalanan ibukota provinsi yang cukup ramai di pagi dan sore hari.

Maklum saja, tempat tinggalku dan kampus cukup jauh. Sedangkan diriku tidak memiliki kemampuan untuk mengendarai kendaraan bermotor, ya di sisi lain akupun memang tidak memilikinya. Aku cukup takut karena memiliki pengalaman yang cukup buruk dengan kendaraan roda dua ketika diriku masih kecil. Jadi mau tak mau aku harus memanfaatkan transportasi umum untuk menunjang hampir segala aktifitasku.

Karena kondisi kesadaran yang belum 100% akibat dari kurangnya jam tidur dan kebodohanku sendiri, tanpa sadar bus yang kunaiki justru menuju kampus lain yang jaraknya lumayan jauh dengan kampusku. Terpaksa aku harus mengeluarkan biaya lebih dalam untuk sekedar menuju kampusku. Kesialanku belum selesai, setelah sampai lingkungan kampus aku berusaha menghindari panitia dan mencoba untuk menyusup kedalam barisan mahasiswa baru.

Tapi usahaku sia-sia, diriku tertangkap basah oleh salah satu panitia dan mau tak mau akupun harus mengikuti instruksi yang diberikannya untuk mendekat kepadanya. Kulihat dia tengah bersama mahasiswa baru yang mungkin juga terlambat Akupun mendekat kepada mereka, panitia tersebut mengintrogasiku layaknya seorang aparat yang kejam dan otoriter.

Dari hasil introgasi tersebut akhirnya aku tahu laki-laki tersebut bernama Reza. Secara muka sih lumayan oke, tapi secara sikap bau-baunya dia seorang berandalan sekolah. Di bandingkan pangeran impianku, dia hanya seujung kukunya, atau mungkin lebih kecil lagi. Sedangkan panitia tersebut bernama Okta, kebetulan dia satu jurusan denganku dan reza. Fisiknya lebih cantik dibanding aku tapi, sifat galaknya bikin amit-amit untuk sekedar berkteman.

Berdasarkan instruksi yang di berikan kepada kami beruda (re: Aku dan Reza) kamipun dibawa kedepan ratusan pasang mata di depan mahasiswa mahasiswi baru di universitas ini. Jujur saja aku cukup tegang dengan kondisi ini. Sedangkan Reza? Kulihat dia cuek-cuek saja dengan sifat dan muka malasnya.

“Haloo… tes tes…, mohon perhatiannya sebentar.” Kulihat kak okta tengah berbicara diatas mimbar.

“Halo selamat pagi adek-adek, apa suara saya bisa di dengar?” Ucap kak okta tegas. Tak kusangka dia bisa tegas juga.

“PAGIII. Bisa kak!!!” Jawab semua peserta di situ.

“Jadi begini di sini, di depan kalian semua, terdapat sepasang mahasiswa yang datang terlambat.”

“Maka dari itu kakak ingin kalian memberikan sedikit hadiah yang sekiranya memberikan kenangan terhadap teman kalian agar tidak terlambat lagi.”

“Apakah disini ada yang punya usul?” Tanya kak Okta kepada mahasiswa lain.

“Nyanyi kak.” “Jangan Kak gombal saja.” “Joget saja kak.” Kulihat rata-rata saran mereka seperti itu.

“Baik-baik cukup dan terimkasih sarannya.”

“Berdasarkan suara terbanyak, maka hukuman kalian harus membawakan lagu yang bertemakan romantisme.”

“HHAAAAAAA??” teriak kami berdua bersamaan.

Aku tak percaya atas hukuman yang aku dapatkan ini. Masa cuma gara-gara terlambat beberapa menit saja harus menghibur mereka sih? Apa lagi hukumannya gak masuk akal sekali. Ya ini bukan karena aku gabisa main alat musik atau tidak mempunyai jiwa seni ya, cuma tampil di depan umum itu bukan kebiasaanku dan jujur saja aku malas melakukannya. Apalagi aku harus tampil dengan orang yang belum aku kenal sama sekali.

Aggghhhh menambah beban saja.

“Kak hukumannya gabisa diganti?” tanyaku.

“Nope, hukuman yang di berikan sesuai dengan permintaan.”

“Tapi kan kak…” Ucapku dengan wajah memelas.

“Gak ada tapi-tapian, segera persiapkan penampilan kalian.”

“Oh ya, kalian boleh masuk ke barisan dan jangan lupakan hukuman kalian.”

“Untuk penampilan akan diadakan pada hari penutupan ospek kalian.” Ujar nenek lampir itu sebelum meninggalkan kami.

Setelah mendengar keputusan orang-orang di depanku yang entah siapa saja namanya dan darimana saja asalnya, kami di perintahkan untuk memasuki barisan oleh nenek lampir ini. Kulihat lawan mainku atau teman sepenghukumanku justru santai-santai saja, dan jujur itu membuatku sangat-sangat sebaaalll padanya. Akupun akhirnya masuk ke barisan, karena cuma aku dan si siapa lupa ntah namanya yang terakhir masuk barisan maka kamipun berada di posisi belakang.

Kuperhatikan cowok di sampingku dari tadi dia terlihat cuek saja seolah-olah merasa tidak ada masalah yang menimpanya. Apalagi dari tadi dia cuma diam dan menganguk-angguk saja layaknya hiasan di dashboard mobil orang-orang kaya.

“Hei stttt heii...” panggilku setengah berbisik. Dia tidak merespon.

“Heiii…” ucapku dengan sedikit lebih keras.

OMG dia masih tidak merespon dan fokus ke depan. Ok Laras, kesabaranmu sudak habis. Injak sepatunya supaya dia mendengar panggilanmu. Akupun mengambil ancang-ancang dan kuinjak sepatunya dengan keras.

“Aauuuuu…” teriaknya sedikit kencang tapi tidak di sadari oleh mahasiswa yang lain, ngomomg-ngomong lucu juga ekspresinya.

“Kau ini apa-apan sih, tiba-tiba menginjak kaki orang?” yes dia terpancing rencanaku.

“Upss maaf, soalnya kau dari tadi ku panggil diam saja sudah macam manggil pasukan kerajaan Inggris”

“Oh maaf, aku terlalu fokus di depan.”“Ada pelu apa?” imbuhnya

“Aku mau bahas soal hukuman kita.”

“iya terus?” ujarnya sambil mempertahankan sikap cueknya.

astaga tuhan, ini anak satu cuek sekali dari tadi ngobrol tanpa menoleh kea arah lawan bicaranya. Seolah-olah dia sedang ngobrol sama mahluk ghaib.

“jadi gi…”

“EHEEEM… Kalian dari tadi kulihat berisik, mending kalian diam dan dengarkan Pak Dekan bicara, atau kalian mau hukuman kalian bertambah?”

“Ehh… maaf kak, baik kami akan mendengarkan.”

“Baiklah kalian akan kutinggalkan, tapi akan tetap aku awasi kalian.”

Ternyata yang ngobrol denganku barusan adalah salah satu panitia ospek. Diapun berjalan melewatiku, astaga aku baru sadar ternyata barusan bukanlah manusia. Mungkin jelmaan malaikat, badanya yang tinggi dan athletis, kulitnya yang putih, serta senyumnya yang membuatku meleleh.
Oh tuhan terimaksih telah memasukanku kesini, akhirnya aku bisa bertemu dengan pangeran impianku. Oke aku punya daftar list baru di sini, yaitu dekat dengan dia dan membuatnya jatuh cinta kepadaku.

Ya mungkin pembaca di sini merasa aneh jika gadis jelek dan miskin sepertiku menyukai pria setampan malaikat. Tapi pernahkah kalian melihat drama korea? Bukankah mereka yang jelek justru di akhir cerita mendapatkan jodoh yang istimewa? Yap karena hal itulah aku bertekad untuk memuwujudkannya.

Hmmm sudahlah Laras, lupakan sejenak kating tersebut. Untuk saat ini cukup fokus dan dengarkan para pembicara di depan saja. Cuma 1 jam lagi dan acara hari ini akan selesai dan berlanjut esok hari.

(Pov Reza)

Haaahhhh berakhir sudah rangkain acara hari pertama ini. Meski tidak melelahkan tapi hari ini banyak kejadian yang membuatku cukup berkesan dan sedkit menyebalkan. Di awali dengan pertemuanku dengan bidadari galak bernama oktaviani, di lanjutkan pemberian hukuman yang cukup mengasikkan dan sesuai dengan hobiku yaitu kesenian. Di tambah perlakuan menyebalkan dari orang yang mendapatkan hukuman sama denganku.

Ya sebenarnya bagi sebagian orang mungkin hal tersebut biasa saja, tapi bagiku tidak baik sama sekali. Apalagi dia telah menginjak salah satu sepatu peninggalan ayahku. Ya mungkin tindakannya wajar karena aku tidak segera menanggapi panggilannya meskipun aku sudah tau.
Bukan karena sombong atau judes atau cuek (memang cuek sebenarnya). Tapi aku berprinsip ketika kita dalam barisan dan ada orang yang berbicara kita harus menghargainya dengan cara mendengarkan dan tidak berbicara dalam barisan. Namun karena tingkah lakunya aku harus melanggar prinsip yang kujaga selama ini.

Ngomong-ngomong tentangnya aku lupa siapa dia, dan dimana dia sekarang. Kucoba melihat sekeliling mencari dan mencari diantara ratusan mahasiswa lain. Hah… pencarianku ternyata tak mebuahkan hasil dan dia telah menghilang di telan lautan manusia. Karena waktu menjelang siang aku lebih memutuskan pulang kerumah daripada mencarinya, yah karena sendiripun aku bisa sih menyelesaikan hukuman tersebut. Kupacu motorku pelan keluar dari area parkir, ketika melewati halte bus kulihat sosok yang tidak asing, ah itu dia gadis yang kucari. Ku parkirkan motorku di tempat yang aman sekiranya tidak menganggu jalan dan kuhampiri gadis tersebut.

“Hei kau gadis aneh.” Panggilku kepadanya.

“Kau memanggilku?” Jawabnya dengan gesture yang cukup menyebalkan.

“Ya tentu siapalagi, toh disini tidak ada orang lain selain dirimu.”

“Ada perlu apa?” Jawabnya dengan masih mempertahankan sikap juteknya.

“Aku mau ngebahas soal penampilan kita.” Jawabku dengan tetap sabar dan menahan emosiku.

“Baiklah tolong segera, karena bus menuju rumahku akan segera datang.”

“Memangnya rumahmu daerah mana?”

“Rumahku daerah hasanudin, kenapa? Apa kau mau mengantarku?”

Hmm daerah hasanudin, yah tempat tersebut cuma berjarak 2 KM dari rumahku. Tak apalah jika aku menawarkan untuk mengantarnya. Lagian kapan lagi aku bisa bertemu dengannya untuk membahas penampilan. Kenapa aku menyebutnya penampilan? Karena bagiku sejatinya hukuman bersifat menyiksa dan yang aku dapatkan ini justru panggung untuk menghibur orang.

“Baiklah akan kuantar, kebetulan rumahku dekat dengan daerah situ.”

“Tapi sebelumnya temani aku beli minuman dulu, aku haus.” Imbuhku

“Okay” Jawanya dengan sangat singkat, padat dan sangat sangat jelas.

Untungnya setiap kemana-mana aku selalu membaha double helm. Sebelum mengantarkannya aku memutuskan untuk menuju salah satu minimarket. Ketika sampai di minimarket, langsung aku menuju rak minuman dingin untuk mengambil minuman favoritku. Yap sebotol sedang coca-cola dingin merupakan minuman faforitku. Tak lupa aku juga membelikan sebotol air mineral untuk gadis aneh tadi.

Setelah selesai melakukan proses transaksi aku segera menuju tempat duduk yang telah di sediakan. Untungya gadis aneh tersebut peka dengan mencari kursi yang kosong. Aku pun menghampirinya.

“Nih untukmu.” Ucapku seraya menyerahkan sebotol air mineral

“Terima kasih”

‘Cceeesesssshh’

Ahhh sebotol coca-cola dingin merupakan obat paling murajab untuk mengatasi hari yang panas seperti ini.

“Pelan-pelan minumnya dasar rakus.”

Akupun yang mendengar celoteh tersebut segera tertawa.

“Hahahaha kukira gadis aneh sepertimu hanya bisa kasar kepada orang lain, ternyata kau lumayan baik juga.”

“Kalau mau bicara bersihkan dulu bekas soda di mulutmu dan sekali lagi namaku bukan gadis aneh, aku punya nama.”

Kuusap bekas soda yang masih menempel di mulutku. Hmm cukup menarik juga gadis ini.

“Perkenalkan aku Reza Atmaja Kusuma kau bisa memanggilku Reza.” Ucapku sambil mengulurkan tangan

“Laras, lebih tepatnya Sekar Anjaning Larasati.” Dia pun meraih tanganku untuk berjabat tangan.

“Oh oke, jadi langsung saja, Laras apa kau bisa bermain alat musik?”

“Kalau sekedar bermain bisa, tapi kalau maksudmu mengiri sebuah pertunjukan, maaf-maaf saja aku menolak.”

“Hmmm… susah juga yak, kalau begitu apa yang kau bisa?”

“Aku bisa menyanyi, tapi ada sedikit permasalahan.”

“Permasalahan?” tanyaku heran.

“Aku demam pangung parah, dan aku tidak punya uang untuk menyewa studio music.”

“Oh kukira pita suaramu hilang kalau kau menyanyi.”

“Kalau sekedar masalah begitu sih serahkan saja padaku, aku bisa mengatasinya.”

“Enak ae anggonmu ngomong.”

“Hahahaha yo nek gak enak yo di kepenaake wae”


“Ayok balik.”

“ayok.”

Kuantarkan Laras pulang menuju rumahnya. Setelah sampai di rumahnya ku perhatikan rumahnya cenderung sepi dan tidak terawatt. Tapi gaya rumahnya aku suka karena menyerupai rumah-rumah klasik eropa. Apalagi salah satu bangunannya ada yang menghadap ke jalan dengan jendela besar di sana.

‘Ctaaak'

“Aduh… iso gak to usah anggo kekerasan”

“Gak iso… lagian awakmu di undang meneng wae koyo patung.”

“Hahaha ngapurane to, umahmu rodo apik.”

“Jelas, omahe sopo sik.”

“Ras, pamit sik.”

“Yo rono ati-ati ning dalan.”

“Eh sik lali aku…”

“Opo maneh?”

“Jaluk no wa mu”

“Gah ngko keno terror pinjaman online. Ahahahah…”

“Asw igh emang wajahku wajah penipu.”

“Heee rak sopan.”

“Hehehe sorry ras, ndi no mu.

“Nyoh 082x xxxx xxx0, ojo lali kirim pulsa ya.”

“Ogah. Aahahah.”

“Hoo la pancen ngateli.”

“Hahahaha, aku pamit sik ras, Assalamualaikum.”

“Wa’alaikumsalam, ati-ati. Ndang rana bali o.”

“yooo…”


Kupacu motorku pelan dari rumah Laras menuju rumahku. Ya bukan karena aku gak suka ngebut atau bagaimana, tetapi jalanan kali ini sungguh padat. Maklum saja jam makan siang jadi banyak pegawai kantor yang berhamburan mencari makan. Setelah berkutat dengan debu dan macet sampai juga dirumah.

Tumben sekali ini rumah sepi, mana mamah pergi tanpa ngabarin lagi. Bahkan meja makanpun masih kosong dan peralatan dapur masih bersih, itu tandanya mamah belum masak sama sekali. Tapi tumben sekali mamah pergi tanpa bilang-bilang, apa jangan-jangan. Ah, daripada mikir engga-engga lebih baik ku telfon saja lah.

‘Tuuutttt… tuuuttt’

‘Tuuuutttt… tuuuuutt’

‘tut tut tu…’

Hm tumben sekali mamah tengga langsung ngangkat telfonku. Bahkan panggilan tersebut berakhir tanpa diangkat. Kucoba sekali lagi ah.

‘tuuutttt…’

‘ttuuutttt…’

“Hallo sayangghhhh ada apa.?”

“Hallo, mamah dimana?”

“Mamah masih kumpul sama aghhhhh…. teman-teman senam mamah sayangghh.”

“Mamah kenapa? Kok kayanya nahan sesuatu?”

“Engga papah sayang, sayang udah dulu ya, kamu kalau mau makan beli aja, soalnya mamah pulang sorean.”

“Baik mah, mamah hati-hati ya.”

“Iya sayang bye”

‘tut… tut… tut…’

Hmm tumben banget mamah langsung mematikan telfon, ah mungkin saja beliau masih sibuk dan gamau di ganggu. Daripada kena omel mending menyelesaikan projeku saja dan memikirkan penampilan seperti apa yang bakal aku tampilkan.


-Perjalanan masih panjang, awal cerita telah dimulai, yah mungkin ini lah laku hidupku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd