Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cerita Agung yang sederhana atau engga

Paling suka dengan karakter perempuan yang mana? (Boleh pilih 2)

  • Putri

    Votes: 56 60,9%
  • Kak Rani

    Votes: 22 23,9%
  • Sarah

    Votes: 13 14,1%
  • Dinda

    Votes: 31 33,7%

  • Total voters
    92
Chapter VI

Sabtu pagi berangkat.

Beberapa hari setelah bertemu dengan Bagas akhirnya dia mengonfirmasi kalau weekend nanti kami akan liburan di villa. Kami itu: Gue, Bagas, Sarah dan Putri. Gue sendiri agak bingung bagaimana Bagas akhirnya berhasil mendekati Putri yang merupakan perempuan tercantik di kelas kami. Tapi, kemarin Bagas bilang dia butuh waktu 5 semester sampai akhirnya berhasil mendapatkan Putri, gue penasaran dia ngapain aja.

Lokasi villa Bagas dekat pantai terkenal Jawa. Namanya juga orang kaya, biasa kalau punya properti dimana-mana. Biasanya villanya disewakan biasa dan ada penjaganya. Tetapi khusus minggu ini, villanya dipakai oleh Bagas yang beralasan ke orang tuanya untuk refreshing setelah kuliah.

Gue dan Putri udah beberapa kali berkomunikasi lagi dan semakin intens mendekati hari H. Ya, Gue basa-basi lah nanyain soal liburan ini.

Hari H

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Gue dari semalam udah susah tidur membayangkan hari ini. Ah, gue terlalu banyak berharap nih, biasanya kalau terlalu banyak berharap gak kesampaian. Biasanya. Dan maaf-maaf aja nih, saking berharapnya penis gue udah ngaceng banget sambil meluk guling semalam. Duh, ngapain dibahas.

Oke, jadi pagi di weekend ceria ini, gue ke kosan Bagas dulu. Gue jadi supirnya. Karena Sarah juga tinggal di kosan yang sama dengan Bagas, tapi beda kamar, jadi tinggal Putri yang perlu dijembut, eh dijemput.

“Oi, Gas”, sapa gue melihat Bagas sudah bersiap di ruang tengah di depan kamarnya.

“Wuish, udah ready banget ini si bapak”, kata Bagas melihat gue yang hari ini tampil maksimal.

“Lo bilangin ke Sarah dulu dah, dia kalau dandan lama banget”, kata Bagas sambil mengikat tali sepatu.

Gue berjalan menuju kamarnya Sarah, iseng gue langsung buka kamarnya yang ternyata gak dikunci.

“Oi, Sar, dah siap belum?”, tanya gue sambil membuka pintunya.

Terlihat Sarah sedang memoles make up dengan hanya mengenakan celana dalam dan BH.

“Oh, bentar Gung, bentar lagi kelar”, katanya cuek melihat gue terdiam sedang memerhatikan dia yang hanya dibalut dalaman berwarna hitam.

Gue memilih keluar lagi lalu bermain handphone di ruang tengah bersama Bagas.

Setelah Sarah selesai, kami bertiga lalu berangkat untuk menjemput Putri. Dari tadi di chat dia mengaku sudah stand by sih di kosannya.

“Hai, babe!”, sapa Sarah ceria kala melihat Putri keluar dari kosannya.



Duh, Putri. Muka lo makin cantik aja, gemes banget gue sama lo.

“Lo duduk di depan ya, temani pak supir hihi”, kata Sarah kepada Putri.

Tidak ada aura perseturuan diantara mereka padahal mereka sering dibanding-bandingkan soal siapa yang paling cantik di angkatan sama anak-anak. Terus tidak ada aura cemburu sama sekali juga dari Sarah, padahal Putri sudah pernah di ekse sama Bagas. Ya, Bagas sudah mengekse dua cewek tercantik di angkatan, beruntung banget tu orang.

“Oke, Gung, jalan kita, empat jam perjalanan nih”, kata Bagas.

“Siap pak bos!”, kata gue semangat disambut ketawa manis dari Putri.

Selama 5 semester ini tidak ada yang berubah dari Putri. Dia masih sama seperti cewek manis, ramah dari Bali yang pernah berbagi momen sama gue di malam ospek itu. Kalau di kelas, selain terkenal cantik, dia juga dikenal sebagai mahasiswi yang aktif dan pintar. IPK diatas 3,5, aktif ikut kepanitiaan, bahkan semester 5 ini dia tidak pulang ke Bali, tetapi magang di sebuah TV swasta.

Kalau Bagas dan Sarah, mengejutkan sih mereka masih bertahan setelah 5 semester ini. Tapi seperti yang Bagas bilang kalau hubungan mereka adalah hubungan bebas, jadi gue mencoba maklum aja.

Di perjalanan kami saling cerita-cerita soal kuliah. Bagas yang dengan semangat cerita soal gimana gue dulu kerja sampai sakit. Gue gak tahu dimana komedinya, tapi mengingat masa-masa perjuangan itu rasanya lucu aja. Lo bisa ketawa sama masa sakit-sakit lo ketika lo udah mengatasinya. Kami juga bermain games, mendengarkan lagu, sampai 4 jam perjalanan jadi tidak terasa.

Kami sampai di villa Bagas dan disambut oleh penjaga, mas Ari namanya. Setelah membukakan pintu, ia lalu pulang meninggalkan kami berempat.

Sebelumnya Bagas sudah menghubungi mas Ari duluan kalau mau datang. Terus Bagas sebelumnya cerita juga ke gue kalau villa ini biasa juga dipakai sama abang dia buat esek-esek. Kadang mas Ari diajak juga, tapi khusus kali ini mas Ari dilarang ikutan, soalnya kasian Putri haha.

Kami berjalan melihat-lihat villa Bagas. Villanya sangat nyaman dengan Kamar besarnya Cuma ada dua, ada kolam renangnya yang menyatu dengan taman belakang, dapur, teras di depan. Gayanya mirip dengan rumah jawa dengan lantai kayu tetapi dengan interior modern. Villa ini juga dekat dengan pantai dan sebuah club yang merupakan tempat tujuan kami malam ini.

Bagas sudah merencanakan kalau malam ini kami akan ke club itu. Tapi sebelumnya, sore ini kami main di pantai dulu.

“Put, kayak yang udah gue bilang kemarin, lo sekamar sama Agung ya, gue sama Sarah hehe”, kata Bagas.

Gue langsung panas dingin mendengarnya, ‘jangan ngaceng, jangan ngaceng’. Jadi khusus hari ini gue sengaja untuk enggak “engkol sendiri” dulu selama satu minggu. Menabung sperma, istilahnya.

“Oke”, kata Putri dengan manis. Ya ampun, ini anak waktu di kandungan dikasi air gula mulu apa?

Kami berdua lalu masuk kamar. Putri biasa aja, Cuma guenya agak aneh. Gue coba mulai pembicaraan,

“Lo kapan mulai magang Put?”, tanya gue sok santai.

“Hm, minggu depan sih, hari kamis”, jawabnya.

“Ooh”, kata gue.

Kami berdua diam sebentar.

“Eh, yang diceritain Bagas tadi beneran?”, tanya Putri.

“Yang mana? Cerita gue ngelempar air ke muka pelanggan pas jadi waitress? nggaklah”, jawab gue sambil nyengir.

“haha, bukan... soal lo sampai sakit karena kerja dulu”, kata dia pelan, mungkin takut menyinggung gue.

“Hm, itu bener sih, tapi udah lama itu mah hehe”, kata gue.

“ooh”, katanya.

lagi-lagi kami terdiam. Melihatnya manis begitu, gue keceplosan nanya,

“Put, lo masih pacaran sama yang yang dulu?”, tanya gue merujuk pacarnya yang ia ceritakan waktu malam ospek itu.

“hehe, iya Gung”, katanya. Terdengar manis, tapi jantung gue rasanya meledak dengar itu.

“Ooh”, sakit, pak.

“yuk... hm... kita keluar dulu...”, kata gue setelah terdiam juga.

“hm... ngapain ya si Bagas, kuy keluar”, gue mengajak Putri ke ruang tengah keluar kamar dengan gaya canggung.

Putri hanya diam dan menuruti gue, mengikuti gue di belakang.


“Woi Gung! Udah enak belum?”, kata Bagas ngeliat gue keluar bareng Putri.

“Hush”, kata Sarah disebelahnya sambil mencubit lengan Bagas.

“enak apaan?”, tanya Putri sambil tertawa.

Gue hanya memutar bola gue, Putri ini pintar, tapi ya gitu, sering suka sok polos. Tapi gimana lagi, sok polosnya imut sih.

“Kita.... makan siang dulu, udah pada lapar kan hehe”, kata Bagas.

Kami pun mulai makan yang dilanjutkan istirahat sambil nonton TV.

Sore

Sore itu. Pantai pasir putih ini terganggu oleh empat orang anak-anak yang berlarian di pinggirnya. Walaupun suasana agak ramai, kami cuek saja bermain kejar-kejaran. Bermain air dan foto-foto. Rasa stress kami di masa ujian kami curahkan disini. Dari mulai naik banana boat, scuba diving, sampai snorkeling kami coba semua.


Putri terlihat cantik sekali dengan bikini hitam dibalut dengan kain pantai bercorak batik.


Sarah juga cuek saja ketika banyak laki-laki lain memperhatikan dia yang hanya mengenakan bikini seksi berwarna kuning.


Kami lalu mengakhiri sore itu dengan sama-sama memandang sunset. Sarah terlihat bergelayut di lengan Bagas dan menempelkan kepalanya di bahu Bagas. Putri juga. Tanpa merasa canggung dia melakukan hal yang sama ke gue. Kalau orang yang gak tahu, kami terlihat seperti sepasang sejoli yang sedang bahagia-bahagianya.

Gue tersenyum lebar sambil melihat sunset dengan Putri bersender di bahu gue.


Malam

Setelah kami bersih-bersih dan dilanjutkan makan malam kami lanjut ke agenda berikutnya, clubbing! Kegiatan yang akan dilakukan di Bar dekat villa ini memang menjadi agenda utama Bagas. Ia ingin liburan kali ini benar-benar momen kami melepas semua penat kami, terutama gue.

Putri dan Sarah sudah siap dengan pakaian menantang mereka. Mereka berdua sama-sama memakai dress terusan sampai paha tanpa lengan. Putri memakai warna hitam yang kontras dengan warna kulitnya. Anting dan kalung yang ia pakai menambah pancaran elegan dari dirinya. Sarah sebaliknya, dengan belahan yang cukup lebar di dadanya. Sarah seakan memamerkan perkakas besarnya kepada seluruh dunia. Gue dan Bagas terpana sebentar melihat penampilan mereka berdua. Putri dengan sexy innocent-nya dan Sarah dengan wild beast-nya.

“Eh, kok malah bengong, hayuk”, ajak Sarah membuyarkan lamunan kami.

“Oh, iya sar”, jawab gue.

“Btw, kamu cantik banget Put”, ceplos gue untuk kesekian kalinya hari ini.

“Hehe, makasi, Gung”, jawabnya.

“Putri doang nih, gue engga? Gung?”, tanya Sarah sewot.

“Oh, iya Sar lo juga cantik banget”, kata gue.

“Halah maksa, buruan Gas, kita mau ngedance nih”, ajak Sarah sambil mengapit lengan Bagas.


Kami berdua lalu jalan kaki ke clubbing yang jaraknya memang tidak terlalu jauh dari villa dan masih di garis pantai juga. Gue lalu melindungi tubuh terbuka Putri dengan jaket gue. Dia hanya tersenyum dan memegang jaket jeans gue yang menyelimuti bahunya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Bagas kepada Sarah.

Love is in the air tonight

Hentakan musik beat menyambut kami kala sudah berada di kawasan club. Mobil-mobil berjejeran di parkiran menandakan suasana dalam club yang ramai di akhir pekan. Setelah masuk, suara musik semakin keras terdengar.

Getaran untuk bersenang-senang mulai menjalar dari pemandangan orang-orang yang berdansa dan lampu kelap-kelip. DJ memainkan musik elektrik kekinian membuat suasana liar di lantai dansa. Kami langsung menuju table yang kosong dan memesan beberapa minuman. Bagas membayar uang cukup besar agar table tersebut tetap milik kami sampai kami keluar dari club.

Sarah yang sudah tidak sabar ingin berjoget di lantai dansa mengajak kami segera kesana usai kami minum satu gelas. Di tengah suara musik yang cukup keras, Bagas menyuruh gue duluan karena ia masih ingin minum. Gue mengiyakannya dan turun bersama Sarah dan Putri.

Dentuman musik membahana di lantai dansa. Sarah dengan liar langsung menggerakkan badannya sesuai irama musik. Diikuti dengan Putri, gue juga mulai menggerakkan tubuh gue. Ekstasi dari musik rasanya mengalir dalam gerakan kami. Kami menghirup aroma minuman keras dan uap kegundahan secara bersamaan. Semua stress kala ujian, tekanan ketika gue harus kerja rodi dan segala gundah akan masa depan kami keluarkan disini.

Kami awalnya membentuk lingkaran bertiga, sampai akhirnya ada orang lain yang mulai memepet Sarah. Dengan penampilan terbukanya dan goncangan di dadanya tidak perlu waktu lama baginya mendapatkan pasangan joget. Gue sendiri tidak membiarkan orang lain memepet Putri. Dengan sigap gue memosisikan diri dibelakangnya.

Gue lirik ke arah Bagas yang sepertinya masih asyik minum dan tidak peduli dengan Sarah yang kini sudah merapatkan punggungnya dengan bagian depan tubuh lelaki lain. Sarah menggoyang bokongnya mengikuti irama musik memberikan pelayan maksimal kepada tonjolan di selangkangan laki-laki itu.

Sesekali lelaki itu berbisik yang membuat Sarah tertawa geli. Paha Sarah mulai menjadi sasaran berikutnya dan Sarah pun masih cuek saja.

Gue juga nggak mau kalah dengan pasangan baru Sarah. Gue dan Putri kini sudah sama-sama merapatkan tubuh. Tubuh Putri bergoyang lincah dan sesekali bokongnya ia tekankan ke selangkangan gue. Gue mau nggak mau langsung ngaceng digoda seperti itu. Aroma parfum tubuhnya terasa menggairahkan bagi gue.

Dalam cahaya kelap kelip dan didominasi gelap, gue mulai meraba bagian perut Putri. Gue menempelkan hidung gue bergantian di bahu dan lehernya. Putri hanya menggelinjang sedikit dan tertawa akan perlakuan gue. Dari perut berpindah kepinggul Putri yang rasanya pas dengan tangan gue. Putri mendongakkan kepalanya sambil membiarkan lehernya bebas gue kecup.

Musik mulai berganti lebih slow diikuti dengan perubahan dansa para pengunjung. Sarah dan pasangannya mulai berhadap-hadapan sampai akhirnya tiba-tiba Bagas langsung menggeser laki-laki tadi. Melihat badan Bagas yang besar, lelaki langsung minggir.

Mereka berdua lalu terlihat berbicara sebentar dan Sarah tertawa. Bagas langsung melumat bibir Sarah dan mulai bergoyang mengikuti irama slow. Dibawah lampu neon kebiru-biruan, gue dan Putri menatap pemandangan erotis yang ditampilkan oleh Bagas dan Putri. Mereka berdua saling berciuman dengan bergairah seakan menertawakan gue yang masih memeluk Putri dari belakang.

Merasa terpancing, gue memutar tubuh Putri agar saling berhadap-hadapan. Tangannya mengalungi leher gue dengan badannya tegak mengarah ke gue. Dibawah temaram cahaya lampu kecantikan terpancar dari wajah polosnya. Gue tatap dalam matanya sebelum mendaratkan ciuman di bibirnya.

Ciuman pertama gue dengannya sejak kejadian malam ospek itu. Ciuman yang memiliki beban rindu yang dalam. Gue melampiaskan semua keinginan gue untuk bersama Putri yang sudah dipendam sekian lama. Walaupun ia milik orang lain, ciuman ini terasa benar. Rasa ingin memiliki yang tak tertahankan gue jadikan alasan kuat untuk merebutnya dari orang lain, walau hanya satu malam.

Putri menyambut ciuman gue dengan semakin merapatkan badannya. Musik terasa semakin lambat dan gue merasa lantai dansa mulai menyusut dan menelan kami. Terlempar sampai ke dimensi yang hanya ada gue dan Putri. Berciuman dan menyatu selamanya.

Kami mencoba berbagai variasi ciuman. Saling menautkan lidah, mengigit bibir sampai menyesap lidahnya Putri. Cukup lama kami berpagutan, sampai akhirnya pundak gue ditepuk,

“Woy, lama amat ciumannya, keburu sahur”, ternyata Bagas yang menarik gue ke realita.

Musik ternyata sudah berubah menjadi beat lagi. Entah berapa lama gue dan Putri berciuman tadi.

“ Kuy, ke table lagi, haus nih”, katanya. Disebelahnya ada Sarah yang mukanya sudah memerah.

Gue mengiyakan ajakan Bagas dan menarik Putri untuk ikut. Gue lihat Putri hanya menuruti langkah gue dalam diam.


Kami berempat lalu tertawa-tawa di table sambil menegak beberapa botol minuman keras. Gue lihat Sarah sudah cukup tipsy karena dari tadi ia memepet tubuhnya rapat dengan Bagas. Bagas memberikan kode untuk melihat Putri yang sepertinya juga sudah mulai limbung di sebelah gue.

Bagas dengan cueknya mulai berciuman dengan Sarah. Sarah yang liar langsung menerkam selangkangan Bagas dengan tangan kanannya. Gue juga nggak mau kalah dengan menerkam leher jenjang Putri. Kami berempat saling making out di table tersebut.

Tangan Bagas mulai aktif di payudara besar Sarah, sama halnya dengan gue yang sudah mulai menuju pangkal paha Putri. Melihat kondisi yang sudah tidak terkendali, gue mengajak Bagas untuk kembali ke Villa yang kemudian ia setujui.

Sesampainya di villa, Sarah langsung menyerang Bagas dan mereka berdua terjatuh di sofa ruang tamu. Gue yang masih agak sadar mempertimbangkan apakah melakukan hal yang sama dengan mereka atau ekse di kamar saja. Pertimbangan yang langsung ada jawabannya karena Putri sudah berlutut di depan gue.



Dengan telaten ia mulai merogoh selangkangan gue mencoba untuk membangunkan benda tumpul favoritnya. Sesekali ia melihat gue dengan tatapan menggoda dan tersenyum. Ia melolosi celana gue dan langsung mencium dan menghirup tonjolan keras yang masih berselimut celana dalam.

Gue lihat di sofa, Sarah yang hanya memakai bikini sedang duduk diatas tubuh Bagas yang berbaring. Payudaranya yang besar terlihat walaupun gue berdiri di belakang mereka.



Dibawah, Putri menggeser celana dalam gue membuat penis gue terlihat di depan mukanya. Tanpa menggunakan tangan, ia memasukkan penis gue mulutnya.

Awalnya ia hanya memasukkan kepalanya saja. Lalu kemudian ia memajukan mulutnya mencoba menyelimuti seluruh batang gue. Kedua tangannya memegang pantat gue, sedangkan tangan gue ada di kepalanya.

Tangan gue mulai menurunkan tali dress-nya. Ia mengangakat bahunya agar kedua talinya lolos dengan mudah melalui tangannya. Dress-nya jatuh dan memperlihatkan bagian dadanya yang tertutup bra. Tangannya lalu menurunkan celana dalam gue dan melanjutkan servis blow job-nya.

Klok klok klok klok

Terdengar suara kocokan mulutnya di penis gue.

“Ahh, enak put”, lenguh gue sambil memegang kepalanya yang maju mundur.

Sesekali ia memberikan deep throat di penis gue. Lalu melepasnya sambil mengambil nafas lalu lanjut lagi blow job.

“Gue suka kontol lo”, katanya saat mengambil nafas.

Sambil menikmati servis dari Putri, gue melirik Bagas dan Sarah. Sarah kini sudah melepas branya. Saking besarnya payudara Sarah, putingnya terlihat dari belakang. Bagas meremas-remas payudara Sarah yang kenyal.

“Gas, Sarah udah gak tahan nih”, katanya sambil meremas-remas kontol Bagas.

Bagas yang berbaring di sofa hanya menganggukkan kepala dan membiarkan Sarah melepas celananya.

Tanpa blow job atau pelumas, Sarah menenggelamkan vaginanya di penis Bagas.

“Ahhh, Gas, enak banget...”, kata Sarah yang vaginanya masuk tanpa terhambat karena sudah sangat basah.

“Ahh, Gas...”, desahnya lagi sambil naik turun.

Dari belakang terlihat kontol Bagas timbul-tenggelan oleh vagina Sarah. Tangan Sarah berada di dada Bagas agar mengontrol dirinya tidak jatuh.

“Ah ah, Sar, memek lo enak banget”, desah Bagas juga.

Melihat sejoli tersebut sudah penetrasi gue lalu menidurkan tubuh Putri di karpet berbulu. Gue melepas seluruh dress-nya. Gue lalu mencium leher dan turun menjilat payudaranya. Gue turunkan branya agar terlihat putingnya dan mulai menyedot kuat-kuat putingnya.

“Ahh.... Ahh.... Agungg”, katanya sambil merangkul kepala gue yang bermain di putingnya. Saking gemasnya, gue rapatkan kedua payudaranya dan menjilat dan menyedot putingnya bergantian.

mmphh... mmpph...., suara sedotan gue di putingnya

Tangan gue turun kebawah meraba vaginanya untuk mengecek apakah vaginanya sudah basah. Gue berciuman sebentar dengan Putri sampai akhirnya Putri meminta untuk penetrasi.

Gue lolosi celana dalamnya dan Putri melepas branya. Penis gue yang tegang sudah siap di depan vaginanya. Gue lihat sebentar vagina merah miliknya.

“Jangan diliatin aja, Gung”, katanya dengan pipi memerah. Putri sudah sangat horny.

Gue lalu menusukkan penis gue ke vaginan seretnya.

“Ohh...”, teriak gue dan Putri bersamaan.

“Ohhh....”, desah Putri, kepalanya goyang ke kiri dan kanan menahan tusukan dari penis gue.

“Gung, kok gede banget?”, tanya Putri sambil menahan kenikmatan. Tangannya meremas karpet berbulu.

“AAHHH.....”, teriak Putri ketika penis gue mentok di vaginanya.

“Aahhhh....”, desahnya lagi. Kakinya yang mengangkang terlihat lemas dan pasrah dengan penetrasi gue.

“Udah lama Put gak ngerasain meki lo”, kata gue.

“Ohh.....”, Putri hanya bisa mendesah ketika gue menarik penis gue.

“OH!”, teriaknya kala gue menghentak penis gue dalam.

“Oh.. ja.. jangan... kayak... gitu..”, kata Putri ketika gue masih ngegas satu-satu tusukan penis gue.

“Kenapa, put?”, tanya gue cuek sambil masih melakukan hal yang sama.

“Nan... nanti... gue cepet... cepet keluar, Gung.. Ohhh”,

Gue enggak menggubris permintaannya. Masih pelan-pelan memaju-mundurkan penis gue. Gue ingin menikmati seluruh dinding vagina Putri. Setelah puas, gue mulai menaikkan tempo gue dan menyodok-nyodok vagina Putri dengan cepat.

Gue melihat wajahnya yang makin memerah,

“Ah... Ah... enak banget...”, desahnya

“Ah.. ah..., Agungg.... eghhhh”, matanya terpejam dengan keningnya mengernyit, tanda ia menahan sesuatu.

“Jangan ditahan, Put, keluarin aja sayang”, kata gue sambil menggagahinya.

“Ohh.... ohh.. augh.... enak... banget.. Gung”,

“Gu.. gue... mau.. keluar Gung”, katanya lalu ia menggigit bibirnya.

“Ah.. Agungg.... Ah..... Gue keluar, Gung.... Ahhh....”, Teriaknya keenakan mendapatkan orgasme pertamanya.

Tubuhnya mengejang dan lemas seketika setelah mendapatkan orgasme pertamanya. Tungkai kakinya yang mengangkang ikut melemas. Penis gue terasa hangat terkena cairan oragasmenya.

“oh .. ohh... oh.., enak banget Gung”, katanya dengan wajah berseri. Kata orang sih, wajah cewek orgasme itu cakep banget. Itu yang gue rasakan melihat wajah Putri, manis banget.

Di sofa, Sarah juga sudah meraih orgasme pertamanya. Kini, Bagas tengah memompa Sarah dengan gaya doggie style di atas sofa. Gue melihat payudara Sarah yang berayun-ayun rasanya ingin mencaploknya juga.

“Gung, sini”, ajak Bagas.

“Lo di depan sini, biar Putri dan Sarah hadap-hadapan”, instruksi Bagas.

Gue melihat kearah Putri dan ia mengangguk menyetujui skenario Bagas. Gue mengangkat tubuh Putri dan ia tertawa. Tubuhnya yang ringan dengan mudah diangkat dan tangannya bergelayut di leher gue. Dia mencium pipi gue sekali, membuat senyum gue makin lebar.

Kini posisi Putri sudah berhadap-hadapan dengan Sarah. Sarah masih tergoncang-goncang ditusuk oleh Bagas diatas sofa.

“Hai, cantik”, kata Sarah sambil melihat kearah Putri.

Putri lalu membungkukkan badannya di ujung sofa, menyodorkan pantatnya untuk disodok oleh gue.

Sarah dan Putri kini berhadap-hadapan sangat dekat. Sesekali tusukan Bagas membuat kepala Sarah hampir mengenai kepala Putri.

Gue memegang penis gue mengarahkannya ke lubang vagina Sarah yang masih basah.

“Ah.....”, desah Putri saat penis gue menyodok vaginanya.

“hmmphhh”, terdengar suara Putri seakan menekan sesuatu.

Seketika itu juga penis gue terasa disedot oleh vaginanya.

“wow, abis ngapain lo Put”, tanya gue.

“hehe nikmatin aja, Gung”, jawab Putri.

“Dia... habis.... ngetatin memeknya....”, jawab Sarah yang masih ditusuk oleh Bagas.

“Nih... Sarah... juga bisa....”, kata Sarah tidak mau kalah.

“Ohhhhhh, mantap memekmu sayang”, kata Bagas.

“Ah.... oh.....”

“Ah... oh.... ah....”

“enak banget.. ohhh... Agunggg”

“enak banget tusukanmu sayang, oh......”

Suara senggama dua pasangan ini menggema di ruang tengah villa ini. Sesekali Sarah berani memajukan wajahnya agar mencium Putri. Putri menyambut ciuman tersebut dengan bergairah.

“Wohoooo, cium terus sayang”, kata Bagas semangat makin kuat menekan penisnya.

Gue juga makin terangsang melihat adegan ciuman Putri dan Sarah. Ditambah payudara Sarah yang memantul.

“Sar.... gue mau keluar nih....”, kata Bagas, tusukannya mulai melemah

“Iya sayang, keluarin aja di dalam... mmph....”

Bagas lalu teriak keenakan setelah menyemburkan spermanya di dalam rahim Sarah.

Goyangan badan Sarah terhenti setelah menerima sperma Bagas. Badannya juga ikut lemas setelah dihajar Bagas. Tapi ia masih dalam posisi doggie style.

“Put, gue mau keluar nih”, kata gue berbisik di telinganya.

“i.. iya Gung, oh.... jangan di dalam ya...”, katanya.

Gue membalikkan badannya, membuat ia menyender di tepi sofa. Wajahnya yang kini berada dibawah Sarah langsung dilumat oleh bibir Sarah secara terbalik. Gue memasukkan kembali penis gue di vagina Putri dan mengocoknya dengan kecepatan tinggi.

Puting Putri yang mengacung karena sangat terangsang gue lumat bergantian.

“Oh...mmphhhh, mmph....”, desahan Putri tertutup oleh pagutan liar dari Sarah.

“Ohhhh.... Put.... meki lo juara”, kata gue semakin bernafsu.

“Ohh.... Oh......”, teriak gue ketika di puncak.

Gue lepas penis gue dengan cepat dan memuncratkannya di tubuh Putri. Karena sangat banyak tabungan sperma gue, beberapa bahkan muncrat sampai ke wajah Putri dan Sarah.

Gue serasa terbang tinggi ketika orgasme tadi. Penis gue masih mengeluarkan sisa-sisa sperma yang jatuh di paha Putri. Kaki gue ikut lemas karena orgasme tadi.

“Sar, bersihin pejunya Agung, gih”, perintah Bagas yang baru melepas penisnya dari vagina Sarah.

Sarah menuruti perintah Bagas dan melepas pagutannya dengan Putri. Ia lalu berlutut di depan gue sambil menjulurkan lidahnya menjilat ujung kepala penis gue. Putri juga ikut berlutut di depan gue dan mengumpulkan sperma di perut dan dadanya. Ia melihat ke arah gue dan meminum sisa-sisa sperma yang sudah ia tampung di tangannya.

Bagaikan di surga, kedua wanita tercantik di jurusan gue ini bergiliran membersihkan sperma di penis gue. Sesekali mereka meremas-remas bola gue dan mengecupnya.

Gue hanya bisa tersenyum sumringah dan keenakan sambil memegang dua kepala gadis ini. Bagas mengacungkan jempol ke gue dan gue membalasnya dengan mantap.









Episode selanjutnya adalah season finale
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd