09.00 malam Idan keluar dari ruang kerjanya, setelah pertengkarannya sore tadi ia memilih masuk kedalam ruang kerjanya untuk menenangkan dirinya sendiri. Ucapan istrinya yang meminta selesai itu sungguh menganggu pikirannya.
Idan berjalan masuk ke kamar, ia melihat istrinya masih berbaring di atas kasurnya dengan kondisi yang sangat kacau. Asya meringkuk memeluk dirinya sendiri, Idan hanya melihat punggungnya sekilas dan pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai dengan kegiatannya Idan keluar dengan menggosok rambutnya yg basah, ia sengaja mencuci rambutnya malam malam berharap sakit dikepalanya berkurang. Sejak tadi siang sakit dikepalanya itu benar benar menganggunya.
Idan mengambil ponselnya dan memesan makanan, meskipun istrinya marah padanya tapi ia juga sadar kalo mereka berdua tetap harus makan. Setelah pertengkaran sore tadi Asya hanya menangis di kamar, sesekali berteriak melampiaskan sesak didadanya. Idan bisa mendengarnya di dalam ruang kerja, tak ingin membuat masalah semakin rumit ia biarkan saja seperti itu hingga Asya lelah dan tertidur.
15 menit kemudian pesanan pun sampai, Idan turun untuk mengambilnya. Ia sengaja memesan sushi kesukaan istrinya, agar Asya mau memakannya.
"syaaa, sayang bangun"
Idan menggoyangkan tubuh istrinya agar terbangun dari tidurnya, ia juga sudah membawa makanan beserta minumannya kedalam kamar mereka. Asya menggeliat dan langsung menatap sinis pada suaminya, Idan yg melihat itupun hanya tersenyum seadanya.
"makan dulu, abis itu kita ngobrol oke"
Idan menarik istrinya dari tempat tidur dan mengajaknya duduk di bawah dengan meja kecil yang sudah di penuhi makanan. Idan menyalakan tv agar suasana tak terlalu hening, dilihatnya Asya yang terus memerhatikannya sejak tadi.
Mereka kini duduk berhadapan, Idan memberikan sumpit untuk istrinya tapi Asya hanya diam. Ia enggan untuk mengambil apapun didepannya, perasaannya sekarang membuat semuanya tak berselera. Asya mengalihkan pandangannya hanya kearah Tv yg menyala.
Idan yang melihat perubahan mood istrinyapun tak tinggal diam, ia mencoba menyuapi Asya meskipun istrinya itu susah sekali untuk membuka mulutnya.
"makan dululah Syaa, nanti kita bahas lagi" ucap Idan yang sudah berkali kali ditolak suapannya.
"aku gamau makan! aku mau kita selesai!" balas Asya dengan ketusnya
Idan menghela nafas Asya memang keras kepala, menggeser meja kecil yg ada dihadapannya lalu menarik istrinya agar kembali berhadapan. Idan menatap istrinya lalu tersenyum.
"kamu yakin sama kemauan kamu itu? gamau denger apapun dari aku?"
Asya mengangguk tanpa keraguan sama sekali. Idan membuka ponselnya dan menelfon sekertarisnya saat itu juga dihadapan Asya dengan mode loadspeaker.
"halo pak ada yg bisa nayra bantu?"
"to the point aja nay, kamu ngirim apa ke istri saya?"
"upss, istrinya ngadu pa? apa minta pisah? lebih bagus opsi kedua sih hihi. cuman ngirim foto bapa tiduran di paha saya saja kok"
Mendengar jawaban di sebrang sana membuat Asya melotot tak percaya, jadi ini jebakan? atau bagaimana?! Sialan!.
"kapan saya tiduran di paha kamu?" tanya Idan lagi
"tadi siang waktu bapa bilang jangan ada yang masuk keruangan, pas saya cek Pak Idan lagi tidur jd saya manfaatin aja momennya lagian bapa juga ga keganggu sama sekali. Mmmm keliatannya bapa kecapean, gadiurus ya sama istri bapa itu? mending sama Nayra aja Idan pasti aku urus tiap hari deh"
"hm menarik, apa yang bisa kamu kasih kesaya kalo gitu?
Asya yang mendengar pertanyaan Idan langsung memalingkan wajahnya, ia tak mau menatap wajah suaminya sekarang.
"aku bisa ngasih semuanya buat kamu Idan, apalagi kalo kamu pisah sama istri kamu itu aku rela gantiinya, aku juga rela kamu apain aja yg penting kamu seneng"
"wow really?"
Jawab Idan antusias sambil melirik kearah istrinya yg masih membuang muka kearah Tv.
"iya serius idan! mm sekarang kamu dimana? jadi bener kamu ribut sama istri kamu itu?"
"Asya namanya Nay"
"aku gapeduli soal itu, sekarang kamu dimana? jangan checkin hotel! ke apart aku aja gapapa"
Idan menggeleng tak percaya dengan tingkah sekertarisnya itu, Idan sudah tau perihal sekertarisnya itu menyukainya tapi ia abaikan karna dipikirnya takkan mungkin sejauh ini apalagi Nayra tau kalo ia sudah beristri, tapi ternyata dugaannya salah. Nayra benar benar nekat mendapatkannya.
"Nay, bisa ga gausah jadi orang ke3? kamu bisa cari yg lain yang belum punya pasangankan. Kamu tega nyakitin perempuan lain buat kesenangan kamu sendiri?"
Mendengar ucapan suaminya, Asya kembali menatap wajah Idan dan dibalas dengan senyuman tulus.
"aku gangerasa jadi orang ke 3 tuh lagian istri kamu aja yang bego mau aja dibodohin, dapetin kamu itu gagampang Idan jd sensasinya lebih menantang kan apalagi punya orang hahaha. Lagian Idan, apa yg kamu harepin dari istri kamu itu? dia tuh gada apa apanya dibanding aku"
"iya Asya gada apa apanya dibanding kamu, tapi dia lebih terhormat karna gaberusaha ngerusak hubungan orang lain. Dahlah Nay aku gamau ada masalah, tolong buang perasaan kamu itu. Itu bukan cinta Nay tapi obsesi gila"
Idan langsung mematikan ponselnya saat itu juga tanpa menunggu jawaban dari Nayra. Dengan keberaniannya Idan mendekatkan dirinya pada Asya, mengamit kedua tangan istrinya dan menciumnya berkali kali.
"maaf , aku gatau kalo dia masuk ke ruangan yang. Aku beneran gamacem macem sya, kamu denger sendirikan tadi?"
Asya termenung mengingat ucapannya tadi sore pada suaminya, semuanya seolah berputar di kepalanya. Ia menyesal? jelas. Tapi apa gunannya? Asya hanya bisa menatap suaminya yg kini terus meminta maaf padanya.
"Asya masih marah ya? gapapa kok kalo masih marah, tapi sekarang makan ya? kita kan belum makan malem yakann?" ucap Idan dengan penuh kelembutan
Asya mengangguk mengiyakan, entah kenapa lidahnya kelu untuk mengucapkan kata apapun. Padahal ia ingin sekali meminta maaf pada Idan karna ucapannya. Mereka pun makan tanpa pembicaraan, sesekali saling bertatapan dan tersenyum canggung.