Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

oke, next. chapter berikut bisa kalian abaikan, bisa dibaca gabung dengan chapter sebelumnya.

Sebenarnya chapter berikut jadi satu bagian dengan chapter sebelumnya. Berhubung ada kendala teknis (copy pastenya gak pas :groa: ) dengan terpaksa pai pisah menjadi satu chapter baru. dengan konsekuensi, chapter berikutnya terancam tidak bisa maksimal pengembangannya.

pada chapter berikut, ada bagian tertentu yang pai paksakan masuk sebagai lanjutan dari chapter sebelumnya, sedangkan bagian lain beda pov. murni hanya improvisasi saja. gak ada salahnya kan mencoba? kalau kalian merasa nyaman, terima kasih. kalau gak nyaman, abaikan saja hehehe :pandajahat:
 
"Ahh! Aah!"
"Oooh! Oooh!"
"Mmmh.. mhh..."
"Oooh! Oooh! Jaay!"
"Liz.. ooh... ohhh"

Dua tubuh telanjang bergulat di atas ranjang, saling mencumbu dalam birahi yang purba. Peluh yang membasahi tubuh mereka membuatnya berkilat-kilat ditimpa cahaya lampu yang temaram.

Wajah Liz yang cantik tampak merona merah, matanya setengah terpejam, sementara bibirnya yang tipis mendesis menikmati setiap cumbuan yang diberikan.

Sang lelaki melumat bibir tipis itu sembari memompa pinggulnya dengan penuh gairah. Penisnya menghujam vagina Liz yang sempit –benar benar sempit- membuatku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

"Ummh Liiz.. aku udah mau keluarr.."
"Tahan Jay.. aku juga sudah mau.. Oooh!"

Sesaat kemudian aku merasakan ada sesuatu yang hendak meledak. Seluruh otot tubuh Jay bergerak di luar kendalinya.

"Oooh!" Jay berteriak.
"Aaaaah Jaaay! Aku keluar!" Liz berteriak keras, sesaat kemudian tubuhnya bergetar hebat.
"Lizz ughh.. I love you!
"I Love you, Jaay! Aakh!
"Aaaaah!"
"Mmmh!"
"Mmmh!"

Jay melumat bibir Liz sesaat sebelum tubuhnya mengejang. Liz memeluk erat-erat, mencakar punggungnya. Tubuh mereka menggelinjang, bergerak liar dalam ritme yang tak dapat dibayangkan manusia.

"Hah.. h.. h.."

Kemudian, hanya ada keheningan diselingi desah nafas yang tersenggal.


Chapter 12 : Bunga-bunga bermekaran


Paidi menutup aplikasi media player di komputernya. Dia merasa cukup banyak belajar dari video yang baru saja dia lihat. "Hmmm bisa buat praktik nih. Lumayan buat peningkatan kualitas, ehh, daya tahan hehehe". Begitulah tekad, atau mungkin ambisi Paidi setelah perjakanya resmi dirampas Indri.

Ketidakmampuannya untuk bertahan lebih lama, walaupun cepat juga bangunnya, membuatnya tertantang untuk mempelajari teknik-teknik apa yang harus dia gunakan untuk memperpanjang masa keperkasaan burungnya dihadapan Indri. Memang, malam itu mereka masih bercinta dua kali lagi, tetapi jangka waktunya juga gak beda jauh dengan peristiwa pertama, Gak sampe satu menit!

Memang sih, Indri telah berkali-kali menyatakan, cintanya gak akan berkurang sedikitpun hanya karena ketidakmampuannya bercinta lama-lama, tetapi lelaki mana sih yang tidak jatuh harga dirinya, jika kemampuannya setingkat Peltu? Karena itulah Paidi bertekad. Dia akan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Melatih diri agar kemampuannya menjadi lebih baik. Tanpa obat tentunya. "Lagian obat kan gak gratis....Ayolah, kantongku lagi krisis nih"

"Ndri, lihatlah hasil pertapaanku. Teknik baruku pasti akan membuatmu klepek-klepek" gumam Paidi sambil cengar-cengir gak jelas.


-o0o-​


Keesokan harinya...

Taman kampus sore itu tampak ramai. Banyak muda mudi, umumnya mahasiswa, berada di sana. Entah untuk berdiskusi, beristirahat melepas penat setelah kelas selesai, mengerjakan tugas, memainkan laptop, ataupun hanya sekedar ngobrol ngalor ngidul gak jelas.

Diantara puluhan manusia, mungkin ratusan, tampak dua muda mudi sedang duduk berdampingan, memandang luas lapangan universitas yang masih tampak gersang.

"Ndri"
" Ya mas?"
"Mmuach" dikecupnya kepala Indri ringan.
"Iiih apaan sih. Malu tau" kepalan tangan mendarat begitu saja di pipi sang pria
"Auww... sakit yang"
"Ah masak?" Indri pura-pura panik
"Mana yang sakit? Mana yang sakit"
"Nih" ditunjukkan pipinya yang sedikit memerah kepada Indri
"Oooo... Sakit ya mas Paidi?"
"Nih Indri tambahin. Dasar mesum tak tau diri" Dipukulnya lagi pipi itu
"WATHIAUWWW! Sakiiiit! awas ya, aku balas nih"

Dalam sekejap Paidi sudah memeluk dan menggelitiki Indri.

"Hahahaha udah... udah... geli mas..." Indri tertawa geli
"Ampuun mas... sudah... cukup... hahaha... sudaaaah..."
"Hayo... Tobat gak! Kalo gak tak cium lho"
"Hahaha iya... tobat... tapi... dicium juga boleh"
"Mmuach" Paidi mencium pipi Indri...

"Eit... bedua mesum ya. Di tempat umum lagi" seseorang, eh... dua orang tiba-tiba muncul
"Eh dasar setan. Gak ada hujan gak ada angin, tau-tau nongol" Paidi terkejut
"Iya nih mpok. Ngageti ae" kata Indri genit
"Yaelah, kita lho gak sembunyi-sembunyi kok datangnya" sahut Vero
"Lagian situ sendiri yang terlalu asyik pacarannya" tambah Niko
"Ya gitu kasi salam dulu lah. Asalamualaikum kek, permisi kek, Spada kek" kata Paidi
"Iya iya mbah...lain kali kita akan teriak-teriak pake loud speaker deh kalo mau dateng" sahut sang lelaki
"Eh lagian bisa-bisanya kalian nemuin kita di sini Ver?" kata Indri
"Iya nih. Bisa-bisanya Niko dan Vero gangguin orang pacaran" sungut Paidi
"Hahahaha mbaah... mbah. Gimana gak ketahuan. Bajumu itu lho, ngejrengnya ketahuan meski dari jarak sekilo sekalipun" Niko ketawa

Mereka bercanda bersama, hingga beberapa saat kemudian, muncullah seorang laki-laki, teman mereka juga.

"Hai Pai, Nik. Lapo kowe?" Seseorang kemudian datang dan menyalami mereka berempat.
"Hai Rud, iki lho ngancani bakul kartu telpon gelap sing dagangane mulai gak payu gara-gara usum hape digawe jem-jeman karo miskol-miskolan" ucap Paidi
(Hai Rud, ini lho nemani penjual kartu telepon gelap yang dagangannya mulai gak laku gara-gara musim hape dibuat jamming sama miscall)
"Ngaco lu Pai. Itu bisnis sampingan tau" balas Niko
"Hahaha dasar bakul pulsa karo bakul bokep homo gak payu lagi kelonan disakseni pacare dewe-dewe" Rudi tertawa
(Hahaha dasar penjual pulsa sama penjual bokep homo gak laku sedang kelon disaksikan pacarnya sendiri)
"Woooo dasar biang gosip. Lho mana Reni?" tanya Paidi
"Noh si nyonya meneer sik tuku cilok. Paling maringono teko" jawab Rudi sambil menunjuk ke arah penjual cilok
(Noh si nyonya meneer masih beli cilok. Mungkin sebentar lagi datang)
"Ati-ati Rud, jangan kelamaan, ntar kesambet ama yang jual cilok, nyonya lu"
"Gak kirane, lha wong peletku sik mandi e"
(Gak mungkin, lha orang peletku masih mempan kok)
"Hahaha dasar dukun cabul lu Rud" celetuk Niko

Sementara para pria sedang bercanda bersama, para wanita sedang ngerumpi. Entah apa yang mereka bicarakan, hingga beberapa saat kemudian, Reni bergabung melengkapi mereka berenam. Akhirnya, mereka berenam berkumpul bersama. Menghabiskan waktu dengan bercanda. Sampai petang hari tiba.

"Mas, maem dulu yuk. Indri lapar nih" ajak Indri setelah Niko, Vero, Rudi dan Reni pergi
"Emang Indri mau maem apa?"
"Terserah mas Pai aja deh. Sebagai istri Indri nurut aja" jawab Indri manja
"Emmm kalo gitu Indri masakin buatku ya" balas Paidi genit
"Oke deh... tapi, mana dulu duit belanjanya" balas Indri tak kalah genit
"Ya... kalo itu mah.... Ngutang dulu deh. Kapan-kapan tak bayar"
"Yee... Suami kok kere" dimonyongkan bibir Indri
"Biarin, yang penting istrinya pinter masak"

Paidi mengecup ringan bibir Indri. Tentu Indri kaget, namun kemudian yang punya bibir tersenyum manis... maniiis sekali

Paidi memeluk punggung Indri, mesra..

"Ndri, aku... "

"Suit suit... yang lagi pacaran reeeek" tiba-tiba gerombolan geng KK21 muncul di depan pasangan itu.
"Ngajak-ngajak napa" sahut yang lain
"Yuhuuu...neng cantiiik...godain kita kek" sahut yang lain lagi
"Di, traktirane endi ker" sahut yang lainnya lagi
(Di, traktirannya mana rek)
"Woooo... Kirik* kabeh! Gak ngenaki uwong gendhakan ae" umpat Paidi sambil berlagak seperti mau memukul mereka
(Woooo... anjing semua! Ganggu orang berkencan saja)
"Jiakakakakak" mereka tertawa sambil berlalu
"Hahahaha mereka ada-ada saja" Indri tertawa lepas. Dia terhibur oleh candaan anak-anak geng KK21

Sepertinya Indri menyukai keberadaan teman-teman KK21 dan celetukannya yang huuuh itu.

Ah nasib baik rupanya tidak berada di pihak Paidi. acara kencannya hancur berantakan hari ini. Dari peristiwa Niko-Vero plus Rudi-Reni nimbrung, hingga gangguan dari anak-anak KK21 yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

"Mas" kata Indri kemudian
"Ya dek" sambut Paidi sok manis
"Jadi gak makannya?"

kirik, arti harfiahnya adalah anak anjing. Tetapi sebagian besar orang malang menyebutnya sebagai anjing, bukan lagi anak anjing. Sedangkan asu yang secara harfiah berarti anjing, jarang sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari
 
Si pai kentang,, pd kro ayas :D :D

Update.nya dikit amat mas pai :Peace:
 
semoga tititnya mas pai berubah jadi burung yg sesungguhnya agar tdk mengecewakan mbak indri
 
Terakhir diubah:
iya om. Yang ini cuma lanjutan dari chapter sebelumnya. Gak menarik ya? :sendirian:

Bukan gak menarik..

Cman gimna ya jelasinnya
Kyk lgi makan burger tpi gk ad dagingnya :sendirian:
#perumpaan yg ngawurr =))=))=))

Ad yg kurang lah intinya :pandaketawa:

:ngacir::ngacir:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd