Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

Kl di madura Paidi poligami, disunat lg ma mertuanya pk celurit.. Wkwkwkwk

...
.... eh gitu ya ... perasaan tuh ada kyai dari madura yg punya istri sembilan ... ??? ... berarti habis dong tuh di sunat ampai 9 kali ... hihihi ... piss suhu
 
Ehem eheem...

Penghibur buat pendukung indri.

Sebetulnya kemarin maunya pai bikin indri gagal berangkat ke masalembu. Sudah sampai kantor di sumenep, mau masuk, dengan lebay bombay pai ngejar indri. Sehingga indri gak punya hati untuk meninggalkan pai sendirian. Terus mereka berdua balik ke malang, ketemuan sama novi, bilang yang sebenarnya.

Awalnya novi gak terima. Nangis meraung raung kayak serigala kelaparan. Setelah didekati indri, dirayu rayu sampe bengkak bibirnya, akhirnya novi mau menerima keadaan. Akhirnya novi dan indri mau berbagi cinta denganku.

Nah, masalahnya, pas ngetik ada pengawasan ketat dari "satpol pp" di belakang. Dia bilang "awas jangan macam macam! Gak di rumah, di kantor, di mana saja termasuk di dunia maya!"

Akhirnya jadinya ya gitu itu deh hehehe. :pandajahat:
 
Nah, masalahnya, pas ngetik ada pengawasan ketat dari "satpol pp" di belakang. Dia bilang "awas jangan macam macam! Gak di rumah, di kantor, di mana saja termasuk di dunia maya!"

Akhirnya jadinya ya gitu itu deh hehehe. :pandajahat:

pukpukpuk pak she.ora popo aku WS puas kok :D
 
Ehem eheem...

Penghibur buat pendukung indri.

Sebetulnya kemarin maunya pai bikin indri gagal berangkat ke masalembu. Sudah sampai kantor di sumenep, mau masuk, dengan lebay bombay pai ngejar indri. Sehingga indri gak punya hati untuk meninggalkan pai sendirian. Terus mereka berdua balik ke malang, ketemuan sama novi, bilang yang sebenarnya.

Awalnya novi gak terima. Nangis meraung raung kayak serigala kelaparan. Setelah didekati indri, dirayu rayu sampe bengkak bibirnya, akhirnya novi mau menerima keadaan. Akhirnya novi dan indri mau berbagi cinta denganku.

Nah, masalahnya, pas ngetik ada pengawasan ketat dari "satpol pp" di belakang. Dia bilang "awas jangan macam macam! Gak di rumah, di kantor, di mana saja termasuk di dunia maya!"

Akhirnya jadinya ya gitu itu deh hehehe. :pandajahat:
...
... makasih suhu pai ...
...
... ini ane anggep sebagai part penutupnya .... hahaha ... ( maksa banget ya ) bukan apa apa sebagai sarana hiburan ane memang gak suka sad ending dan baper di akhir cerita , ane juga setuju ma suhu ichi lha di RL aja kita ngejar2 kebahagiaan kok , masa menghayal aja malah yg sedih sedih ...pisss suhu pai

btw ... ternyata suhu pai anggota" gank IS2TI " sejati ya ... gak nyangka suhu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ehem eheem...

Penghibur buat pendukung indri.

Sebetulnya kemarin maunya pai bikin indri gagal berangkat ke masalembu. Sudah sampai kantor di sumenep, mau masuk, dengan lebay bombay pai ngejar indri. Sehingga indri gak punya hati untuk meninggalkan pai sendirian. Terus mereka berdua balik ke malang, ketemuan sama novi, bilang yang sebenarnya.

Awalnya novi gak terima. Nangis meraung raung kayak serigala kelaparan. Setelah didekati indri, dirayu rayu sampe bengkak bibirnya, akhirnya novi mau menerima keadaan. Akhirnya novi dan indri mau berbagi cinta denganku.

Nah, masalahnya, pas ngetik ada pengawasan ketat dari "satpol pp" di belakang. Dia bilang "awas jangan macam macam! Gak di rumah, di kantor, di mana saja termasuk di dunia maya!"

Akhirnya jadinya ya gitu itu deh hehehe. :pandajahat:

Satpol pp nya bikin ngeri yo cak
 
Ehem eheem...

Penghibur buat pendukung indri.

Sebetulnya kemarin maunya pai bikin indri gagal berangkat ke masalembu. Sudah sampai kantor di sumenep, mau masuk, dengan lebay bombay pai ngejar indri. Sehingga indri gak punya hati untuk meninggalkan pai sendirian. Terus mereka berdua balik ke malang, ketemuan sama novi, bilang yang sebenarnya.

Awalnya novi gak terima. Nangis meraung raung kayak serigala kelaparan. Setelah didekati indri, dirayu rayu sampe bengkak bibirnya, akhirnya novi mau menerima keadaan. Akhirnya novi dan indri mau berbagi cinta denganku.

Nah, masalahnya, pas ngetik ada pengawasan ketat dari "satpol pp" di belakang. Dia bilang "awas jangan macam macam! Gak di rumah, di kantor, di mana saja termasuk di dunia maya!"

Akhirnya jadinya ya gitu itu deh hehehe. :pandajahat:

Ane dukung tuh satpol pp'nya suhu Pai..:tepuktang

Lagian kalo gitu mah kaya film India endingnya suhu...:Peace:
 
alhamdulillah, dg novi juga happy endingnya,,, semoga menjadi keluarga samara mas pai... behahahaha
grp otw.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Episode kali ini menceritakan sekelumit kisah di hari pertama pernikahan Paidi dan Novi.

Ayolaah, siapa pula yang ingin membaca cerita detail bagaimana aku masuk ke KUA terus berjabat tangan dengan petugas di sana, mudin, dan calon mertua. berbincang sebentar sebelum memulai ijab qobul.

Siapa pula yang ingin membaca detail bagaimana aku memasuki kuade (atau apapun istilahnya) bersama dengan Novi, orang tua dan mertua. duduk bersama bagaikan raja. "Menikmati" pemandangan indah: orang makan dengan lahapnya, dan minum es buah yang segar, sedangkan kita yang duduk di atas gak bisa melakukan itu semua. Ngiler booossss!

Yang akan kuceritakan ya pasti malam pertamanya lah. bagaimana paidi dan novi bla.... bla.... bla.... bla....

Tapi maaf, mungkin ssnya gak akan menggelegar seperti yang om-om imajinasikan :pandaketawa:

Jadi, tunggu apa lagi... Here we go. Epilog 1: After married
 
Bimabet
Epilog 1 : After Married


“Saya terima nikahnya Prastika Novita Ayu Putri Dewi Binti Akhmad Soleh Prasteya dengan mas kawin tersebut tuu..nai”
“Bagaimana saksi, sah?”
“Saaah” koor seluruh undangan antusias mengesahkan pernikahanku dengan Novi. Rasa lega terpancar jelas dari wajahku.

Hari ini, setahun setelah aku wisuda, setelah seluruh perjuanganku, pelepasanku terhadap masa lalu, akhirnya aku melepaskan statusku sebagai perjaka. Disaksikan puluhan warga setempat, penghulu, dengan Papa Novi sendiri sebagai walinya, aku mempersunting Novi. Dalam setahun perjalananku dengannya, kami juga mengalami pasang surut hubungan. Ada saat-saat Novi atau aku marahan, ada pula saat kami mesra, terkadang Novi pun cemburu ketika aku melihat gadis-gadis cantik yang berseliweran di jalan, dan yang terberat adalah saat kami menjalani LDR. Membayangkan tak bertemu dengannya, membuat batinku tersiksa. Untungnya hanya beberapa bulan, lamaranku bekerja di perusahaan papa Novi diterima. Kami pun menjadi dekat kembali.

Namun justru dengan bekerja di perusahaan papa Novi itulah ujianku yang sebenarnya. Aku dituntut untuk bisa sempurna. Dalam segala hal. Dari sesuatu yang penting, sampai hal yang sepele sekalipun. Dari sanalah Om Soleh, dengan bijak menilai diriku dengan sebenarnya. Dan hasilnya adalah hari ini, aku berada di sini, melaksanakan -bukan mengikuti- prosesi ijab kabul dengan beliau.

Sehari ini acara padat sekali, maklum pernikahan pengusaha. Dan itu cukup menguras energi. Bayangkan, setelah pagi ijab qobul, siang-sore resepsi di gedung pertemuan, malamnya masih harus melayani tamu yang hadir di rumah pengantin.

Dan akhirnya saat yang dinantikan tiba.

Setelah lelah menghadiri acara tetek bengek yang super duper padat itu, sekarang tiba saatnya melakukan ritual dengan pasangan yang sah hehehe.


Baju pengantin telah
Kutanggalkan dini hari
Jenuh awan nan kelabu
Berakhir di ujung hujan

Setelah Sholat, aku berjalan tenang ke ranjang. Ku duduk di samping Novi yang telah menungguku. Direngkuhnya tanganku, kemudian dicium dengan penuh pengabdian.

“Assalamu’alaikum adek”
“Wa’alaikum Salam mas”

Kutatap kedua bola mata indah itu, tampak bercahaya. Kukecup mesra keningnya. Kupanjatkan doa sembari mengecup kening istriku. Semoga Tuhan memberkahi dan menjaga keutuhan rumah tangga kami, dan semoga anak kami menjadi anak yang soleh dan solihah.

Perlahan kulepaskan kecupanku. Kutatap wajah ayu nan cerah dengan pipi merah merona di depanku.

Novi tersenyum, manis...

Aku bersyukur bisa mendapatkan wanita seindah ini. Wanita inilah yang mengangkatku dari jurang keterpurukan. Wanita inilah yang membangunkanku dari mimpi buruk. Mengubahnya menjadi kenyataan yang indah. Wanita inilah yang menghidupkan kembali harapan yang telah mati.

“Kau sudah siap, sayang?”
“Kapan pun kau mau, suamiku” Novi tersenyum

Senyum itu. Aah... aku tak lagi dapat mendeskripsikan. Inilah kesempurnaan. Ciptaan Tuhan yang telah dipersiapkan untukku.


Dalam pelukan ku terjaga
Tersentuh benih harapan
Kembali bersinar
Cakrawala kehidupan ini​


Perlahan kudekatkan wajahku kepadanya. Bibir kami bertemu, saling meraba, saling melumat. Tangan kami saling memeluk punggung pasangannya, tak ingin kehilangan.

Kubuka satu per satu kancing baju yang dipakainya. Kulepas dan kulipat dengan rapi, kutempatkan di sudut kasur. Demikian pula dengannya. Dengan sabar Novi membuka kaus yang kukenakan, lanjut ke celana sekaligus dalamnya.

Sekali lagi kupandang takjup keindahan tubuh telanjang bak bidadari di hadapanku. Segala parameter kecantikan yang sering didengung-dengungkan para pria tukang gosip seolah lenyap begitu saja. Semuanya tampak indah belaka.

“Nov”
“Ya Mas”
“A.. aku”

Aaaargh kenapa pula aku gugup

“Mas kenapa?”
“Eh enggak. Gak jadi” pipiku memerah
“Eeh? Beneran gak jadi? Novi udah siap nih” senyumnya menggoda

Sumpah, walaupun sudah berkali-kali kulihat tubuhnya, tak terhitung berapa kali kujamah tubuhnya, tetap saja malam pertama rasanya berbeda. Aku merasa gugup sekarang.

“Nov”
“Ya Mas?” matanya mengerling nakal.
“Bo..boleh?” dengan ragu aku menunjuk tubuhnya.
“Hihihihi mas kenapa sih?” Haduuuh kenapa sih ngetawain aku Nov?
“G.. gak papa?” tuh kan, tambah gugup jadinya
“Bilang aja napa? Apa maunya masku tersayang?” aduuuh senyumnya itu lho. Semakin menjatuhkan ku
“Eh... enggak kok. Cuma mau tanya. Itu sudah boleh disentuh apa belum?”
“Hihihihi buat suamiku, apa yang enggak sih” godanya, bikin aku jadi klepek-klepek
“Beb..bener ya?”
“Gak jadi ah” eit... kok badannya ditutupin selimut sih?
“Aaah Nov, kok ditutup sih?”
“Hehehe” Novi mengerling nakal


Desah angin pagi
Menambah hangatku berkawan alam
Kini telah kujumpa
Air sejuk pelepas haus dahaga​


-o0o-​


Malam semakin larut. Di dalam kamar pengantin, aku sedang bercumbu dengan sang dewi yang tadi pagi kupersunting. Inilah malam pertamaku.

Jujur aku bukanlah perjaka ketika menikahi Novi. Keperjakaanku hilang saat Tante Tari -Tangan Tengen Tangan Keri- terkutuk milikku sendiri mengambilnya di usiaku yang ke-13, meskipun mungkin Novi belum tahu itu. Bukan pertama kalinya pula aku melihat tubuhnya telanjang. Namun, entah kenapa aku jadi gugup. Melebihi kegugupanku pada saat ujian skripsi dulu. Entah karena kepasraahan total dari Novi atau ada hal lain yang tak kasat mata, sehingga membuatku tak berani menyentuhnya. Kondisi ini diperparah dengan sikapnya yang menggodaku. Bikin baper saja hehehe. Beruntung pada akhirnya, Novi mau membuka peluang buatku. Bahasa tubuhnya yang justru seolah menggodaku, pada akhirnya mampu membuat suasana menjadi lebih cair dari sebelumnya.

Aku berbaring di samping istriku. Senyum itu, senyum yang tadinya menggoda, kini mulai bisa kuterjemahkan sebagai senyum yang menyejukkan di hati. Kukecup mesra kening itu, matanya terpejam, menikmati kecupanku padanya. Perlahan kecupanku mulai menjelajah hidung, bibir, telinga, dan hinggap lehernya. Novi melenguh “Mmmphhhh”

Bibirkku kini menjelajahi bukit kembarnya. Mengitari setiap gundukannya, dari pinggir, dengan sabar memutar menuju puncaknya. Kuhisap lembut putingnya, dengan lidahku, kugelitik puncak menggemaskan itu. Novi, dengan tangannya yang memeluk erat kepalaku, hanya bisa mengeram lemah menerima perlakuanku.

Tanganku berpindah tempat, menggenggam payudara satunya. Meremasnya gemas, membuat Novi semakin ketagihan. “Uuuhhhh” kepalanya menunduk, melihatku yang sedang sibuk dengan kedua buah dadanya.

Kali ini bibirku yang berpindah. Kutelusuri bagian bawah bukit itu, menjelajahi setiap inci permukaan perutnya, dan berhenti di lubang tengahnya. Lidahku menggelitiki pusarnya. Sedangkan sang tangan menggantikan bibirku, mremas gemas kedua buah dadanya, sekaligus memelintir pelan putingnya, membuatnya menggelinjang, seperti cacing kepanasan. “ssshhhhh” hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Desahan itu semakin keras terdengar tatkala bibirku telah sampai, memainkan bibir di bawah sana. “Maaassssssshhh” Mulutnya mendesis, sementara matanya memejam, dan badannya kaku menegang. Ditekannya kepalaku dengan kedua tangannya, seolah menginginkanku mereguk cairan yang telah keluar dari lubangnya.

Tanganku kini tak lagi berada di payudaranya, mereka bergantian membantu bibirku memainkan perannya masing-masing di permukaan lubang Novi. Setiap sentuan, usapan, dan jilatan dariku seperti meledakan jutaan kembang api, menimbulkan percikan birahi yang sangat cepat membakar tubuhnya. Membuat tubuhnya berkedut seperti tersengat listrik ribuan volt.

Serbuan kenikmatan tiada tara menyengat tubuhnya. Memelantingkan kesadarannya menuju awang-awang tertinggi di langit ketujuh. “Emmph.... massssh” Novi semakin menggeliat tak karuan. Tangannya semakin kuat menekan kepalaku, seolah tak ingin diriku terpisah darinya. “Arrrgghhhhh... hoooooohhhhh” Bibirnya membulat, mengeluarkan lolongan kenikmatan tiada tara. Matanya memejam. Tubuhnya yang sudah sangat tegang bergetar kuat, tangannya mencengkeram kepalaku begitu saja, sangat kuat, sangat rapat. Membuatku sedikit kesakitan, walau tak kupermasalahkan sama sekali.

Kenikmatan yang tiada terperi dirasakannya hingga beberapa saat sebelum kesadarannya terempas kembali ke bumi. Tampak keringat bercucuran dari seluruh tubuhnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah... eksotis... mengagumkan... sempurna!

“Hah... hah... mhasss” ujarnya lemah. Aku tahu Novi masih belum menemukan kembali tenaganya. Tampak senyuman kepuasan tersungging di bibirnya. Senyum itu, belum pernah kulihat sebelumnya. Senyum yang berbeda. Raut wajahnya memancarkan aura cerah. Sepertinya kali inilah puncak kepuasan baginya. Kepuasan di dalam bingkai kebahagiaan. Dan aku bersyukur Tuhan masih mengizinkanku menikmati pemandangan ini.

“Mhasss” ujarnya lagi setelah nafasnya mulai teratur.
“Ya, sayang”
“Terima kasih...” matanya memejam. Kelopak mata itu bergerak perlahan, menutup bola matanya. Tampak bagaikan ayunan karang di dasar laut raja ampat.
“Ya, sayang. Kau senang?” Aduh... kenapa pertanyaan bodoh ini yang terucap!

Novi terdiam. Hanya senyum yang menghiasi bibirnya.

“Terima kasih mas, sudah jadi suami bagiku. Aku percaya sepenuhnya kepadamu. Aku percaya kaulah pelindung bagiku. Aku bahagiaaa sekali. Kupercayakan hidupku untukmu.” Perlahan kelopak matanya terbuka, pandangan matanya yang begitu teduh, menghanyutkan, menatap indah mataku.
“Aku juga Nov”
“Karena itulah kuserahkan diriku untukmu, kekasihku”

Aku tersenyum mendengar penuturan istriku. Senyuman bahagia. Bangga rasanya bisa menjadi seorang suami. Istriku, walaupun ini hanyalah permulaan, janji yang dia berikan, mampu membuatku terbang ke khayangan. Bahkan jikalau para para bidadari kesemuanya membandingkan kecantikannya dengan istriku, janji ini akan sanggup mengalahkan bahkan menghilangkan aura kecantikan para bidadari itu seketika.


Jangan kau tinggalkan
Bila kekasih mengetuk pintu
Desah angin pagi
Menambah hangatku berkawan alam


Dengan sabar, kunaiki tubuhnya. Kuarahkan penisku menuju vaginanya. Lembah di dalamnya telah basah, penuh cairan, bekas pencapaian sebelumnya. Kutekan-tarik batangku diantara labia mayora, untuk membasahi ujung tumpul membesar milikku.

Kedua paha Novi mengangkang, memberikan jalan masuk yang lebih lebar kepada senjataku untuk memasuki goanya. Dia menganggukkan kepala, tanda kesediaannya untuk dimasuki. Aku tersenyum, lembut.

Kulesakkan penisku perlahan melewati labia mayoranya. Gagal.

Dipegang batangku. Dituntunnya menuju lubang yang benar. Perlahan kepala bajaku menembus liang kewatiaan Novi. Membuatnya sedikit terkejut hingga menegangkan otot-otot vaginanya. Kucium lembut bibirnya, hanya untuk menenangkannya, seolah berkata “Tenanglah sayang, aku akan melindungimu dari segala rasa sakit yang akan kau derita”. Akhirnya otot itu melemas.

Kulesakkan lagi pusakaku lebih dalam. Sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin dalam. Semakin kurasakan dindingnya menjepit milikku. Uuuh kenyalnya, sempitnya ngejepit, membuatku merasa geli teramat sangat. Aku baru berhenti ketika merasakan ujung pusakaku menyentuh sesuatu di dalam goa itu.

Aku terdiam. Menatap lembut, meminta persetujuan darinya. Dengan pandangan matanya yang sayu, Novi tersenyum lembut. Seolah mengizinkanku menerobos celah sempit di bawah sana, atau mungkin lebih. Dia memintaku melakukannya. “Perawani aku... Perawani aku...” itulah yang kubaca dari pancaran matanya.

kulanjutkan aktivitas yang terhenti. Pinggulku terdorong dengan hati-hati. Meskipun begitu, setiap gerakan begitu menyakitinya. Aku tak tega. Kuhentikan gerakanku. Dia pun memohon untuk dilanjutkan. Begitu terus sehingga pada suatu saat, kurasakan ada sesuatu yang robek, ketika kutembus dalam vaginanya. Novi memekik kecil. Tubuhku dipeluk dengan erat. Punggungku dicenkeram hingga lecet, mungkin luka. Terasa perih di punggung. Novi menangis, hingga kuhentikan gerakanku. Aku tak tega melihatnya. Namun kakinya melingkari pinggulku, menekannya, seolah menginginkanku melanjutkannya.

Aku menggeleng pelan, tak sampai hati kusakiti kekasih tercinta. Walaupun dia telah rela, tetap aku tak tega. Akhirnya hanya kudiamkan saja tubuhku dipeluknya. Aku aku harus tetap bersabar, paling tidak sampai rasa sakitnya reda.

Tak lama kemudian, Novi menganggukan kepala tanda kalau dia siap. Kulanjutkan penetrasiku perlahan. Takut kalau dia merasakan sakit lagi. Novi mengernyitkan mata. Aku berhenti, tetapi Novi menggelengkan kepala, tanda ketidaksetujuannya.

Kugerakkan kembali pinggulku. Perlahan, sangat amat perlahan. Penuh perasaan, dan keraguan. Aku khawatir gerakanku akan menyakitinya. Namun rupanya aku salah. Perlahan Novi merasakan sesuatu yang berbeda. Ada gairah yang muncul dari dalam dirinya, dan matanya menunjukkan itu. Aku makin bersemangat memompa tubuhnya. Semakin lama gerakanku semakin cepat, membuatnya mengerang “mmmmphhh”.

Entah berapa lama kami melakuannya. Sangat intim, dan penuh perasaan. Aku sunggu menikmatiKini pinggulnya mulai bergerak. Ke kanan, ke kiri, tak beraturan mengimbangi irama yang kuberikan. Kombinasi otot perawan, lubang sempit, dan gerakan yang acak memijit-peras batang pelirku dengan keras. Memunculkan rasa nikmat yang teramat sangat dari bawah perutku.

Tiba-tiba tubuhnya menegang, matanya memejam. Disusul erangan, mungkin teriakan, ah entahlah. Aku tak tahu definisi keduanya saat ini. “Massssssssssshhhh... oooooooohhhhhhh” Begitu kira-kira suaranya. Vaginanya berkedut kencang, meremas penisku, membuatku tak bisa bertahan lebih lama lagi.

“Aaaaaahhhh.... Noooovvvv” badanku menegang, pinggulku menekan kuat-kuat pangkal pahanya. Spermaku keluar melewati saluran, mendobrak segala penghalang menuju ke dalam rahim Novi. Aku melambung ke awang-awang, menggapai kenikmatan di puncak pengharapan. Setelahnya, yang kurasakan hanya rasa lega, lapang, dan ringan. Seolah tiada lagi halangan bagiku untuk terbang tinggi.

“Terima kasih Nov” Kataku sesaat setelah kucium keningnya.

Yang dicium hanya tersenyum. Matanya terpejam, meresapi sisa-sisa kenikmatan yang tertinggal. Senyum kebahagiaan tersungging dari bibirnya.

“Terima kasih telah mau menjadi pendampingku” ujarku sambil tersenyum manis

Kutatap lembut matanya. Novi menutup kelopak matanya perlahan. Kukecup lagi keningnya. Novi tersenyum, manis.

“Terima kasih mas, kau mau menjadi imamku”
“Terima kasih juga kau telah menjadi asaku”
“Terima kasih banyak mas... aku serahkan sepenuhnya hidupku kepadamu”
“Hanya kepadamu” Novi mulai menahan haru

Aku tersenyum menatapnya. Kubelai mesra pipinya.

“Kalau begitu, ayo kita bina rumah tangga kita”
“Kita rawat dan jaga anak-anak kita”
“Menikmati hari-hari tua kita. Bersama hingga ajal memisahkan kita”

“Apa pun yang kau minta, aku kan berusaha memenuhinya mas” air mata kebahagiaan mulai menetes dari sudut matanya
“Aku cinta padamu suamiku”
“Aku juga cinta padamu istriku”


Kini telah kujumpa
Air sejuk pelepas haus dahaga

Kini telah kujumpa
Air sejuk pelepas haus dahaga
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd