Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

Baguslah... Ternyata dia ga maho... Walaupun ga berani nembak duluan
 
Mas paid mending langsung pesen katering, cepet syukuran kwkwkw, tapi tetep belom bisa nembak cewek yaa wkwkwk
 
Mas paid mending langsung pesen katering, cepet syukuran kwkwkw, tapi tetep belom bisa nembak cewek yaa wkwkwk
hahaha silahkan dikoordinasikan dulu om. Nanti biar dibayari langsung sama paidi. duitnya bisa pinjam dari indri hehehe :pandaketawa:
 
Bimabet
Chapter 8 : KK21


Oke langsung saja. Disinilah aku tinggal selama kuliah. Tempat kost ini terdiri dari 5 blok. Satu blok depan lantai 1, lantai 2, lantai 3, satu blok tengah, dan satu blok belakang. Kamarku ada di blok belakang. Soal berapa banyak penghuninya, keknya gak penting banget deh diceritain disini. Bikin junk post aja dimari.

Yang Paidi kenalkan ke pembaca hanya yang berhubungan aja ya, ada andre, lukman, jainul -biasa dipanggil inul-, ali -biasa disebut p*li-, lutfi -julukannya jadi mulut sapi-, eko -entah kenapa dipanggil longor-, asep -asli orang jawa-, dan saya sendiri paidi. -itu juga kebanyakan, junk post!-

Lukman sering banget nongkrong di kamarku -demi menonton bokep terbaru- dan tertidur hingga semalaman, bahkan ketika komputerku nyala! Sering juga datang hanya dengan memakai celana kolor saja. Tentu saja pagi harinya beredar gosip tak jelas dengan judul “paidi dan lukman berduaan di kamar” atau “paidi maho” dan sejenisnya.

Tatkala dunia persilatan gempar ketika diriku berhasil mempersunting sang Indri untuk menjadi kekasih. Hal tersebut secara otomatis menimbulkan gejolak di dunia entertaiment kampus. “Paidi pacaran”, “Alhamdulillah Paidi gak jomblo lagi”, “Paidi sudah insyaf”, dan yang paling parah “Akankah paidi mendapatkan karma akibat meninggalkan pasangan homonya?” menjadi tema utama gosip kampus. Gosip yang menyebar cepat hingga ke kostku. Dan yang paling bahagia adalah asep. Dia sampai rela mengeluarkan banyak uang untuk melaksanakan syukuran blok belakang atas insyafnya seorang paidi dari kemahoannya. Asep, yang tinggal di sebelah kamarku, menjadi orang yang paling tersiksa atas perilaku b0kepku dan lukman. Dan untungnya (atau parahnya) dia anti homo!

Suatu malam, kami ngobrol-ngobrol tidak jelas di depan tivi.

“Wuiiiih Men... itu Cindy maen Men!” teriak Ali
“Iyaa iya aku dengar” sahut Lukman dari kamar mandi
“Wuiiih susunya suiiiiip pol” tukas Inul
“Halah cewek kayak gitu aja cuman susunya yang gede, bodinya gak bentuk” yang lain menimpali
“Gak mbodi matamu, ngomongo ae gak iso ngenthu karo de’e” ada lagi yang menyambung
(Gak mbodi matamu -susah terjemahkan ke Bahasa Indonesia-, bilang saja gak bisa ngentoti dia)
“Eh omong-omong si Vina itu bisa dibooking lho” kata Eko
“Ah masa? Udah pernah ta?” sahut yang lain
“Berapa DCnya?”
“Yok opo rasane?”

“Wes tau cuk! Harga bersahabat! Murmer! Cuma mpik-nya……” ia terdiam sebentar. ”…Bau terasi! ” katanya lagi. Spontan kami semua tergelak-gelak.

“Kalau sama pacarku, biasanya sebelum ML meki-nya kutetesin jeruk nipis biar ga bau terasi” kata Lutfi.

“Oh, sekalian aja tambahin bawang sama cabe merah, biar bikin sambal terasi” sambungku. Yang lain tertawa terbahak-bahak sampai guling-guling di lantai. Kami sedang ngobrol gila-gilaan ketika sepeda shogun hitam memasuki gerbang.

“Cieee, yang diapelin!” ledek teman-teman kost-ku

Indri datang ke kostanku malam itu, sontak semua bubar dan kembali ke kamar masing-masing. “Jangan lupa pakai kondom masbro” kata inul. Aku menimpuknya dengan sandal.

“Indri ojo mbok kontoli lho Di” kata Asep saat melewatiku ke kamarnya
“Jok kuwatir cep, kunamku hanya untukmu seorang” jawabku sambil memonyongkan bibir, mesum

“Indri, ngapain kesini malem-malem?” saat itu memang sudah jam 22.15 WIB
“Ngeronda mas, ngambil jimpitan”

Jimpitan : uang keamanan yang diletakkan di wadah, biasanya ditaruh di pagar rumah

“hehehe beneran nih?
“Kostku sudah terkunci mas, boleh numpang bo...”
“Boker? Boleeh boleh”
“Numpang bobok, mas oon” jawab Indri gemas
“Emang boleh bobok di sini?” lanjutnya
Aku terdiam
“Boleh ya, pliiiissss” rayunya
“Eeeeh iiya deh, boleh deh. Biar aku tak tidur di kamar asep”
“makasih hehe”

Semenjak kami jadian, memang Indri sudah tidak sungkan lagi masuk ke kamarku. Entah itu untuk pinjam komik, ngerjakan tugas, atau sekedar bobok siang sudah sering dia lakukan. Itupun kamarku sengaja aku buka lebar. Tapi untuk yang satu ini, baru pertama kali ini Indri menginap malam-malam. Itupun setelah aku memastikan kamarku telah aman dari ancaman Mbok Gat.

“Cep ncep” kuketuk kamarnya
“Ceep.... wis rudit ta?”
Asep membuka pintu, matanya kriyep-kriyep “Onok opo di? Aku wis ngantuk”
“Boleh bobok bareng ga?” sungguh pemilihan kata yang salah sodara-sodara.

BRAK! Asep langsung menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
“Jancuk! Ngapain kon? Mau bobok bareng aku?
“Eh, engga.. anu.. boleh numpang tidur ga?
“Ogah aku! Tidur nang kamarmu dewe cuk!”

Ayo, mikiiir....mikiiiir...

“Ceeep.. Enceeep..” aku mencoba membujuk Asep
“Minggat kon!” dia malah mengusirku.
“Ceeep.. Asep sayang…” lagi-lagi pemilihan kata yang salah sodara-sodara.
“Minggat kon! Dasar homo laknat!” kata Asep sambil menendang pintu.

Hwadiyah.... rencana tidur di kamar Asep gagal sodara!
Plan B... mencoba masuk ke kamar Inul....kamarnya terkunci. Kelihatannya anaknya sudah tidur.
Plan C... sama.
Plan D, idem ditto.
Plan E, F, G... sebelas duabelas semua.

Dengan rasa penuh putus asa, kumulai Plan Z.

“Ndri”
“Udah bobok belom”
“Belum”
“Boleh masuk gak?”
“Masuk aja, ini kan kamarmu”

Aku masuk. Indri tengah tengkurap main game di komputerku. Celana panjangnya sudah terlepas, dia hanya menggunakan kemeja panjang yang menutup hingga sedikit diatas lutut.

“Eh mas, gak papa ya aku gak pake celana. Panas niih”
“Iya gak papa, asal jangan lepas beha aja” jawabku pendek
Jujur mataku penasaran dengan apa yang ada di balik kemeja sebelah bawahnya.
“Huuu maunya”
“Hehe lagian aku gak suka sama cowok kok”
“Oh iya, ngapain si Asep nendang pintu?”
“Tau tuh, datang bulan kali”
“Hahaha, terus mas Pai tidur dimana?”
“Hehehe” aku cuma bisa nyengir sambil garuk-garuk kepala
“Udah...tidur disini saja”
“Yakin?”
“Hmmm” Indri menganggukkan kepalanya sedikit
“Hehe bagi selimut dong”
Indri memberikan selimutnya padaku. Lumayan buat bantal

Kamarku, seperti kamar kost sederhana lainnya, berukuran 2,5x3 m. Beralaskan karpet merah murahan, dengan kasur kapuk tanpa kaki ranjang, khas anak kost laki-laki.
Aku tahu diri, aku cukup tidur di lantai saja. Dengan posisi komputer yang berada di ujung kasur bagian kaki, otomatis pemandangan terbaikku adalah paha kuning langsat yang sebagian tertutup kemeja secara sembarangan, mengundang rasa penasaran isi di dalamnya.

“Ndri...”
“Hmmm? Apa?” jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari layar monitor
“Gak jadi deh” Aku mau menanyakan tetang Joko, tapi takut menyakiti perasaannya
“Huuu....ngomong gak jadi”

Lama kami saling diam

“Cowok itu berengsek ya mas”
“Ya iyalah, makanya aku gak suka sama cowok”
“Hehehe, mas bisa saja”
“Tapi tetap aja, digosipin homo. Suram...”
“Hehehe, iyaaa percaya”
“Lha kok gitu sih”
“Iya, kalau sama cowok lain, kalau tidur satu kamar sama cewek, apalagi cuman pake atasan aja kek gini, pasti udah diapa-apain”
“jiah...”
“hehehe...aku percaya kok. Mas gak bakal sia-siakan aku”
Aku tersenyum, tulus
“Aku juga percaya kamu mas....***k suka sama cewek”

GLODHIAK!

“Jiah...udah dikasi tumpangan, masih aja ngeledek”
“hehehe maaf” Indri tersenyum manis

Emang benar sih, jika ada dua insan yang bukan mukhrimnya berduaan di satu tempat, maka yang ketiga adalah setan! Dan celakanya, setan itu rasanya manis Brooo....

Paidi : Woi... itu udah pernah!
TS : Eh iya tah?

Malam ini. Di kamar ini. Hanya berdua. Jantungku rasanya berdetak gak karuan. Apalagi dengan pemandangan mempesona : Paha kuning langsat, mulus, terpampang begitu saja. Ditambah gerakan pantat yang kalo goyang bisa kayak bebek, iiih gemesiiiiin.

“Mas”
“Ya?”
“Belum bobok?”
“Belum”
“Boleh pinjem dadamu gak?”
“Hah? Pinjem gak boleh! Sewa 10 ribu per jam”
“Iya deh kubayar”

Tiba-tiba Indri merebahkan kepalanya di dadaku. Ia memelukku erat.
“Mas.....hik hik hik...” ia sesenggukan di dadaku
“Cup cup cup naak” gak peka banget sih lu pai!
“Aku sayang banget sama dia....tapi...huuu huuu huuuu....” kemudian tangisnya pecah dalam pelukanku.

Malam itu sekali lagi Indri menumpahkan kesedihannya. Dan aku seperti orang bodoh, hanya bisa menampungnya. Memeluknya erat. Tubuhnya berguncang hebat dalam pelukanku.

“Terima kasih mas, sudah mau menampung curhatku selama ini”

Tau gak kamu Ndri. Aku nyesek kalo kamu cerita tentang dia

“Iya, gak papa”
“Beneran mas gak papa ya”

Gak papa gundulmu ta. Aku cemburu ndul!

“Gak papa kok. Suwer” kuacungkan dua jariku membentuk huruf v

Kucoba menata hati. Berusaha menerima kondisinya, sambil berharap Indri bisa melupakan masa lalunya. Karena aku yakin kaulah harapanku. karena aku akan menjadi bunga dalam kebahagiaanmu, dan sandaran dalam setiap kesedihanmu.

Tetaplah di sampingku walau malam tiba
Lepaslah rindu ini sampai fajar tiba
Matahari menanti, bulan pun berhentilah

“Makasih mas” ujarnya sebelum terdiam, lama.

Malam ini akulah milikmu, lupakan yang ada
Malam ini dekaplah diriku, lepaskan tangismu

Perlahan kepalanya mendongak, menatap wajahku, lama sekali. Kukecup pelan keningnya, dia terdiam. Menikmati. Kupegang lembut kepalanya, kecupanku mulai turun ke mata, kanan, kemudian ke kiri, hidung, terus ke pipi.....Indri mulai menggeliat. Tangannya mulai merangkul leherku.

Lupakan esok hari walau waktu habis
Apapun yang terjadi ikutlah bersamaku
Matahari menanti, bulan pun berhentilah

Ditariknya kepalaku hingga bibirku bertemu dengan bibirnya. Dihisapnya bibirku, aku gak tahu harus berbuat apa, kulakukan yang sama. Lidahnya menyapu bibirku, kubalas hingga lidah kami saling menyapu.

Sepertinya aku pernah mengalami ini.

Indri tersenyum. Pipinya yang seperti bakpao terlihat mengkilap terkena cahaya lampu. Manis....

Aku mengecup keningnya. Indri tersenyum.
Aku mengecup pipinya. Indri tersenyum lagi.
Aku mencium bibirnya, lembut sekali. Indri membalas ciumanku, kubelai rambutnya.
Mata Indri terpejam, menikmati ciumanku yang membelai bibir mungilnya.

De ja vu... Benar benar dejavu! Mungkin Indri juga merasakan yang seperti ini.
Whatever, jiarno ae wes, sak mlaku-mlakune
(Sudahlah, biarkan saja udah, jalani saja apa adanya)

Istilah sak mlaku-mlakune agak aneh kalau diterjemahkan menggunakan google terjemahan: Sejalan-jalannya. TS rasa lebih pas kalau diterjemahkan menjadi: jalani saja apa adanya

Aku memagut bibir bawahnya, lembut sekali. Dibalasnya dengan hisapan lembut di bibir atasku.
Kami berpagutan mesra, seolah baru bertemu dengan kekasih yang telah terpisah selama ribuan tahun.

Malam ini akulah milikmu, lupakan yang ada
Malam ini dekaplah diriku, lepaskan tangismu
Kubelai pipinya yang chubby. Dia tampak cantik dengan wajah seperti itu
Dari pipi, tanganku mulai berpindah ke leher, lanjut ke dadanya.
Kutelusuri lembut kedua bukit kembar itu dari luar kemejanya. Gak besar sih, tetap saja tanganku tak mampu menampung seluruh permukaannya.

Pagutan kami telah berubah menjadi lumatan. Lidah kami berperang, saling belai, mengait, berusaha mengalahkan satu sama lain. Desahan Indri mulai terdengar....

“Hmmmmh”

Aku mulai meremas dadanya ketika hati kecilku berbicara “Jangan Di! Jangan kau tambah dosa lagi!”
Sayangnya yang terdengar malah menjadi “Semangat Di! Taklukkan dia! Bukankah dia sudah resmi jadi pacarmu. Sudah Halal dia mah!” Walah Gaswat!

Jari-jari ku dengan lincah membuka kancing kemeja Indri. 1, 2, dan 3 kancing sudah terbuka. Tanganku segera menerobos masuk, dan menemukan gundukan kenyal yang dibungkus spons. Tidak sulit bagiku untuk menelusupkan jariku ke baliknya, mencari tonjolan kecil di balik spons itu.

“Ooooh massss....” desahannya saat aku mempermainkan pucuknya
“Kamu nakal....massss...... Indri sukha......... “

Tanganku berpindah ke belakang punggungnya, kulepaskan kait behanya. Pengalaman sebelumnya sangat aku andalkan untuk melakukan hal ini. Satu, dua, tiga kali percobaan langsung, berhasil! Hahay... terima kasih Dhea...

Ditariknya kepalaku ke bawah. Kini mulutku telah sampai di payudaranya. Kujilat putingnya, dia mendesah

“Ooooh massss......”

Kujilat lagi. Desahannya semakin kuat. Tanganku mulai masuk ke bagian vitalnya, kuraba satu titik di ujung vaginanya dengan jariku, dia menggelinjang. Kuulangi lagi, dan lagi, entah seberapa lama. Sampai tiba-tiba tubuhnya menegang. Nafasnya tertahan, dan bola matanya memutar ke atas.
Reflek aku terkejut melihat perubahan sikapnya, takut kenapa-napa. Ingin kusadarkan dirinya, tetapi aku tak bisa bergerak. Selain diriku terkesima dengan kejadian ini, tangannyapun mencengkeram erat punggungku, seolah menahan sesuatu yang gimanaaa gitu.
“ouhhhpppffffff” hanya itu yang bisa diucapkan.
Hanya melongo yang bisa kulakukan...kaya orang bego.

“Hmmm mas” kata Indri setelah dia selesai menikmati orgasmenya. Aku masih seperti dihipnotis, tak percaya dengan pemandangan ini.
“MAS!” bentaknya walaupun pelan, mampu membuyarkan lamunanku
“Apaan sih! Gak segitunya kali kalo manggil orang”
“Hihihihi habis mas Paidi lucu sih”
“melongo kayak gitu. Persis kethek ketulup” Indri tak bisa menahan ketawanya
Aku yang mendengarkan hanya bisa menahan malu. Segera kulemparkan apa yang ada di jangkauanku.

WESSSS....PLUK! selimutpun mendarat mulus di wajah Indri

“Iiiih mas Paidi nakal. Masa Indri dilempar pake selimut” mukanya ditekuk-tekuk gitu jadi kelihatan lucu. Aku tersenyum, cengar cengir. Mukanya malah tambah cemberut.
Kupeluk Indri, kukecup ringan dahinya, kurangkul mesra.
“Emang Indri cayank mau dilempar pake apa?” tanyaku sok centil

“PAKE CINTA WUAKAKAKAK” terdengar suara ramai di depan kamarku
“Makan tuh cinta!” sahut yang lain gak kalah seru
“Rasain lu dimanyunin ama bini sendiri wakakakak”

“BAKAAAA! KIRIK KUABEH!” umpatku keras. Tawa mereka malah terdengar lebih kencang....

Walah endingnya kok jadi runyam begini ya????
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd