Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cewek Liar (Lanjut)

Show Off Tipis

“Ye, malah bengong ini anak.” ucap Ratna menyadarkanku.
“Eh, gimana Rat?” balasku tersadar dari lamunanku teringat saat aku kehilangan perawan hingga pesta sex di rumah Jenny. Sungguh, tak terbayang olehku. Sejak kejadian tersebut, aku kini menjadi semakin bernafsu.
Memang pengalaman sexku lebih sedikit dibanding Ratna, Vivi, maupun Jenny. Namun kini aku seperti terjerumus dan sangat ketagihan. Bahkan itu semu kulakukan tanpa sepengetahuan pacarku sendiri.
“Masih pengen dientot pak Alex kayaknya, nih. Ngelamun sampe segitunya.” ucap Vivi.
“Hehe.” Jawabku sekenanya.
Karena kami saling terbuka, beberapa saat aku bercerita mengenai kegiatanku semalam bersama pak Alex.
“Dasar, sudah kayak Ratna lu. Eksib sembarangan.” kesan Vivi.

- - - - -

"Eh Vi, kata Brian lusa bakal ada tanding basket." ucap Jenny yang datang bersamaan saat jam pertama pelajaran dimulai.
Vivi adalah ketua ekstrakurikuler cheerleader saat ini, sehingga setiap kali ada pertandingan olahraga timnya diharap selalu bisa mendukung, dan aku juga tergabung dalam eskul tersebut. ku juga mengikuti ekskul tersebut.
"Kok gue gak baru tau sih." jawab Ratna. Selaku ketua OSIS, Ratna merasa ketinggalan informasi.
"Brian juga barusan tau sih. Makannya nyuruh kasihtau kalian semua." jawab Jenny.

- - - - -

Pelajaran hari ini pun berjalan seperti biasa. Kuminta pak Yono menjemput setelah aku dan Vivi selesai berlatih cheerleader.
"Mau pentas lagi, non?" tanya pak Yono setelah aku masuk ke dalam mobil.
"Iya pak, Mingu depan ada tanding basket." jawabku.
"Saya yakin tim sekolah non bakal menang deh. Yang sorakin aja seksi begini." ucap pak Yono memuji.
Saat ini memang aku pulang memakai seragam cheerleader yang tadi kupakai berlatih. Aku sering meninggalkan pakaian ini di loker sekolah untuk mempermudah saat akan ada latihan. Sedangkan karena hari ini aku tidak membawa pakaian ganti dan malas mengganti pakaian dengan seragam sekolah yang sebelumnya kukenakan, maka aku sengaja pulang dengan seragam cheerleader ini saja, sekaligus biar dicuci pembantuku di rumah, pikirku.
Seragam ini memang bisa dibilang bermodel minim, bagian atas bermodel pendek tidak berlengan, sedangkan roknya berpotongan tinggi, mempertontonkan paha mulusku.
"Ya jelas dong pak. Kan emang tugas cheers buat nyemangatin para atlit biar menang." balasku.
"Kalo bapak minta disemangatin non Sasa, boleh gak? Hehe." pinta pak Yono sambil tangannya mulai meraba pahaku dengan santainya.
"Emhh... nanti aja di rumah, pak." tolakku sambil menahan tangannya supaya tidak semakin masuk ke dalam pangkal pahaku.
"Yahh, janji ya non!" pinta pak Yono mulai melepas sentuhan tangannya.
Sebenarnya aku tidak terlalu memaksa pak Yono untuk berhenti. "Iya iya, pak." jawabku. Tadinya aku hanya bermaksud untuk menggoda nafsunya, tapi ternyata pak Yono justru tidak berusaha menyentuhku lagi dan kami hanya saling diam di dalam mobil.
"Laper ih pak. Berhenti McD dulu, pak!" perintahku secara mendadak pada pak Yono saat kami akan melewati gerai fast food tersebut.
"Eh, oke non." jawab pak Yono mengikuti instruksiku. Langsung di belokkan mobil yang kami kendarai dan memarkirkannya.
"Yuk turun pak, kita makan langsung aja!" ajakku.
Pak Yono hanya mengikutiku dari belakang tapi tidak terlalu jauh. Aku sadar bahwa banyak mata yang menyaksikanku, namun aku tidak peduli karena ada pak Yono yang menjagaku.
Dengan percaya diri kubungkukkan dan kusandarkan kedua sikuku di depan meja kasir. Kutahu bahwa petugas kasir di depanku melotot menyaksikan belahan payudaraku, namun tidak dapat berbuat apa-apa karena ada pak Yono di samping.
"Bapak mau paha apa dada?" tawarku pada pak Yono yang juga menyadari aksi eksibku.
"D... dada aja non." jawabnya sambil tidak fokus menyaksikan belahan dadaku.
"Oke. Bapak cari kursi sana! Sasa masih bingung pilih menu." perintaku padanya.
"Iya non." jawab pak Yono sambil berlalu.
Kini aku menatap pelayan di depanku dengan memasang muka bingung memilih menu. Beruntung di belakangku tidak ada yang mengantri, sehingga aku tidak perlu buru-buru memesan. Tapi tentu saja dengan posisiku sekarang dan tanpa keberadaan pak Yono, semakin banyak pasang mata dengan leluasa menyaksikan tubuhku. Dari belakang, para pria yang duduk malu-malu mencuri pandang pada bongkahan pantatku yang tertutup rok mini. Sedangkan dari depan, belahan payudaraku menyembul di hadapan pelayan yang sepertinya masih magang.
"Yang enak apa ya, mas?" tanyaku meminta saran si pelayan.
"E... Adanya promo yang sedang laris, kak." jawabnya. "Sekarang ada promo burger dan sosis. Diskon setengah harga kalau pakai gopay, kak." jelasnya sambil malu-malu.
"Yah, hapeku ketinggalan di mobil mas. Saya ambil sebentar deh mas" keluhku.
"Emh.. yaudah... Bayar nanti aja gapapa kak." sergahnya memberi solusi.
"Beneran gapapa mas? Yaudah saya pesen sosis wrap, dada ayam, sepaket sama minumnya deh." pesanku.
Petugas kasir tersebut dengan segera menginput pesananku di komputernya. Tak lama pesananku sudah siap di atas nampan.
"Silahkan. Ini struknya saya pegang dulu untuk bill kakak. E... Nanti saya tagih ke meja. Terima kasih." ucapnya.
"Oke mas." ucapku lalu meninggalkannya.
Kulihat pak Yono duduk di kursi bagian pinggir dan cukup sepi. Aku yakin pak Yono bermaksud mengamankan aku dari pandangan-pandangan mesum orang lain, karena dia hanya menyisakan kursi yang menghadap ke tembok.
Namun aku justru duduk di kursi yang berada di tengah ruangan tersebut, hingga membuat pak Yono bingung. Akupun melalambaikan tangan memberinya kode untuk pindah ke tempat duduk yang kupilih. Lagi-lagi pak Yono hanya dapat mengikuti panggilanku dan akhirnya duduk di depanku. "Di sini aja ya, pak. Sasa gerah kalo di pojokan." ucapku.
Pak Yono hanya diam menyetujui dan mulai meminum lemontea.
"Ini dadanya pak. Makan yang banyak. Kalo kurang, nanti di rumah Sasa tambahin. Hehe." ucapku sambil membungkukkan badan, menempelkan payudaraku pada meja.
"Huk... huk..." hampir saja pak Yono tersedak.
"Ihhh, minumnya pelan-pelan, pak." ucapku sambil membantu mengelap mulut pak Yono dengan tisu.
Aku yakin para lelaki di sekitar kami cemburu menyaksikan pak Yono, tapi aku tak peduli, karena aku memang berniat menggoda mereka.
Kamipun makan tanpa banyak bicara. Kulihat pak Yono cukup buru-buru menyelesaikan makannya. Mungkin dia ingin segera menyelesaikan sesi makan kami dan mengamankanku dari padangan orang lain, dan segera sampai rumah.
"Cepet amat, pak. Yaudah, punya Sasa dibungkus aja deh." ucapku lalu membungkus sosis wrap yang masih tersisa setengah. "Yuk pak, Sasa ambil hape dulu. Tadi belum bayar." ajakku.
"Iya non." jawabnya.
Tadinya aku ingin memberitahukan pelayan yang tadi. Tetapi aku tidak melihatnya di meja kasir. Yasudah lah, kami pun menuju mobil untuk mengambil ponsel terlebih dahulu.
Sesampainya di mobil, kuambil ponselku dan kusuruh pak Yono untuk menunggu, "Tunggu ya, pak."
Akupun segera berlalu kembali ke gerai. Kucari pelayan tadi, tapi tetap tidak kutemukan. Sialnya saat aku menuju meja kasir, petugas yang lain tidak tahu kalau aku belum mebayar. Terpaksa kucari pelayan tadi sendiri, karena pelayan di meja kasir sedang sibuk karena mulai ramai.
Akhirnya kutemukan pelayan tadi ternyata sedang mengepel di salah satu bilik toilet. Kulihat dia tidak menyadari kedatanganku dari belakang. Segera kuhampiri dirinya.
"Mas!" ucapku dari belakangnya membuatnya kaget.
Tanpa disengaja, tubuhnya terbentur dengan tembok yang ada di depannya. "Aduh. Eh... iya kak." jawabnya sambil sedikit memijat lututnya yang terbentur tembok.
"Duh, maaf ya mas." Dengan segera kusentuh lututnya yang seperti kesakitan.
Sambil berlutut, kubantunya untuk sedikit memijat lututnya sebisaku. "Em... Udah gapapa kok, kak." tolaknya. Namun kutahu dia tidak sungguh-sungguh, karena dia justru terpaku menyaksikan belahan payudaraku dari atas sana.
"Yee, sampe ngegembung begini." ucapku menggodanya sambil menyentuh selangkangannya.
"Eh.. maaf kak." ucapnya malu-malu memegang tanganku.
Bukannya segera berdiri, reflek tanganku mencoba membuka kaitan celana dan menurunkan resletingnya.
"Eh... Jangan kak." cegahnya setengah-setengah.
"Gapapa mas, nanggung. Kasian tititnya." ucapku.
Kini tanganku dapat menyentuh dan mempermainkan ujung penisnya yang tidak tertampung oleh celana dalamnya. Sambil menggodanya dengan tatapanku, kupermainkan lubang kencingnya dengan ujung jariku.
Kulihat dia tidak fokus antara ingin menikmati suguhan di depannya ini atau takut atas situasi.
"Mupeng banget sih mas. Sasa buka aja kali ya, biar cepet." kataku mulai melepas beberapa kancing seragam cheersku.
Tak lupa, kututup pintu toilet kami.
Kuatanggalkan seragam miniku. Kini bagian atasku hanya menyisakan BH tanpa tali pundak. Kulihat petugas kasir di depanku sangat mupeng dengan suguhanku. Tapi aku tahu, kami tidak bisa berlama-lama.
Segera kuberbalik, "Bukain dong mas, biar cepet." pintaku padanya.
Dengan malu-malu dibukanya kaitan BHku dari belakang. Namun mendadak, ada yang berubah dari sikap pelayan tersebut. Tiba-tiba dia langsung menarik BHku.
"Ih, kok BHku diambil sih mas?" tanyaku sambil berbalik kembali ke hadapannya dengan tangaku menutupi kedua payudaraku.
Tanpa menjawab, ditariknya tangaku. Dalam diam, dia mulai meremas kedua payudaraku yang terbuka bebas. Aku tidak melawan sedikitpun, karena memang inilah yang kuinginkan. Keganasan seorang laki-laki yang akhirnya berhasil kugoda.
Dia juga menciumku dengan ganasnya, dan aku justru membalasnya sebisa mungkin. Ciumannya memang tidak terlalu nikmat, karena dia buru-buru dan tidak santai. Mungkin dia masih cemas atas situasi kami yang berada di toilet umum.
Sebagai inisiatif, tanganku mulai mempermainkan lagi penisnya. Aku berusaha untuk menurunkan celana dalamnya. Kini sambil berciuman, tanganku aktif mengocok batang penisnya. Kurasakan penisnya cukup panjang. Kuyakin, kini dirinya tidak tahan, karena dapat kurasakan bahwa penisnya sedikit bergetar.
'Drrttt... drrtttt... drrrtttt...' tiba-tiba ponselku yang tadi sempat kuletakkan di atas kloset, bergetar. Kami menyadarinya, hingga dia pun menghentikan aksinya.
Kulihat, ternyata pak Yono menelepon. Sambil menutupi payudaraku dari pandangan pelayan di depanku, kuangkat saja telepon pak Yono.
"Halo pak." ucapku menjawab telepon.
"Non Sasa kok lama?" tanya pak Yono.
"Bentar pak, ini Sasa lagi di toilet." jawabku.
"Oh, buang air ya non? Yaudah..."
Namun sebelum dia selesai bicara, kupencet permintaan untuk video call dengannya. Petugas kasir di depanku pun kaget, tapi kuberi kode supaya dia diam saja.
Ku yakin di seberang sana, pak Yono juga kaget dengan permintaan video call dariku. Tak lama, kini mincullah muka pak Yono di layar ponselku, yang artinya kini dia juga bisa menyaksikan ketelanjangan tubuh atasku, meski salah satu tanganku masih menutupi menutupinya.
"Loh, saya kira buang air non. Kok lepas BH segala, non?" ucap pak Yono dari seberang sana.
Beruntung pak Yono menelepon dari dalam mobil, jadi aku tidak terlalu was-was kalau layar ponselnya menampilkan tubuh *******.
"Sasa lagi bayar utang, pak. Ini Sasa lagi sama masnya." kupencet menu di ponselku, hingga membuat pak Yono dapat melihat penis petugas kasir dari kamera belakang ponselku. Kulihat pak Yono tersentak menyaksikannya. Pasti dia heran menyadari aksiku yang seberani ini di dalam toilet. Kini kedua pria di hadapanku sama-sama terdiam oleh aksiku. Pelayan tersebut seperti malu karena penisnya diperlihatkan kepada seorang laki-laki lain.
"Mas pegangin deh. Biar gak bengong aja." perintahku pada petugas kasir untuk memegang ponselku.
Pelayan tersebut hanya menurut saat kubantu dia mengarahkan ponselku supaya pak Yono dapat melihat tubuhku.
"Kalian lihat Sasa, ya." ucapku pada mereka berdua.
Kini aku berlutut lagi di hadapan pelayan tersebut. Tanpa bisa menolak, lagi-lagi kukocok penisnya. Kini aku mempermainkannya sambi sesekali menjilatnya seperti es krim.
Kulihat pelayan tersebut keenakan tapi menahan desahannya. Sepertinya dia takut kalau ketahuan oleh orang di luar. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi pak Yono. Tapi aku yakin, dia juga nafsu melihat aksiku.
Kini aku mulai memasukkan batang penis petugas kasir ke dalam mulutku. Kuemut maju-mundur hingga penisnya berlumur liurku. Kugoyangkan kepalaku seolah mempersilahkan penisnya untuk menyenggamai mulutku. Lagi-lagi kurasakan penisnya mulai bergetar.
"Ssshhh... Enak mas?" tanyaku pada petugas kasir.
Tentu saja ini diluar dugaannya. Dia hanya mengangguk.
"Emmhhh... Tapi Sasa gak bisa lama-lama ya, mas... Sshhh." ucapku sambil terus mendesah, menambah gairah mereka.
Pelayan tersebut terus terdiam saat kini kupermainkan penisnya dengan payudaraku secara bergantian. Kurasakan geli-geli nikmat saat ujung penisnya bersentuhan dengan putingku. Diapun kulihat juga keenakan.
Lalu sebagai aksi pamungkas, kujepit batang penisnya dia antara kedua payudaraku. Diapun semakin kelojotan, karena perlahan kugoyangkan kedua payudaraku.
"Semprotin toket Sasa, mas... Emmhh..." desahku tidak dapat kutahan lagi.
Bagai melepas sumbat, kini pelayan tersebut mulai menggerakkan pinggangnya pada payudaraku ‘Cpok... cpookkk...’ “Emmhhh... sshhh...” pelayan tersebut pun mulai tidak dapat menahan desahannya. Dan akupun mulai keenakan atas aksinya.
Lirih, desahan kami bersahutan di dalam bilik toilet. Semoga tidak ada yang mendengar dari luar. “Asshhh... terus... mas...” desahku.
Tidak lama, pelayan tersebut tidak dapat menahan lagi. ‘Croottt... crottt... crottt...’ dengan sengaja dia semprotkan spermanya di payudara dan mukaku. Bukannya marah, aku justru menikmati dan membantu mengocokknya. Karena jujur, kurasa aku juga sedikit mengalami orgasme di bawah sana. Kubiarkan spermanya terus menyemprot hingga membuatku terpejam seolah aku sedang mandi sperma.
Semprotannya mulai melemah. Tak lupa, kujilat lagi batang penisnya membersihkan sisa sperma yang ada.
“Puahh... makasih minumannya mas...” ucapku tersenyum pada pelayan tersebut yang masih memegang ponselku. Aku tak tau apa yang di lakukan pak Yono di sana. Kuharap dia menikmati aksiku.
Pelayan tersebut hanya mengangguk. Mungkin dia tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
Di hadapannya, kubersihkan ceceran sperma dari permukaan payudara dan mukaku dengan jari, lalu kujilat sampai habis, “Sluurrpp... slurrppp...”
Kuminta lagi ponselku, “Sasa matiin ya, pak.” ucapku pada pak Yono lalu memutuskan video call kami.
“Yuk mas. Sasa mau bayar yang tadi.” ajakku pada pelayan tersebut untuk berberes.
Namun tiba-tiba pelayan tersebut berkata, “Em... gak perlu dibayar kak. Ini saya lagi kena hukuman, kak.”
“Mas, tadi bayarin saya?” tanyaku yang hanya dia jawab dengan anggukan.
“Em... ini BHnya kak.” Lanjutnya sambil menyerahkan BHku.
Tanpa mengambilnya, aku hanya memakai seragam cheersku. “Buat kenang-kenangan mas aja deh.” ucapku lagi-lagi menggodanya.
“B... Beneran kak? Emm... Tapi saya lebih suka sama isinya sih.” jawabnya sambil tersenyum, mulai berani.
“Ih maunya.” ucapku sok manja. Namun kuraih tangannya supaya menyentuh payudaraku yang kini dapat diraih dengan mudah dari bawah seragamku. “Kalo mau lebih, kapan-kapan anter delivery ke rumah Sasa aja.” bisikku di telinganya.
Dia hanya mengangguk tidak percaya atas ucapanku. “Tulis nomer teleponnya dong!” perintahku sambil menyodorkan ponselku.
Secepat kilat diketiknya nomor teleponnya, lalu dikembalikan ponselnya padaku.
“Sip. Kalo gitu utang Sasa tadi, mas tagih di rumah aja ya. Makasih mas.” ucapku lalu sekali lagi mengecup bibirnya sebelum berlalu keluar dari toilet, meninggalkannya.
 
Whoahhh this is so hot and wild! :genit::bacol::adek:

Makasih hu buat updateannya yang mantul ini :beer:
 
Akhirnya salah 1 cerita yang cewenya paling binal muncul kembali nih. :tegang:

ditunggu lanjutannya suhu. :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd