Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[CHALLENGE] Friend or Fiend

Bimabet

Chapter 4 – Fake - updated 21/10/14

Girls-Eyes-Blue-Heterochromia-Red-Asians-1024x640.jpg



~** 5 **~





Sosok Reni yang berdiri angkuh di dekat pintu masuk atap, kini memandangku dengan tajam.
Ia menyeringai begitu lebar. Seakan puas dengan keadaanku yang putus asa dan gemetar.


Aku kini berdiri cukup jauh dari sosok Reni. Mungkin kira-kira sepuluh meter jauhnya.
“Tringgg...”
Sebuah SMS kembali masuk ke layar handphoneku. SMS dari Tomi.
‘Jangan lihat matanya Nay....’


Entah apakah aku begitu bodoh atau lugu. Ketika aku membaca SMS itu, sontak aku menoleh ke arah Reni. Perasaan campur aduk antara takut, khawatir, ngeri, dan ingin tahu, kini berperang di dalam pikiranku.


“Hhhhhhhhhhh.......” leherku bagai tercekik, aku tak bisa mengambil napas saat tubuhku tiba-tiba tersentak kaget. Reni kini tepat berada di hadapanku. Tubuhnya melayang tak berpijakan. Tubuhku masih gemetar. Aku tak dapat bernapas walau hanya untuk bertahan hidup.


Jarak antara aku dan Reni saat ini tidak sampai satu meter.
Tubuhnya yang tanpa kepala melayang-layang di udara, sementara kepalanya sendiri kini ia genggam dengan kedua tangannya. Rambutnya yang hitam menjuntai kini telihat laksana tirai gelap yang akan mengakhiri panggung sandiwara dalam hidupku.


Reni mengulurkan kepala dalam genggaman tangannya ke hadapan wajahku.
“Nay.............” ucapnya. Saat itulah aku berusaha menutup mata semampuku. Namun, mata Reni yang merah menyala seakan memancing rasa ingin tahu dalam hati ini. Aku terbelalak ngeri saat cahaya kemerahan mulai berpendar menyilaukan.


“AAAAAAARRRRGHHHH....” aku memekik saat pandangan mata kami bertemu. Mataku pedih, sakit sekali rasanya.


Saat itu, bagai sebuah pedang mengoyak tubuhku.
Sakit sekali, bagai tercabik-cabik, mataku seakan terbakar. Aku mengejan kuat, bibirku yang bergetar kini terkatup rapat. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit ini.


Pandangan mataku mulai kabur. Semuanya menghitam. Aku masih mengerang menahan sakit dengan kedua telapak tangan kutangkupkan di wajahku.
Darah di seluruh kepalaku seakan mengalir turun. Wajahku kini pucat, nyaris bisa disamakan dengan orang mati.


Reni mengangkat sebelah tangannya.
Telapak tangan itu tepat ia arahkan ke dadaku.


”Wuuuuuuuuuufffff...........”
Tanpa sebuah pukulan atau sentuhan, Reni membuat tubuhku terlempar ke belakang.
”Zraaakkk.....gluduk...gluduk....” aku terpental cukup jauh.
Siku dan lututku kini terasa sakit, perih karena luka lecet akibat berbenturan dengan lantai atap yang kasar.


“Nnngghhh.....” aku mengerang.
Aku berusaha bangkit setelah jatuh bergulung-gulung beberapa meter.
Pandangan mataku kembali. Perlahan aku bisa melihat semuanya dengan jelas.
Sempat aku berpikir bahwa ajalku sudah akan datang menjemput, namun aku baik-baik saja. Hanya beberapa luka ringan yang kuderita di siku dan lututku.


Kupandangi telapak tanganku sejenak, seluruhnya masih normal. Aku kini dapat bergerak bebas.
Hanya satu yang berbeda. Cahaya bulan merah itu sudah tidak nampak lagi. Yang menerangi tempatku bersimpuh sekarang adalah cahaya perak yang temaram.


Aku menoleh kembali ke arah Reni.
Di sana sosok Reni sudah berubah menjadi Reni yang kukenal. Kepalanya tak lagi terpisah, tubuhnya tak lagi berlumuran darah. Di sana, Reni berdiri dengan gaun putih transparan seraya mencekik leher seseorang yang berusaha meronta untuk melepaskan diri.


“Lepasin dasar pelacur.......” hardik sosok yang dicekik oleh Reni.
“Gak akan gue biarin lu bertindak semau lu Tom.... udah cukup apa yang lu lakuin ke gue” ucap Reni.


’T-Tom????’


Pikiranku melayang jauh. Lututku masih terlalu lemas untuk berdiri.
Aku ingat betul raut wajah orang itu. Dia adalah Tomi, teman baruku.
Aku tak akan pernah melupakan wajah yang telah membuatku ketakutan setengah mati.


Tapi sebenarnya ada apa ini? Bagaimana Tomi bisa sampai di sini? Dari mana ia datang? Bagaimana bisa Reni mengenal sosoknya.


“Nay........ lu nggak apa-apa kan?” tanya sosok Reni. Ia kini memandang lurus ke arahku dengan sebuah senyum tulus. Senyum yang telah lama kukenal. Senyum itulah yang selalu berhasil membuat kegundahanku angkat kaki.


“R-Renn.....?” tanyaku ragu-ragu. Tanpa sadar air mataku kembali mengalir.
Aku sungguh kebingungan mencerna seluruh kejadian ini. Beberapa saat yang lalu, Reni sedang memburuku. Ia ingin membunuhku sama seperti apa yang ia lakukan pada Bu Shinta dan anak-anaknya.
Tapi kini senyum tulusnya sungguh tak berbohong. Aku kenal betul senyum itu.


Reni berpaling dariku.
Matanya yang teduh senada dengan senyum tulus itu berubah tajam mengerikan. Bibir Reni menyeringai lebar hingga nyaris menyentuh kedua telinganya. Ia kini menatap Tomi yang sedang meronta merasakan cekikan pada lehernya. Tomi menggenggam pergelangan tangan Reni kuat-kuat.


“Nay.... to...long...” suara Tomi terdengar begitu pelan dan terbata-bata. Tenaganya mulai habis.
Kakinya yang sempat meronta-ronta kini mulai diam perlahan.


“Bagaimana Tom.... sebentar lagi lo bakal kehilangan kekuatan, lo akan terbakar di neraka. Di sana lo bisa menyesali tindakan lo yang gak berperikemanusiaan” ucap Reni.


“Ren....JANGAAANN.....” aku memekik.
Seketika itu Reni menoleh, masih dengan tatapan tajam seperti ia menatap Tomi.
“Apa maksud lo Nay?”
“Apa yang lo lakuin? Tomi itu temen gue... dia yang udah bantu gue... dia yang.....”


“DIA BANTU LO KARENA MAU KEPERAWANAN LO...” suara Reni meninggi.
Aku tersentak kaget. Belum pernah selama aku mengenal Reni, ia membentakku. Reni adalah sahabat yang baik, tutur katanya lembut, jika ia membentakku demikian keras, pastilah ada alasannya.
“Dia sengaja bikin lo dipecat Nay.... dengan begitu dia bisa bikin lo berhutang sama dia”


“A-apa maksud lo Ren? Apa maksud semua ini.... “ aku mulai frustasi.
Di sana, kulihat raut wajah Reni berubah gundah.
Reni melambaikan tangannya. Mengisyaratkan agar aku mendekati mereka.


Rasa takut yang sempat menguasaiku perlahan hilang. Kendati aku belum bisa mempercayai Reni sepenuhnya, setidaknya aku tahu dari sorot matanya bahwa Reni tidak akan menyakitiku.


“Bajingan ini.... dia yang udah ngebunuh gue Nay, lo harus tau....” ucap Reni. “gue udah balas dendam... gue bunuh dia dengan cara serupa. Tapi sama kayak gue, dia gentayangan. Bedanya, kalo gue udah sepenuhnya jadi roh karena dibunuh manusia, dia masih setengah roh karena dibunuh oleh roh” lanjutnya.


“Dia punya satu tujuan sebelum benar-benar mati.... dia mau renggut keperawanan lo Nay”


Deg...Deg...Deg...
Jantungku berdebar cepat. Pandangan mata ingin tahu yang kutunjukkan kini berubah khawatir.
Bukan karena takut, namun karena mendengar kata-kata Reni yang baru saja ia ucapkan.


Sontak aku menyilangkan tangan di dada menutupi kedua payudaraku dan bergerak mundur satu langkah.
Mungkinkah Tomi yang selama ini menjadi teman ngobrolku bukanlah manusia?
“T-tapi.... dia udah nolong gue Ren...” aku menundukkan wajahku.


Kuakui, aku menyesal telah menerima bantuan Tomi. Jika benar bahwa dirinya yang telah membunuh Reni, maka aku tak akan pernah memaafkannya. Namun di lain sisi, aku kini berhutang budi kepadanya.
Aku bimbang, haruskah aku membiarkan Tomi dilenyapkan. Aku tidak tega.


“Jangan anggap diri lo hutang budi sama dia Nay... dia yang udah jadi penyebab lo di pecat. Selama ini dia terus nempel di badan lo, nikmatin aroma tubuh lo.” Lanjut Reni. “sekarang dia gak akan bertahan lama” Reni kembali memandang wajah Tomi yang menderita dalam cekikannya.


“Ren....” ucapku lirih.
Reni kembali menoleh ke arahku.
“Kenapa dia ngebunuh lo?”


Entah apakah aku menanyakan hal itu dengan nada yang salah. Reni kini menundukkan wajahnya.


~***~​


POV Reni
********


“Accchhhh... terus Tom.....” aku melenguh ketika penis Tomi dengan brutal dihujamkan ke dalam liang vaginaku. Aku dan Tomi, kini sedang bersetubuh dalam posisi women on top.


Payudaraku yang berayun liar tak dapat berlama-lama terbebas. Tomi segera meraih dan mengulum puting susuku seperti seorang musafir yang tersesat di padang gurun gersang.


“Mhhhh... toket lo bener-bener mantep Ren...” ucap Tomi dalam pergumulan kami.
“Nggghhhh.....aahhh...ahhhh.....” aku tak menyahuti racauannya. Tubuhku kini bergerak naik turun dengan sendirinya, kendati aku sedang berlakon sebagai sang pelayan, namun aku sangat menikmati persetubuhan kami.


Sex adalah sumber kehidupanku. Dari sanalah aku menggantungkan hidup dan mencari nafkah.
Tomi adalah salah satu dari banyak klienku yang rata-rata adalah pengusaha kelas atas. Umurnya belum menginjak kepala tiga. Bisa dibilang Tomi adalah pemuda yang sedang ranum-ranumnya.


“Mmmm..sslurpp..mmmhhh..” Tomi menarik tubuhku merebah, lalu melumat bibirku. Ohh, ia sangat haus akan kenikmatan.
Disela gerakan pinggulku yang masih intens bergerak naik turun, aku memainkan lidahku di dalam rongga mulut Tomi.


Tomi memang pemuda tampan dengan hasrat sex yang selalu meluap-luap.
Kendati ia memiliki seorang kekasih, namun Tomi rutin menggunakan jasaku seminggu dua kali.
‘Cewe gua memeknya nggak seenak lo Ren’ begitu ucapnya.


“Mmmmhh...... mmmmhh....” aku mendesah, meresapi kenikmatan saat rongga vaginaku terisi penuh oleh penisnya yang mengacung tegak.


”Slep....Slep....Slep.....”
Dengan kedua tangannya, Tomi meraih bongkahan pantatku dan sesekali menamparnya.
”Splakk....Splakkk....” ohh, aku suka diperlakukan seperti itu. Tiap tamparan pada bokongku membuat kulit di sana memerah. Perih, namun sebanding dengan derajat kenikmatan yang kian meninggi.


“Ohhhh..... gila.... emang memek seorang pro....aaaahhhhh....“ racauan kotor, dan terkadang makian kerap kudengar dilantunkan oleh Tomi. “Pereeek... anjing, enak banget memek lo Ren.....”


“Hhhhggghh.... Oohhhh, i-yaahh.... gue pelacur... gue budak sex lo Tom.... Ahhh...Ahhh....”
Hujaman demi hujaman membuat vaginaku kian berkedut. Cairan licin di dalam rongga itu sudah cukup banyak untuk membantu Tomi mempercepat gerakannya.


Tepat di hadapan wajahku, kulihat Tomi tersenyum senang.
Hidung kami yang mancung kini beradu saat kami saling menjulurkan lidah. Daging tak bertulang dengan liur membasahinya, masing-masing lidah kami kini saling bertaut.
“Sluurppp....Sluurpppp” aku suka, aku sungguh tergila-gila mengulum lidah pasangan mainku. Rasanya, sensasi basahnya, oohh.


”Plok...plokkk...plookk...ploookk...”
Tusukan penis yang dilancarkan Tomi semakin brutal. Ia kini mencengkeram pinggangku untuk menahan tubuh ini tetap diam. Sementara itu, ia menggerakkan tubuhnya naik turun dengan cepat sehingga penis sepanjang 17cm itu melesak dalam menerobos mulut rahimku.


Jujur, agak sakit rasanya jika ia menusukkan penis hingga sedalam itu.
Aku harus mengakhiri permainan ini sebelum vaginaku mengalami cidera.


“Akkkhhh...Akkkhhh........ enak banget kontol lo Tom...Akkkkhhhh...terus....”
Kalimat itu bukan kukatakan karena kenikmatan yang kurasa. Kalimat itu adalah jurus andalanku. Aku kerap mengucapkannya jika sudah bosan dengan permainan yang membuatku lelah.


“Nnnngghhh...aaaaaahhhhhhhhhh...aaaAAAhhhhHHHHH...” tubuh Tomi menegang.
Penisnya berdenyut-denyut di dalam vaginaku. Tak lama setelahnya, sperma hangat itu menyembur membasahi dinding rahimku.


“Ohhhh...shit.. gua kena lu kibulin lagi” ucap Tomi.
“Hihihi... lagian lama banget sih, gue udah capek tau” ucapku beralasan.
Sebagai seorang pelayan, memuaskan klien adalah tanggung jawabku. Aku tidak bisa mengatakan sejujurnya bahwa vaginaku terasa cukup sakit saat ia menghujamkan penisnya sedemikian dalam.


Ya, itu bukanlah pertama kali aku melakukannya pada Tomi. Hasrat seksualnya yang menggebu telah kumanfaatkan dengan baik. Jika aku diam tak bersuara, permainan kami bisa berlangsung hingga tiga jam lamanya. Namun dengan sedikit racauan nakal, aku mampu membuat Tomi tumbang seketika.


“Ahhh.... long time kali ini mantep.....” ucap Tomi. Ia berbaring di ranjang tempat kami melakukan perzinahan, sementara tangan kanannya kini sedang menggapai laci meja untuk mengambil sesuatu.
Seperti biasa, setelah Tomi puas dengan pelayananku, ia memberikan sebuah amplop cokelat tebal berisi uang. Aku terbiasa tidak menghitungnya, begitu mengintip ada lima bundel uang di sana, aku segera memasukkannya ke dalam tas.


“Thank you hon.... kalo butuh service atau ganti oli, lo tau harus hubungin siapa” ucapku sambil melempar sebuah senyum nakal pada Tomi. Pakaian-pakaianku masih berserakan di lantai. Dengan tubuh bugil tanpa busana, aku memungut pakaian itu satu persatu dan mengenakannya kembali.


“Cling...”
Saat itulah sebuah SMS yang mengawali tragedi ini masuk ke dalam handphoneku.
Aku meraih handphone dan membuka isi SMS itu. Tanpa kusadari, Tomi sudah melilitkan tangannya di pinggangku.


“Siapa itu Ren??” tanya Tomi saat melihat fotoku berdua dengan Naya yang kupajang sebagai wallpaper.
“Ohh... ini Naya, sahabat gue” jawabku
“Wow... berapa DC-nya?”


Mendengar perkataan Tomi yang merendahkan Naya, aku segera melepaskan rangkulan Tomi.
“Dia bukan cewe murahan kayak gue yang mau tidur sama semua cowo... dia masih perawan” ucapku ketus. Kupandangi wajah Tomi dengan sorot mata tegas, tanda bahwa aku tidak menyukai ucapannya tadi.
“Yailah... begitu aja marah Ren. Gue berani bayar mahal kok kalo dia emang masih virgin. Lagian kan belom tentu dia nggak mau, emang lo udah nanya sama dia?”


“Sorry Tom... buat yang itu gue gak bisa bantu...” aku melenggang pergi menuju pintu masuk kamar hotel.
“Oh ya..?? coba kita lihat dulu ya.... hmmm... di mana benda itu” gumam Tomi. Ia sepertinya sedang mencari-cari sesuatu.


“Ahh.... ini dia” kini selembar buku cek sudah berada di genggaman tangan Tomi.
Ia mengambil sebuah pena lalu mulai menulis di atas selembar cek, dan merobeknya sebelum diberikan kepadaku.


“Ini dua puluh lima juta buat lo, kalo lo bisa ngeyakinin dia buat tidur sama gua...” ucap Tomi seraya menyodorkan cek itu kepadaku “dan bilang sama temen lo, gua bakal beli kesucian dia seharga lima puluh juta”


Deg...Deg...Deg...
Jantungku berdebar kencang, mataku membelalak kaget. Bukan karena menerima cek pemberian Tomi, namun karena mendengar nominal yang bersedia Tomi bayarkan untuk menikmati tubuh perawan Naya. Langkahku yang tadinya mantap, kini terhenti tepat sebelum tanganku meraih handle pintu.


“Gimana Ren? Lo tau bener gimana gua.... gua selalu dapetin apa yang gua mau”
Aku menoleh ke belakang dan memandang raut wajah Tomi yang tersenyum sinis.


’Naya..... gimana keadaan dia sekarang ya?’ batinku.
Pertanyaan itu sangat beralasan. Ibunda Naya baru saja meninggal satu bulan lalu. Naya pastilah sangat membutuhkan uang saat ini.


“oke.. gue coba” jawabku.


Sepulangnya aku dari sana, aku segera menghubungi Naya.
Aku tau, kemungkinan besar Naya akan menolak. Namun sejak awal niatku baik. Aku ingin meringankan bebannya saat ini. Hidup seorang diri di tengah ibukota Jakarta bukanlah hal mudah. Terlebih sejak ibunya meninggal. Kudengar tabungannya sudah habis untuk mengurus prosesi pemakaman.


Namun ketika aku meneleponnya, Naya menolak dengan halus.
Aku tau itu, sangat tau. Naya di didik dengan baik oleh ibunya yang memiliki pandangan agama yang kolot. Karenanya, Naya menjadi pribadi yang santun dan taat pada ajaran agamanya. Ia tak pernah menyentuh minuman keras atau hal-hal sejenis.


Dua hari berselang, aku segera mengabarkan penolakan itu kepada Tomi.
Kami membuat janji bertemu di diskotik Exotica. Tomi sudah menyewa sebuah kamar untuk berbincang denganku. Di sanalah Tomi marah besar.


”Plaaakkk.... ia menamparku


“TOLOL AMAT SIH LO..... NGEBUJUK AJA GAK BISA” hardiknya.
Aku yang kala itu jatuh terjerembab di lantai tidak dapat melawan Tomi saat ia mulai menganiayaku.
Aku dipukul, ditendang, diinjak, ditampar, dijambak, dan dijedotkan ke dinding.


“Dasar perek gak ada gunanya lo... Pelacur rendahan....”


Sakit...
Amat sangat sakit. Tubuhku yang menjadi bulan-bulanan kini terasa bagai sebuah telur rapuh yang diinjak. Aku kini terkulai lemas di lantai kamar itu dengan darah menetes dari luka di kepalaku.
Saat itu Tomi berjalan meninggalkanku sejenak. Membiarkanku tenggelam dalam tangis penyesalan karena menerima tawarannya.


”Buuggg....” Tomi kembali menendang tubuhku
“Bangun lo perek......”


Aku tak mampu menjerit, bahkan saat Tomi tiba-tiba menyabetkan sesuatu yang tajam hingga merobek perutku.
“Aaa..akk.................” sakit sekali rasanya, aku nyaris tak mampu menjerit karena kaget dengan rasa sakit yang datang begitu cepat.


Tak puas merobek perutku, kini Tomi meraih rambutku yang tergerai.
“AAAAKKKHHHHHH...... a-ampun Tom.... Am-punnn...” aku mencoba meronta, namun darah yang terus mengucur dari luka di perutku membuat kalimat itu terputus-putus. Aku takut... sangat takut, aku tidak bisa membayangkan jika sampai terbunuh di tempat ini.
Aku mencoba memohon saat Tomi mulai menjambak rambutku hingga kepalaku menengadah memandang ke arah langit-langit.


”Sreeeeeeetttt..........”


“Oooorrrkkkkkk....kkrrrrrookkkk......” suara jeritanku kini terdengar parau.
Tiba-tiba, kurasakan rasa sakit yang teramat sangat dari bagian leherku diikuti oleh suara keras seperti kayu dipatahkan. Rasanya, jauh lebih menyakitkan dibanding luka sayatan pada perutku.
Tubuhku tak dapat kurasakan lagi. Pandangan mataku mulai gelap, yang dapat kuingat pada detik-detik terakhir itu adalah darah yang memancar deras entah dari mana.


Detik selanjutnya Tomi melemparkan kepalaku menjauh. Pandangan mataku yang mulai gelap masih bisa menangkap sedikit bayangan saat kepalaku berputar dan membentur lantai.
Di sana, Tomi berdiri dengan sebuah golok besar tergenggam di tangannya. Tepat di sisi kaki kirinya, tubuhku yang tanpa kepala tergeletak dengan leher terpotong yang menyemburkan darah.


Dengan santai, Tomi berjalan menuju tubuhku yang tergeletak tanpa kepala dan menarik keluar isi perutku. Kejam, sungguh sebuah perlakuan yang hanya pantas dilakukan oleh binatang.


Senyum puas dari seorang iblis tergambar sempurna di raut wajahnya. Tomi ini berjalan menuju tas milikku dan meraih handphone di dalam sana.
Ia tersenyum puas saat mendapati nomor handphone Naya ada disana.
Dengan raut wajah penuh kekejaman, Tomi kembali berjalan kearah kepalaku dan menyabetkan goloknya untuk terakhir kali.


Pandangan mataku semakin gelap, sepertinya sel-sel syaraf yang menopang kesadaranku mulai tidak berfungsi.
Harapanku di saat-saat terakhir, ada dua.
Aku ingin membalas dendam dan ingin melindungi keperawanan Naya dari Tomi.


***​


Meninggal secara tak wajar, jiwaku tak bisa pergi ke nirwana.
Keberadaanku masih terjaga. Kendati tanpa raga sejati, aku akan tetap melampiaskan dendamku pada Tomi dan sekaligus melindungi Naya.


Setelah beberapa hari berlalu, Tomi belum juga bisa melacak di mana Naya tinggal.
Kumanfaatkan kesempatan itu untuk membalaskan dendamku. Kekuatan yang telah aku kumpulkan harusnya sudah cukup.
Aku akan melindungi Naya..... Aku harus melindungi Naya……









~~Bersambung~~


.....Double twist....:banzai:....
Chapter 6 – Friend Forever - updated 27/10/14​
 
Terakhir diubah:
owww.. Updatenya kepagian ya om?? He..he..

Versi Reni, kali ini om robot aka tomi penjahatnya..
Masih misteri memang, apakah reni atau tomi yang sebenarnya tulus melindungi naya.. Keren om
 
Woooww.. Excellent..!! :jempol:
Penggambaran POV Reni saat dipenggal seperti saat nonton film Jacky Chan yang jadi jendral dan dipenggal.
Kirain Tomi operator game VR horor :Peace: ternyata eh ternyata kesurupan :konak:
Plot udah sampai klimaks, tinggal tunggu anti klimaksnya..
Naya sendiri lagi.. Di Ibukota yg lebih sadis dari Ibu Kost..
Cini Nay.. Cini.. Ama Abah ajjah..
 
whoaaaaa, rupanya jauh dari perkiraan saya :jempol: , Tomi disini jadi tokoh antagonis ya? hmm..keren keren :jempol: , anyway, Tomi matinya gara - gara kena ledakan bom mobil ya om :Peace:

Oke sekarang sesi penasaran, sebenarnya berapa lama sih kejadian dari waktu Reni di penggal sampai Tomi yang tersenyum puas ketika membaca nomor handphone Naya? apalagi ditambah dengan sesi tarik menarik isi perut. Kok semua itu sempet terlihat oleh Reni yang notabene ketika itu kepalanya sudah menggelinding di lantai? apakah ini yang disebut dengan kekuatan tekad? sehingga bisa memperlama proses kematian seseorang? maaf ya om mega kalo pertanyaan saya ga mutu :ampun:
 
whoaaaaa, rupanya jauh dari perkiraan saya :jempol: , Tomi disini jadi tokoh antagonis ya? hmm..keren keren :jempol: , anyway, Tomi matinya gara - gara kena ledakan bom mobil ya om :Peace:

Oke sekarang sesi penasaran, sebenarnya berapa lama sih kejadian dari waktu Reni di penggal sampai Tomi yang tersenyum puas ketika membaca nomor handphone Naya? apalagi ditambah dengan sesi tarik menarik isi perut. Kok semua itu sempet terlihat oleh Reni yang notabene ketika itu kepalanya sudah menggelinding di lantai? apakah ini yang disebut dengan kekuatan tekad? sehingga bisa memperlama proses kematian seseorang? maaf ya om mega kalo pertanyaan saya ga mutu :ampun:

disiksa - dipenggal - mokad - roh keluar - nah kayaknya roh nya ni yg tahu semuanya ... kayaknya sih gt
 
whoaaaaa, rupanya jauh dari perkiraan saya :jempol: , Tomi disini jadi tokoh antagonis ya? hmm..keren keren :jempol: , anyway, Tomi matinya gara - gara kena ledakan bom mobil ya om :Peace:

Oke sekarang sesi penasaran, sebenarnya berapa lama sih kejadian dari waktu Reni di penggal sampai Tomi yang tersenyum puas ketika membaca nomor handphone Naya? apalagi ditambah dengan sesi tarik menarik isi perut. Kok semua itu sempet terlihat oleh Reni yang notabene ketika itu kepalanya sudah menggelinding di lantai? apakah ini yang disebut dengan kekuatan tekad? sehingga bisa memperlama proses kematian seseorang? maaf ya om mega kalo pertanyaan saya ga mutu :ampun:

yup emang bsa..otak msh aktif selama 30 dtk sesudah kepala terpenggal... Jdi selama wkt itu,otak msh dpt merasakan rasa sakit :pandatakut:
 
whoaaaaa, rupanya jauh dari perkiraan saya :jempol: , Tomi disini jadi tokoh antagonis ya? hmm..keren keren :jempol: , anyway, Tomi matinya gara - gara kena ledakan bom mobil ya om :Peace:

Oke sekarang sesi penasaran, sebenarnya berapa lama sih kejadian dari waktu Reni di penggal sampai Tomi yang tersenyum puas ketika membaca nomor handphone Naya? apalagi ditambah dengan sesi tarik menarik isi perut. Kok semua itu sempet terlihat oleh Reni yang notabene ketika itu kepalanya sudah menggelinding di lantai? apakah ini yang disebut dengan kekuatan tekad? sehingga bisa memperlama proses kematian seseorang? maaf ya om mega kalo pertanyaan saya ga mutu :ampun:
kalo ga salah slama msh ada darah mengalir d otak msh bsa berfungsi om, kalo itu isi perutnya kan abs palanya d pngval baru d keluarin
kalo waktu d penggal sampe udhd "melayang" itu kira" 15-30s

CMIIW
 
Kok jd pembunuhan sih Gan.
Kao kt ane tdnya hrsnya Naya-nya mau dibujuk buat diperawanin ama Tomi, nah si Reninya ngerangsang Naya waktu Naya diperawanin, kt ane sih lbh keren kalo gitu..... :D
 
disiksa - dipenggal - mokad - roh keluar - nah kayaknya roh nya ni yg tahu semuanya ... kayaknya sih gt

"Pandangan mataku semakin gelap, sepertinya sel-sel syaraf yang menopang kesadaranku mulai tidak berfungsi.
Harapanku di saat-saat terakhir, ada dua.
Aku ingin membalas dendam dan ingin melindungi keperawanan Naya dari Tomi". << saya sih nangkepnya disini Reni masih dalam proses sakratul maut gan, makanya jadi sedikit bingung :pusing:
 
yup emang bsa..otak msh aktif selama 30 dtk sesudah kepala terpenggal... Jdi selama wkt itu,otak msh dpt merasakan rasa sakit :pandatakut:

30 detik yang mengerikan sekali buat Reni :takut:
 
Akh sial... Nubi ketiduran di saat-saat terakhir...
 
Soal scene itu, sudah dijawab sama om rudrakh... :D
Mungkin ngak persis 30 detik, tapi ya kira2 bgitu... :D
 
Updatenya keren , ternyata Tomi itu antagonis , dan Reni maksudnya mau nyelamatin Naya, penasaran kelanjutannya gimana :D
 
:kacau:Tomiii, huueghhh... buat sarapan pagi ini berubah rasa,,, seperti meronta-ronta memaksa pulang kembali kedalam piring saji..
:mati:
 
Tunggu sebelumnya ane minta maaf nyampein hipotesis ni om n mudah-mudahan salah n kena troll deh hamba yang tolol n sotoy ini
Ada yang aneh ni ya om.
Pertama yah namanya diskotik pasti buka tiap hari nah pasti cepet dong ketauan tuh mayat kecuali matinya di tempat pengajian yang tiap malem jum'at. . .
Kedua tomikan knal naya 1 bulan katanya sebelum dipecat babi. .
Ketiga si babi mati ketabrak setelah shock liat cewek zombie bloon jalan ga' lewat zebra cross ato jembatan penyebrangan. .
Keempat manusia bunuh manusia kemudian mati trus setan bunuh manusia trus ....? Nah ni butuh subjek dong kecuali reni masih keturunam MADARA trus dibangkitkan dengan jutsu terlarang ato dia pemakan buah iblis yomi yomi no mi ato ada yang pemakan ope ope no mi nih emak naya aja mati 2X kata naya 2 bulan trus kata reni 1 bulan wew ah semua ini membingungkan seakan akan decepticon datang menyerang bumi di saat ane lagi ML ama megan fox yang aku ketahui ternyata gerobak tukang bubur naik haji adalah mata mata dari decepticon. .
Tapi maaf sekali lagi om agak nyinyir. . .
 
Tunggu sebelumnya ane minta maaf nyampein hipotesis ni om n mudah-mudah salah n kena troll deh hamba yang tolol n sotoy ini
Ada yang aneh ni ya om.
Pertama yah namanya diskotik pasti buka tiap hari nah pasti cepet dong ketauan tuh mayat kecuali matinya di tempat pengajian yang tiap malem jum'at. . .
Kedua tomikan knal naya katanya sebelum dipecat babi. .
Ketiga si babi mati ketabrak setelah shock liat cewek zombie bloon jalan ga' lewat zebra cross ato jembatan penyebrangan. .
Keempat manusia bunuh manusia kemudian mati trus setan bunuh manusia trus ....? Nah ni butuh subjek dong kecuali reni masih keturunam MADARA trus dibangkitkan dengan jutsu terlarang ato dia pemakan buah iblis yomi yomi no mi. .
Maaf sekali lagi om agak nyinyir. . .

Di chapter 4 Gan, yang FAKE.. Berita koran Reni mokat sebulan yll, pelaku buron, jadi saat buron inilah Tomi mokad dan gentayangan terobsesi sama virginnya Naya.. Trus nyusup deh ke dalem tubuh Naya.. Bikin rusuh..
Sorry nubi sok jadi jubir TS :tabok: ane aja Suhu..
 
Bimabet
Tunggu sebelumnya ane minta maaf nyampein hipotesis ni om n mudah-mudahan salah n kena troll deh hamba yang tolol n sotoy ini
Ada yang aneh ni ya om.
Pertama yah namanya diskotik pasti buka tiap hari nah pasti cepet dong ketauan tuh mayat kecuali matinya di tempat pengajian yang tiap malem jum'at. . .

Itu mudah selama Tomi punya banyak uang untuk menyuap polisi supaya statusnya tetep buron..
:Peace:

Kedua tomikan knal naya 1 bulan katanya sebelum dipecat babi. .


Untuk yg itu, jawabannya ada di Chapter terakhir :D

Ketiga si babi mati ketabrak setelah shock liat cewek zombie bloon jalan ga' lewat zebra cross ato jembatan penyebrangan. .

Itu juga di chapter 6 penjelasannya...
:D


Keempat manusia bunuh manusia kemudian mati trus setan bunuh manusia trus ....? Nah ni butuh subjek dong kecuali reni masih keturunam MADARA trus dibangkitkan dengan jutsu terlarang ato dia pemakan buah iblis yomi yomi no mi ato ada yang pemakan ope ope no mi



Nope.... Dalam kasus ini, Reni gentayangan karena menyimpan dendam...
:banzai:




nih emak naya aja mati 2X kata naya 2 bulan trus kata reni 1 bulan wew ah semua ini membingungkan seakan akan decepticon datang menyerang bumi di saat ane lagi ML ama megan fox yang aku ketahui ternyata gerobak tukang bubur naik haji adalah mata mata dari decepticon. .
Tapi maaf sekali lagi om agak nyinyir. . .


Yg terakhir... Hmm membingungkan ya...
Ya, memang sengaja di kemas begitu..

Ini timeline aslinya...


Hari ini, Naya dipecat...
Sebulan yg lalu, doi kenalan sama Tomi
Sebelumnya, Reni menghubungi Naya naya, nawarin jual keperawanan...
Sebulan sebelum Reni menghubungi Naya, disitulah ibu Naya mrninggal...


Jika dilihat dari scene Reni, maka Reni taunya, ibu Naya baru meninggal sebulan... Krn scene Reni adalah flashback...
Tapi jika dilihat dari scene Naya waktu di chapter awal, ibunya udah meninggal 2 bulan yg lalu...

Kurang lebih bgitu penjelasan nubi, dan memang semuanya di set seperti itu supaya ngak gampang kebaca...
Semoga tidak ada blunder dalam timeline semrawut yg nubi buat...
:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd