misterzacky
Semprot Kecil
1.Merajut
Sore itu aku sampai di Stasiun Kota paling timur Pulau Jawa. Hiruk pikuk sangat kental menyelimuti keadaaan sekitar, rayuan rayuan para penyedia jasa angkutan seolah bagai nyanyian mengalun berkompetisi. tak ada yang menarik perhatian ku sedikit pun disana. Langkah ku menapaki Kota ini di sambut rintik hujan yang turun dan seolah mengambarkan perasaanku saat ini.
kesedihan itu masih kental dihati, kesedihan yang sudah bisa kabur dari hatiku kini hinggap kembali bagai seorang anak yang tak ingin lepas dari pelukan Ibunya. Penyesalan sudah tidak berguna lagi untukku.
Bayangan May masih saja menempel di sudut otakku, bayangan senyum indah bak Dewi khayangan itu tidak berhasil ku lupakan meski aku sudah jauh meninggalkan kota yang penuh kenangan manis dan pahit itu. aku pergi dari Ibukota setelah Papa May secara paksa memisahkan kami. perbedaan latar belakang dan kasta kehidupan di jadikan senjata ampuh untuk memisahkan kebahagian kami.
"Kenapa harus ada pertemuan dan kenapa harus ada perpisahan"Desahku saat berteduh di sebuah pelataran toko.
Sebenarnya yang aku sesali adalah diriku sendiri. diriku yang tidak bisa berbuat apa apa ketika orang yang aku sayangi direngut dariku. Riani dan May. mereka berdua direngut dariku disaat aku mulai mendapatkan kenyamanan dan ketentraman dalam berhubungan.
"ndukkkk takkkkk awwww"Suara gaduh membuyarkan lamunanku
"Nduuuuugggggg" Sekali lagi suara itu terdengar Gang kecil samping tempatku berteduh
Rasa penasaran menuntun ku melihat ke Gang sempit itu. disana ada 3 Orang pria yang sedang memukuli seseorang. "Ah bukan urusanku"Pikirku sambil kembali ketempat semula
"Ndugggggggggggggg ammmmpppuuuunnnnn ssaaakkkiiittt"Rintihan itu sangat pilu terdengar olehku
Kenapa harus ada rintihan di dunia ini, kenapa harus ada rasa sakit di dunia ini dan kenapa. Fikiranku seakan mulai mempertanyakan salah satu ketentuan Tuhan itu.
"Tidak boleh.. tidakkk bolehhhhhh"Teriakku
"Woyyyyy siapa itu"Teriak seseorang dari dalam Gang
"Eh kampret ngapain lu di sini, pergi sana a*j*ng"Teriak salah seorang pria yang muncul dari Gang itu
"Tidak boleh lagi aku dihina tidak boleh lagi penghinaan pada diriku"Doktrin yang tiba tiba tertanam di otakku
Cukup penghinaan dari Papa May yang terakhir untukku, tidak boleh lagi penghinaan yang lain tertuju padaku. Dan mulai saat ini tidak boleh lagi ada penghinaan buatku, semua yang menhinaku akan aku tindak, aku bukan manusia hina.
Sebuah tendangan kaki kananku telak mengenai perut pria itu dan di saat dia tertahan memegang perutnya, tendangan putar kaki kiriku tepat di kepalanya membuat dia jatuh terkapar.
"Woyyyy b*n*s*t" Teriak teman temannya dari dalam Gang
Perkelahianku dengan berandalan itu tak terhindarkan lagi, Silat yang di turunkan Kakekku mampu melumpuhkan ketiga preman tadi mesti aku juga ada sedikit memar akibat pukulan dan tendangan mereka.
"Mas terima kasih"Sapa seorang remaja kepadaku
"Ya lain kali hati hati"Balasku sambil mengambil Tas ranselku yang tergeletak di jalan
Ketiga preman itupun pergi sambil berkata mengancamku, tapi aku tidak fikirkan ancaman itu, bagiku sekarang, siapa yang berani menghinaku akan aku habisi.
"Mas mau kemana"Tanya remaja laki laki itu balik
Aku hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan remaja itu.
Sore itu aku sampai di Stasiun Kota paling timur Pulau Jawa. Hiruk pikuk sangat kental menyelimuti keadaaan sekitar, rayuan rayuan para penyedia jasa angkutan seolah bagai nyanyian mengalun berkompetisi. tak ada yang menarik perhatian ku sedikit pun disana. Langkah ku menapaki Kota ini di sambut rintik hujan yang turun dan seolah mengambarkan perasaanku saat ini.
kesedihan itu masih kental dihati, kesedihan yang sudah bisa kabur dari hatiku kini hinggap kembali bagai seorang anak yang tak ingin lepas dari pelukan Ibunya. Penyesalan sudah tidak berguna lagi untukku.
Bayangan May masih saja menempel di sudut otakku, bayangan senyum indah bak Dewi khayangan itu tidak berhasil ku lupakan meski aku sudah jauh meninggalkan kota yang penuh kenangan manis dan pahit itu. aku pergi dari Ibukota setelah Papa May secara paksa memisahkan kami. perbedaan latar belakang dan kasta kehidupan di jadikan senjata ampuh untuk memisahkan kebahagian kami.
"Kenapa harus ada pertemuan dan kenapa harus ada perpisahan"Desahku saat berteduh di sebuah pelataran toko.
Sebenarnya yang aku sesali adalah diriku sendiri. diriku yang tidak bisa berbuat apa apa ketika orang yang aku sayangi direngut dariku. Riani dan May. mereka berdua direngut dariku disaat aku mulai mendapatkan kenyamanan dan ketentraman dalam berhubungan.
"ndukkkk takkkkk awwww"Suara gaduh membuyarkan lamunanku
"Nduuuuugggggg" Sekali lagi suara itu terdengar Gang kecil samping tempatku berteduh
Rasa penasaran menuntun ku melihat ke Gang sempit itu. disana ada 3 Orang pria yang sedang memukuli seseorang. "Ah bukan urusanku"Pikirku sambil kembali ketempat semula
"Ndugggggggggggggg ammmmpppuuuunnnnn ssaaakkkiiittt"Rintihan itu sangat pilu terdengar olehku
Kenapa harus ada rintihan di dunia ini, kenapa harus ada rasa sakit di dunia ini dan kenapa. Fikiranku seakan mulai mempertanyakan salah satu ketentuan Tuhan itu.
"Tidak boleh.. tidakkk bolehhhhhh"Teriakku
"Woyyyyy siapa itu"Teriak seseorang dari dalam Gang
"Eh kampret ngapain lu di sini, pergi sana a*j*ng"Teriak salah seorang pria yang muncul dari Gang itu
"Tidak boleh lagi aku dihina tidak boleh lagi penghinaan pada diriku"Doktrin yang tiba tiba tertanam di otakku
Cukup penghinaan dari Papa May yang terakhir untukku, tidak boleh lagi penghinaan yang lain tertuju padaku. Dan mulai saat ini tidak boleh lagi ada penghinaan buatku, semua yang menhinaku akan aku tindak, aku bukan manusia hina.
Sebuah tendangan kaki kananku telak mengenai perut pria itu dan di saat dia tertahan memegang perutnya, tendangan putar kaki kiriku tepat di kepalanya membuat dia jatuh terkapar.
"Woyyyy b*n*s*t" Teriak teman temannya dari dalam Gang
Perkelahianku dengan berandalan itu tak terhindarkan lagi, Silat yang di turunkan Kakekku mampu melumpuhkan ketiga preman tadi mesti aku juga ada sedikit memar akibat pukulan dan tendangan mereka.
"Mas terima kasih"Sapa seorang remaja kepadaku
"Ya lain kali hati hati"Balasku sambil mengambil Tas ranselku yang tergeletak di jalan
Ketiga preman itupun pergi sambil berkata mengancamku, tapi aku tidak fikirkan ancaman itu, bagiku sekarang, siapa yang berani menghinaku akan aku habisi.
"Mas mau kemana"Tanya remaja laki laki itu balik
Aku hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan remaja itu.