Part2- Awal perkenalan itu
Lanjut obrolanku dengan mbak Indri
Mbak Indri : “Atau udah ga suka cewek with white uniform? Pengennya cewek gunung gitu ya….ha…ha…ha!
Doni : “Ngga juga sih mbak, tapi pengen cari cewek dari dunia yang berbeda.”
Mbak Indri : “ooooo….udah pernah cobaim aplikasi ini ga?” sambal menjukan aplikasi Lebah Bicara (pada tahukan aplikasi ini dulu booming)
Doni : “belum mbak, aplikasi apaan itu?”
Mbak Indri : “Aplikasi cari jodoh, cobain aja.”
Doni : “Ok Mbak, makasih ya ntar gw cobain”
Setelah obrolaku dengan mbak Indri, aku tidak langsung menginstall aplikasi tersebut di smartphoneku,hingga 2 hari kemudiaan, saat sedang mengunjungi kantor kustomerku didaerah Cukang (daerah yang banyak lapak2 madura itu),disaat menunggu owner perusahaan, aku iseng download aplikasi lebah bicara sesuai dengan rekomendasi mbak Indri dan mulai berselancar, swipe and match. Ada beberapa wanita yang match dan aku sedikit tertarik, kemudia aku kirim chat random“Selamat pagi, boleh kenalan?”
Sampai ada seseorang perempuan yang match diaplikasi memberikan respon (saat itu aku belum tertarik sama sekali)
Perempuan : “Selamat Pagi, Mas, Salam kenal kembali”
Doni : “Aku Doni, Jakarta, kalo kamu?.”
Permpuan : “Aku Dini, Jakarta juga mas, mas-nya Jakarta mana?”
Chat pertamaku ini masihku simpan sampai saat ini. Setelah beberapa minggu berkenalan via chat aku putuskan untuk mengajak Dini dinner didaerah Sumarecon kota Patriot, dengan sebelumnya aku jemput dia didepan Kawasan industri tempat pabrik Dini bekerja.
Sampailah aku digerbang kawasan Indusrtinya. aku chat Dini memberi tahu posisi aku menunggu, tidak lama kemudia ada seorang perempuan data menghampiri mobilku. Aku turun dari mobil dan ku bukakan pintu mobil sebelah kiriku,
Doni : “Silahkan masuk, maaf mobilnya belum dibersihkan, Jadi kita mau kemana nih?
Kemudia mobil ku pacu di arah sumarrecon kota patriot,
Dini : “Karena mas yang ngajak, aku terserah mas aja”
jawab Dini (seperti standar jawaban cewek pada umumnya).
Sebelumnya sebagai gambaran Dini itu cewek sewajarnya wanita Indonesia, Tinggi 158 cm, berat badan sekitar 48-50 Kg, ukuran dada 34B perawakan kecil, tidak semok atau padat seperti Luna, dan kesehariannya dia Jilbab walau bukan Jilbab Alim atau Panjang gitu.
Akhirnya aku putuskan makan di Restoran Keluarga,Masakan Sunda, sewaktu makan kami hanya membahas pertanyaan ringan -ringan saja sebatas perkenalan sewajarnya, nama lengkap, pekerjaan, asli mana, disini tinggal dimana. Tetapi ada pertanyaan yang membuatku terkaget ketika perjalanan pulang adalah,
Dini : “Mas kamu ga malu kenalan dan mendekati aku? Aku buruh dan hanya lulusan SMA loh?”
Doni : “Lah apa yang salah dengan Buruh dan SMA? Yang penting pekerjaan halal dan tidak mengangu orang” dengan tetap fokus kedepan dan menyetir
Dini : “Mas aku itu beda kelas sama mas Doni, mas Doni aja sudah mandiri, punya apartement sendiri, kendaraan sendiri, masak sih ga ada cewek cantik yang mas deketin?”
(Jawablah dengan sejujur mungkin dan dengan nada flat)
Doni : “Yang mas deketin ada sih, tapi mas kan cari yang mau diajak kejenjang hubunga yang lebih serius."
Dini : “Emang aku mau kamu seriusin mas?ha..hah…haha bercanda ya mas”
Terdiam sejenak dan dini melanjutkan pertanyaanya
Dini :“Mas menurut kamu cewek ga perawan itu gimana? Dan kamu terima ga kalo cewekmu sudah ga perawan lagi?”.
Belum sempat aku menjawab Dini sudah memintaku untuk berhenti,
Dini :“Mas stop disini aja, udah nyampe kok, itu gangnya. Ga masuk mobil soalnya”
Sambil menujuk ke gang kecil yang muat 2 motor paling didaerah Pipar Cukang.
Dan yang membuatku lebih shock lagi, dini berpamitan
Dini :“Mas, Mas Terima kasih ya traktirannya, kalo mas ga suka aku ga papa kok”
sambil salaman dan cium tangan, hal ini jarang kejadian dilingakaran pertemanan perempuanku,
dan aku hanya terdiam dan menjawab “sama – sama, nanti kalo mau jalan lagi aku kabarin”
Sepanjang malam itu aku berusaha mengartikan maksud dari pertanyaan Dini, dan malam itu setibanya dikamarku yang berantakan aku putuskan untuk inisiatif chat Dini duluan
Doni : “Dek maksud pertanyaan kamu tadi apa ya?”
Dini : “Pertanyaan yang mana mas? Yang terakhir? Ga ada maksud apa - apa”
Doni : “Bagi mas perawan atau ga bukan hal utama, yang terpenting pengabdian dan kesetiaan. Perawan ma janda emang ada bedanya?”
Dini : “Waduh jangan2 mas udah tahu beda rasanya perwaran dan janda”
Doni : “hahaha…bisa aja kamu macingnya dek, Lusa nonton bioskop yuk ada film tenggelammnya kapal van Holen”
Dini :“Boleh mas, terima kasih ya, atas jawabnya dan ajakan nontonnya, aku udah ngatuk mau tidur dulu”
Beberapa hari kemudian , aku sudah stand by di Betamidi diseberang gang masuk kontrakan Dini,
Doni : “Malam dek, sudah siap?”
Dini : “Emang kita mau kemana nanya siap apa ga?”
Doni :“ kebioskoplah masak ke KUA”
Dan sepanjang perjalan kita isi dengan bercanda dan saling mengoda. Sesampainya dibioskop aku pesan kursi pojok atas, tidak lupa pula aku tanya dini mau cemilannya apa. Dan yang membuatku kagum dia hanya mesan minum saja. Film pu diputar, kami fokus saja pada adegan film tergelammnya kapal van Holen, sampai disatu moment Hayati membacakan surat "Janji Setia Bersama" kepada Zainuddin, Ku peggang tangan kiri Dini, Ia tidak merespon, Ku usap jilbabnya dan aku arahkan kepalanya kepundakku untuk bersandar dan aku rangkul Dini layaknya pacar. Dini pasrah saja ketika aku kecup keningnya. Tangan kiri mulai bergerilia sambil merangkul Dini, sampailah digundukan kenyal payudaranya. Ku hentikan sejenak kegiatanku itu dan Ia tetap pura - pura fokus ke layar bioskop. Setelah ku atur nafas, aku beranikan diri untuk mengecup bibirnya, awalnya ada penolakan, kurasakan bibirnya tertahan untuk terbuka, aku terus berusaha masuk dengan menjilati bibir tebalnya itu, dan akhirnya pertahannya luluh juga, ku lumat bibirnya, ku adukan lindahku dengan lidahnya, Dini pasrah terdiam. Kuraba selangkangnya dan husap2 dari celana jeansnya berlahan tapi pasti kurasakan Dini sangat menikmati dibuktikan makin eratnya dia memelukku dan permainan liar lidahnya. Lampu bioskop dinyalakan, Tak terasa film sudah usai dan kami tersentak menyelesaikan pergumulan ini. sambil menahan diri kami berjalan keluar menuju ke mobil yang ada di basemant,sedang dalam pikiranku masih melayang - layang “aku harus menyelesaikan ini,kentang banget!”. Sepanjang jalan dari bioskop ke basement Dini manja sekali dengan ku, dipegangnya tanganku sampai dimobil.
Mobil kupacu kencang agar segera sampai kekontrakannya, sesaat kemudian hayalanku terbuyar oleh pertanyaan pembuka Dini.
Dini : “Mas kamu mau serius denganku? Kamu sanggup nerima aku apa adanya?”
Doni : “Apa adek dini ga percaya sama mas?sudah sejauh ini kita kenal?” (nafsu dan cinta itu hanya dibatasi oleh selaput kesadaran)
Dini : “Mas aku mau jujur dengan kamu.”
Terdiam sejenak matanya mulai berkaca – kaca bibirnya bergetar untuk berucap
Doni : “Napa, kamu ga perawan?aku sudah menerima kamu sejak awal dan kamu sudah meperlihatkan pengabdian dan kesetiaanmu?”
Dini : “Mas maafkan aku…Apakah kamu terima keadaan ku jika aku seorang janda?”
Bak disambar petir, aku terdiam beribu bahasa yang sepintas ada dalam pikiranku hanya bertanya
(lagi - lagi, nafsu dan cinta itu hanya dibatasi oleh selaput kesadaran)
Doni : “Anak- anakmu dimana?”,kacau sekali kepalaku saat itu
Dini : “Mas, aku pulang dulu ya.” Dengan berpamintan dan tetap salam sambil mencium tanganku, diusap tangisnya dan beranjak keluar dari mobilku.
Aku hanya bisa terdiam diparkiran Betamidi, sejenak aku tarik nafas dalam dan beranjak untuk pulang, disaat bersamaan masuk WA massage dari Dini.
Dini : “Mas aku janda yang belum pernah punya anak.”
Doni : “Dek Dini, mas sayang kamu seutuhnya dari hati, bolehkan mas mendengarkan ceritamu lebih jauh, mas tidak akan mengubah rasa cinta mas ke kamu”
(nafsu dan cinta itu hanya dibatasi oleh selaput kesadaran)
Dini : “Boleh” hanya itu jawabnya dan jawab singkat itu mengubah jalan hidupku kemudian. Segera tanpa dikomandoi aku meluncur ke kontrakan Dini walaupun aku belum tahu no kotrakan dia yang mana tapi feel mengendus manusia pasti benar. Sesampainya didepan kontrakannya (diindintifikasi dari sandal dan sepatunya), ku gedor pintunya, Dini menjawab dari dalam “masuk aja mas, ga dikunci”. Ku buka pintu dan kulihat Dini sedang duduk dilantai diruang tamu kontrakannya belum menganti baju tetapi telah menganti jilbabnya. dengan jilbab santai. Sebagai gambaran kontrakan Dini terdiri dari 3 ruangan, Ruang Tamu, Kamar tidur, kamar mandi dan Dapur ukuran kontrakan sekitar 4 m x 8 m. diruang tamu ada Meja dan TV 32in, dikamar ada Kasur berukuran Queen size dan Lemari pakaian dan didapur ada kompor 1 tungku dan kulkas kecil serta kamar mandi dipojok kiri sebelah dapur.
Setelah masuk aku langsung menjongkok dan mengelus punggung DIni dan perucap,
Doni : “Mas sayang kamu apapun keadaanmu, mas cinta kesederhanaanmu, pengabdian dan kesetiaanmu, layani mas dengan sepenuh hati”
Dini : “Mas aku janda, siapa yang mau nerima janda?”
Doni : “Apa yang salah dengan Janda?aku juga ga perjaka lagi?coba ceritakan sejarah hidupmu dek!” dengan nada sedikit meninggi dan memegang kedua tangannya dengan erat
Dini pun mulai bercerita,
Dini : “mas aku janda baik – baik, pisah dan menikah juga dengan baik, aku menikah tahun 2009 saat itu umurku 19 tahun. Suamiku kerja dipabrik diIndramayu sedangkan aku diJakarta jadi kami hanya bertemu seminggu 2-3 kali. hingga 2 tahun berlalu aku belum diberi momongan, suamiku mulai gelisah dengan omongan orang tuanya. disebabkan hal ini akhirnya suamiku selingkuh dan menghamili selingkuhannya. Seketika dunia berhenti mas……(terdiam sebentar), aku harus menerima keadaan itu dan aku ditinggal suamiku tanpa status yang pasti , aku anggap dia sudah menceraikanku”.
Aku segera sigap dalam posisi duduk bersila didepan Dini kupeluk dia dalam, tanpa babibu lagi ku kecup keningnya
Doni : "mau kah kamu menjadi pendamping hidupku kelak?”.
Dini tidak menjawab dan makin erat dia memelukku.
Kami sejanak berpelukan, kemudian Dini beranjak berdiri dan akupun ikut berdiri
Dini : “Mas Doni, Aku untukmu dan akau akan berusaha membuatmu bahagia dan akan mengabdi untukmu seutuhnya”.
kami berpelukan sejenak melepaskan semua ego dan emosi
Dini : “mas mau dibuatin apa? teh, kopi atau sirup?”.
Doni : “Yang manis udah ada ma adek, apa aja yang dibuat adek Dini sayang pasti enak”.
Dini pun beranjak ke dapur dan diam -diam ku ikutin dia dari belakang sesampainya didapur, belum sempat memegang gelas kudekap dia dari belakang,
Dini hanya berucap, “Mas Doni, manja sekali sih,"
kubalik badannya kukecup bibirnya dan lidah kami saling beradu. Tanganku bergerilia kebongkahan patat Dini yang standar wanita Indonesia.
Nafas Dini memburu, jilbanya ku singkap kujilati lehernya sampai kebagian telinga, getaran nafsu Dini terasa sampai ke kepalaku. Aku dorong dia kearah kamar.
Sambil kubisikan kata “Mas sayang adek seutuhnya”, kurebahkan tubuhnya dipojokan Kasur kubuka bajunya dan telihatlah payudara berselimut BH berwarna krem itu, kujilatin perut menuju payudaranya Dini hanya bisa mendesah “eeehhmmm, maaas, maafkan aku”. Kubuka BHnya dan kujilatin payudaranya, dini semakin mengeliat “Mas, pelan – pelan, geli mas….”, sambil mengingit bibir bawahnya Dini mendesah “emmm, mass, jangan digigit” ketika aku gigit – gigit kecil putting merah jambu itu sembari tangan kananku sudah masuk kedalam celana Jeans Dini, ku buka pengait dan reseleting celananya secara cepat Dini memengang tanganku erat tanda penolakan,
ku bisikan sebuah kata yang membuatnya luruh, “Jadilah wanita yang penuh pengabdian dan layani aku dengan sutuhnya” (ku tiru kata – kata Dini sebelumya), Dini luruh dilepaskankan Tanganku dan dipindahkan tangannya memengan kepalaku agar dia bisa lebih dalam masuk kedalam diriku melalui pertarungan lidah. Sekarang tanganku sudah masuk kebelahan vagina Dini, kurasakan bulu - bulu halus dan sedikit jarang, hangat dan basah, tanpa instruksi ku Tarik Celana Jeans sekaligus celana dalam putih itu bersamaan, setelah lepas kupandangi pacarku ini dari ujung rambut dan ujung kaki dan berkata, “Kan kusetubuhi kamu dengan cinta, sayang”, Dini pun malu menutup payudara dan vaginanya, dan akupun protes ke Dini dan berkata“ooo gitu ya ma dek sama Masmu?”, ku Tarik tangan kiri yang menutup vaginannya, mulai kudekatkan bibirku ke bibir vaginanya bau khas vagina terciup oleh ku, dan lidahku mulai menjilati vagina manis itu, mulai dari bagian lubang seggama mencari klitorisnya, “Mas kamu ngapain? Jijik tahu….emmm, sayang geli banget aaahhhh, mas udah dong”. Dari responnya aku bisa rasakan bahwa Dini dan "Mantan"-nya tidak pernah bereksplorasi ketika bercinta, Aku tetap jaim dan wajib terlihat tidak pengalaman. Kujilatin klitorisnya hingga dia mengerang “Mas, aku geli banget mas….ahhh….ahh…*** kuat, aku mau pipis”, Dini klimaks dijambaknya rambutku dan bersamaan dengan itu keluarlah cairan kenikmatan itu rasanya gurih cenderung asin. Langsung berlariku kearah wajahnya kecup bibirnya dan berbisik “Mas sayang adek”, dan Dini mebalas “Adek sayang mas seutuhnya”. Berhubung aku belum buka baju sama sekali dan belum klimaks (ketang banget), kupeluk Dini dan tanpa diperintah dia sudah membuka pahanya dan mengangkak padahal saat itu aku belum sempat membuka baju. Dengan segera aku buka celanaku, Dini pun membantu membuka , terpampanglah Penis ukuran 17 cm diameter standar Indonesia (mungkin), Dini sempat membuang mukanya “mas pelan – pelan ya, aku dah lama ga gini, takut sakit, mas”, sering ucapanya aku gosok – gosokan kepala penisku dibibir vagina Dini, geli mejalar sampai ke Kepala. Ku dorong berlahan pinggulku dan kubisikan “Mas sayang kamu Dek” , Penis itupun masuk berlahan , basah dan mengigit kecil (tanda ada penolakan dan belum percaya sepenuhnya), kemudian aku biarkan masuk 1/2 bagian kudiamkan dan kubiarkan Vaginanya beradaptasi, Dini hanya bisa mendesah dan meringis "Mas, sakit banget mas, pelan - pelan yang." Doni menjawab "Yang memekmu enak banget yaaaang, serasa perawan", Dini memelukku erat masih dengan gaya missionari. Pahanya, Ia gunakan untuk mengunci bokongku dan dengan sekali hentakan akhirnya 17 cm penis itu masuk utuhnya didalam vaginanya dan ia pun tersentak diremas rambutku, laluku bisikan lagi ketelingannya “Tubuh kita sudah menyatu dalam cinta dek” kudiamkan sejenak , “mas sakit mas….aaahhh”, batang penislu rasanya digigit - gigit seperti perawan. Malam itu seperti malam pertama bagi kami, ku kenjot dia naik -turun, ku suruh Dini memandang diriku saat bercinta “Dek lihat mas dek, pandangi mas sebagai pasangan hidupmu sampai hari tua nanti”, Dini sudah mulai terbisa dengan ritme kenjotanku, dia ikut mengerakan pinggulnya, meskipun kami hanya bercinta dalam posisi missionary tapi Dini seperti menikmati. Sesaat kemudian pejuhku sudah mencapai puncaknya dan siap ditembakan, “dek mas mau keluar”, dini langsung menyambar bibirku dan didekapnya kuat aku, kakinya kembali dikuncikannya dipinggulku erat sekali bokongnya dia percepat naik dan turun, semakin becek dan perih di kepala penisku,makin membuatku menggila, kupercepat genjotanku pula dan dia hanya mendesak dalam aduan bibir kami “emmm…emmmm…ahhhh, adeek mau kellluuuuuuuaaarr duluan, aaaaaaaaaahhhh”. vaginanya memeras batang penisku "Mas.....adek pipis lagi....aaahhhhhh....cintaaa" dan disaat bersamaan akupun “Dek Mas keluar, jaga anak kita dek…ahhhh…ahhh (pejuhku keluar) Crooot....crottt.....aaaahhhh" 6x spermaku ku semprotkan ke Rahim dini, lenguhanku dijawab dengan “mas, hamili aku sayang”. Kami berpelukan beberapa saat dan saling berpandang kemudian berpelukan kembali sambil bersamaan bilang “Sayang", ku biarkan penisku mengecil dan mengerut didalam Vagina sempit Dini, Aku rebahan dan terlentang disebelah Dini, ia pun bersadar dan menjadikan lengan kananku sebagai bantal
Dini : "Mas makasih ya, kalo aku hamil mau kan kamu menikahi aku?"
Doni "Ya mau lah inikan anakku" sambil mengelus perut Dini
Kemudian kami selesaikan pergulatan kami dan Kamipun bergantian membersihkan diri diKamar mandi , saat melewati dapur dini masih sempat menanyakan mau minum apa, ku jawab buatkan kopi untuk ku. Setelah bersih dan rapi aku kembali keruang tamu dan menunggu Dini menantarkan Kopinya
Doni : "Mas pulang dulu ya sayang, besok mas masih kerja" Sambil menyeruput kopi
DIni : "Habisin dulu dong kopinya"
Doni " Ini udah habis" sambil beranjak berdiri dan mengambil kunci mobil
Dini : "Mas tempek ku sakit mas, makasih ya sayang" sambil berbisik dan mengecup pipi kananku
Nantikan kelanjutan cerita Doni dan Dini di page 3 ya
Mohon masukan jika ada kesalahan penulisan (bukan dikonten cerita)
Jika ada yang kenal foto mulustrasi bisa DM ane