Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

Mauliate Lae Elkintong buat updatenya yg selalu bisa membawa pembacanya seperti berada didalam cerita yg dibangun....btw sepertinya 2 chapter kedepan atau maksimal 3 lah kita bakalan tau siapa nih akhirnya yg dipilih sama si lontong Dave....wkwkwkwkwk....tapi sebelum kesitu bisa kali ahhh Dave kepleset sama Merry...(tetep usaha ) hahahahahha
 
BAB XXXIX



Mendung di Hari Bahagia



Senyum bahagia terlihat di wajah-wajah keluarga kecil ini, yang dibantu oleh beberapa keluarga dan teman-teman mereka, karena hari ini mereka akhirnya pindah dari kontrakan kecil dan sempit dan harus masuk gang kecil, ke kontrakan baru yang lebih layak dan tentunya lebih besar.

Mata bahagia Ica tidak bisa disembunyikan, saat melihat tukang yang sedang melakukan finishing penambahan kamar di ruangan depan di lantai 2, yang tadinya ruang keluarga, kini dirubah fungsinya menjadi kamar tidur khusus buat dia. Sehingga dia dan adiknya Marlon kini sudah punya kamar masing-masing.

Sofa duduk yang baru, kasur untuk mereka semua yang baru meski tanpa dipan, serta perlengkapan yang masih belum ada pun ikut disediakan untuk keluarga kecil mereka. Rumah ukuran 5 x 12 dua lantai dengan aslinya 2 kamar, ditambah kamar baru menjadi tiga kamar menjadi hunian baru untuk keluarga Mangara Hutasoit kali ini.

Malaikat yang baik hati tentu tak lain dan tak bukan, anak pertamanya, David. Dave seperti tidak tega melihat mereka, terutama kedua adiknya tinggal di rumah yang tidak layak seperti itu, sehingga akhirnya dia mengontrak sebuah rumah yang masih di kawasan Cengkareng, bahkan rumah dengan harga 30 juta pertahun itu langsung disewa selama 2 tahun.

Dia bahkan membelikan sebuah sepeda motor Yamaha Fazzio royal grande untuk Ica, agar dia bisa ke sekolah tanpa harus nunggu angkot atau naik ojek online.

“ sungguh beruntung kalian dia mau berbaik hati…..” Ujar Ully ke Mangara dan Ellen

“ biarlah, meski terkesan dia lebih sayang ke Ica, yang penting khan apa yang dia kasih sudah jauh dari yang kalian harapkan…..”

Mangara dan Ellen hanya bisa terdiam mendengar petuah adiknya itu. Setelah sebelumnya mereka diminta untuk menanda tangani surat pernyataan untuk tidak melakukan kekerasaan ke anak mereka, rasanya apa yang dilakukan Dave sudah jauh dari apa yang mereka harapkan, setelah sebelumnya sempat mau dipolisikan oleh Dave.

Meski demikian Dave sudah berbaik hati dan mau membantu, namun dia hanya mau berkomunikasi dengan Ica semata. Bahkan saat dia mencari rumah, semua informasi dia sampaikan baik secara langsung atau via Merry, semua lewat Ica. Dia masih enggan berkomunikasi dengan Ellen dan Mangara.

Bukan hanya motor, tapi kamar terbaru, fasilitas sekolah hingga membelikan laptop untuk adiknya pun dia tidak sungkan, namun entah kenapa Dave seperti hanya memperhatikan Ica, dan semenjak bertemu dengan dia di apartemen, Dave sama sekali tidak pernah berkunjung ke Cengkareng, dan saat mengontrakkin rumah untuk mereka, Dave hanya menitipkan lewat orang lain, agent perumahan dan tukang, atau via Sadiman sopirnya yang dia suruh mengantar laptop buat Ica.

“iya Da, ini saja kami sudah sangat bersyukur……” ucap Ellen penuh haru saat diantar oleh keluarga mereka pindahan.

Meski dia merasa sedikit pedih karena dicuekin dan tidak diajak bicara oleh Dave, namun dia hanya bisa berdiam diri ketika Ully mengingatkan untuk tidak berharap banyak untuk Dave bisa bicara atau bersikap lebih manis lagi ke mereka, kecuali ke Ica tentunya.

"luka hatinya dia dari dia masih kecil itu susah untuk disembuhkan " Ujar Ully

"lagipula, sebaiknya seperti ini, karena sampai kalau Inangnya dia tahu, pasti masalah nantinya...." tutupnya lagi.

Pindah ke rumah baru yang jauh lebih layak, dibantu untuk sekolah anak-anaknya yang selama ini dia dan suaminya kesulitan untuk memenuhinya, bahkan sampai keperluan mereka pun secara tidak tidak langsung dicover sama David, rasanya sudah sangat membuat Ellen dan Mangara jauh bersyukur.

“ kecillah itu buat dia……” senyum Ully saat melihat Ica meletakkan belanjaan dalam tas sebuah supermarket diatas meja makan. Anak itu sepertinya baru selesai belanja untuk kebutuhan keluarganya.

Untungnya Ica adalah anak yang sangat berbakti ke orangtuanya. Uang yang dikirimkan oleh Dave secara teratur ke rekening yang dititipkan Dave ke adiknya, semua pos disalurkan ke dengan baik oleh anak yang dewasa sebelum waktunya itu.

Jajan untuk Marlon

Uang belanja untuk mereka semua makan

Bayar listrik dan air

Hingga uang sekolah buat Marlon

Ini jelas sangat meringankan beban Mangara dan Ellen, dan rasanya tidak perlu lagi mereka berharap lebih, apalagi berharap semua luka hati Dave akan dengan mudah terhapus meski dia sudah berbesar hati untuk membantu orangtua dan adiknya itu.

Ica bahkan dengan bangganya mengajak teman-teman terdekatnya untuk datang ke rumahnya. Dia terlihat senang sekali menunjukkan kamar barunya ke teman-temannya. Jika selama ini dia hanya bisa menyimpan rasa iri dalam hatinya melihat teman-temannya punya barang baru yang dibelikan orangtuanya, kini dia bisa merasakan hal yang sama, punya barang-barang baru yang selama ini terbayang untuk punya pun tidak pernah dia mampu. Berkat abangnya, kini semua ada dalam genggamannya.


************************

Gedung pertemuan di sebuah hotel dengan konsep bungalow hari ini disulap dengan indahnya, karena siang ini akan ada ibadah ucapan syukur untuk ulang tahun sang ibunda tercinta Berta Marpaung, sehingga karena ini ulang tahun perdananya dirayakan bersama dengan kedua anaknya, setelah sekian tahun hanya ada doa kecil untuknya, karena Dave terpisah jauh dari mereka berdua selama ini.

Selain mengundang keluarga terdekat, mereka juga mengundang jemaat dari gereja dan beberapa tetangga untuk beribadah bersama.

Berta awalnya agak keberatan untuk dibuatkan acara untuk ulang tahunnya, namun karena Iva bersikeras dan ini pertama kalinya mereka adakan acara dengan formasi lengkap ada Dave yang sudah kembali ke Jakarta.

Hadir juga Elizabeth dengan ibunya. Jika Dave mencium tangan Ibu Welhelmina, maka Elizabeth dengan sangat terbuka menyalami, memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan Dave, sesaat setelah menyalami Berta dan Iva. Kecantikan sang dokter ini memang lumayan menyita perhatian yang datang, apalagi dengan statusnya dari keluarga berada, dan sebagai seorang dokter.

Senyuman bahagia Berta tersungging lebar saat dentuman drum mengiringi pujian dari imam musik yang mendentamkan lagu Praise. Perlengkapan studio band di lantai 2 rumahnya semua diangkut ke sini, khusus untuk hari spesial sang ibunda.

Regards to Inang, happy birthday from Tokyo, many blesses, many loves, and always in God’s hand.

Sebuah komentar di status yang diposting oleh Iva hari ini. Foto mereka bertiga dipost oleh Iva sambil menulis ucapan selamat ulang tahun untuk ibunya, yang disukai banyak followernya, dikomen oleh banyak orang termasuk oleh Keiko.

Wajah haru dan bahagia terlihat di raut Iva, saat dia diminta maju ke depan untuk memberi kesaksian pujian

“ayo abang Dave…. mari berdiri disamping aku… sebelum kita nyanyi untuk kebaikan Tuhan bagi Mamak…..” ujar Iva meminta Dave berdiri di sampingnya

Wajah lucu Dave terlihat saat dia memberi isyarat kalau cukup Iva yang bicara saja, membuat hadirin yang datang tertawa.

“Shallom semuanya…..” sapa Iva

“shallom…..” jawab jemaat yang datang

“ puji Tuhan, hari ini merupakan hari yang luarbiasa indah yang Tuhan beri untuk kami keluarga disini, karena Inang kami yang tercinta, boleh Tuhan tambahkan usianya setahun lagi menjadi 58 tahun…..”

Tepuk tangan dari hadirin mendengarnya

Lalu…..

“ bagi saya dan abang…. mungkin berkat terbaik yang Tuhan beri adalah seorang ibu yang hebat yang Tuhan kirim untuk kami……”

Berta tersenyum penuh haru mendengar penuturan anaknya

“ cuma mau bilang makasih sama Tuhan…. untuk mamak yang luar biasa tangguh dan perkasa…. yang sudah jadi ibu, jadi ayah, dan jadi segalanya untuk Iva dan abang…..”

Hening semua mendengarnya

“selamat ulang tahun Mamak….. Mamak selalu dan terus jadi inang yang terbaik bagi kami…..”

Bulir airmata haru mulai turun….

“Iva ingat…. waktu itu abang sakit keras…. Iva juga sama sedang sakit…. mamak pun dalam kondisi yang tidak sehat…..”

Berta seperti sulit untuk menahan haru, ketika mengingat masa sulit waktu itu

“Mamak maksain bawa abang ke puskesmas, sampai harus dipanggul… naikin di di ojek…. “

“ ngga ada uang, mamak maksain diri bawa ke puskesmas karena takut kondisi abang…..”

“Iva ditinggal sendiri di rumah…. “

Telaga di mata Iva mulai beriak

“pesan Inang waktu itu cuma bilang… ade tunggu, mamak segera balik setelah bawa abang… ade jangan nangis yah……”

“saat itu, Iva ngga nangis… Iva seperti punya kekuatan saat melihat Mamak yang berjuang….”

Semua yang hadir terharu emdnegarnya

“kepala jadi kaki… kaki jadi kepala…. semua mamak lakuin agar Iva dan abang bisa makan…. bisa sekolah……”

“mamak adalah berkat terindah yang selalu jadi kesaksian terbesar dalam hidup Iva dan abang….”

Semua bertepuk tangan penuh haru mendengar kesaksian Iva

“ Iva dan abang, mau bawa satu pujian…. pujian terindah untuk Tuhan, di hari spesial Mamak hari ini…..”

“selamat ulang tahun, Mamak…. diberkati terus, dan jadi terang bagi Iva dan abang, dan bagi semua orang…. amin….”

Iva lalu diiringi Dave yang bermain di keybord melantunkan sebuah lagu yang berjudul Tuhan Mengadakan.

Dalam sukar dan air mata
Kau selalu bersamaku
Tak sekalipun Kau tinggalkan
Kau terangi jalanku

Hatiku percaya mujizat-Mu nyata
Kau turut bekerja tuk kebaikanku
Ku pasti melihat ajaib perbuatan-Mu
Yang tak mungkin bagiku Tuhan mengadakan-Nya


Air mata Berta tidak mampu dibendung saat mendengar dan ikut menyanyikan lagu itu. Potongan bait dan syairnya seakan mewakili perasaannya sebagai seorang ibu, yang melewati begitu panjang hari-hari dan perjalanan waktu penuh penderitaan sekian tahun, namun di ujung akhirnya Tuhan jawab semua jerih lelahnya dengan sebuah kebahagian dan kebanggaan seorang ibu.

Bahkan saat dia diberikan kesempatan bersaksi, dengan penuh haru dan diselingi isak tangis……

“ Tuhan titipkan dua anak hebat…….”

“ngga pernah buat mamaknya susah….. mereka tahu kalau inangnya lagi ngga ada uang…. mereka makan apa yang ada yang bisa inangnya kasih….”

“ tidak pernah saya terpikir akan bisa ke Tanah Perjanjian…. tapi Puji Tuhan, saya disempatkan untuk berkunjung kesana….. ini semua berkat kasih Tuhan lewat anak-anak saya…..”

Lalu

“hari ini, saya mau berterima kasih sama Tuhan…. sudah kasih usia setahun lagi, terima kasih buat orang tuaku, Amang dan Inang, saudara-saudaraku semua, jemaat yang hadir juga….. dan terutama untuk kedua anakku… David dan Iva…. Inang makasih banyak-banyak Nak…. “

“rasanya sudah lengkap hidup inangmu ini…. anak-anak sudah tuntas pendidikan, punya kerjaan masing-masing, punya karir…. inang sudah sangat senang…..”

Tiba-tiba….

“tinggal cucu…..” teriak salah satu hadirin yang datang, yang disambut dengan gelak tawa semua yang hadir, karena celotehan yang terdengar disela sela keharuan yang mendalam akibat kesaksian dari yang punya acara.

Berta tersenyum mendengarnya

“cucu?” dia tertawa kecil

“ moga-moga segera dapat jodoh yah, amang…..” ujarnya sambil menatap ke arah Dave yang duduk di barisan depan disamping Iva.

Dave tertawa kecil mendengarnya

Tatapan Berta lalu beralih dari Dave ke arah Elizabeth yang juga hadir di acara ini, yang hanya bisa tertunduk malu karena terlihat ada perhatian khusus untuk dirinya.

“ untuk jodoh… inang ngga muluk-muluk… yang penting sayang sama kalian…. seiman… dan pastinya kalau sayang sama kalian, pasti akan sayang sama inangmu ini…….”

Ucapan Berta tentu jadi heboh, bahkan tidak sedikit yang menggoda Elizabeth, yang wajahnya semburat memerah karena banyak digodain orang. Maklum, kedua orang ini masih sama-sama bujang, punya karir yang sedang membaik, jadi wajar jika sering dijodohkan oleh banyak orang.



*****************************

Sayang, aku udah diluar gedung

P

P

P


Beberapa kali whatsapp yang dikirim tidak juga dibaca. Dia mencoba menelpon, tapi masih saja belum diangkat oleh pemilik ponsel yang dituju.

Dia tersenyum melihat sebuah karangan bunga yang dia kirim tadi pagi ada disitu berderet dengan beberapa karangan bunga lain, termasuk ada yang dari Hikaru juga. Semua mendoakan yang terbaik untuk ibunya Dave, Berta Marpaung yang hari ini berulang tahun.

Tari akhirnya memutuskan untuk masuk, dan untungnya Dave segera membaca whatsappnya, dan segera keluar untuk menjemputnya

“hi….”

“hi….”

Segera dia mencium tangan Dave, lalu mencium kedua pipi kiri dan kanannya

“udah selesai ibadahnya?” tanya Tari

“udah…..”

Dave seperti terpana sesaat melihat kecantikan Tari. Memang Tari hari ini khusus berdandan untuk datang ke acara Berta. Meski di awal Dave agak enggan, namun Tari sedikit memaksa, apalagi dia memang kenal keluarga Dave dari dulu, sehingga rasanya wajar jika dia datang ke acara uang tahun ibu sahabat dan kini dia anggap sebagai kekasihnya.

“rame yah?”

“lumayan….”

Suara musik terdengar ada yang menyanyikan lagu daerah

“ Nyokap mana?”

“didalam…. masuklah…”

“iya, mau nyalamin…”

“yuk….”



Mata Ully yang mengenal sosok Tari, dibuat kaget saat melihat wanita itu masuk bersama dengan Dave. Dia tentu kenal sekali dengan wanita yang melayaninya saat dia berkunjung ke apartemen Dave bersama Mangara dan Ellen.

Semua mata bagaikan terpana dan kaget, melihat sosok cantik, berkulit putih, dengan dress putih lengan panjang, masuk dan berjalan disamping Dave, lalu menuju ke depan ke arah Berta dan keluarganya.

“inang…..” tegur Dave pelan

Berta berbalik badan, dia yang sedang duduk menyamping karena asyik mengobrol dengan saudara-saudaranya yang hadir, dibuat kaget dengan munculnya sosok cantik yang tidak pernah dia sangka akan muncul kembali.

Wajah dan kening Berta agak mengerut melihat wajah cantik di hadapannya, sesaat dia mencoba mengenali, namun kemudian dia segera tahu siapa yang datang kali ini, karena sosok ini pernah sangat akrab dengan keluarganya, terutama dengan putra kesayangannya dulu waktu kuliah di UI. Sosok yang kemudian dia tahu bahwa wanita inilah yang membuat hati anaknya patah dan hancur, karena memilih pria lain untuk dinikahi.

“selamat siang, Tante…… “

“eh….. iya siang….” agak gagap Berta melihat wajah Tari

“selamat ulang tahun yah……”

Tari dengan segera menjabat tangan Berta, lalu mencium tangan wanita itu, dan kemudian memeluknya serta mencium pipi kiri dan kanan wanita itu.

Berta dibuat kaget jadinya. Sekian tahun dia tidak pernah bertemu dengan wanita ini, lalu sekarang datang secara tiba-tiba, meski dia kenal dan sempat sangat dekat, namun dengan situasi yang kini berbeda dan terpisah dengan jarak dan waktu sekian lama, terlebih saat Dave tidak ada di Jakarta, membuat perasaan Berta pun jadi sedikit beda dan awas.

“makasih…….”

“panjang umur yah, Tante…….”

Berta masih agak gagap

Lalu

“sendiri? Suami kamu mana?”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd