Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CLARA DAN BINTANG

Bubiba

Kakak Semprot
Daftar
6 Jun 2018
Post
172
Like diterima
178
Bimabet

Episode 1: Luka dan Keteguhan - Bagian 1: Senyum di Balik Jahitan​

Udara di ruang kerja Clara terasa dingin meski matahari bersinar terang di luar. Cahaya keemasan menerpa meja kerjanya, di mana tangannya yang cekatan menjahit gaun sutra emerald yang mewah. Setiap tusukan jarum seolah membawa benang kehidupan Clara, sekaligus menjahit lukanya yang tak terlihat.

Senyum tipis terukir di bibirnya, senyum yang tak sampai ke mata. Senyum yang terlatih untuk menyembunyikan rasa lelah dan kesedihan yang menggerogoti hatinya. Clara, seorang single parent dengan putri semata wayang bernama Bintang, harus berjuang keras demi kehidupan mereka.

Bulan-bulan berlalu dengan ritme yang sama: desain, jahitan, klien, lembur. Clara tak pernah absen dari pentas mode meskipun matanya seringkali terasa berat dan punggungnya pegal. Dia tak ingin Bintang tumbuh tanpa kasih sayang dan kenyamanan, meskipun itu berarti dirinya harus mengorbankan waktu dan kesehatannya sendiri.

Di sudut ruang kerja, sebuah foto terpampang manis dalam pigura. Foto yang memperlihatkan Clara muda dengan senyum yang lebih ceria, berdampingan dengan seorang pria dan bayi mungil di lengannya. Bintang. Suami Clara telah meninggalkan mereka saat Bintang masih bayi, meninggalkan jejak luka yang tak pernah benar-benar sembuh.

Clara kembali menunduk, jarumnya menusuk kain. Benang emerald seolah berkelak-kelindat seperti air mata yang berusaha ditahannya. Dia merindukan Bintang, ingin memeluknya dan membisikkan kata cinta. Tapi Bintang lebih dekat dengan Bi Nita, asisten rumah tangga mereka, daripada dirinya.

Bunyi pintu terbuka mengagetkan Clara. Bi Nita masuk dengan senyum hangat, membawa secangkir teh dan sepiring kue. "Bu Clara, istirahat sebentar, ya. Jangan terlalu dipaksa," kata Bi Nita lembut.

"Terima kasih, Bi," ujar Clara, menerima teh dengan tangan gemetar. "Bintang sudah pulang sekolah?"

"Sudah, Bu. Sekarang sedang belajar di kamarnya," jawab Bi Nita.

Clara mengangguk pelan. Dia ingin sekali menemui Bintang, memeluknya, dan bercerita tentang hari-harinya. Tapi dia ragu. Apa Bintang akan menerima kasih sayang yang jarang diberikannya? Apa Bintang akan mengerti perjuangannya?

Dengan helaan nafas, Clara kembali menjahit gaun emerald. Senyum tipis terukir lagi di bibirnya, senyum yang tak sampai ke mata. Senyum seorang ibu yang kuat, senyum seorang perempuan yang penuh luka, senyum yang menyimpan harapan dan cinta untuk putri kecilnya.
 

Episode 1: Luka dan Keteguhan - Bagian 2: Bintang yang Terabaikan​

Bintang melangkah ke ruang makan dengan langkah gontai. Rasa laparnya tergantikan oleh rasa kecewa dan kesepian. Ibunya, Clara, tak kunjung pulang dari pekerjaannya. Lagi.

"Bi Nita, Mama kapan pulangnya?" tanya Bintang dengan nada datar.

Bi Nita menghela nafas pelan. "Mungkin malam nanti, Nak. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan Bu Clara," jawabnya dengan senyuman yang dipaksakan.

Bintang tak berkomentar. Ia duduk di kursi makan, menyantap makan malamnya tanpa semangat. Matanya terus melirik ke arah pintu, menanti sosok yang tak kunjung datang.

Clara baru pulang hampir tengah malam. Bintang sudah tertidur pulas di kamarnya. Clara mencium kening Bintang dengan lembut, merasakan kehangatan yang tak tergantikan.

Keesokan paginya, Bintang bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun kepada Clara, hanya tatapan dingin yang menusuk hati.

"Bintang, sarapan dulu, Nak," kata Clara dengan suara lemah.

Bintang menggeleng. "Nanti telat," jawabnya singkat.

Clara merasakan sesak di dadanya. Ia ingin sekali memeluk Bintang, menanyakan apa yang salah, dan menjelaskan situasinya. Tapi dia tak berani. Dia takut ditolak.

Bintang keluar dari rumah dengan langkah cepat, meninggalkan Clara yang terpaku di depan pintu. Air mata mengalir di pipinya, membasahi luka yang tak kunjung sembuh.

Clara tahu dia telah mengabaikan Bintang. Dia tahu dia telah melukai hati putrinya. Tapi dia tak punya pilihan. Dia harus bekerja keras untuk menghidupi Bintang, untuk memberikan kehidupan yang layak bagi putrinya.

Di balik kesibukannya, Clara selalu menyimpan rasa cinta dan rindu yang mendalam untuk Bintang. Dia berdoa agar Bintang bisa memahaminya, agar Bintang bisa merasakan cintanya.
 

Episode 1: Luka dan Keteguhan - Bagian 3: Rahasia Clara​

Clara duduk termenung di ruang kerjanya, menatap foto pernikahannya yang tergeletak di atas meja. Kenangan masa lalu berputar di kepalanya, membawanya kembali ke saat-saat bahagia bersama suami dan Bintang kecil.

Air mata mengalir di pipinya saat dia mengingat hari-hari penuh cinta dan tawa. Tapi kebahagiaan itu sirna secepat kedatangannya. Suaminya meninggalkannya, meninggalkan luka yang tak terobati.

Clara mengusap air matanya dengan kasar. Dia tak ingin Bintang melihatnya lemah. Dia harus kuat, demi Bintang.

Clara meraih sebuah kotak kecil di dalam laci meja kerjanya. Di dalamnya terdapat hasil tes medis yang menunjukkan bahwa dia mengidap leukemia stadium akhir.

Clara sudah mengetahui penyakitnya sejak beberapa bulan lalu. Dia merahasiakannya dari semua orang, termasuk Bintang. Dia tak ingin Bintang bersedih dan khawatir. Dia ingin Bintang hidup bahagia, tanpa beban penyakitnya.

Clara tahu dia tak punya banyak waktu lagi. Dia ingin memanfaatkan sisa waktunya untuk Bintang, untuk memberikan cinta dan kasih sayang yang selama ini tertunda.

Clara menyeka air matanya dan bangkit dari kursinya. Dia tak ingin larut dalam kesedihan. Dia harus tegar, demi Bintang.

Dia melangkah ke kamar Bintang, melihat putrinya yang sedang tertidur pulas. Clara mencium kening Bintang dengan lembut, merasakan kehangatan yang tak tergantikan.

"Mama sayang kamu, Bintang," bisik Clara. "Mama akan selalu ada untuk kamu."

Clara tahu dia tak bisa menepati janjinya selamanya. Tapi dia ingin Bintang selalu mengingatnya dengan cinta, bukan dengan kesedihan.

Clara kembali ke ruang kerjanya, menatap foto pernikahannya sekali lagi. Dia berdoa agar Bintang bisa menemukan kebahagiaannya sendiri, meskipun tanpa dirinya.
 

Episode 1: Luka dan Keteguhan - Bagian 4: Kemarahan Bintang​

Bintang pulang sekolah dengan perasaan kesal. Dia mendapat nilai jelek di ujian matematika. Rasa frustrasinya semakin memuncak saat melihat Clara yang masih sibuk bekerja di ruang kerjanya.

"Mama!" Bintang berteriak dengan suara keras. "Kenapa Mama selalu sibuk kerja? Kenapa Mama tidak pernah punya waktu untuk Bintang?"

Clara tersentak kaget. Dia melihat Bintang yang berdiri di depan pintu dengan mata berkaca-kaca.

"Bintang, Maafkan Mama," kata Clara dengan suara lemah. "Mama banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

"Bintang tidak peduli dengan pekerjaan Mama!" Bintang membentak. "Bintang hanya ingin Mama ada waktu untuk Bintang!"

Clara terdiam. Dia tak tahu harus berkata apa. Dia merasakan sakit di hatinya melihat Bintang yang begitu marah padanya.

"Bintang benci Mama!" Bintang berteriak lagi. Dia berlari keluar dari rumah, meninggalkan Clara yang terpaku di ruang kerjanya.

Air mata mengalir di pipi Clara. Dia merasakan kegagalan sebagai seorang ibu. Dia tak mampu memberikan kasih sayang dan perhatian yang dibutuhkan Bintang.

Clara duduk di kursi, termenung dalam kesedihan. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia merasa dunianya runtuh.
 

Episode 1: Luka dan Keteguhan - Bagian 5: Air Mata dan Pengakuan​


Clara terisak di kursi ruang kerjanya. Rasa sakit di hatinya tak tertahankan. Bintang, putrinya yang ia sayangi, membencinya.


Clara tahu dia telah mengabaikan Bintang. Dia telah mendedikasikan seluruh waktunya untuk pekerjaan, demi memberikan kehidupan yang layak bagi Bintang. Tapi dia tak pernah menyangka bahwa Bintang akan merasakan hal ini.


Clara bangkit dari kursinya. Dia tak ingin larut dalam kesedihan. Dia harus memperbaiki hubungannya dengan Bintang.


Clara melangkah keluar dari ruang kerjanya, mencari Bintang. Dia menemukan Bintang di taman belakang rumah, duduk termenung di ayunan.


Clara duduk di samping Bintang, memeluknya dengan erat. "Bintang, Mama minta maaf," bisik Clara. "Mama tak bermaksud untuk mengabaikanmu. Mama sayang kamu."


Bintang tak bergerak. Dia masih merasakan kekecewaan dan kemarahan di hatinya.


"Mama tahu Bintang marah pada Mama," kata Clara. "Mama ingin Bintang tahu bahwa Mama selalu mencintai Bintang."


Clara menceritakan semua perasaannya kepada Bintang. Dia menceritakan tentang kesedihannya ditinggal suami, tentang perjuangannya sebagai single parent, dan tentang penyakitnya yang tak kunjung sembuh.


Air mata mengalir di pipi Bintang. Dia tak pernah tahu tentang semua yang telah dilalui Clara. Dia merasa bersalah karena telah membenci Clara.


"Mama maafkan Bintang?" tanya Bintang dengan suara lirih.


Clara memeluk Bintang lebih erat. "Tentu saja Mama maafkan Bintang," jawab Clara. "Mama hanya ingin Bintang bahagia."


Bintang mendekatkan kepalanya ke dada Clara. Dia merasakan kehangatan dan kasih sayang yang selama ini dirindukannya.


"Bintang juga sayang Mama," bisik Bintang.


Clara tersenyum. Dia tahu bahwa hubungannya dengan Bintang mulai membaik. Dia akan berusaha untuk menjadi ibu yang lebih baik, demi Bintang.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd