Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CONGORIS (By : FigurX)




PART 4 : PERJUANGAN
hanya untuk cinta
____________________




Scene 2, Broken bin ambyar

^^^^^^^^^^^^^^^^^^



[POV UDIN]


Haha sekali-kali kalian harus mengenalku. Wajah terkacau balau, remuk redam, kocar-kacir dalam kisah ini. Tapi apakah itu yang disebut dengan kisah?, haruskah kisah selalu dipenuhi dengan alur si ganteng dan si cantik?. Bukankah di kehidupan nyata begitu banyak pria tak beruntung sepertiku yang selalu saja dianggap remeh?. Yang cantik harus dapet yang ganteng, apa-apaan itu!. Yah meski ga dapet yang cantik buanget, tapi setidaknya aku juga ada hak lah untuk tampil dan memilik pasangan. Aku bukan alien lho, sama seperti kalian. Nasib baik siapa yang tahu...

Tuh lihat si Seno, cukup ganteng kan dibanding aku?!. Tapi kenyataannya apa?, Ita yang cantik juga menolaknya kan!. Jadi harusnya semua punya kans yang sama dalam menjalani hidup. Mau aku kek, Seno kek, si tampan Yosi kek, semuanya punya hak yang sama untuk dihargai. Dsn aku cukup sadar diri, tak pernah aku bermimpi terlalu tinggi untuk mencintai gadis cantik. Aku tahu levelku dan paras seperti apa yang cocok denganku.

Wahahaha...ngomongku muter-muter dan ngelantur. Aku aja ga paham kok apa makna ucapanku tadi, asal jeplak aja hehe.

Tapi jujur, aku itu iri melihat teman-teman ku yang pada ganteng itu cahhh. Seno itu ganteng, tapi ngapain dia sampai nangis-nangis saat ditolak Ita. Golek liyane (cari lainnya) dong. Cemen amat jadi cowok wkwkwk. Atau Inul, cah ganteng imut kok ga punya pacar, yo rugi. Lain lagi seperti Raka. Cowok gagah, pinter beladiri, pinter musik...tapi kok ngemis-ngemis cinta ke Rani. Yaa memang aku tahu kalau Raka suka sama Rani, itu aku simpulkan sendiri dari sekian banyak perlakuan spesial Raka terhadap Rani.

Aku kadang sampai bingung sendiri melihat perjalanan hidup para cowok ganteng itu. Rumit amat sih yak. Sampai harus dibuatkan TS cerita berlembar-lembar hanya untuk menuturkan perjalanan percintaan mereka yang ruwet. Dari sini aku bersyukur, wajah 'simple' seperti aku malah bisa santai. Ga perlu sibuk ngurus yang demikian.

Kehidupanku di masa kuliah ini juga simple. Sambil kuliah aku bantu budhe yang tinggal disini untuk berdagang. Udah gitu aja. Ga ada kisah lainnya. Tapi namanya pemuda, tentu juga punya hati, rocker juga manusia kalau kata mas Candil. Kadang aku pingin punya pacar, kadang juga cobain onani. Itu wajar seperti yang terjadi pada pemuda manapun, mau ganteng atau enggak.

"No..arep neng ndi (mau kemana)?" tanyaku pada Seno yang sudah berdandan rapi juga wangi.

"Ooh..mau latihan Din. Matengin sampel lagu. Melok ta (mau ikut)?" tawar Seno. Aku langsung iya aja.
---Daripada bete dikosan dewean (sendirian). Dan lagi, Seno ini sahabat terbaikku. Aku sangat respek sama dia. Dia itu temen paling baik dari semua teman yang pernah kukenal. Kalau dia cewek, mungkin sudah kupacari. Untungnya aku ga doyan batang semar hahaha.

Singkat kata, aku sudah ada di ruang studio dimana Seno dan teman sedang berlatih. Suara Seno jaan uuuenakk. Lembut dan merdu. Backing vokalnya, mbak Shinta yang agak gendut itu juga mantul suaranya.

Entah kenapa saat aku mendengarkan lagu bikinan Seno yang katanya mau jadi sampel ke Jakarta, aku terharu. Airmata tanpa sadar mengalir di sudut mata dan segera kuhapus dengan bagian lengan kaos. Dalam lirik itu ada ketulusan, cinta, penderitaan, luka, perih, amarah, dan kebencian. Semuanya terpadu bersama lantunan indah suara Seno, ditambah iringan musik yang syahdu. Sangat mengena banget.

Dasar bodoh Ita jika menolak Seno. Aku yakin kelak Seno bakal jadi bintang. Dan Ita pasti akan mengemis cinta. Sungguh, amarahku ikut tersulut tatkala mendengar lagu indah itu.

"Manteep lagunya!!" teriakku saat mereka sejenak rehat. Mereka tersenyum menyambut pujian yang aku berikan.

"Gimana Din peluangnya di masyarakat menurutmu?" Sergah Raka meminta pendapat.

"Aku ae sampe nangis Ka dengerinnya. Keren lagunya, bakal meledak ini!" jawabku antusias. Aku memang tidak bisa menyanyi, main musik juga tak ada satupun alat yang aku kuasai. Tapi begitu mendengar lagu itu, aku langsung jatuh hati.

"Wahh mantapp dong," sambut Yosi gembira.

"Bro, aku cabut dulu, ada perlu.." Raka berpamitan. Kami melambai bersama.

"Weiiss...Seno merokok sekarang hahaha. Sangar koen. Sini minta satu!!" godaku saat melihat Seno menyulut rokoknya dan duduk disampingku.

"Sumpek gara-gara Ita iki cukk!!" Seno tergelak. Aku tersenyum kecut. Kasihan Seno. Semoga masa depanmu sukses, sahabatku..


----------


[POV orang ketiga]


Berbeda tempat dengan studio dimana Seno berlatih, di sebuah sudut kursi tamu kosan nampak Johan sedang asyik bercanda dengan Rani.

"Oohh jadi Ita itu suka main kesana bareng Abul?!. Ahh aku ga nyangka kalau mereka malah deket sekarang. Padahal yang kelihatan malah Seno yang deketin Ita," ucap Rani.

"Iya..selera Ita kan selangit. Abul yang keren dan anak orang kaya tentu bikin dia kecantol. Bukan menghina lho ya, tapi kenyataannya emang Ita cara pandangnya seperti itu. Kalau Seno yang lugu seperti itu ya lewaat!" Johan menanggapi.

"Hahaha biarin aja ishh. Selera orang beda-beda," sambung Rani memonyongkan bibir, makin imut aja tuh cewek kalau manyun seperti itu.

"Iya..aku juga cuma komentar kok. Eh kalau kamu seleranya gimana Ran?, apa yang tajir gitu juga seperti Ita?" tanya Johan menyelidik.

"Ooh enggak. Biasa aja sih aku mah," Rani yang cerdas segera paham arah pembicaraan mereka.

"Ooh berarti aku ga ada peluang dong," Johan bergaya murung, memancing respon Rani.

"Ya bukan gitu juga kalee. Mo tajir kek, enggak kek, cakep kek, jelek kek.. yang penting setia dan bisa bikin aku nyaman," jawaban diplomatis sesuai dengan taraf kecerdasan seorang Rani.

"Ehhmm..berarti aku boleh dong maju hehe," Johan melet-melet.

"Maju ya maju aja lah. Tapi aku ga bisa kasih jaminan. Biar hatiku yang jawab. Dan ga sekarang!" lagi-lagi kalimat cerdas terucap dari bibir Rani. Harus mikir seribu langkah untuk bisa mengimbangi gaya bahasa Rani yang merusak pencernaan haha.

"Yaudah aku usaha deh. Udah makan Ran?, yuk cari makan siang daerah deket sini," ajakan Johan dibalas senyuman oleh Rani. Sejenak ia masuk ke dalam untuk berganti pakaian.


Matahari baru sejengkal bergeser dari tengahnya. Bayangan tubuh masih mengintip malu-malu dari inang-nya. Raka sang pendekar sedingin es santai melajukan motornya meninggalkan studio musik untuk menuju kosan Rani. Rencananya siang ini dia mau memberikan kejutan karena pelanggan ibunya tersenyum puas dengan hasil catering yang digarap Rani.

"Ehmm..traktiran di McD sama amplop ala kadarnya mungkin akan membuat Rani senang," demikian batin Raka. Siul bibir menirukan nada lagu bikinan Seno mengiri perjalanan Raka. Baru kali ini wajahnya tak terlihat dingin.

Tiba di kosan Rani, kondisi sangat lengang. Ya tentu saja, kan hari minggu, para cewek disana pasti pada pulang ke kota masing-masing.

Raka mengetuk pintu kosan tersebut dan muncul ibu kos dihadapannya.

"Rani wonten bu (Rani ada bu)?" tanya Raka.

"Lho..bukannya tadi keluar sama kamu mas?. Tadi pamit cari makan, kirain sama kamu mas," jawab ibu kos agak bingung.

"Mboten (tidak) bu, saya malah baru saja datang!" jawab Raka ikut bingung.

"Ya sudah ditunggu saja di kursi situ. Kalau cuma makan paling sebentar juga balik dia mas," lanjut ibu kos.

"Injih bu, maturnuwun (iya bu, makasih)," senyum Raka. Ibu kos segera meminta diri untuk kembali masuk ke dalam. Sepertinya beliau masih ada kesibukan. Sibuk meng-enakkan bapak kos kayaknya hehe.

Sambil menunggu, Raka menikmati kiriman video dari grup Sonyk di whatsapp-nya. Secara amatir tadi Shinta sempat merekam menggunakan handphone-nya saat mereka tampil memainkan lagu sampel. Riuh tepuk penonton menjadi background-nya. Siapa lagi kalau bukan tepukan tangan Udin. Dialah satu-satunya penonton yang setiap menyaksikan hingga sesi latihan Sonyk berakhir.

Sudah 3 kali Raka memutar video tersebut, namun si cantik Rani tak kunjung jua menampakkan diri. Hampir saja Raka tertidur di kursi tamu.

"Lho Raka!!" Rani kaget saat datang bersama Johan dan melihat Raka yang duduk terkantuk-kantuk.

Spontan Raka menoleh ke arah suara yang menyebut namanya. Raka ikut kaget, dingin matanya muncul menatap Johan tanpa berkedip.

"Ehm..sudah lama Ka?" ucap Rani basa-basi. Kondisi benar-benar sesang sangat canggung. Rani yang cerdas tentu dapat melihat rasa cemburu yang membara dari wajah Raka.

"Upss..sori ganggu!" Raka berdiri dan melangkah pergi. Sungguh suasana yang tak mengenakkan.

"Kaa..tunggu," teriak Rani hampir menangis. Rani baru sadar bahwa ia mulai merasakan ketertarikan pada sosok Raka. Baru saja ia mulai merasakan jatuh hati pada Raka setelah melihat keseharian Raka dan keluarganya kemarin. Tapi siang ini Rani telah menghancurkannya sendiri. Kecerdasannya bahkan tak berguna untuk mengatasi kerumitan semacam itu.

Raka tak menggubris, Rani semakin kalut. Sebentar kemudian Raka sudah men-starter motornya dan melaju pergi. Johan yang melihat gelagat itu segera sadar, cepat ia berlari mengambil motornya untuk mengejar Raka.

Johan menemukan Raka yang berhenti diwarung dekat kampus mereka.

"Ka.." sapa Johan pelan.

"Pengkhianat!!" desis Raka menahan semburan emosi yang cepat melonjak.

"Sori Ka...aku tak ad...

"Jancukk..menengo cangkemmu cuk (tutup mulutmu)!!. Aku kan sudah berulangkali curhat nang raimu (ke kamu) tentang perasaanku terhadap Rani. Tega-teganya kamu main belakang..***thell!!!"

"Aku cuma ngajak maka...

"Stoppp!!!, aku ga butuh pembelaan wedhus kayak raimu. Dulu Seno kamu buat kecewa saat kami main ke rumahmu, sekarang aku. Koen iki ancen pengkhianat!!".

"Woi jaga omonganmu!!"

"Kenapa?? Ga suka disebut pengkhianat??. Makanya pakai dong otakmu. Otak kok isinya peju doang!!"


Blugg..#$&*@(£


Johan tiba-tiba melancarkan pukulan ke arah Raka. Tapi pukulan remeh semacam itu sangat tak berarti bagi Raka. Dengan mudah pukulan itu ditangkap oleh Raka. Secepat itu pula Raka sudah mendorong tangan Johan hingga membentur wajah Johan sendiri.

Seisi warung menjadi panik. Ada dua orang mbak-mbak yang saling berpelukan, ada mas sendirian yang memeluk meja, dan mas penjual warung yang terpaksa memeluk penggorengan karena bingung mau memeluk siapa.

Johan terdorong beberapa langkah ke belakang. Wajah Johan memerah merasakan panasnya pukulan tangannya sendiri. Dengan brutal ia kembali menerjang mengirim belasan pukulan kacau. Raka hanya menangkisnya santuy. Tiba pada kesempatan tertentu, Raka menampar pipi Johan.

"Jika tak ingat koen iki koncoku (kamu ini temanku), wes wasalam koen bro (sudah mati kamu bro). Tapi sori, aku ga minat membalas. Buang waktu saja berurusan sama pengkhianat!!" Raka melangkah pergi begitu saja tanpa memperdulikan keberadaan Johan. Wajahnya cool seperti tak ada gairah. Deru motor Raka sejenak sudah menghilang. Tinggallah Johan sendiri yang harus membayar teh pesanan Raka yang belum sempat terbayar..hahaha.


----------


[POV Seno]


Aku sedang duduk berdua bersama Shinta disebuah warung nasi sesaat setelah sesi latihan usai. Teman-teman yang lain sudah berpamitan untuk pulang, hanya tersisa kami berdua dan juga Udin. Tadi Udin pergi sejenak pamit membeli rokok ke alfamart.







"Suara lu tadi di lagu itu pas banget No!" puji Shinta, aku tersenyum malu sambil melet-melet najong.

"Haha biasa aja lah Shin. Yang bikin enak itu kalian semua yang mengiringi," tepisku.

"Ya belum tentu, kalau yang ngiringi enak tapi lead vokalnya mlempem yo ambyar broo.." Shinta tergelak, ada-ada saja.

"Whatever lah." sahutku.

"Artinya??" tanya Shinta seperti bingung dengan bahasa linggisanku.

"What itu apa, ever artinya lapar, jadi arti lengkapnya.. apa kamu lapar?" jawabku dengan sangat serius.

"Pea lu!! Hahaha," Shinta ngakak abis. Ya gitu itu kalau orang ga pinter bahasa inggris. Kalau ketahuan begonya pasti ngakak. Cape deh..hoaaam.

"Eh No, sebelum si Udin sedunia dateng, gue mo ngomong sesuatu.." sedikit pelan intonasi Shinta. Super Seno sebagai raja keppo sejagat jadi pengen tahu.

"Ada apa sih,"

"Anuu..No...ituuu,"

"Itu apaan?"

"Itu lhoo.."

"Apaan sih??!!"

"Kaki lu nginjek kaki gue!!"

"Upss soriii..hehe sengaja,"

Kami tergelak bersama. Ceria banget siang ini. Hilang sudah rasa duka dan segenap kepedihan akibat bibirku tadi yang kesetrum mic.


"Tapi No, beneran gue mo ngomong,"

"Apa lageee...!!" tanyaku sedikit galak. Bosen juga lama-lama muter ga jelas gini.

"Gue suka sama lu No!!"

"Apaaa??!!"

Jelas aku terkezut bukan kelabang. Ini hotnews yang bener-bener icikiwir. Kabar terheboh yang paling asolole. Tak pernah sedikitpun aku berpikir tentang menyukai Shinta, kecuali menyukai suaranya yang merdu.

"Tenang No, lu ga harus menerima kok!"

"Hahh...maksudnya??!"

"Jadi begini, gue abis ditembak temen se kampus. Dia ganteng, cerdas, sopan. Tapi gue bilang ke dia kalau gue juga lagi suka sama seseorang. Kalau seseorang itu menolak, ya okelah gue terima cinta temen kampus gue. Yang jelas gue udah plong dan ga penasaran lagi sama perasaan lu," Shinta menjelaskan apa yang ia maksud. Aku masih geleng-geleng tak percaya.

"Yaa ampun, ditembak teman sekampung??! banyak bangettt!" aku melongo.

"Se kampus, dodolll!!" ngiiiing gitu suaranya karena Shinta berteriak kenceng banget persis di telingaku.

Aduhhh pusing kepala imron. Aku harus jawab gimana broo??. Kalau aku tolak, efeknya pasti ke grup band kita-kita. Tapi kalau aku menerimanya...oooh tolooong, aku tak pernah berpikir sedikitpun tentang sosok seorang Shinta. Jangankan suka, sedetik mikir Shinta pun aku tak pernah. Kecuali dalam urusan sing-song.

"Suara lu enak, lu juga sabar dan kalem. Gue suka sejak kita pertama manggung bareng di kafe. Gue sempat mikir, bakal asyik banget punya cowok yang sama-sama bisa nyanyi. Bisa karaokean terus kita hehe," Shinta tersenyum renyah serenyah jantungku yang sampai cedut-cenut memikirkan tembakan Shinta yang menyasar seluruh kesadaranku.

"Tapi gue sadar diri kok No. Gue orang Jakarta yang jauh dari tempat lu, kita juga baru kenal, body gue juga kek karung beras, rasanya mustajim jika tiba-tiba lu malah nerima gue!!" lanjut Shinta polos. Sepolos jantungku yang sepertinya mendadak pucat pasi.

"Eehhmm...anuu," waduh aku beneran bingung mau ngomong apa. Kacauu deh.

"Santai No.. tenaang!!" lah malah Shinta yang menenangkan.

"Ehh...Jadi gini Shin, kamu kan ditunggu oleh seseorang, kamu nunggu aku, dan aku nunggu Ita. Ini namanya kereta api gaya baru. Ga bakal ada ujungnya kalau saling menunggu seperti ini. Jika aku menerimamu maka akan ada hati yang terluka, harapanku pada Ita pun jadi musnah. Tapi kalau kalau kamu menerima si cowok itu maka semua akan bahagia. Kamu dapat cowok, si cowok bahagia, aku pun juga bahagia dengan jalur penantianku. Jadi..."

"Ok stopp. Gue paham No. Dan gue legowo atas keputusan ini. Gue salut sama kesetiaan lu. Doakan gue bahagia sama cowok itu ya No. Doakan juga kursus privat gue buat ngajarin nyanyi cowok itu berhasil hahaha.." nice, inilah kedewasaan jiwa. Shinta menunjukkan kebesaran hati seorang kesatria hehe.

"Makasih atas pengertiannya Shin. Dan maaf udah bikin kamu kecewa," aku menunduk, bukan karena sungkan, tapi karena kakiku sekarang yang sakit, gantian di injak kaki Shinta yang segede jangkar kapal.

"Gue yang justru takut No. Gue takut lu berubah setelah ini. Gue takut merusak persahabatan kita gara-gara gue nembak lu!" yes...Shinta mengangkat kakinya, lega rasanya.

"Percayalah, aku ga akan berubah. Kecuali..."

"Kecuali apa No??!"

"Kecuali jika ada bulan purnama...wkwkwkwk,"

"Anjritt...sue lu!!"

"Sori Shin..."

"Eh tapi No, kalau gue boleh kasih saran. Coba dong move on. Gue ga ngarep karena keputusan kita tadi sudah final. Lu harusnya bisa cari cewek cakep lainnya yang mau nerima lu. Lu calon bintang No, apalah arti seekor itik!!" ucap Shinta memberi masukan.

"Entahlah Shin. Aku akan terapkan saranmu sebelum..."

"Sebelum apa sih No...lu mah, pake jeda mulu ngomongnya!!"

"Sebelum aku berubah jadi serigala saat melihat bulan purnama.. hahahahaha,"

Akhirnya, penolakan cinta Shinta berakhir dengan gelak tawa bersama. Tak ada luka, tak ada duka, semua baik-baik saja.

"Woii, kalian pasti lagi ngetawain aku yo?!!" eh si Udin sedunia muncul.

"Ndasmu!!" jawab Shinta sambil mendelik kocak.


----------



The next terusane is menyusul yo gess!!

Ojo lali mesem 👍
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd