Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Copas Budi budiman dan Layar sakti

Status
Please reply by conversation.
Bab 13 Ada yang bisa Budi bantu???




Indri baru saja menerima pesan chat dari Budi, dia membalas pesan Budi dan langsung membenahi kontrakannya, dia membersihkan ruang tamu dan sudah menyiapkan cemilan dan minuman di meja. Indri menuju kamar untuk mengganti pakaiannya, namun dia teringat apa yang dia lakukan semalam, dia tidak tahu apa yang merasukinya setelah Budi pulang.


***

Semalam Indri berbaring di kasurnya mencoba untuk tidur dan melupakan kejadian aneh yang dialaminya, namun dia tidak bisa tidur meskipun sudah memejamkan matanya selama sepuluh menit, dia teringat sensasi yang dia rasakan saat halusinasinya itu. " Bud..? " Dia memanggil nama Budi dengan gugup, namun suara bisikan itu tidak muncul kembali, Indri menelan ludahnya dan memejamkan matanya kembali. Indri merasa bahwa dirinya sudah gila karena mengharapkan kejadian tadi terulang kembali.

" Hah.. kayaknya aku..frustasi banget.." Indri bergumam dan memandangi atap kamarnya. Setelah beberapa saat kemudian, Indri menengok ke kiri dan kanannya dan menarik napas dalam-dalam, "

Ini..cuma relaksasi..ya..relaksasi.."

Indri pun mulai memejamkan matanya dan mulai menyentuh payudara nya sendiri, dia hanya mengusap-ngusap dan meremasnya secara perlahan, tak lama kemudian dia memasukan tangannya ke dalam pakaiannya. Indri memutar-mutar jarinya di puting yang berwarna pink itu dengan tangan kanannya.

Napas Indri mulai menggebu-gebu dan dia mulai mendesah dengan pelan, "mmm...budi…" Dia sedikit kaget dengan apa yang dia ucapkan, namun karena memang Budi lah yang sedang dia pikirkan, dan mengingat sensasi sentuhan yang ia rasakan, dia melanjutkan kegiatan relaksasi nya itu.

Indri menurunkan tangan kirinya dan mulai mengelus pahanya sendiri, dia mencoba mereka-ulang sentuhan pada pangkal pahanya, namun sepertinya dia tidak puas dengan itu dan mulai menggerakan tangannya itu menuju selangkangan nya yang masih terbalut celana dalam putih nya itu.

Indri membayangkan apa yang terjadi jika ketika Budi memijat pundaknya, Budi tiba-tiba meremas payudara nya dari belakang dan mulai menciumi lehernya, " ahh..budi..jangan.." gerakan tangan kanan dan kiri Indri semakin intens, bahkan dia bisa merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah kuyup, dia pun memasukkan tangan kirinya ke celana dalamnya

Indri menggerakkan tangan kirinya mengusap usap dengan lembut sambil merapatkan pahanya, tangan kanannya semakin tak terkendali memainkan putingnya itu.

" Budi...ahh…" Indri merapatkan kedua pahanya dengan erat, dan menaikan pantatnya sedikit. Dia membuka matanya perlahan-lahan dan memandangi atap kamarnya. Indri mengeluarkan tangan kirinya dari celana dalam nya, Indri bisa melihat tangan kanannya sangat basah dan agak lengket.


" Hah..hah..hah.. " Indri merasa sangat lega sekali dengan hasil relaksasi nya itu, dia sudah lama tidak melakukan terapi ini, dia merasa malu dan bersalah karena menjadikan Budi sebagai media fantasi nya namun setidaknya dia bisa bernapas lega sekarang.

"Hah..hah..semoga bisa tidur.." Akhirnya Indri bisa tertidur pulas setelah melakukan sesi relaksasi sekali lagi.

***

" Malu..maluin.." Indri bergumam sambil melihat ke arah ranjangnya, wajahnya memerah mengingat apa yang dia lakukan semalam. Bukan hanya sekali , tapi dua kali ! Indri merasa malu menjadikan Budi sebagai modelnya, apalagi sekarang model itu akan datang ke kontrakannya dan sudah pasti mereka akan berduaan saja.

" Hah.." Indri berusaha menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya, namun setelah dia memejamkan matanya, dia merasa jika ada yang menyentuh punggungnya.

Indri membalikkan badannya tapi dia tidak melihat siapapun di belakangnya. Indri merasakan usapan lembut di punggung dan perutnya, Indri pun duduk di ranjangnya untuk menenangkan diri, namun dia merasa payudara dan pantatnya mulai di remas-remas, ia langsung terkejut dan berusaha memegang payudara nya untuk mengetahui jika ada yang salah pada dirinya, namun tidak ada hal aneh yang dapat ia temukan, apalagi sentuhan itu semakin intens, Indri hanya bisa berbaring sambil memejamkan matanya, dia merasa seluruh tubuhnya digerayangi oleh seseorang.

"..Budi?? " Dia bertanya pada udara kosong untuk memastikan apakah ini hal yang sama seperti semalam, namun dia tidak mendapatkan jawaban apa-apa, hanya sentuhan, usapan, dan remasan tak terlihat yang dia rasakan. Indri membuka kancing atas kemejanya untuk melihat apakah payudara nya benar-benar di remas, tapi payudara nya masih berbentuk sama meskipun dia merasa bahwa dia sedang di remas-remas.

" Ah...Bud.. pelan-pelan.." dia merasa selangkangannya di usap-usap, Indri sudah sangat tidak berdaya dengan rangsangan yang ia terima, ia tidak tahu mengapa dia merasakan sentuhan-sentuhan ini, dia hanya berpikir bahwa ini adalah halusinasi nya kepada Budi.

Dia hanya bisa memejamkan mata dan….menikmatinya saja karena tidak ada yang dia bisa lakukan. Indri merasa jika celana dalamnya sudah basah kuyup, putingnya sudah mengeras tegak, dia tiba-tiba merapatkan kedua pahanya dan mengangkat pantatnya sedikit dan setelah beberapa detik kemudian, dia terbaring lemas.

Namun dia tidak punya waktu untuk beristirahat karena pertarungan ini masih berlanjut, Indri merasakan relaksasi ini sangat berbeda dari yang dia lakukan semalam dan dia merasa seperti menemukan sebuah dunia baru dalam hidupnya, 3 menit kemudian Indri mengangkatkan pantatnya lagi sambil menahan suara yang akan ia keluarkan.

Dan ketika sensasi itu masih terus berlangsung, Indri pun mulai mengambil bantal untuk menutupi mulutnya, dia tidak ingin ada orang yang mendengar suaranya dan berpikiran bahwa dia melakukan relaksasi di sore hari. Namun ketika dia akan mengangkat kan pantat nya tinggi-tinggi, sentuhan itu berhenti dan menghilang.

Indri terkejut dengan hal yang tiba-tiba ini, dia tidak mengerti mengapa sensasi sentuhan itu menghilang secara tiba-tiba disaat akan mencapai orgasme, dia hanya bisa menutup matanya dan berkata dengan suara yang pelan..

" Padahal sedikit lagi aja..kamu..jahat Bud..

Indri hanya bisa menyalahkan Budi yang ada di ' halusinasinya' itu.






******







Budi mengetuk pintu kontrakan Indri dengan agak keras. Indri yang masih menenangkan diri dengan mengatur napasnya itu langsung panik, dan membetulkan kancing bajunya dengan segera, kemudian Indri langsung pergi membukakan pintunya.


" Ma..masuk Bud " Ucap Indri dengan wajah yang agak merah, dan penuh keringat di wajahnya.

" Iya Bu, Budi masuk..ya " Tanggap Budi dengan senyuman penuh makna di wajahnya, Indri terlihat agak malu mendengar perkataan Budi. Mereka pun mulai duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

" Wih udah disiapin nih, makasih loh Bu " Ucap Budi sambil melihat meja yang penuh dengan cemilan dan minuman itu.

" Kebetulan Ibu mau ngemil aja kok tadi " Indri terlihat mulai tenang dan bisa mengontrol nada bicaranya kembali.

" Ibu keringetan gitu, abis ngapain? Jangan-jangan Ibu lagi sakit ya ? " Budi langsung mengelap keringat di dahi Indri menggunakan sapu tangan yang dia ambil dari dalam tasnya.

" Gak.***k abis ngapa-ngapain kok..cuma gerah aja Bud " Indri menjawab dengan gugup sambil melihat wajah Budi yang terlihat khawatir kepadanya, dia menjadi semakin gugup karena duduk berdampingan dengan Budi di sofa ini.

" Ya dibuka aja jas nya Bu, biar agak adem " Indri terdiam sejenak dan membuka jas abu-abu yang ia kenakan, kini dia hanya menggunakan kemeja putih lengan panjang dan rok abu-abunya saja.

" Nah gitu gak gerah lagi kan Bu "

" Iya Bud.."

" Tapi Ibu keringetnya malah bikin Ibu kelihatan lebih cantik loh.." Budi melancarkan serangan pertamanya kepada Indri.

" Ada-ada aja kamu Bud.." Indri tersenyum agak gugup kepada Budi, dia bisa melihat ada maksud lain dari pujian dan senyuman yang ia tunjukkan padanya.

" Bener kok Bu..Ibu terlihat lebih menawan.." Budi memasukan sapu tangan yang ia pakai ke dalam tasnya. Tangan Budi masih berada di dalam tas nya dan ia mulai mengambil boneka Barbie dari storage nya itu, dia mengusap-ngusap payudara boneka itu secara perlahan dan memusatkan sentuhannya di area putingnya.

" Mmm..*** boleh gitu Bud..Ibu kan guru kamu.." Indri membuka matanya lebar-lebar ketika mendengar perkataan Budi, dia juga merasakan sentuhan di payudaranya itu. Wajahnya mulai memerah melihat Budi yang hanya tersenyum mendengar jawabannya tersebut.


" Kenapa Bu..? Ada yang bisa Budi bantu? " Budi bertanya sambil melancarkan sentuhan-sentuhan gaibnya pada boneka barbie itu, dia bisa melihat napas Indri menjadi semakin cepat dan tidak karuan. Budi pun mendekati wajah Indri dengan wajah yang khawatir, meskipun didalam hatinya dia tersenyum menjijikan.

" Hah..bud..Ibu gak enak badan aja.." Indri menjawab Budi dengan suara yang pelan, wajah mereka sangat dekat dan Indri merapatkan giginya dengan kuat untuk menahan sesuatu. Budi pun hanya memandangi Indri sambil memindahkan sentuhannya pada daerah selangkangan boneka nya, Indri langsung memeluk erat Budi dan menaruh kepalanya di atas pundaknya, tangan Indri pun melingkar di punggung Budi.

" Ma...maaf Bud...hah.. akhir-akhir ini Ibu ngalamin kejadian..hah..aneh terus.."

" Ibu boleh peluk Budi kalo lagi lemes kok." Budi masih giat memainkan boneka Barbie nya yang masih berada di dalam tasnya. Tas Budi berada di atas paha Budi sehingga Budi bisa bermain boneka dengan aman. Budi bisa merasakan payudara yang menggantung di tubuh Indri itu menempel pada tubuhnya dan Budi bisa merasakan kelembutannya meskipun masih terhalang oleh pakaian Indri. Budi pun menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, dia harus menjadi " korban " dalam kasus ini, jadi dia harus menahan dirinya sekuat mungkin.

" Hah..hah..Bud.." Indri menggumamkan nama Budi dengan napas yang tak karuan itu, dia seperti baru saja melakukan lari maraton seharian. Pelukan Indri semakin erat dan Budi pun hanya diam saja, berbeda dengan tangannya yang sedang bermain boneka itu. Indri terus mencoba menahan nafsunya, namun tiba-tiba ia memeluk erat Budi dan tubuhnya terlihat kejang-kejang sejenak. Budi tersenyum melihat Indri yang seperti itu, karena Budi tahu jika Indri sudah mencapai klimaksnya hanya dengan permainan boneka nya saja.

Namun ketika Indri menyadari jika sentuhan itu masih terjadi padanya, dia langsung memundurkan wajahnya dan menatap Budi yang masih diam saja, Indri pun akhirnya mendekatkan wajahnya pada wajah Budi, hidung mereka saling bersentuhan dan Budi bisa merasakan napas Indri di wajahnya itu.

Lalu Indri memejamkan matanya dan langsung mencium Budi dengan liar, dia langsung melumat bibir Budi dengan penuh nafsu, dan Indri mulai memasukan lidahnya ke dalam mulut Budi setelah puas melumat bibirnya, dia menggerakkan lidahnya mengelilingi lidah Budi.

Budi tidak mau kalah dengan serangan yang Indri berikan padanya, dia langsung mengimbangi gerakan lidah Indri dan mengelus telinganya dengan lembut. Tangan Budi yang bermain boneka pun di digenggam oleh Indri sehingga dia terpaksa menyimpan bonekanya ke dalam storage. Indri menuntun tangan Budi ke payudara nya sehingga Budi pun langsung meremasnya dengan lembut, tangan Budi yang satunya lagi pun mulai mengelus paha Indri yang masih tertutup rok nya.

Mereka melakukan ciuman panas itu selama lima menit sampai Indri membuka matanya, mereka bertatapan mata sambil melanjutkan ciumannya, dan Budi pun mulai membuka tiga kancing atas kemeja Indri dan memasukan tangan cabulnya kedalam bra merah milik Indri. Budi meremas-remas payudara Indri sambil menjepit puting Indri diantara jarinya, dia kadang menambahkan sedikit tenaga ketika menjepit puting Indri yang membuatnya semakin liar menciumi Budi.

Budi melepaskan genggaman pada payudara Indri dan memusatkan tangannya untuk memainkan puting Indri yang sudah tegak, dia memutar jarinya dan terkadang menjepit memilin dan menarik puting Indri yang membuat Indri melepaskan ciumannya dan hanya mendesah di telinga Budi.

Tangan Indri membuka resleting celana Budi dan memasukan tangannya lewat celah diantara resleting untuk masuk ke dalam celana dalam Budi. Dia menggenggam penis yang ada dibalik celana Budi itu dengan lembut dan menggerakkan tangannya sesuai dengan gerakan yang pernah ia lihat di film dewasa.

Budi agak terkejut dengan kelembutan tangan Indri dan langsung menaikan rok Indri, dia memasukan tangannya ke dalam rok Indri dan mulai mengelus-elus selangkangan Indri yang terbalut celana dalam merah, dia merasakan celana dalam Indri sudah basah sekali.



" Ahh..terus Bud.." Indri mendesah dan berbisik di telinga Budi agar Budi melanjutkan serangannya itu, Indri juga mempercepat kocokan tangannya di dalam celana Budi.

" Sempit Bu di dalam celana ku " Indri pun langsung membuka kancing atas celana Budi dan mengeluarkan penis yang sudah tegak itu, Indri menundukkan wajahnya agar bisa melihat benda itu, Indri agak terkejut dengan apa yang dia lihat, dia baru pertama kali melihat alat kelamin pria secara langsung. Indri menelan ludahnya dan kembali menggenggam penis yang panas dan keras itu.

Budi memasukan tangannya ke dalam celana dalam Indri dan mulai mengelus bulu-bulu halus yang lumayan lebat itu, dia menurunkan elusannya sampai ke vagina lembab milik Indri dan mulai mengusap nya secara perlahan.

Indri semakin mendesah dan mempercepat gerakannya. Mereka berdua tidak bicara apapun dan hanya suara desahan mereka lah yang terdengar di ruang tamu.

" Ahh..Bud..Ibu keluar.."

" Aku juga Bu…" Indri mengalami orgasme ketika jari-jari Budi memainkan clitoris nya.

Tak lama kemudian tangan Budi dibanjiri cairan yang agak kental dan tangan Indri pun terkena cairan kental yang agak panas, mereka berciuman sambil menikmati klimaksnya masing-masing.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd