Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA (Copas + Repost) Prihatin Pamungkas

Akhirnya cerita ini muncul lg. Yaahhh... Walopun dulu bacanya cuma ampe perpisahan titin sama pri aja. Tp lapak aevelah kataknya gk nongol lg TS nya.
Mksh ya.. Moga di lanjut trs
 
Akhirnya cerita ini muncul lg. Yaahhh... Walopun dulu bacanya cuma ampe perpisahan titin sama pri aja. Tp lapak aevelah kataknya gk nongol lg TS nya.
Mksh ya.. Moga di lanjut trs

Pasti dilanjut sampe tamat hu.. tapi sabar ya jongos ini gk punya bnyk waktu senggang.. :D
 
Terakhir diubah:
=======
SARA
=======

Setelah aku pindah kontrakan, aku banyak murung. Aku selalu teringat Titin. Untuk menghilangkan pikiran itu, aku konsentrasikan pada pelajaran. Akhirnya aku lulus dengan nilai memuaskan. Sangat memuaskan. Sekarang aku harus bisa kuliah di PTN. Aku ingin mendapat beasiswa untuk meringankan beban orang tuaku. Oh ya, Warungku selain menjual rokok, barang-barang pokok seperti sabun, beras, dll juga sekarang sudah menjadi warung makan. Ini berkat kepandaian bapakku mengelola keuangan. Kalau dulu uangnya hanya disimpan oleh ibu. Terkadang bapakku juga menerima pesanan pembuatan lemari dari kayu atau memperbaiki mesin mobil yang rusak.

Akhirnya aku bisa diterima di jurusan teknik mesin di PTN kebanggaan di Depok. Dikarenakan saat test masuk, aku termasuk 10 besar, maka otomatis aku mendapat bea siswa selama 1 tahun. Ini bisa dipertahankan asal aku selama kuliah bisa mendapat nilai di atas rata-rata, Minimal IP 3,25. Titin, lihatlah prestasiku, seharusnya aku berbagi kebahagiaan ini denganmu. Akhirnya aku kuliah di PTN itu tanpa bayar malah dibayar sebagai uang saku. Bapak ibuku sangat bangga dengan hal itu. Bapak Ibu sering cerita kepada orang-orang yang datang minum kopi. Aku sudah bisa melupakan Titin. Mungkin karena temanku kebanyakan laki-laki semua.

Pada akhirnya, saat aku semester 2, saat umurku 20 tahun, aku mendapat tawaran dari tetanggaku Om Candra untuk mengajari Matematika anaknya yang kelas 2 SMA. Karena ibuku cerita bahwa nilai Matematikaku di ijasah SMA adalah 9. Dia cerita kalau anaknya lemah di Matematika dan IPA. Sedangkan nilai untuk pelajaran IPS adalah lumayan. Aku belum menyanggupinya, karena aku belum pernah mengajar kecuali pada Titin. Hingga suatu saat dia membawakan raport anaknya. Aku kaget sekali ternyata nilai raport untuk Matematika-nya tak pernah lebih dari 5. Sedangkan Fisika-nya paling tinggi adalah 6, yang lain 7 dan 6, tak ada yang 8. "Ini pasti naik kelasnya dikatrol", batinku. Aku kasihan sekali akhirnya kusanggupi. Kulihat photonya, namanya, umurnya dll. Siti Maesaroh 17 tahun. "Hmm.. cantik juga," batinku.

Setelah perjanjian mengenai target, berapa dia membayarku serta jadwalnya, akhirnya les privat tersebut akan dimulai bulan depan. Satu minggu 3 kali masing-masing selama 2 jam. Dimulai jam 4 sampai jam 6 sore. Selasa, kamis dan sabtu setiap pulang sekolah. Matematika, Fisika dan Kimia. Ibu sangat bangga karena yang diajari adalah anak orang kaya yang terpandang di daerahku. Aku harus membaca kurikulum Matematika dan Fisika untuk SMA. Kubeli bukunya di tukang loak di daerah cipete lalu kubuat daftar pengajaran serta daftar kemajuan. Akhirnya saat itupun tiba.

Dengan naik sepeda kebanggaanku (kubeli sepeda bekas murah dan memperbaikinya), sampailah aku di rumah Om Candra. Dengan sedikit grogi, kuketok rumahnya. Akhirnya pembantunya yang keluar. "Mas Pri yaa. Ayo masuk Mas”, kata Siti nama pembantunya. Wah, rumahnya besar banget. Aku celingak celinguk mengagumi rumah itu. Lalu aku diantarkan ke ruang belajar di lantai atas. Sementara itu di atas meja sudah terhidang segelas kopi susu dan pisang goreng. Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya seorang gadis keluar dari kamarnya. Aku melongo melihatnya. Ini bidadari atau apa?? Cantiknya melebihi yang ada di photo raportnya.

Titinku yang cantik kalah jauh bila dibandingkan dia. Dia memakai baju terusan warna krem. Matanya bulat, hidungnya mancung, bibirnya tipis, alisnya cukup tebal, giginya putih berbaris rapi, rambutnya sebahu, kulitnya putih, tinggi semampai, dadanya sudah menonjol cukup besar. Maklumlah kampusku yang jurusan teknik hampir semuanya laki-laki dan lingkungan rumahku adalah lingkungan kampung, maka jarang sekali kulihat wanita cantik. Ada yang mulai mengeras. "Seandainya.. Aahhh.. Ini adalah muridku dan dia bukan levelku," batinku memperingatkanku.

"Lho, kok bengong Mas."
"Oh.. eehhh.. Mas lupa kalau yang diajarin itu perempuan. Seingat Mas laki-laki," kataku mengelak.
"Namanya siapa Mas.. aku Maesaroh, biasa dipanggil Sara".
"Aku Prihatin, biasa dipanggil Pri atau Atin. Panggil aja Mas Pri", sahutku.
"Maesaroh dipanggilnya Sara..?" batinku.
"Oke bisa kita mulai..? Mau Matematika dulu, Fisika atau Kimia?" sambungku lagi.
"Mmmhh.. matematika aja dulu deh Mas.." sahutnya.

Lalu aku mulai mengajarkannya. Ternyata Sara bukanlah bodoh tapi karena dasarnya kurang, maka kukonsentrasikan dia dulu kepada dasar Matematika kelas 1 SMA. Baru setelah itu Fisika dan Kimianya. Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya dia bisa mendalami dan memahami dasar-dasar Matematika yang merupakan dasar Fisika dan Kimianya. Ini terbukti kadang-kadang sengaja aku berbuat salah dan dia mengkoreksinya. Selebihnya tugasku jadi ringan, karena tinggal menerangkan sebentar, dia langsung mengerti. Dan aku tinggal mengoreksi saja. Bahkan dia kubekali dua tingkat lebih tinggi dari kurikulum sekolahnya. Aku bangga ternyata muridku bukanlah anak yang bodoh.

Aku jadi tahu segala sesuatu tentang keluarganya. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Semuanya perempuan. Kakaknya Siti Fatimah, 19 tahun, panggilannya Fatty sekolah di kuliah tingkat 2 di Jogyakarta. Adiknya Siti Khodijah, panggilannya Ketty baru kelas 3 SMP. Dia sendiri bernama Siti Maesaroh. Ayahnya adalah seorang Cina keturunan. Bekerja di maskapai penerbangan sebagai kepala pemasaran. Ibunya adalah orang Pakistan yang bekerja di kedutaan. "Pantas aja anaknya cantik-cantik semua." batinku. "Udah cantik, kaya lagi." Mobilnya saja saat itu ada 3 buah. Ibunya, bapaknya, dan satu lagi untuk antar jemput sekolah anak-anaknya. Pembantunya ada 3, tukang kebunnya 1, sopirnya 3. Bapaknya berangkat jam 7 pagi dan pulangnya rata-rata jam 8 malam.Ibunya dua minggu sekali pergi ke Pakistan. Seringnya 3 hari kadang-kadang pernah sampai 8 hari. Pergaulannya sangat dibatasi oleh bapaknya. Jadi kalau pulang sekolah harus pulang, tidak boleh ke mana-mana. Kalau mau pergi, malamnya harus ijin dulu ke bapaknya dan itupun harus diantar oleh sopirnya. Jadi dia bisa dibilang kesepian untuk anak seumurnya. Walaupun semua fasilitas dia punya.

Selama mengajar, aku tak berani kurang ajar padanya. Pertama aku takut targetku supaya raportnya tak merah tak berhasil, kedua karena aku sangat minder dengannya. Terutama dari segi kekayaan. Walaupun itu milik orang tuanya. Paling-paling, aku hanya melirik ke bukit kembarnya dan menatap wajahnya saat dia menulis, mengintip celana dalamnya saat dia memakai rok mini.Terkadang malah curi-curi mencium harum rambutnya saat menerangkan sesuatu. Memang kadang-kaadang kami belajar di meja belajar atau sambil duduk di karpet. Sepertinya aku jatuh cinta sama muridku ini. Tapi terus terang aku takut.

Suatu hari, kulihat dia sangat murung. Belajarnya kurang semangat. Wah, bisa kacau nih. Bisa-bisa aku nanti nggak dibayar sama bapaknya. Perjanjiannya adalah kalau terima raport nanti masih merah, maka aku tidak dibayar. Padahal 1 bulan lagi dia mau ulangan umum.

"Sar, kamu kenapa? kok kayaknya ada masalah..?" tanyaku.
"Ngaak.. nggak pa-pa kok." sahutnya tidak bersemangat.

Setelah diplomasi sambil belajar, akhirnya setelah selesai belajar dia mau juga ngomong. Ternyata dia itu naksir Joko, anak kelas 3 yang jadi bintang basket di sekolahnya. Sedangkan Joko lebih memilih Susi yang satu kelas dengan Joko. Oh, masalah cinta monyet toh. Aku senyum seorang diri.

"Lhoo.. Mas kok senyum-senyum sendiri kayak orang gila. Bukannya bantuin gimana gitu." gerutunya.
"Wah kalau soal cinta, Mas nggak bisa ngapa-ngapain. Mas khan cuman jadi guru Matematika sama IPA. Kalau ditambahin jadi guru cinta, Mas mau bantuin," sahutku bercanda.
"Oke deh, sekarang kalo Mas aku angkat jadi guru cinta, Mas berbuat apa kalau jadi aku?" tanyanya.
"Yaa.. nggak tahu. Mas khan laki-laki," bantahku.
"Oke deh, kalau lelaki itu ngeliat perempuan dari apanya."
"Walaupun Mas belum pengalaman sama perempuan, Mas juga sekolahnya di STM, tapi karena Mas menang umur dari kamu, Mas coba jelasin semampu Mas ya."

Lalu kujelaskan semampuku tentang pandangan lelaki terhadap perempuan. Kalau lelaki itu melihat perempuan dari penampilannya, bentuk tubuhnya, kepribadiannya, dll juga karena sering ketemu. Dia memperhatikanku dengan seksama. Kami jadi lebih sering beradu pandang, berdebat. Aku jadi makin tertarik dengan muridku ini.

Aduh gimana sih nih.. Kok jadinya begini.

"Menurut mas, Sara ini cantik nggak?" tanyanya.
"Sara itu gadis yang tercantik yang Mas pernah liat," sahutku jujur sambil menatap wajahnya.
"Bayangin sudah tercantik ditambahin paling..." tambahku lagi.

Wajahnya langsung bersemu merah dan tersenyum. Bukan main cantiknya kalau lagi begitu.
"Bener.. Mas.. kalau body-ku?" tanyanya lagi sambil berdiri, muter-muter di depanku. Dadanya disorongkan ke depan.

Oh ya, saat itu dia memakai celana pendek agak gombrong, kaos Mickey Mouse sehingga BH-nya membayang sedikit.
"Body kamu juga bagus banget. Tinggi, sory ya.. dada kamu juga bagus, pantatmu bulet, kakimu jenjang," kataku lagi sambil melihat seluruh tubuhnya.

Saat aku bilang dadamu bagus, dia langsung memegang dadanya.
"Mas nggak bohong khaannn..?" katanya sambil memegang lenganku ditempelkan ke dadanya. Lunak dan hangat. Mau nggak mau penisku jadi tegang saat itu.
"Jujur demi Tuhan," kataku meyakinkan.

Karena aku sudah tidak kuat lagi, aku minta ijin pulang padanya.
"Yaa.. Mas kok pulang siicchh."
"Iyaa.. Mas ada perlu. Besok kalau nggak ada keperluan, Mas mau nemenin Sara deh.." sahutku.

Aku bangun agak tertunduk, maklum terpedoku ketekuk.
"Knapa Mass," tanya Sara.
"Aku kesemutan nih," elakku.

Dibantunya aku berdiri, entah kenapa lenganku menyentuh susunya lagi dan dia pun tidak merasa risih. Teras lunak dan hangat. Makin sakit rasa terpedoku.
"Udah ya.. sampe besok Sabtu." kataku.

Hari Sabtunya aku datang lagi. Kok rumahnya sepi. Pada kemana..? Biasanya kalau Sabtu bapak dan ibunya sudah pulang. Dan mereka pergi jalan-jalan malam harinya.

"Pada kemana Sar, kok sepi," tanyaku ke Sara saat ketemu.
"Papa tugas ke Palembang 3 hari, Mama ke Pakistan, katanya sih sekitar 4 harian. Si Siti sama Imah izin ke Garut. Tinggal Mang Ujang (sopirnya), Pak Parno (tukang kebun) sama Bi Inah," katanya.

Ternyata sopir bapak dan ibunya adalah sopir kantor.
"Mas.. boleh nggak hari ini Sara izin nggak belajar?" tanyanya.
"Lho.. kok nggak bilang kemaren. Mas udah dateng baru bilang. Emangnya kamu kenapa? Sakit..?"kataku.
"Nggak.. tadi aku pijam video bagus sama Sari (temannya), dia bilang nontonnya nggak boleh sendirian harus berdua. Tadinya mau nonton sama Ketty, eehh.. si Ketty pake ikut papa segala.. Ya aku tunggu Mas dateng aja."
"Kamu ada PR nggak?" tanyaku.
"Barusan udah aku kerjain kok. Coba aja Mas cek.." katanya sambil menyodorkan buku Matematika-nya.

Aku cek ternyata betul semua.
"Ya udah kalau begitu. Film apa sih, kok nontonnya harus berdua?" tanyaku sambil melihat ke judul filmnya. American Angel terbaca disampulnya. Tak ada gambar.
"Terima kasih ya Mas. Yuuk.. ke kamar Sara. Videonya ada di sana." katanya sambil menggandeng tanganku ke kamarnya.

(((B E R S A M B U N G)))
 
ceritanya bagus.. makasih gan, udah nyimpenin & berbagi ini cerita
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd