Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kira-kira apa ya pekerjaan sehari-harinya Risma

  • Ibu Rumah Tangga

    Votes: 38 37,3%
  • Guru

    Votes: 57 55,9%
  • Pegawai kantoran

    Votes: 19 18,6%
  • Risma

    Votes: 0 0,0%
  • Bu Nuri

    Votes: 0 0,0%
  • Bu Usy

    Votes: 0 0,0%

  • Total voters
    102
  • Poll closed .
Langkah dua orang perempuan terlihat begitu santai. Bu Nuri dan Bu Usy berjalan beriringan dilorong sekolah sambil berbincang. Sesekali senyum dari keduanya menghiasi wajah-wajah cantik berkerudung khas para ibu guru. Dengan seragam berwarna coklat yang ketat menampakan setiap lekukan dari tubuh-tubuh ranum keduanya.
Tak terasa sudah berbulan-bulan keduanya menjadi mainan sang kepala sekolah. Namun anehnya, semua itu tak pernah menjadi beban bagi Bu Nuri dan Bu Usy. Mereka berdua seakan menikmati perannya menjadi seorang guru bagi para murid dan menjadi pemuas nafsu untuk sang kepala sekolah.
Kehidupan rumah tangga keduanya pun baik-baik saja, malah terlihat lebih harmonis.
Bu Nuri yang mempunyai suami seorang pelaut memang lebih dahulu terjerumus kedalam dunia penuh kenikmatan seperti yang ia jalani saat ini. Izin dari sang suami membuat dirinya menjadi begitu bebas untuk berpetualang mengumbar birahi yang akhirnya ikut andil dalam menjerumuskan Bu Usy dan Risma untuk ikut berpetualang seperti dirinya.
Tiga wanita dengan profesi yang sama namun mempunyai sifat yang berbeda. Bu Nuri dengan sifat anggun dan kedewasaannya, Risma dengan sifat periang dan senang menggoda, dan Bu Usy dengan sifat manjanya memang menjadi paduan yang sempurna untuk mereka bertiga menjerat setiap laki-laki yang ingin mendekati dan saling mengumbar birahi.

Tak terasa Bu Nuri dan Bu Usy telah sampai didepan pintu ruangan kepala sekolah, keduanya saling menatap dan tersenyum.
Lalu dengan waktu yang hampir bersamaan keduanya menghela nafas panjang bersiap dengan apa yang akan keduanya lakukan. Karena mereka tahu jika Pak Yoshep memanggil mereka tak akan jauh urusannya dengan selangkangan.

Bu Usy maju untuk mengetuk pintu sambil mengucap salam. Suaranya tak terlalu keras bahkan cenderung mendesah manja terdengar dari dalam ruangan.
Namun alangkah kagetnya mereka berdua melihat kedalam ruangan Pak Yoshep ketika pintu itu terbuka. Bu Nuri dan Bu Usy salah mengira, ternyata tamu-tamu kepala sekolah itu masih berada disana. Ada enam orang laki-laki paruh baya termasuk sang kepala sekolah disana.

"Aduh...maaf pak, kirain udah pada pulang...!". Ucap Bu Usy dengan suara manja menutupi rasa kagetnya.

"Oh gak apa-apa Bu, mari... mari masuk sini... loh, Bu Risma mana? Cuma berdua?". Tanya Pak Yoshep.

"A... anu Pak, Bu Risma ada urusan dulu... nanti dia nyusul kesini katanya...!". Jawab Bu Nuri dari belakang Bu Usy.

"Yaudah gak apa-apa, ayo kalian masuk sini...sekalian pintunya dikunci lagi...!". Ujar sang kepala sekolah melihat kedua anak buahnya masih berdiri mematung diluar ruangannya.

Bu Usy dan Bu Nuri pun melangkah masuk kedalam ruangan kepala sekolah. Dengan sedikit canggung keduanya berdiri didepan para tamu Pak Yoshep yang duduk mengisi semua sofa.
Ada sedikit rasa ngeri dihati Bu Usy saat itu melihat kelima tamu Pak Yoshep yang memperhatikan dirinya dan Bu Nuri bak serigala-serigala lapar yang ingin segera menyergap mangsanya.
Lain halnya dengan Bu Nuri. Dirinya tampak begitu tenang dihadapan mata para laki-laki yang seakan tengah menelanjangi tubuhnya dengan tatapan mesum mereka.

"Aduh... kasian ibu-ibu cantik ini kalau harus berdiri disitu Pak Yoshep... disini saja Bu, mari...!". Ucap salah seorang laki-laki sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Gak apa-apa Pak sekmat, santai saja... kalo gak keberatan boleh kok sambil dipangku sama bapak...hahaha...!". Canda Pak Yoshep terhadap tamunya yang ternyata orang dari pemerintahan setempat.

Pak Yoshep ternyata mengundang para tamunya untuk membicarakan proyek pembangunan sekolah yang rencananya akan dilakukan perluasan. Tentu saja yang datang pun bukan orang-orang sembarangan. Disitu ada sekretaris dari kecamatan, kapolsek, kepala satpol PP, Danramil dan perwakilan dari ormas setempat.
Rupanya untuk memuluskan jalannya proyek pembangunan, Pak Yoshep sudah punya rencana yang brilian. Ia akan menggunakan guru-guru perempuan disekolah yang dipimpinnya sebagai pelicin guna kelancaran dan memangkas anggaran pembangunan.

"Waduh, saya bisa gak konsen sama materi rapat kita kali ini kalau ada pemandangan bagus didepan mata kayak gini...hehe...!". Ucap laki-laki yang berpakaian seragam mirip tentara namun entah dari satuan mana yang diketahui sebagai perwakilan dari ormas setempat, dimana setiap ada proyek entah itu kecil atau besar selalu hadir entah kepentingannya sebagai apa.

"Wah Pak Johan ini kayak yang baru pertama kali aja ikutan proyek, materinya kan tadi udah jelas dipaparkan sama Pak Yoshep... mungkin ini bagian dari dealnya kita sama pihak sekolah...hehe...bukan begitu Pak Yoshep?". Ujar Pak Kapolsek dengan nada penuh canda namun masih penuh wibawa.

"Ya kalau bapak-bapak setuju dengan yang saya utarakan dalam perencanaan pembangunan berikut bagian-bagian dari hasil yang akan bapak-bapak dapatkan nanti, boleh lah saya memberikan sedikit entertain sebagai tanda terimakasih untuk deal kita dalam proyek ini...!". Jelas Pak Yoshep tegas.

Mendengar hal itu, kelima orang itu saling menatap satu sama lain dan mengangguk-anggukan kepala mereka masing-masing.
Sementara Bu Nuri dan Bu Usy nampak bingung tak mengerti dengan apa yang sedang mereka bicarakan, bahkan ibu-ibu guru cantik itu pun tak tahu fungsi mereka hadir diruangan kepala sekolah itu kali ini untuk melakukan hal apa.

"Nah kalau semua sudah setuju, ini surat perjanjian kita yang harus bapak-bapak tandatangani... Bu Usy, Bu Nuri tolong dibagikan ke bapak-bapak ini...!". Ucap Pak Yoshep sambil memberikan beberapa map kepada anak buahnya.

Bu Nuri dan Bu Usy pun membagikan map itu kepada lima orang tamu Pak Yoshep diruangan itu.
Bak murid-murid yang sedang mengerjakan ulangan, selesai semua menandatangani, surat perjanjian itu kembali dikumpulkan dan diserahkan kepada Pak Yoshep melalui Bu Nuri dan Bu Usy.

"Baiklah bapak-bapak, saya minta waktunya sebentar... sambil menunggu, silahkan dinikmati dulu hidangannya...!". Kali ini Pak Yoshep berbicara sambil beranjak dari tempat duduknya dan mengajak kedua anak buahnya untuk keluar dari ruangannya.

Para tamu Pak Yoshep pun berbincang ringan sambil menikmati hidangan yang disuguhkan sang tuan rumah, walaupun dalam hati masing-masing penasaran dengan apa maksud dari sang kepala sekolah yang ingin memberi entertain sebagai tanda jadi kerja sama dalam proyek pembangunan sekolah.
Sementara itu sesampainya diluar ruangan kepala sekolah, Pak Yoshep segera memberi arahan kepada kedua anak buahnya tentang maksud dan rencananya kali ini memanggil mereka berdua.

"Jadi maksud bapak saya sama Bu Usy harus ngentot dengan lima bapak-bapak didalam itu sekarang?". Tanya Bu Nuri dengan senyuman khasnya yang anggun dan mempesona.

"Gak cuma ngentot Bu, pokonya beri mereka hiburan aja... mau joged-joged dulu atau mau apa lah... pokonya hibur mereka ya...hehe...!". Ucap Pak Yoshep mengarahkan.

"ih bapak ini ada-ada aja deh... asal ada uang sakunya aja sih kita mah...iya gak Bu Usy...?". Kembali Bu Nuri bersuara yang kali ini meminta persetujuan dari rekannya Bu Usy yang masih tampak gugup tak percaya bahkan tak siap harus menghibur kelima bapak-bapak tamu dari kepala sekolahnya.

Namun kegugupan Bu Usy sedikit terobati dengan kedatangan Risma saat itu. Pikirnya kalau ada Risma, bebannya tidak akan terlalu berat dibanding harus melayani lima bapak-bapak berdua saja dengan Bu Nuri.

"Aduh maaf ya saya telat, abisnya Pak Adi tuh pengen dilemesin dulu kontolnya...hehe...!". Tanpa malu-malu Risma mengutarakan alasannya dan meminta maaf kepada dua rekan kerja dan atasannya.

"Nah kan kalian sekarang sudah lengkap... Bu Nuri, Bu Usy sama Bu Risma boleh berembuk dulu, kira-kira mau ngasih hiburan kayak gimana buat tamu-tamu saya didalam...!". Ucap Pak Yoshep memberi perintah kepada ketiga anak buahnya sebelum kembali masuk kedalam ruangannya guna menemui para tamunya.

Sementara didalam para bapak-bapak itu berbincang penuh keakraban, suara tawa khas pria paruh baya pun terdengar saling bersahutan. Hingga ketukan di pintu dan masuknya tiga orang guru perempuan menghentikan perbincangan.

"Mohon maaf ya bapak-bapak kita gangguin nih...!". Ucap Risma sambil mengedipkan sebelah mata dan tersenyum menggoda.

"Gini loh bapak-bapak, kita bertiga tadi diminta sama Pak Yoshep buat melayani semua kebutuhan bapak-bapak sekarang ini, tapi kita bingung dan gak tau harus gimana...hmmm...jadi kayaknya bapak-bapak aja deh yang request mau seperti apa?". Bu Nuri menimpali tak kalah genitnya dengan Risma.

"Waduh...beneran ini bu? Kalau saya pengen mangku ibu gimana...?...hahaha...!". Ucap Pak Johan si perwakilan ormas.

Mendengar itu baik Risma, Bu Nuri dan Bu Usy saling menatap. Lalu ketiganya menganggukan kepala sambil tersenyum genit dengan begitu menggemaskan.

"Boleh...boleh kok Pak... mau mangku, mau remes, mau cium atau nyodok juga boleh... tapi kita kan bertiga... bapak mau pilih yang mana, ayooo...hihi...!". Kali ini Bu Usy berani bersuara.

Kelima tamu Pak Yoshep pun tampak melongo. Menurut mereka ini seperti mimpi, mendengar perempuan-perempuan cantik dengan pakaian yang begitu sopan lengkap dengan hijab serta mempunyai profesi yang begitu terhormat berbicara nakal didepan mereka.
Sementara Pak Yoshep hanya tersenyum penuh kemenangan melihat tiga anak buahnya mau bersikap binal guna memuaskan para tamunya.

"Ayo bapak-bapak... jangan sungkan, minta aja sama ibu-ibu ini...hehe...!". Ucap Pak Yoshep.

"Sebelumnya mohon maaf, alangkah baiknya kita berikan kesempatan pertama untuk memilih kepada Pak Sekmat sebagai tanda penghormatan dari kita... silahkan pak...!". Ujar Pak Kapolsek dengan masih penuh wibawa.

Laki-laki yang diketahui bernama Rudi sebagai sekmat pun hanya bisa tersenyum malu mendengar ucapan dari Pak Kapolsek. Dirinya hanya bisa curi-curi pandang kearah tiga perempuan cantik nan menggemaskan yang berdiri dihadapannya.
Kali ini Bu Nuri tampak sedang berbisik kepada Risma. Dua perempuan yang dikenal sebagai sahabat karib disekolah itupun tertawa melihat seorang sekmat yang tampak malu-malu untuk angkat bicara.
Lalu dengan langkah gemulai Risma menghampiri laki-laki itu. Tanpa ragu ia duduk dipangkuan pejabat pemerintahan itu.
Semua mata dari tamu Pak Yoshep tak berkedip melihat tingkah binal seorang ibu guru yang dengan anggun menggelayut manja dipangkuan Pak Rudi.

"Wah Pak Sekmat menang banyak ini... si ibu tau aja selera beliau...hahaha...!". Ucap Pak Johan si ketua ormas yang diikuti suara tawa dari semua bapak-bapak yang hadir disana.

" Jangan tegang dong Pak... sini tangan kanannya peluk pinggang saya... nah ini tangan kirinya simpen dipaha ya... tuh enak kan? Oiya, nama saya Risma Pak...!". Ucap Risma mengarahkan Pak Rudi sambil memperkenalkan dirinya.

Kelakuan Risma membuat Pak Rudi benar-benar tegang. Baru kali ini dirinya sebagai pejabat pemerintahan daerah mendapat perlakuan yang begitu binal dari seorang perempuan terhormat. Biasanya jika ia mendapatkan undangan untuk deal sebuah proyek, yang menjadi entertain untuk menghiburnya adalah wanita-wanita para pekerja seks komersial profesional, namun kali ini benar-benar berbeda.
Seorang perempuan cantik dengan lekukan tubuh yang sempurna dan berprofesi sebagai seorang pengajar dalam kesehariannya tengah duduk dipangkuannya dan tanpa malu menawarkan kenikmatan serta kehangatan tubuhnya.

"Duh...jangan pada konsentrasi sama Pak Sekmat dong bapak-bapak...kasian kan Pak Sekmatnya jadi malu-malu tuh...nah kita berdua malah dianggurin jadinya...hihi...!". Ucap Bu Nuri menyadarkan bapak-bapak itu dari apa yang tengah dipertontonkan oleh Risma yang membuat mata mereka beralih kepada dua sosok perempuan yang tak kalah cantik dan menggodanya dari perempuan yang tengah dipangku Pak Sekmat.

"Tinggal dua orang nih...kayaknya kita harus bagi-bagi ya bapak-bapak biar adil... hehe...!". Ucap salah seorang laki-laki perwakilan dari koramil.

"Yaudah saya sama Pak Johan saja... biar Pak Kapolsek sama Pak Danramil...silahkan Pak milih lebih dulu, kami sisanya aja, lagian nanti boleh nyicip yang lain juga kayaknya...haha...!". Balas si ketua satpol PP.

Kali ini Pak Kapolsek berdiri dan melangkah menghampiri Bu Nuri dan Bu Usy yang keduanya terlihat memasang pose yang menggoda bak seorang model dengan berkacak pinggang dan membusungkan dada serta bokongnya.
Pak Kapolsek itu lantas berjalan berputar mengelilingi dua wanita tersebut seakan tengah mengidentifikasi lekukan-lekukan tubuh ranum yang menggoda kejantanannya.

"Saya bingung Pak... dua-duanya nafsuin, bapak mau yang mana?". Ucap Pak Kapolsek kepada Danramil sambil merangkul kedua perempuan yang tersisa.

"Yang itu aja pak... dari tadi si ibu ngedipin saya terus...hehe...!". Ujar Danramil menunjuk Bu Nuri.

Sesuai dengan pilihan Danramil, Pak Kapolsek pun menuntun Bu Nuri untuk duduk bertiga disofa.
Sambil berjalan dituntun Pak Kapolsek, Bu Nuri melambaikan tangan dan tersenyum kepada Bu Usy rekan kerjanya.
Kini yang tersisa hanya Bu Usy. Perempuansemok itu berlenggak-lenggok berjalan menghampiri dua laki-laki berseragam yang hanya bisa menelan ludah melihat kesintalan tubuhnya.

"Bapak-bapak gak apa-apa kan dapetnya saya?". Ucap Bu Usy sambil mencondongkan badannya dengan suara khasnya yang sedikit mendesah.

"Emang dari tadi saya niatnya milih ibu...beruntung Pak Kapolsek sama Danramil gak milih ibu...!". Ucap ketua Satpol PP itu sambil menggeser duduknya memberi ruang antara dirinya dan si ketua ormas agar Bu Usy bisa duduk ditengah-tengah mereka.

Aroma mesum mulai tercium diruangan itu. Ruangan kepala sekolah yang sejatinya diperuntukan untuk sang kepala sekolah memberi pengawasan untuk berjalannya proses pendidikan disekolah yang dipimpinnya, kini berubah layaknya ruang tunggu tempat prostitusi. Dimana suara tawa dan celotehan-celotehan nakal dari tiga perempuan terdengar saling bersahutan dengan suara gelak tawa dari enam orang laki-laki.
Kali ini tingkah nakal Risma kembali mencuri perhatian. Mengetahui Pak Rudi yang pasif dan malu-malu, Risma mengambil inisiatif untuk menggoda laki-laki dengan jabatan sebagai sekretaris kecamatan itu.

"Ayo dong Pak Sekmat, gak usah malu-malu buat jamah badan Risma....nih adiknya udah nyundul-nyundul ke pantat...hihi...!". Ucap ibu guru itu sambil menggerakan pinggulnya dipangkuan Pak Rudi yang membuat muka laki-laki itu semakin memerah karena malu.

"Udah Pak cuek aja...kasih si ibu itu pelajaran biar gak godain bapak terus...tuh kayak Pak Kapolsek sama Pak Danramil...haha...!". Ujar Pak Johan sambil menunjuk ke arah Bu Nuri yang kini tengah bergumul dengan meladeni ciuman Danramil dan Pak Kapolsek silih berganti.

Sambil memanas-manasi Pak Sekmat dan Risma, tangan si ketua ormas itupun tak tinggal diam. Dengan gemasnya ia meremas payudara ranum Bu Usy yang kini tengah merem melek menerima ciuman laki-laki berkumis tebal dan bertubuh tambun yang tak lain adalah si kepala Satpol PP.
Mendengar Pak Johan terus memanas-manasi rekan kerjanya, Bu Usy pun melepaskan pagutan bibirnya dengan kepala Satpol PP.

"Bapak ini...jangan gangguin pak Sekmat lah pak, kasian... sini biar mulutnya gak usil...!". Ucap Bu Usy sambil menarik wajah Pak Johan dan melumat bibirnya.

Sementara disofa sebelah, keadaan sudah mulai memanas. Kali ini Bu Nuri dengan pakaian bagian atas yang telah terbuka seluruh kancingnya dan payudara yang telah keluar dari BH-nya tengah mengoral batang kontol berotot milik Danramil yang hanya menurunkan celananya hingga paha dan berkacak pinggang didepannya.
Sementara Pak Kapolsek tengah asik menjilati belahan memek milik ibu guru satu anak itu yang menggulung rok seragam mengajarnya hingga pinggangnya dan mengangkangkan kakinya.

"Gimana rasa memek si ibu Pak Eko...aaahhhh...?". Tanya Danramil sambil merem-melek merasakan kenikmatan yang tengah ia rasakan dari Bu Nuri yang mencucup ujung kontol miliknya.

"Mantap Pak Suryo...wangi, gurih...hehe...!". Jawab Pak Kapolsek singkat dan kembali membenamkan kepalanya diselangkangan Bu Nuri.

"Mmmmhhh....hhmmmm...pelan-pelan pak ah...ngilu-ngilu enak kena itilnya ahhh...hmmm...!". Pinta Bu Nuri sebelum kembali melahap batang kontol Pak Suryo.

Berbeda dengan dua rekan kerjanya, Risma yang mendapat tugas melayani Pak Sekmat terlihat lebih aktif. Saat itu iya telah berhasil melucuti semua kancing kemeja putih berlengan panjang yang dikenakan pejabat kecamatan tersebut. Sambil berlutut diantara dua kaki Pak Sekmat, Risma tengah mempraktekan keahliannya dalam membangkitkan birahi laki-laki. Dengan mata setengah terpejam, lidah Risma tengah melata di dada bidang laki-laki sang wakil dari kecamatan.
Tak cuma menjilati, sesekali Risma pun mengemut kedua puting Pak Rudi silih berganti yang membuat laki-laki itu semakin tak bisa lagi untuk mempertahankan wibawanya sebagai pejabat.
Beberapa kali Pak Rudi menengadah dan memejamkan mata, mulutnya menganga namun tak mengeluarkan suara. Perutnya terasa keras seperti sedang menahan nafas tatkala jilatan Risma semakin turun kesana.

"Bapaaak... celananya Risma buka ya, pokonya bapak nikmatin aja... Risma bakal kasih bapak sepongan terbaik pokoknya...hihi...!". Ucap Risma nakal dengan mata yang beradu pandang dan tangan yang lincah membuka ikat pinggang Pak Rudi yang hanya bisa mengangguk dengan tatapan takjub.

Selesai melepas celana Pak Rudi, Risma begitu kegirangan melihat batang kontol yang sudah mengeras dan menjulang tinggi. Ia dengan gemas mengocok batang kontol diiringi senyum khasnya yang menggoda.

"Kenapa pak? Perih ya...? Pake ludah Risma boleh kan buat ngelumasin batang bapak...?". Ucap Risma kembali bertanya melihat raut wajah Pak Rudi yang meringis seolah menahan sakit.

Risma kembali menunjukan kebolehannya dalam memuaskan nafsu laki-laki. Setelah mendapat izin dari Pak Sekmat, Risma mulai memasang wajah binalnya. Ia meletakan batang kontol Pak Rudi dibawah dagunya, lalu dengan pelan Risma mengeluarkan air liur dari bibirnya yang ranum menggoda.
Batang kontol Pak Rudi pun nampak mengkilap dilumuri air liur Risma yang kini kembali mengocok menggunakan tangannya.
Pak Rudi hanya bisa memandang takjub terhadap apa yang sedang dilakukan perempuan alim dihadapannya. Ia tak menyangka jika dibalik penampilan ibu guru yang sopan ini tersimpan kebinalan. Apalagi ketika batang kontolnya sedikit demi sedikit masuk tertelan bibir sang ibu guru, makin lengkaplah kenikmatan yang Pak Rudi dapatkan.

Sementara itu, Bu Nuri yang berbaring disofa dengan posisi kaki yang mengangkang tengah menikmati lubang memeknya dihujam batang keras milik Pak Suryo. Lenguhan dan gumamannya sedikit tertahan karena mulutnya harus bekerja ekstra memberi pelayanan terhadap batang kontol Pak Eko.

"Hmmm...ahhh...besok-besok ibu wajib mengunjungi kantor saya yah...buat bikin laporan sama setor kenikmatan...ahhh...!". Ucap Pak Eko sambil merasakan batang kontolnya keluar masuk dibibir Bu Nuri.

"Siap pak...kapanpun bapak mau, aaaahhh...hmmmmhhh...telpon saja ahhh...!". Jawab singkat Bu Nuri menikmati dirinya digumuli dua laki-laki berpangkat.

Berbeda dengan Bu Nuri, Bu Usy justru seperti merasa tersiksa. Suara serak yang terdengar dari mulutnya begitu memilukan. Kulitnya yang putih tampak berubah memerah, matanya terpejam, bibirnya beberapa kali dirapatkan dan meringis kesakitan saat dua batang kontol besar dan panjang keluar masuk secara bersamaan dilubang memek dan lubang pantatnya dengan tempo yang begitu kencang.
Pak Johan yang berwajah garang tampak gemas dibawah tubuh semok Bu Usy. Sambil mengeluar-masukan batang kontolnya dilubang memek si ibu guru, sang ketua ormas itu pun tak membiarkan payudara dengan puting besar milik Bu Usy menganggur. Ia lumat puting itu dengan lidah kasarnya, dan yang membuat Bu Usy semakin tersiksa adalah saat pria itu menghisap putingnya dengan begitu kencang.
Disaat bersamaan, tamparan-tamparan keras dibulatan pantat Bu Usy dari ketua Satpol PP yang menghunuskan batang kontol dilubang pantatnya menambah penderitaan si ibu guru cantik itu.

"Aduh...aaarghhh...ampun...hhhhhh...pelan Pak...aaaahhh...sakit...ampun...uuuuhhh...!". Bu Usy memohon sambil terengah-engah.

Namun bukannya berhenti ketika mendengar erangan Bu Usy, dua laki-laki malah semakin kasar memperlakukan betina yang digumulinya.

"Biasanya kalo saya abis razia suka jijik kalo ditawarin lubang bo'ol...tapi kalo sama ibu guru ini saya demen...ahhh...!". Ucap si kepala Satpol PP sambil menggenjot lubang pantat Bu Usy dan menjambak rambutnya yang membuat si ibu guru itu hanya bisa membuka mulut dan memejamkan mata tanpa bisa mengeluarkan suara.

"Hajar terus Pak...si ibu ini bohong bilang sakit...mmmhhh...ini lubang memeknya makin legit...basah...ahhh...ngigit uuuuhhh...!". Ucap Pak Johan memberi komentar.

Tak dapat dipungkiri oleh Bu Usy, perlakuan kasar dua laki-laki yang menggumuli tubuhnya tanpa sadar memang memberikan kenikmatan yang berbeda. Namun karena sifat pembawaannya yang manja, ia tak mampu untuk menyembunyikan rasa sakit dibalik kenikmatan yang didapatnya.
Tapi hal itulah yang membuat dua laki-laki itu semakin bernafsu untuk menggauli tubuh ranum si ibu guru. Rengekan manja Bu Usy benar-benar membangkitkan birahi keduanya yang semakin meninggi.

Lain orang lain juga sifatnya. Bu Nuri yang melihat rekannya begitu tersiksa disandwich oleh dua laki-laki malah merasa tertantang untuk dikasari. Apalagi yang menggumulinya kali ini adalah dua aparat berpangkat dengan tubuh kekar dan gagah yang selalu dihormati.

"Bapak-bapak...ahhh...mau gak ngewein saya kayak Bu Usy...pengen dong diewe depan belakang kayak gitu...ahhh...!". Ucap Bu Nuri dengan anggun menawarkan tubuhnya untuk digagahi seperti Bu Usy.

Pak Danramil dan Kapolsek pun menghentikan sejenak aksinya ketika mendengar permintaan Bu Nuri. Mereka berdua tak menyangka dibalik keanggunan si ibu guru yang satu ini ternyata tersimpan sifat binal yang membangkitkan gairah laki-laki.
Lalu keduanya saling berpandangan meminta persetujuan untuk berbagi lubang depan atau belakang.

"Dari tadi saya memang menunggu momen ini, silahkan Pak Eko nikmati jepitan memek legit si ibu ini... biar saya sikat lubang satunya lagi...hehe...!". Ucap Pak Suryo sambil dengan pelan mencabut batang kontolnya dari lubang memek Bu Nuri yang membuat si ibu guru tersebut menengadahkan kepalanya dengan mata yang terbalik dan mulutnya yang mengaduh.

Lalu Danramil itu duduk mengangkang disofa dengan batang kontol yang menjulang menantang. Sedangkan Bu Nuri yang tahu dengan keinginan si bapak mulai mengambil posisi duduk membelakangi dipangkuannya. Sambil beberapa kali meludahi telapak tangannya untuk melumuri batang kontol Pak Suryo, Bu Nuri mengarahkan batang itu ke lubang pantatnya.

"Aaaaahhhh...nik...mat...pak...auuuuuuhhhh...!". Ungkap guru cantik itu ketika sedikit demi sedikit lubang pantatnya menelan seluruh batang kontol Pak Suryo.

Pak Eko tak langsung mengeksekusi lubang kenikmatan Bu Nuri. Ia hanya berdiri sambil mengocok batang kontolnya sendiri melihat aksi dari si ibu guru yang menaik-turunkan tubuhnya dipangkuan Pak Suryo.
Begitu binal dan nakal raut wajah si ibu guru yang satu ini pikirnya. Tak ada raut wajah kesakitan saat batang kontol besar menembus lubang pantatnya.

"Ayo Pak...sumpal memek saya ahhhh...kontol bapak udah kenceng itu....uhhh...!". Pinta si ibu guru dengan nakalnya.

Dengan sedikit mencondongkan badannya, Pak Eko mulai memposisikan batang kontol kebanggaannya didepan lubang memek Bu Nuri yang menganga. Lalu dengan sedikit hentakan, batang kontol itu menerobos kedalam lubang yang begitu nikmat dengan lancarnya.
Suara ketiganya pun terdengar hampir bersamaan. Desahan dan erangan saling bersahutan penuh kenikmatan, membuat seisi ruangan dipenuhi suara penuh gairah kenikmatan.

Disisi yang lain Risma dengan gemulai tengah bergoyang dipangkuan Pak Sekmat. Sambil berciuman panas, pinggul sang ibu guru tak berhenti menggilas batang kontol milik pejabat kecamatan itu yang membuatnya hilang akal dan melupakan kedudukan serta martabat.

"Mmmhhh...gimana pak...ahhh...enak gak goyangan saya...ahhh...?". Tanya Risma menggoda.

"Nikmat banget bu...ahhh...legit...ahhh...!". Jawab Pak Sekmat yang kali ini mulai berani menjamah payudara Risma.

Berbeda dengan kedua temannya, Risma mendapatkan lawan yang begitu lembut dalam memperlakukan tubuhnya. Hingga kegiatan keduanya terlihat begitu erotis. Apalagi ketika Pak Sekmat mencucupkan bibirnya di puting payudara Risma. Desahan dan gerakan tubuhnya begitu gemulai dipangkuan sang abdi negara.

"Uuuuhhh...iyah...ahhh...gitu pak enak...ahhh...!". Ungkap Risma sambil memejamkan mata dan semakin membusungkan dadanya.

Tak tahan dengan kenikmatan yang ibu guru itu berikan, Pak Sekmat mencapai puncak dengan begitu cepat. Tubuhnya menghentak-hentak yang membuat kontolnya terbenam seluruhnya dilubang memek Risma. Lalu beberapa kali ia mengejang bersamaan dengan muntahnya sperma dari batang kontolnya.

"Ahhh...ahhh...saya gak tahan bu...ahhhh...!". Ucap Pak Sekmat mencapai klimaks.

Risma sebenarnya agak sedikit kecewa saat itu karena Pak Sekmat tak mampu bertahan lebih lama, padahal dirinya pun hampir mencapai klimaksnya.
Namun tak dipungkiri jika Risma pun merasa sedikit bangga dengan dirinya yang mampu membuat laki-laki itu mencapai puncak kenikmatan dalam waktu yang relatif singkat.

"Yaudah bapak istirahat dulu ya, nanti kalau mau lagi bapak boleh panggil Risma atau yang lain buat ngentot lagi sama bapak...hihi...!". Ucap Risma sambil membersihkan batang kontol Pak Sekmat juga memeknya menggunakan tissue yang tersedia diatas meja.

Setelah selesai Risma pun beranjak menghampiri Bu Usy yang tengah menggelepar-gelepar dihajar dua laki-laki yang men-sandwichnya. Dalam hati ia merasa kasihan melihat rekan kerjanya yang cantik dan manja ini tersiksa karena lubang memek dan pantatnya dibobol dua kontol perkasa. Terlebih ketika perempuan cantik beranak satu itu beradu pandang dengan Risma.
Wajahnya yang sayu seakan memberi tahu jika dirinya sangat tersiksa diperlakukan dengan kasar oleh dua laki-laki yang menggaulinya.

"To...tolongin saya Bu...ahhh...lubang bo'ol Usy ahhh...kayak yang...mmmhhh...robek...awhhhh...pelanin...mhhhh...!". Bu Usy mulai merengek ketika Risma membelai rambutnya.

Lalu Risma pun berdiri dan memeluk tubuh si kepala Satpol PP. Sambil mendengus dipunggung laki-laki itu, tangan Risma dengan nakal menggapai batang kontol yang tengah membombardir lubang anus rekan kerjanya dan dengan lembut mencabutnya.
Sambil mengocok, batang kontol laki-laki itu Risma bersihkan menggunakan tissue.
Kepala Satpol PP itu sedikit geram ketika kenikmatannya diganggu. Namun ketika mengetahui jika yang mengganggunya adalah wanita cantik dengan tubuh yang menggiurkan, ia pun tersenyum.

"Bapak gak penasaran buat razia Risma? Pak Sekmat aja cepet loh keluarnya...mau coba?". Ucap Risma dengan wajah nakalnya sambil menarik laki-laki itu untuk mengikutinya.

Risma lalu menaiki meja kepala sekolah dan mengangkangkan pahanya, menunjukan lubang memeknya yang masih basah dan bersiap memberikan kenikmatan pada lawan mainnya.

"Ayo pak, tunggu apa lagi? Tusukin kontolnya kesini...!". Kembali Risma meminta, kali ini sambil merekahkan memek dengan kedua tangannya.

Tanpa harus diminta dua kali, kepala Satpol PP itu pun menancapkan batang kontolnya dilubang memek Risma dengan sempurna dan langsung menggenjotnya.
Erangan keduanya terdengar begitu menggairahkan. Deru nafas saling bersahutan berpadu dengan suara kecipak lubang memek basah yang tengah mendapat gempuran.
Erangan Risma agak tertahan ketika Pak Yoshep yang sedari tadi hanya menonton para tamunya mengerjai anak buahnya, kini mulai ambil bagian dalam permainan. Sang kepala sekolah itu meraih wajah Risma dan melumat bibirnya.
Risma begitu senang ketika dua pejantan mulai menggumulinya. Tanpa sungkan ia melayani lumatan bibir sang kepala sekolah tak kalah ganasnya. Bahkan sambil berciuman, ia pun menggoyangkan pinggulnya. Membuat si kepala Satpol PP yang tengah menggenjotkan batang kontolnya semakin merasa nikmat mendapat geolan legit dari wanita cantik yang merupakan ibu guru favorit disekolah.

Keadaan disofa pun tak kalah panasnya. Kali ini Bu Nuri dan Bu Usy dengan kompak tengah menunggingkan pantatnya yang menggoda. Ditengah mereka Pak Johan duduk dengan gagah menikmati batang kontolnya yang tengah dijilati oleh kedua ibu guru cantik itu dengan penuh nafsu dan gairah.
Masing-masing lubang memek dari kedua ibu guru itu tengah digenjot oleh dua pejantan yang gagah. Dimana Pak Kapolsek tengah merem melek mendapat goyangan Bu Nuri yang lincah, dan Pak Suryo merasakan lembutnya lubang memek Bu Usy yang basah.

"Kalo kayak gini saya jadi pengen tiap hari berkunjung ke sekolah ini...ahhhh...!". Ucap si ketua ormas sambil membelai kepala kedua wanita cantik yang tengah menikmati batang kontolnya.

"Bener ahhh...Pak...tau ada banyak ibu guru cantik yang doyan kontol gini, saya dari dulu datengin sekolah ini...arrrrghhh...!". Pak Danramil menimpali sambil terus menggerakan pinggulnya dan sesekali menampar bongkahan pantat Bu Usy.

"Mereka ini bukan guru pak...tapi lonte...uhhhh...!". Balas Pak Kapolsek sambil mencengkram bongkahan pantat Bu Nuri yang tak berhenti menggoyang kontolnya.

Mendengar ketiga laki-laki itu berkomentar, baik Bu Nuri ataupun Bu Usy merasa begitu bangga. Kata-kata kotor yang terlontar semakin membakar semangat keduanya dalam menunjukan kemampuan terbaiknya dalam memuaskan birahi laki-laki. Hingga orgasme mereka berdua pun datang berkali-kali setiap berganti laki-laki.

Kembali ke Risma yang kali ini tengah menikmati tiga laki-laki menggumuli tubuhnya. Ia kini tengah berada diatas tubuh Pak Yoshep yang terlentang diatas meja kerjanya dengan batang kontol menembus memeknya. Sementara dibelakang Risma, Pak Sekmat yang telah pulih tenaganya tengah menikmati batang kontolnya yang menggenjot lubang pantat Risma. Sedangkan mulut Risma tengah sibuk mengulum batang kontol si kepala Satpol PP yang bergerak keluar masuk sambil memegangi kepalanya.

"Ahhh...Pak Yoshep..***k bilang kalo punya ibu guru yang doyan dientot bo'olnya...uhhh...saya dari kunjungan pertama dulu...ahhh...udah ngecengin si ibu ini...ahhhh...!". Kali ini Pak Sekmat mulai berani berbicara sambil merasakan bagaimana nikmatnta batang kontol miliknya dijepit lubang anus Risma.

"Arrrggghhh...nikmati sepuas yang bapak mau pak...arggghhh...kalau perlu bawa aja ke kantor kecamatan buat ngehibur anak buah bapak...ahhh disana...ahhh...lonte-lonte saya pasti siap pak...ohhh...!". Jawab Pak Yoshep seenaknya.

Rapat yang ditutup dengan pesta seks itu berjalan hampir empat jam. Beberapa kali para laki-laki itu berganti pasangan dan mencoba lubang-lubang kenikmatan dari ketiga ibu guru yang cantik itu yang dipersembahkan oleh Pak Yoshep sebagai hiburan.
Baik Risma, Bu Nuri dan Bu Usy benar-benar merasa terpuaskan siang sampai sore itu. Dimana enam batang kontol dari para tamu Pak Yoshep silih berganti mengisi setiap lubang yang ada ditubuh ketiganya.
Sebelum bubar semua laki-laki itu berkomentar tentang pengalaman yang mereka dapatkan disekolah itu.
Akhirnya negosiasi tentang proyek perluasan sekolah pun lancar berkat cairan pelicin yang disuguhkan Pak Yoshep dari memek ketiga bawahannya.

Lalu bagaimana petualangan berikutnya?
Lanjutkan atau cukupkan?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd