Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dawai Cinta Sang Penghibur

PART XVIII



ASA BARU DIUJUNG SENJA



Kawasan Gudang Peluru Tebet pagi ini agak sedikit mendung, sehingga suasana pagi Jakarta yang panas tidak dirasakan oleh Jayadi yang sedang berjalan mengelilingi kompleks tempat tinggalnya ini. Dia sengaja hari ini sendirian saja olahraga, selain karena hanya dekat saja, dia menjaga agar mata tetangga tidak jadi punya narasi liar melihat dia berjalan berdua dengan Anggi yang nota bene dikenal sebagai pembantunya dia.

Lagipula pagi-pagi Anggi punya kegiatan sendiri beres-beres rumah. Meski sudah dianggap sebagai kekasih majikannya, namun Anggi tetap menjaga sikap dan tahu diri dengan posisinya sebagai ART ataupun perawatnya Jayadi. Sehingga meski sudah bebas dengan Jayadi, dia tetap menjaga diri dan jaga situasi agar tidak melewati batasan antara ART dengan majikannya.

Sementara itu, Jayadi yang sekarang sudah banyak berubah dan makin segar, juga merasakan ada semangat baru dalam dirinya. Bahkan meski jalan sendiri seperti ini, dia ingin segera kembali ke rumahnya. Entah kenapa dia seperti tidak ingin lama-lama pisah dengan Anggi. Jalan belum sejam saja dia sudah ingin segera kembali ke rumahnya.

Setibanya dirumah, dia tersenyum manis melihat seksinya Anggi dengan celana pendek, kaos ketat lengan pendek dan belahan dadanya terlihat nampak sedang mengepel ruang tengah. Dia kasihan melihatnya dan menyuruh agar berhenti mengepel, dia ingin menyewa layanan kebersihan rumah online saja, agar Anggi tidak kecapean

“udah balik Pak?”

“udah….. “

“kemana aja?”

“dekat-dekat sini…..”

Jayadi lalu duduk ditaman belakang sambil membaca berita dari ponsel layer lebarnya itu

“mau susu hangat?”

Jayadi tersenyum

“boleh…”

Susu kalium hangat yang memang harusnya dikonsumsi oleh oarang seusia Jayadi tidak lama kemudian dihidangkan oleh Anggi

“makasih sayang…..”

Anggi menganggukan kepalanya

“ mau sarapan apa?”

“terserah saja…..”

Anggi lalu mengusulkan

“sarapan sehat saja yah….”

“oke…..”

Anggi lalu bergegas ke dapur lagi dan mempersiapkan sarapan untuk Jayadi.

Tidak lama dia lalu keluar dengan piring berisi telur rebus matang, potongan tomat, dan papaya serta air putih hangat untuk Jayadi.

“ini yah Pak……”

“oke makasih, Siti….”

“sama-sama Pak…..”

Sambil menyantap sarapannya, dia masih sibuk melihat berita dan juga whatsapp di ponselnya. Anggi yang baru saja selesai beres-beres pagi, sempat naik ke lantai atas dan menggiling pakaian kotor mereka berdua di mesin cuci di ruang laundry di lantai 2.

Setelah turun, Anggi lalu masuk ke kamarnya, dan tidak lama keluar dengan hanya mengenakan handuk menuju kamar mandi yang terletak disamping kamarnya.

“siti…..” panggil Jayadi

“iya Pak….”

“kemana? Mandi?”

“iya Pak……”

Jayadi agak manyun

“kok mandi disitu….?”

Anggi terdiam dan serba salah

“mandi dimana emangnya….?” Tanyanya dengan pandangan agak terlihat polos

“mentang-mentang aku sudah diangap sehat yah?”

Anggi jadi serba salah melihat Jayadi. Dia lalu mengurungkan untuk masuk ke kamar mandinya.

“mau mandi bareng?”

Diam Jayadi

Anggi lalu menghampiri Jayadi, dengan lembut dia membelai pundak Jayadi

“ya sudah atuh…. Selesaikan sarapan baru kita mandi bareng…..” ajak Anggi dengan lembut

Jayadi masih agak ngambek

“udah atuh… jangan suka ngambek yah…..” bisik Anggi

“ayo habiskan…. Trus aku gosokin punggungnya….”

Luluh juga akhirnya hati Jayadi

“jangan suka marah-marah……” pijitan lembut Anggi di pundak Jayadi

“ngga….”

Anggi tersenyum melihat sorot wajah Jayadi. Ngga muda ngga tua laki-laki memang tetap aja laki-laki, suka kayak anak kecil dan ngambekan kalau apa yang dia mau tidak sesuai dengan rencananya.

“yuk……”

Melihat Anggi hanya berbalut handuk, dan pundak mulusnya berkilap licin campuran keringat, isi celana Jayadi pun mulai bergolak, membuat kata hatinya dan kepalanya langsung berubah dengan sebuah anggukan

Dia lalu berdiri, dan segera jalan masuk ke kamarnya, disusul Anggi yang membawa handuk buat Jayadi. Setiba dikamar, Jayadi membuka semua baju dan celana pendeknya hingga semua tidak bersisa, dan Anggi lalu menyiapkan air agar disetel ke panas yang tepat. Dia juga menyiapkan kaos, celana pendek dan juga kolor untuk Jayadi

“ayo Pak…..” ajak Anggi

Jayadi pun masuk ke kamar mandi berdua dengan Anggi. Matanya langsung berkilat melihat Anggi yang melepas handuknya. Buah dada indah dan sekal itu keluar dari balik handuk. Segitiga yang lebat dan hitam juga bersembunyi di pangkal pahanya.

Siraman air dan busa sabun membuat mandi pagi dua insan berbeda jenis kelamin itu jadi semakin meriah. Gesekan badan Anggi yang lembut ke punggung Jayadi membuatnya mulai bangun tanduk ajaibnya yang setelah sekian lama tidak bertuan, kini ada tempat dan celah sempit yang dia bisa pakai untuk berlindung, dan juga tempat melepas kelegaan yang hakiki.

“nakal tangannya….” Gurau Anggi saat tangan Jayadi mulai meremas dadanya

“abisnya bagus banget…”

“bohong ih….. pintar gombal sekarang…”

Jayadi tidak menjawab, tapi tangannya terus meremas buah dada indah Anggi. Sedangkan tangan Anggi dengan lembut membelai belalai gajah tua yang sedikit mulai tegang. Jayadi meringis nikmat saat tangan lembut Anggi mengelus batangnya yang menggeliat dan mulai mengeras

“nakal nih sekarang… mentang-mentamg sudah sehat, bangun terus dia….” Bisik Anggi lembut yang disambut senyuman malu oleh Jayadi

“ini berkat kamu, Siti…..”

Tangan Jayadi amsih dengan gemesnya meremas buah dada Anggi, dan kini dia turun membelai hutan rimbun di pangkal paha nya yang basah karena terkena air mandi mereka, dan dengan lembut jari tengahnya mulai menyelinap masuk ke sela-sela belahan vaginanya Anggi

Anggi mengerang sambil mengeluarkan lidahnya, matanya dengan sayu menatap genit ke arah Jayadi…

“nanti aku cukur sedikit boleh?” tanyanya ke Jayadi

“dibotakin?”

“ngga… dirapihin aja…. Biar ngga berantakan kayak gini……”

Jayadi diam

“kalau dibolehin…..”

Jayadi lalu mengiyakan dengan nada sedikit berat

“oke… kalo kamu maunya begitu….”

Anggi tersenyum melihat bapernya si pak tua ini

“nanya aja sayang…..” sambil tetap dia meremas lembut batang kemaluan Jayadi

“kalau bapak setuju aku pangkas…..”

Masih diam Jayadi…. Lalu…

“emang kalo dipangkas apa efeknya?”

“yah…supaya bersih saja… ngga berantakan gini…..”

“ yah sudah… terserah aja……”

Anggi tersenyum manis

“bapak lihat aja dulu…. Kalo bagus nanti kita tetap seperti itu… kalo ngga, yah sebentar juga sudah rimbun lagi….” Bisik Anggi

Bagi Jayadi rasanya aneh melihat vagina botak dan gundul. Bagi dirinya yang masih old style, vagina gundul dan licin itu identik dengan wanita yang suka dengan berganti pasangan. Dia menyukai vagina yang alami dan berbulu. Namun usulan Anggi rasanya tidak buruk juga untuk dilihat. Toh jika setelah dipangkas dan dia kurang suka, hitungan minggu juga sudah tumbuh lagi

“oke deh…..” akhirnya dia mengiyakan

“makasih yah Bapak sayang……”

Anggi lalu melumat bibir Jayadi. Pria tua ini bagaikan terbang rasanya mendapat lumatan dari Anggi. Ciuman lembut dan tiba-tiba menjadi liar, lidah nakalnya yang melumat dan menjulur kedalam mulutnya serta mendorong lidahnya, membuat guyuran shower menjadi terasa semakin hanget dan busa sabun menjadi buih-buih birahi mereka pagi ini.

Kini wanita tu berlutut di depan Jayadi, dan tanpa pakai lama mulutnya membuka dan melahap isi selangkangan Jayadi. Batang itu kini mengeras saat mulut hangat dan jepitan bibir wanita itu menjepit sosisnya, dan ditambah dengan jilatan lidahnya yang bermain saat batangnya dikeluarin diujung mulut, membuat Jayadi makin kelojotan

“sayang….”

“hmmmmmm”

“pindah yuk…..”

Anggi tahu bahwa Jayadi sudah tidak kuat lagi dengan serangannya

“ayo……” Jayadi menarik kepala Anggi

Anggi tersenyum melihatnya

“ngga kuat yah….?”

“iya…. Maunya dijepit disitu….” Jayadi memberi colekan ke balahan memek Anggi

Anggi segera membasuh tubuh mereka berdua dengan air shower, melilitkan handuknya setelah mengeringkan badannya, lalu mereka keluar dari kamar mandi.

Wanita itu lalu berbaring di kasur, dengan membuka pahanya lebar-lebar, mempersilahkan Jayadi untuk naik.

Jayadi lalu melumat buah dada Anggi dengan rakusnya, dia meremas bagian yang kiri sambil mulutnya dengan rakus melumat yang kanan, dan tangan kirinya merogoh kebelahan vagina Anggi yang mulai basah dan hangat.

Tidak lama kemudian Jayadi segera memposisikan badanya diatas tubuh Anggi, tangannya menggenggam batang kemaluannya yang tegang, meski tidak full tegangnya. Lalu dengan bantuan tangannya, dia mencoba menuntun batang kemaluannya ke dalam lubang kenikmatan milik Anggi.

Anggi memejamkan matanya meresapi sodokan srigala tua ini. Batang kemaluannya yang meski tidak begitu tegang, namun cukup membuat Anggi senang melayaninya. Dan kemudian secara perlahan Jayadi mulai menggoyangkan pingulnya dengan pelan tapi pasti.

Dan jepitan sambil tersenyum penuh bibir menggodanya itu dia seperti sedang mempermainkan batang tua itu dengan nakalnya. Jepitan ala senam kegel yang jadi senjata andalannya itu dimainkan untuk mengetes kontol Jayadi, dan memang jepitannya membuat Jayadi sulit menahan diri lagi.

Kontolnya yang terjepit, dada lembut Anggi yang menempel di dadanya yang mulai kering dimakan usia, membuatnya sulit mengontrol pejuhnya yang kini berlarian menuju ujung kontolnya. Dia menahan sejenak, namun jepitannya Anggi seperti memeras isi kemaluannya hingga akhirnya dia tidak mampu menahan

“sayang….. ngga kuat…..”

Anggi tersenyum memaklumi

Dan dengan cepat Jayadi mencabut batang kemaluannya, lalu menghamburkan isinya di perut Anggi hingga tun tas, lalu ambruk di pelukan wanita muda itu

“maaf sayang…. Aku duluan…..”

Angga dengan telaten membelai punggung Jayadi

“ngga apa-apa Pak…. Bikin bapak puas, aku juga puas kok…..”

Jayadi jadi malu dibuatnya

Dia lalu menenangkan dirinya, membaringkan badannya disamping Anggi, sambil mengatur nafasnya dengan perlahan, lalu mengambil tangan Anggi dan mengelusnya, seperti semacam permintaan maaf karena gagal tiba di puncak bersamaan.

Bagi Anggi, hal seperti ini sudah biasa dia alami sekian tahun. Selama dia berjualan sebelumnya, hal seperti ini sudah lazim terjadi. Dan jarang dia bisa merasakan klimaks saat bercinta dengan pelanggannya, kecuali dia sedang sange, atau dia dijaliti itilnya oleh lidah yang tepat. Namun jika hanya lewat persetubuhan biasa, dia jarang bisa mancapai puncaknya.

Dan bagi dirinya, bercinta dengan Jayadi sudah bukan itu lagi yang dia kejar. Dia lebih memilih mebahagiakan pria tua ini, dan memberinya harapan yang baik, serta kenimatan dunia yang sudah lama tidak dia rasakan. Karena toh dia juga sadar, bahwa Jayadi pasti sulit memuaskannya dengan kondisinya seperti ini.

Vibratornya yang akan memuaskannya nanti. Yang penting secara keuangan, secara fisik, serta secara kenyamanan, dia sudah berada di titik dimana dia tidak perlu lagi menjajakan tubuhnya untuk mendapatkan uang bagi dirinya dan anaknya. Saat ini, Jayadi sangat memanjakannya dengan fasilitas dan transferan yang dia bisa gunakan untuk anaknya Asep, dan juga orangtuanya.



************************

Rumah Jayadi kini semakin semarak dengan semakin dekatnya hubungan mereka berdua. Ibarat suami istri, kehidupan mereka sudah sangat lengket dan membuat semua jadi sangat eksklusif bagi mereka berdua saja. Jayadi bahkan lebih sennag jika anak-anak dan cuucnya tidak berkunjung lagi kerumahnya. Dia sudah mabuk kepayang dengan Anggi

Anggi pun demikian. Dia seperti sudah menjadi nyonya rumah, meski dia masih tahu batas dan jaga jarak jika ada Iput dan anak-anaknya berkunjung. Dia tau bahwa situasinya meski sudah sedekat apapun dia dengan Jayadi, dia tetaplah seorang ART, setidaknya dimata anak-anaknya Jayadi.

Setiap hari rasanya mereka selalu meyempatkan diri untuk bermesraan. Anggi sudah pindah tempat tidurnya di kamar Jayadi, meski pakaiannya tetap di kamar dia dibelakang, namun tidur setiap malam dia sudah tidur bersama Jayadi di kamarnya.

Dan hubungan yang semakin dekat ini, membuat Jayadi pun semakin besar rasa sayangnya ke Anggi. Keinginannya untuk memiliki Anggi pun semakin menguat. Rasanya dia tidak puas hanya sekedar tidur dan dilayani oleh Anggi, karena bisa saja Anggi pergi meninggalkannya. Makanya dia ingin mengikat Anggi lebih erat lagi dengan tali yang lebih resmi.

Dia sudah berkali kali menyampaikan ini ke Anggi. Bahkan dia sudah meminta orangtua Anggi untuk datang ke Tebet, atau mereka berdua berkunjung ke rumahnya Anggi di kampung, namun Anggi masih mencoba menolaknya, setidaknya untuk saat ini.

Bagi Anggi, semangat dan keinginan serta cinta Jayadi saja belum cukup. Restu anaknya, belum lagi resiko jika Jayadi tahu akan masa lalunya, apa tidak akan jadi bola panas balik yang akan menghantam dirinya kelak?

Menikah dengan Jayadi pasti secara ekonomi dan kenyamanan akan membuat dia membaik nasibnya, dan dihormati orang sebagai nyonya Jayadi. Tapi apa anak-anaknya Jayadi akan rela? Iput memang menyukainya, tapi sebagai pembantu mereka, apa jadinya jika Iput tahu bahwa mereka berdua sudah hidup sebagai suami istri?

“nikmati saja dulu Pak…..” hibur Anggi saat Jayadi mendesaknya

“tapi aku mau kita resmi…..”

“memang bisa yakinin anak-anak?”

“aku akan bicara dengan mereka….”

“jangan…. Nanti saja Pak…”

Jayadi sedikit kesal dengan Anggi jika sudah begini. Dia kuatir Anggi akan meningalkannya. Dia terlalu menyukai wanita ini. Kecantikan dan keseksian, serta pelayanan Anggi susah dicari tandingannya. Dia galau membayangkan jika servis sebaik ini lalu dirasakan oleh pria lain. Dia berat dan cemburu mengingat itu, karena memang dia tidak ingin kehilangan Anggi lagi.

Dan untuk mendesak wanita itu untuk setuju dan mau menerima tawarnnya, Jayadi agak sedikit was-was juga. Dia takut jika dia memaksa malah Anggi akan marah dan pergi meninggalkannya. Makanya dia tetap berusaha membujuk dengan sebaik mungkin, dan berharap Anggi mau dan berani untuk mengiyakannya, sembari berharap anak-anaknya mau menerima pembantu rumah tangga dia saat ini naik kastanya menjadi nyonya rumah.

Perasaan cintanya sudah membutakan Jayadi. Dia tahu anak-anaknya bakal keberatan dengan adanya ibu baru. Anak-anaknya selama ini sudah terbiasa dengan fasilitas dan warisan yang dimiliki oleh bapaknya dan mendiang ibunya, pasti mereka akan ijinkan, tapi semua fasilitas yang ada pasti tidak akan mereka lepas.

Jayadi mulai memutar otak agar sumber penghasilannya selama ini yang dipegang oleh anaknya Iput, bisa dia kelola sendiri. Meski mendapat pensiunan, gaji sebagai komisaris, namun tetap saja penghasilan dari menyewakan kost-kost di beberapa lokasi, serta pengelolaan mini marketnya, semua dikelola oleh Iput, dan bahkan diapun sulit mendapat akses untuk meminta data, apalagi bagi hasil yang wajar.

Dia yang masih sendiri saja sudah sedemikian defensive anak-anaknya, apalagi nanti jika kelak dia berkata akan menikah dengan Anggi. Sekedar hidup dan jalan seperti biasa, gajinya dia pasti cukuplah dengan Anggi kelak. Namun dia ingin mengajak Anggi jalan-jalan ke luar negeri, tamasya dan juga memberikan barang-barang mewah untuk istrinya. Dan ini tidak akan bisa dia hasilkan jika hanya dengan gajinya semata.

Dan seperti yang sudah-sudah, permintaan dia untuk mengelola kembali kost-kostan di Kalibata tidak ditanggapi oleh Iput. Omset dan penghasilan bersih dari kost-kostan eksklusif itu puluhan juta dalam sebulan. Harga sewa kamarnya kini paling murah 2,2 juta dan yang paling mahal sudah mencapai 4 juta rupiah, dan dari 42 kamar itu hampir selalu terisi penuh.

Jayadi berkeinginan segera menikahi secara resmi sosok Anggi atau Siti yang dia kenal itu. Meresmikannya sebagai istri, dan dia bisa menikmati hari tuanya dengan istrinya, jalan-jalan berdua, tanpa harus sembunyi sembunyi di balik tembok rumahnya, atau bermesraan jika mereka jalan ke mall atau di mobil semata. Dia ingin mereka resmi, sah dan jadi suami istri beneran, bukan kumpul kebo seperti sekarang ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd