Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dawai Cinta Sang Penghibur

Bimabet
PERJUMPAAN YANG TIDAK DIINGINKAN


Bunyi suara burung bersahut – sahutan dari rumah sebelah terdengar hingga rumah Jayadi pagi ini. Pagi yang indah seindah hati Jayadi yang pagi-pagi sudah mendapat jatah basah dari Anggi. Batang tuanya kini semakin rajin mendapat servisan dari bengkel terbaik yang pernah dia rasakan selama ini.

Belakangan ini dia seperti jadi muda kembali. Maksimal 3 hari sekali dia mendapat jatah dari Anggi. Maklum, meski masih bisa menanjak, namun kondisi mesin tua yang baru saja “turun mesin” semodel Jayadi dikarenakan selesai operasi, memang tidak cepat recoverynya.

Bagi Anggi sendiri, dia tentu tidak mengharapkan lebih dari seorang Jayadi. Dia taHu Jayadi tidak sekuat Pak Husin yang masih kokoh dan sehat. Jayadi dengan kondisi selesai dioperasi dan fisiknya tidak ditempa dengan kondisi alam dan beban kerja yang sifatnya menuntut fisik, rasanya memang sudah maksimal bagi dirinya saat ini.

Meski demikian, dari sisi kenyamanan, sisi kebersihan dan yang paling utama dari sisi fiansial, dia merasa kini lebih aman. Kucuran dana segar dari Jayadi untuk dirinya kini mengalir ke rumahnya di kampung, bahkan anaknya untuk sekolah pun semua lancar jaya karena Jayadi dengan royalnya memberi kucuran dana bagi anak yatim seperti Asep.

Dan tentu saja, servis serta layanan luar dalam pun lancar dari Anggi. Kapan saja Jayadi siap dan ingin, maka Anggi yang nota bene sedang dalam usia prima dan sedang kuat-kuatnya bercinta, sangat siap kapan saja. Bahkan saat lubang bawah sedang kena palang merah. Mulutnya dengan lancar memberi layanan untuk Jayadi.

Hal ini bagi Jayadi sungguh sesuatu yang diluar dugaan dan perkiraan dia. Di usia tua yang tadinya dia pikir dia akan jadi pesakitan dan kakek tua yang hanya dikunjungi cucu sebulan atau setahun sekali, kini menjelma jadi pria baru yang selalu berusaha tampil prima dan kuat, serta mendapat asupan gizi yang sangat memuaskan.

Keintiman mereka membuat Jayadi semakin dalam untuk menyukai dan menyayangi Anggi. Kini dia berat untuk bisa melepas Anggi. Bahkan jika Anggi ke pasar dan agak lama pulangnya, maka dia dengan segera menelpon agar Anggi cepat kembali ke rumah

“lama amat sih…..” sungutnya melihat Anggi yang tergopoh gopoh dari pasar dengan ojek online

“ih bapak yah… kan milih-milih dulu….”

“iya… tapi udah 2 jam lebih…..”

Jika sudah demikian maka Anggi hanya bisa memaklumi kecemburuan Jayadi

“apa sih yang mau dicemburuin?”

“siapa juga yang cemburu?” elaknya lagi

“trus……?”

“ya kan nanya kenapa lama…..”

“ bapak yah…. Ini sayur bapak saja cuma satu macam kebeli… baru mau beli yang lain sudah ditelpon suruh balik…..”

Jayadi manyun jika sudah demikian

Anggi jadinya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya merasa lucu melihat pak tua yang cemburuan ini

“ngga ada yang perlu dicemburuin lho……”

Bisiknya sambil memeluk Jayadi dari belakang dengan mesra

Mendapat pelukan hangat dari belakang seperti ini, langsung luntur amarah pak tua ini. Tempelan hangat buah dada dari Anggi seketika memadamkan bara emosi Jayadi.

“mau dibuatin minum?”

Masih diam

“apa mau susu??” goda Anggi sambil menggesekan buah dadanya

Mendapat perlakuan demikian Jayadi langsung hilang emosinya

“nakal yah….”

“nakal apa?”

“itu gesek – gesek?”

Anggi tersenyum

“ngga mau…..”

Jayadi tertawa lepas

“awas aja kalo digesek ke orang lain…..”

Anggi tersenyum

“sudah distempel nama bapak……”

Bisikan Anggi disertai kecupan lembutnya ke punggung Jayadi, seketika membuat gunung beku yang diselimuti awan emosi luber seketika. Dia lalu berbalik dan memeluk Anggi dengan hangatnya. Kondisi yang hanya berdua membuat dia berdua leluasa berpelukan dan bermesraan didalam rumah ini.

Sayangnya kondisi onderdil mobil tua dari Pak Jayadi memang sedikit sulit diajak racing. Padahal landasan balap sudah siap. Dia hanya memeluk dan mencium Anggi saja. Maklum tadi pagi sebelum ke pasar mereka sudah melaksanakan olahraga pagi satu putaran.

Buat Anggi, meski gagal orgasme dengan Jayadi, akalnya berjalan normal dan menyesuaikan keadaan. Dia segera ke kamarnya dan menuntaskan dengan vibrator dan alat getarnya untuk memuaskan dirinya. Selama beberapa bulan dia dekat dengan Jayadi, belum sedikitpun dia bisa orgasme. Selalu Jayadi yang tumbang duluan sebelum tiba di puncak percintaan.



**************************



Sementara itu dilema terbesar kini melanda hati sang predator tua ini.

Usianya yang sudah melewati kepala enam memang harusnya sudah menikmati masa tenang sebagai kakek dari 2 orang cucu dari anaknya Iput.

Namun hadirnya Anggi membuat dia merasa muda kembali. Gairahnya yang dulu hilang dan tenggelam kini berkobar dengan hadirnya Anggi atau yang dia kenal dengan nama Siti Julaiha. Dia seperti tidak berpikir tentang perbedaan usia dan status kali ini. Yang ada di kepalanya ialah Anggi merupakan sosok yang tepat menemaninya disaat dia sendiri.

Jayadi mengerti, jika mungkin dia menikah lagi, anak-anaknya mungkin saja akan setuju-setuju saja. Masalahnya yang akan dia nikahi ini adalah asisten rumah tangganya dia sendiri, dan berusia nyaris sama dengan usia Gibran anak keduanya. Apa kata mereka jika dia harus berterus terang ke mereka?

Sedangkan untuk tidak lanjut dengan Anggi rasanya berat bagi Jayadi. Ketergantungannya dengan sosok Anggi ini sudah sangat membuat dia bahkan berpikir pun tidak mampu jika tidak ada Anggi disisinya.

Anggi sudah berubah menjadi istrinya sendiri. Semua keperluannya bahkan hingga hal-hal kecil semua diurus oleh Anggi. Dia pun kini tidak segan-segan memberi nafkah bulanan untuk Anggi. Dan inipun mengalir hingga ke keluarga dan anak Anggi di kampung tentunya. Buat Anggi ini berkah baginya, karena dia bisa memberi lebih untuk anaknya, tanpa harus berjualan kebun kecilnya lagi. Kini kebun kecilnya hanya dimiliki oleh Jayadi semata.

Kini dilema bagi Jayadi pada ujungnya

Dia tahu bahwa Iput dan adik-adiknya pasti sulit menerima. Meski demikian, dia betrtekad harus mengatakan ini ke anak-anaknya. Karena kini kepalanya sudah sulit berpikir jika tidak ada Anggi disampingnya.

Menikahi Anggi membuat dia nyaman dan bisa sepenuhnya memiliki Anggi. Wanita cantik dan lembut serta sangat menyayanginya sangat sulit dicari saat ini. Apalagi kehangatan tubuh Anggi yang sulit dicari tandingannya. Servisnya luar dalam sungguh dahsyat dan ajib bagi dirinya. Jepitan serta layanan baik mulut atas dan mulut bawah, sukar dicari yang sekaliber Anggi. Belum lagi kelembutannya dia dan cara dia melayani Jayadi, rasanya dia semakin jatuh hati dibuatnya.

Dia membulatkan hatinya untuk harus mengatakan ini ke anak-anaknya.

Namun sebelum itu terjadi, dia ingin bersama Anggi menemui orangtua dan anaknya Asep di daerah Cicadas, Subang terlebih dahulu. Meski usia orangtua Anggi lebih muda darinya, namun dia bertekad harus mendapat restu mereka, sebelum dia bicara dengan anak-anaknya.

Memandang Anggi yang sedang menyapu taman belakang, membuat dia semakin jatuh hati. Pantanya yang semok, bodi gitarnya yang dibalut baju tanktop warna kuning membuat wanita ini sellau terlihat seksi di rumah.

Ugh….. rasanya Jayadi semkin cinta dengan wanita ini. Tanpa dia sadari bahwa ada masa lalu kelam di hidup wanita yang dia sangat sukai ini sebelumnya. Cinta memang indah, namun cinta juga bisa berubah jadi sembilu yang memerihkan rasa, jika jatuh ke hati dan sosok yang salah.

Yang pasti Jayadi semakin yakin dan percaya diri. Dia merasa semakin muda dan terlihat dandy semenjak dekat dan mendapat perhatian dari Anggi. Membuat dia kini juga harus menyesuaikan diri dengan Anggi, karena dia bisa malu nanti jika jalan dianggap ayahnya Anggi.



*******************



Bunyi bel didepan rumah membuat Anggi yang sedang berduaan berpelukan dengan Jayadi di kamar mereka pagi ini kaget.

Untung saja acara bercinta mereka sudah selesai, dan anggi sudah mandi dan bersih-bersih.

“siapa?”

“ngga tau…. Aku lihat dulu yah…”

“oke…..”

Anggi lalu bergegas keluar, dan dari balik gorden dia mengintip. Ada sesosok pria gondrong berdiri didepan pintu pagar dan sedang menekan bel. Anggi lalu masuk ke kamarnya, memakai jaket kain lalu menaikan restluitingnya. Maklum jika dirumah dia hanya memakai tanktop dan celana pendek saja sesuai selera Jayadi.

Bunyi bel yang dipencet berkali kali membuat dia dengan buru-buru keluar

“ih, ngga sabaran banget sih…..” gerutunya dalam hati

Anggi lalu membuka pintunya dan keluar ke aras teras dan mendekati pintu pagar depan

“ya Mas……” sapanya ke arah pria itu

Pria itu dengan tatapan tajam dan tanpa senyum seakan hendak menelannya.

“mas cari siapa?” tanya Anggi lagi sambil agak sedikit takut melihat wajah pria itu

Sosok dengan rambut gondrong dan bertubuh tinggi dan kulit agak coklat dan berjambang serta kumis menghiasi tampangnya, membuat dia sekilas terlihat agak menyeramkan

“ lu pasti Siti yah…..”

Anggi kaget mendengar pria itu menyapa namanya

“iya Mas…. Mau mau cari siapa?” dia bingung karena tidak mengenal pria tersebut, meski pria itu kenal dengan dirinya

“bukalah pintunya…..”

Anggi galau

“buka aja….. si bokap mana?” suara pria itu agak naik

Waduh……. Belum sempat dia menebak pria itu langsung bicara

“gue Malik……”

Anggi kaget…. Dengan cepat dia membuka pintu pagarnya. Dia kaget ternyata yang datang adalah putra bungsu Pak Jayadi

“oh… maaf Mas…… masuk….”

Dia membuka pintu pagar dan mempersilahkan pemuda itu masuk

"maaf saya ngga tahu jika......."

“bokap mana?” potongnya tanpa mempedulikan kata-kata Anggi

“lagi dikamar…..”

Malik lalu membuka sepatunya dan meletakan di tempat sepatu, lalu masuk ke dalam

“mau saya panggil bapak?”

“ngga usah…..”

Agak ketus dan dingin nada suara Malik, membuat Anggi agak kikuk jadinya

Sebaliknya Malik meski dingin dan terkesan cuek, agak kaget juga melihat penampilan dan kecantikan asisten rumah tangga bapaknya ini.

“montok juga…… cantik… gede pula pantatnya…..” gumannya dia dalam hatinya

Dia lalu masuk dan segera ke dapur

“mau saya ambilin minum Mas……” tanya Anggi berusaha ramah

“ngga usah…. Lu kan ARTnya Bokap…..” jawabnya datar “ lagian ini juga rumah gue…. Gue bisa ambil sendiri"

Dengan cueknya dia lalu mengambil gelas dari lemari piring dan gelas, lalu membuka kulkas, mengambil es batu dan mengambil air di dispenser disamping kulkas lalu dengan cueknya dia minum.

“wow…. Pulang juga kamu……” tiba-tiba Jayadi keluar dari kamarnya

Malik hanya menengok sesaat sambil tetap minum

“sehat, bokap?”

Jayadi tersenyum sinis

“seperti yang kamu lihat……”

Malik hanya tertawa dalam hati

“obviously you are fucking health…. Ada vitamin bagus disini…..” omelnya dia dalam hati

Lalu

“tumben ingat bapakmu……” tanya Jayadi lagi

Melihat gestur mereka dan cara mereka saling sapa, Anggi bisa memastikan bahwa hubungan dua sosok ayah dan anak ini sedang tidak baik-baik saja.

“ ingatlah rumah…… “

Jayadi mendengus sinis

“ ngga ingat bapakmu kan…..”

Malik tertawa sambil meletakan gelasnya

“sehat kan Bapak?” tanya dia dengan tenang

“menurut kamu?”

Malik menggelengkan kepalanya

“udah bokap…. Gue datang karena ini rumah kita semua….. ngga mau debat ama bokap….”

Jayadi menyimpan kekesalan sepertinya

“iya…. Bapakmu dioperasi hingga dirawat berbulan bulan kamu kemana…..?”

“c’mon Pop’s…. Iput and Gibran should taking care of you lah…….”

Jayadi menatapnya tajam kini

“ enak aja kamu bicara……”

“sudahlah Pah… gue datang karena ini rumah kita….. rumah mama, dan masih rumah gue juga kan….. “ elak Malik

Jayadi memang terlihat kesal dengan anaknya yang bungsu ini

“ kamar gue masih ada kan diatas?” tanyanya sambil jalan ke lantai dua

Malik dengan cueknya naik ke lantai 2 sambil menenteng tas ranselnya. Dia seperti tidak peduli dengan Anggi yang berdiri mematung disitu, dan tatapan emosi bapaknya yang menatapnya tajam dan penuh amarah. Dia naik ke kamarnya, lalu terdengar pintu dibanting dari lantai 2.

“anak bajingan….” Sungut Jayadi

“udah Pak…..” hibur Anggi pelan

“lihat aja tuh….. bapaknya lagi sakit tidak pernah sedikitpun dia datang dan jenguk… giliran sekarang baru dia mau datang….. lagi bangkrut mungkin usaha studio musiknya……” sungut Jayadi dengan nada kesal

Anggi tersenyum meredakan amarahnya.

“udah… jangan marah-marah…. Sudah lama ngga ketemu malah marah….”

“gimana ngga marah lihat dia seperti itu….”

“udah ah…. Masuk yuk…..” ajak Anggi agar Jayadi masuk ke kamarnya lagi

Jayadi yang masih menyimpan emosi akhirnya mengikuti apa yang dianjurkan Anggi. Dia masuk ke dalam kamarnya.

Jayadi makin kesal dengan datangnya Malik. Selain dia marah dengan anaknya, dia juga kesal dan mangkel jadinya. Karena dengan adanya Malik otomatis dia tidak bisa seenaknya bermesraan dengan Anggi dirumah. Semua jadi terbatas dan terhalang.

“ngga bisa peluk-pelukan kita kalua ada dia…..” gerutunya

Anggi tersenyum geli. Dia memahami apa yang dimaksud oleh Jayadi

“nanti dikamar aja kita peluk pelukannya…..”

Jayadi masih manyun

“tapi ngga bebas jadinya….”

Anggi merangkul Jayadi yang duduk di pinggir tempat tidur

“ anak datang kok malah ngga senang…..” candanya sambil memeluk dan membenamkan wajah Jayadi ke buah dadanya

Pria tua itu masih manyun

“jangan pakai baju terbuka yah……” warning Jayadi ke Anggi

Anggi tertawa lepas

“ iya……” sambil membelai rambut Jayadi

Jayadi lalu memeluk Anggi dengan eratnya. Entah kenapa dia jadi tidak nyaman dengan hadirnya anaknya yang bungsu ini. Hubungan yang buruk selama ini memang membuat mereka tidak akur. Malik adalah anak bungsu yang tidak mau diatur. Dia satu-satunya anaknya yang tidak melanjutkan kuliahnya, malah asyik dengan musiknya.

Sebelum istrinya meninggal, ibunya Malik memberi modal untuk anaknya itu membuka studio music. Dan semenjak ibunya meninggal, mereka bisa dihitung dengan jari bertemu, bahkan berbicara lewat telepon atau pesan. Jangankan hari besar keagamaan seperti Lebaran, saat ayahnya sakitpun Malik tidak datang menjenguk sama sekali.

Jiwanya dia sebagai seniman memang tergambar jelas dengan sikapnya yang suka kebebasan, urakan dan juga penampilannya yang terlihat tak terurus. Rambut gondrong dan jambangnya yang dibiarkan tumbuh, serta gayanya yang jauh berbeda dengan kedua kakaknya yang nota bene lebih teratur dan punya karir yang jelas.

Kehadiran Malik sekaligus membuat dia jadi terganggu. Karena biasanya dia bebas bermesraan dengan Anggi disudut manapun di rumah ini. Namun kini mereka harus sembunyi-sembunyi bermesraannya, karena memang hubungan mereka belum ada yang tahu jika sudah sejauh ini jalannya.



*************************

Sementara itu, di kamarnya Malik terbaring telantang dan mengahadap ke langit kamarnya. Kamarnya terlihat rapih dan terurus, meski tidak ada yang masuk dan tidur, namun semua barang-barangnya yang dia dulu tinggalkan masih rapi tersusun.

Celananya dan kaosnya diletakan begitu saja dia bersama ranselnya di lantai. Rumah yang sudah lama dia tidak datangi, yang entah kenapa hari ini dia ingin datangi juga.

Proyeknya bersama beberapa kawan untuk menggarap sebuah album penyanyi baru memang dilakukan di kantor produser mereka minggu depan di Kawasan Kuningan. Dibanding dia harus bolak balik ke Kawasan Serpong, tinggal sementara disini beberapa hari sebelum dia pindah ke apartemen sewaan, rasanya ide yang bagus juga.

Dia juga malas sebenarnya bertemu dengan bapaknya. Orangtua yang menyebalkan bagi dirinya. Kelakuan Jayadi yang suka membandingkan dirinya dengan Gibran dan Iput dalam hal Pendidikan dan karir membuat dia malas dan emoh jadinya.

Bagi dia music dan seni adalah hidupnya dia. Toh dia bisa makan dan hidup dari musik dan seni yang selama ini dia geluti. Satu hal yang buat dia ingin datang hanyalah kenangan mas kecilnya, terutama dengan mendiang ibunya.

Malik lalu membuka jendela kamarnya, dia mengambil sebatang rokok Dji Sam soe dari bungkus rokoknya, lalu menyalahkan korek api sebelum menarik dan menghembuskan asap rokoknya keras keras seperti hendak menghempaskan kekesalannya. Rasanya menyesal juga dia kesini, jika penyambutan ayahnya seperti tadi.

Dari atas kamarnya, dia bisa melihat ke taman belakang, dan dilihatnya Anggi sedang meletakan tanaman yang barusan dicuci ke tempatnya kembali.

Entah kenapa feelingnya dia seperti mengatakan lain terhadap diri Anggi. Dilihat dari Bahasa tubuh, ditambah dengan gaya bapaknya tadi, dia agak curiga dengan mereka berdua. Apalagi dia tahu bahwa hampir semua Asisten rumah tangga bapaknya dulu hamper semua tidak ada yang betah dengan gaya bapaknya.

Namun wanita ini suudah berbulan bulan sepertinya betah, dan saat mereka berdebat tadi, dia malah ada disitu dan tidak bergerak masuk ke kamarnya. Ayahnya pun dengan santai mengomelinya tanpa merasa risi ada asisten rumah tangga dia disitu.

Hmmmm….. menarik nih….. guman Malik

Sambil mengikat rambutnya, dia lalu memperhatikan Anggi dari atas.

Wajahnya cantik dan segar, bodinya seksi dan bemper depan belakang terlihat semok meski tadi dibalik jacket. Seger banget nih ART. Pantas aja Pak Tua ini ngga teriak teriak lagi minta ganti ART, karena sudah dapat ART bening seperti ini. Apalagi melihat bibirnya yang seksi, membuat naluri liar Malik jadi terbang kemana mana.

Meski banyak wanita muda dan artis baru yang sempat dia kencani, namun ART mereka ini memang terlihat berbeda. Ditambah lagi dengan kecurigaannya terhadap bapaknya, membuat Malik jadi penasaran. Dari atas dia dengan sambil senyum kecil memperhatikan Anggi yang masih beraktifitas di taman bawah.

Siti…. Gue yakin lu ngga selugu wajah yang lu tampilkan tadi pas ketemu gue…… demikian bisik hati Malik. Tatapan mata lu dan senyuman lu kayaknya lain buat gue….. kembali lagi bisikan aneh mengahmpiri isi kepalanya Malik.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd