Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dea, Your Lewdly Neighborhood [Season 2]

Untuk season berikutnya, enaknya gimana?


  • Total voters
    114
  • Poll closed .
Wow, ada perkenalan karakter baru dan perkembangan karakter lama.

Sudah ane dagu, bakal timeskip ke waktu Nadia kuliah (Udah nyaman dengan nama Dea).

Pak Jumadi jadi bagian bales dendam? Why??? Si tukang siomay nggak masuk season 2 ya?.. masuk anal sih, secara Nadia pindah lokasi, ya kali tuh tukang siomay pindah tempat nafkah juga, hanya demi bisa ngewe. Hm, menjadikan si Wibu sebagai publik figure.. boleh juga idenya! Jadi ketika akan membalas dendam, damage nya bisa bener-bener menghancurkan si wibu. (Iya kalo beneran lurus bales dendam, nggak belok-belok ketagihan kontolnya si Ferdi.. wkwk. Tapi percaya sih, sama penulis yang selalu out of the box dalam menghadirkan cerita).

Karakter barunya, kebanyakan cewek ya.. hm, apakah akan diarahkan "kesana" ceritanya?..

Suhu @nympherotica kayaknya lagi on-fire banget ya...
 
mantap, lumayan suka ama perkenalan char barunya , tapi lebih suka ama details buat freddy , yeah girl hancurkan dia saat dia berada di puncak ... mantappp
 
—Season 2—

Chapter 0:
Prologue to A Brand New Madness






Saat usiaku baru masuk lima belas, aku ingat kalau ada dua orang asal Depok yang diberitakan sebagai suspek pertama Covid-19. Mereka adalah sepasang ibu dan anak. Lucunya, mereka adalah tetanggaku. Jadi, ketika ibu-anak itu dinyatakan positif, komplek rumahku langsung sepi selama seminggu. Orang-orang ga mau keluar rumah karena takut tertular.

Waktu itu, pengetahuan publik soal Covid-19 masih minim, dan media gencar banget beritain endemi di Wuhan yang memang lagi gawat-gawatnya. Aku pikir, karena pemberitaan itulah masyarakat di sini jadi dapat gambaran yang menyeramkan soal virus itu. Jadi, selain warga sekitarku ga mau keluar rumah, mereka juga menyerbu supermarket sekitar untuk menyetok bahan baku. Akhirnya, timbul panic buying. Kepanikan ini juga menular ke kota-kota sekitar.

Berita soal pasien pertama Covid-19 itu juga jadi awal mula rentetan kejadian luar biasa di Indonesia. Mulai dari penetapan status pandemi, penerapan PPKM yang awalnya dijadwalin cuma dua minggu dan malah keterusan sampai dua tahun, penyebaran virus yang masif, wisma atlet alihfungsi jadi rumah isolasi dadakan, kebiasaan pakai masker, biaya PCR yang mahal banget (meski berangsur turun, sih), banyak rumah sakit penuh diisi pasien Covid, penerapan Pelajaran Jarak Jauh untuk sekolah, adanya istilah Work From Home untuk pekerja, perekonomian jadi lesu, dan banyak berita kematian mendadak yang diumumkan lewat toa masjid dua sampai tiga kali dalam sehari. Sungguh efek kupu-kupu yang mengerikan.

Setelah pencabutan status PPKM dan penggantian status pandemi jadi endemi pada awal kuartal ketiga tahun 2022, aku dan (kuyakin) masyarakat lainnya sudah bisa bernapas lega. Covid-19 bukan lagi sebuah ancaman, karena semenjak mutasi virusnya sudah masuk ke varian Omicron, gejalanya sudah lebih ringan. Angka kematian harian pun bisa ditekan, dan kegiatan yang sempat berubah atau terhenti selama pandemi jadi bisa dijalanin lagi.

Tapi saat aku baru lulus SMA di pertengahan 2023, lagi-lagi mutasi baru dari Covid-19 ditemukan. Varian dengan gejala paling berbahaya namun sempat dinyatakan punah, Delta, ditemukan di India dan secara cepat menyebar kembali ke seluruh dunia. Negara-negara yang sudah mencabut status pandemi, kembali dipaksa mengumumkannya lagi. Termasuk di Indonesia.

Nah, setengah tahun setelahnya, pandemi pun mereda. Tapi sisa-sisa dampaknya masih terasa, sih. Konser-konser dan pariwisata yang sempat ramai di akhir 2022 dan awal 2023 kembali terhenti, dan sampai menjelang pertengahan 2024 belum mulai lagi. Pandemi kedua ini juga berdampak ke aktifitas perkuliahan. Aku seharusnya sudah menikmati Pelajaran Tatap Muka secara penuh, tapi akibat diberlakuinnya PPKM baru dengan skala nasional, jadinya aku harus ngelakuin Pelajaran Tatap Muka yang digabung dengan Pelajaran Jarak Jauh.

Skema ini bertahan bahkan sampai aku selesai semester dua. Saat baru masuk semester tiga, status PPKM dilonggarin (dari yang tadinya level 3 ke 2) membuat aktivitas luar ruangan engga begitu dibatasi lagi. Tapi pembatasan ruang publik dan jam malam masih tetap diberlakuin, sih...

Tapi ini bukan cerita soal pandemi. Ini soal kehidupan baruku di kota orang. Serang, ibukota provinsi Banten, berjarak sekitar 100 kilometer dari Jakarta. Kota ini adalah tempat aku berkuliah dan memulai hidup baru. Nilai plusnya, orang-orang di sini ga mengenalku sebagai Dea.

Sejujurnya, tadinya aku ga pernah kepikiran untuk pindah ke kota ini. Tujuan awalku tuh Bandung atau Jogja. Biasa, kemakan stereotipe. Seperti banyak orang yang ketularan meromantisasi Bandung dan Jogja, aku juga sempat terpengaruh. Pola pikir recehku bikin aku memilih kampus berdasarkan kotanya (yang juga malah berdasarkan imaji di kepalaku). Bandung? tempat wisatanya banyak, jajanannya enak-enak, dan cuma 260 kilometer dari Jakarta. Sementara meski ga sedekat Bandung, Jogja kuanggap sebagai kota yang nyaman dengan biaya hidup serba terjangkau. Soal urusan kampus, aku bisa atur. Warisanku banyak, bikin aku mampu masuk ke kampus manapun yang aku mau.

Tapi kenapa malah berakhir memilih Serang? Simpel. Kampus incaranku (yang baru aku tau saat aku hampir lulus SMA) akreditasinya bagus, punya jurusan yang aku mau, juga dekat dengan Jakarta jadi ga perlu jauh-jauh dari Fah. Makin jauh jarak antara aku dan dia, makin lama juga bagi Fah untuk samperin aku. Aku ga mau waktunya habis di jalan. Udah ketemunya cuma seminggu sekali, masa harus maklum sama jarak juga.

"Tapi kalo aku balik ke Bangkok, kita jadi makin jauh, kan? Jadi sama aja bo'ong, dong?" tanya Fah, yang sedang duduk bersila dengan kepalaku di pangkuannya.

"Ih... kapan?" Aku langsung bangun dari rebahan. Kupandangi pacarku ini, dengan tatapan paling memelas yang kubisa. "Call me toxic, but wherever you go, I go. I won't let you and your dick leave me alone."

"Isn't it ironic?" Fah langsung mengecup bibirku. Dengan jarak antar wajah kami yang begitu dekat, dia ngomong lagi, "Dua tahun lalu, aku yang ngejar-ngejar kamu, ga mau pisah. Liat sekarang, posisinya malah terbalik gini."

"Oh, sekarang kamu udah berenti ngejar-ngejar aku?"

"Ya... kan sekarang udah dapet kamunya, mau dikejar gimana lagi? Kerjaan aku kan tinggal jagain kamu biar ga kabur, aja."

Denger omongan Fah, mukaku langsung memerah. Cewek jadi-jadian ini emang jago banget ngegombalnya! "Ih, Faaaaaaah! Bisa banget bikin tersipunya!"

Aku langsung menghambur ke badannya. Badan kami berdua pun jatuh ke kasur dalam posisi berpelukan. Kutindih Fah, dan kuciumi seluruh mukanya. Pacarku gemesinnya ga ada obat! Matanya, caranya menatapku, bibirnya, tarian lidahnya saat menyambut lidahku, lehernya yang jenjang, toketnya yang mungil tapi kenyal... ih, semuanya! Semua yang ada di Fah bikin aku gemas!

Saat aku dan Fah asik bercumbu, tv yang dari tadi aku nyalain tapi ga kutonton itu berganti acara. Di acara yang membahas seputar selebriti itu, pembawa acaranya sedang tampilin liputan terbaru mengenai seorang aktor yang baru-baru ini lagi tenar. Saat nama si aktor disebut, aku spontan menengok ke layar tv. Pandanganku pun menajam.

"Kapan kamu mau mulai rencananya?" tanya Fah. Dia malah ikut menonton tv.

"Belum saatnya. Aku masih perlu beberapa persiapan lagi. Tapi perkembangannya berjalan terus, kok."

Aku pun beranjak dari atas badan Fah, merangkak untuk ambil remote. Kumatikan tv, lalu duduk bersila di atas karpet. Aku berusaha tenangin diri, karena tiap kali aku ngeliat muka aktor itu, darahku langsung mendidih.

Tiba-tiba, Fah meluk aku dari belakang. Pelukannya erat dan membuat nyaman. "Kamu masih punya aku, Dea. You'll be fine, I promise," bisiknya, mesra. Fah memang paling bisa menebak isi pikiranku.

Aku pun senyum. Kuusap lengannya, untuk memberi sekaligus mencari ketenangan. "Keep helping me with all of these, ya? The revenge, voices that constantly speaking in my head, my lustful behavior, et cetera...."

"I'll accompany you, through thick and thin."

Aku pun menengok ke samping, lalu kucium bibirnya yang lembut itu. Setelah berbalas pagutan bibir dan belitan lidah, entah siapa yang memulai, tapi kini aku dan Fah sudah bergumul di atas kasur. Bertelanjang bulat dan bergesekan badan. Saling menghangatkan satu sama lain; dari cuaca dingin akibat hujan seharian, juga dari luka hati mendalam yang entah kapan sembuhnya.






Nympherotica♡♡
 
Terakhir diubah:
Wah. Makasih hu, diawalkan updatenya. Petualangan baru Dea di bumi orang dengan luka lama yg masih membekas. Moga aktor di tv itu mendapat balasan setimpal karena mengkhianati janjinya.
 
A woman's scorn....
Thrilling...
 
Oops. Baru baca pejwan. Whoaaaa. Gak bisa bayangin ceritanya bakal kayak gimana, baba
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd