Chapter 2: Wanita-wanita yangPernah Hadir Dalam Hidupku
Sebelum masuk ke cerita, berikut mulustrasi orang yang bakal hadir di sesi cerita ini:
Derry Dermawan
Denisa Dermawan
Mereka berdua adalah kedua kakakku, kami lahir dari orang tua yang bernama Deddy Dermawan, seorang senior manager di perusahaan minyak nasional, dan Eva Elizabeth, seorang ibu rumah tangga yang cantik yang masih punya darah Inggris dari ayahnya, makanya aku dan kakak-kakakku punya wajah blasteran Sunda-Inggris. Meski pun sebenarnya keluargaku bisa dibilang berada, tapi ayahku selalu mengajarkan nilai kesederhanaan dalam keluargaku. Makanya di awal aku bercerita bahwa rumahku sederhana dan apa adanya, padahal ya aset ayahku yang lain lumayan banyak, namun dalam urusan rumah. Ayahku sangat minimalis sekali. Rumahku yang sekarang kutempati pun adalah warisan turun-temurun dari kakekku, makanya ayah tak mau menjualnya dan lebih memilih untuk kita semua tinggali. Punya nilai historis, katanya, ucap ayahku suatu ketika.
Kakak pertamaku, Derry, adalah cerminan ayahku. Ya mereka sangat mirip baik dari postur, cara bicara, bahkan karir mereka pun mirip, cuma bedanya sekarang dia bekerja di perusahaan minyak negeri Jiran. Sementara kak Denisa, ia kuliah fakultas ekonomi di kampus yang sama denganku, bedanya aku mengambil jurusan sastra Inggris. Setelah lulus kuliah, kakakku bekerja di Bank Korea, lalu akhirnya ia diboyong suaminya yang juga orang Korea, untuk kemudian berpindah dinas di Bank negara tersebut.
Keluargaku sangat harnonis, tidak pernah sekali pun kulihat orang tuaku berantem. Kita bertiga memang punya kesamaan, sama-sama introvert tapi menyukai seks. Hahaha kita bertiga punya kesamaan itu.
Aku sering sekali, baik sengaja mau pun tanpa sengaja, melihat kakak-kakakku lagi ngentot dengan pasangan mereka masing-masing. Pernah waktu itu, waktu SMP, sepulang sekolah aku tak sengaja melihat kak Derry sedang mengentot istrinya pas mereka masih pacaran, ya bagaimana tidak, mereka melakukannya di ruang tengah. Waktu itu aku cuek saja buka pintu, dan disuguhi pemandangan seperti itu. "Eh dek kalo pulang pintunya diketok dong, kamu ini," Sambil gelagapan memakai baju celananya, kak Derry agak menegurku. "Eh maaf kak, gak sengaja soalnya gak dikunci, terus yaudah aku masuk aja," jawabku santai. "Tadi adek liat gak kita lagi ngapain?" Ujar kak Berli istri kakakku. "Eh gak keliatan kok kak, aku gak liat apa-apaan," ucapku pura-pura padahal sangat jelas aku melihat mereka berdua sedang melakukan ena-ena. "Yaudah kita ke kamar ya, kamu pergi gih main dek, nih kakak kasih uang, tapi jangan bilang-bilang papa ya kalo kamu liat ini," Kak Derry memberiku uang seratus ribuan dua lembar. "Aman kok kak, hehehehe makasiiii," aku pun langsung ke kamar untuk berganti pakaian.
Kak Denisa pun begitu, pernah pas SMA aku memergokinya sedang dientot mantannya di kamarnya. Ia yang melihatku membuka pintu langsung panik dan sedikit kesal, "Ketok pintu dong dek kalo mau masuk, gak sopan ih," ucap kakakku yang sedang telanjang bulat, ia dengan cepat menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, sementara Rey, mantan pacarnya hanya tersenyum padaku. "Ya maap kak aku mau ngambil chargerku yang tadi kakak pinjem," "Tuh ambil aja di pojok," "Lain kali dikunci dong kak, kan jadi turun kan moodnya wleeee," aku menjulurkan lidahku mengolok-olok kakakku dan pacarnya. "Yeeee bocil tau apa gini-ginian, eh dek jangan bilang papa mama ya," "Gak janji ya kak, hahahhaa," ucapku. Denisa yang langsung mengerti maksudku langsung mengambil dompetnya dan memberiku uang 250 ribu. "Nih bocil, uang tutup mulut, awas ya kalo sampe bocor," ucap kak Denisa dengan nada sedikit mengancam. "Iya kak aman aman, udah sana lanjut, kasian tuh muka om Rey dah merah gitu hahaha," aku pun keluar kamar dan mereka pun melanjutkan permainan.
Awalnya aku agak bingung dengan apa yang kulihat, tapi akhirnya aku terbiasa melihat kakak-kakakku seperti itu. Rumahku memang sering sepi karena papaku sering dinas ke luar kota, dan mengajak mamaku juga. Jadi ya di rumah hanya kita bertiga.
Kita lanjut ke pengalaman seks pertamaku, waktu itu aku baru saja lulus SMA, dan diberi "hadiah kelulusan" oleh teman kak Denisa, bernama Ajeng Rahayu Dewi.
A. Ajeng Rahayu Dewi
Ajeng Rahayu Dewi
Pengalaman seks pertamaku adalah dengan wanita ini, tak kusangka di balik penampilannya yang tertutup, ia punya sisi liar yang akhirnya kunikmati.
Ceritanya waktu itu, setelah Ujian Akhir, biasanya ada rentang waktu dengan pengumuman kelulusan, sehingga selama menunggu kelulusan, aku hanya di menganggur di rumah saja. Waktu itu kak Denisa sudah memasuki semester akhir kuliahnya, lalu ia mengajak temannya Ajeng main ke rumahnya, sekalian garap skripsi katanya.
"Dek, kakak pulang," kak Denisa mengetuk pintu yang kukunci. Aku pun bergegas membuka pintu. Kulihat kakakku membawa temennya, yang tak lain adalah Ajeng. Aku pun dengan sopan mempersilakan mereka masuk. "Kenalin nih dek, temenku namanya Ajeng," ucap kakakku. Ajeng pun menjulurkan tangannya ke arahku. "Hai aku Ajeng," "Hai kak, aku Dema, salam kenal ya," ujarku menerima uluran tangannya. Hari itu papa dan mamaku memang sedang dinas di luar kota, sementara Kak Derry sudah menikah dengan kak Berli dan merantau ke Malaysia. Ajeng waktu itu terlihat sangat cantik memakai dress dan rok panjang cokelat semata kaki. Meski pun tertutup, tapi pakaiannya yang ketat membuat lekuk pantat dan dadanya terlihat jelas. "Silakan masuk kak," ujarku. "Dek ambilin minum dong sayang, ada tamu nih," ucap kakakku. "Iya kak. Mau minum apa kak Ajeng?" "Air putih dingin aja dem," "Ok." Aku pun ke dapur mengambilkan minuman. "Ini ya kak," "Makasih Dema. Eh kamu masih nunggu kelulusan ya Dem, kamu rencana mau lanjut kuliah di mana?" tanya Ajeng. "Belum tau kak, aku pengennya sih ke fisika atau astronomi gitu lah," ucapku santai. "Wah kamu pinter juga ya berarti, gak ke ekonomi aja ikut sama aku, nanti aku ajarin semua hal tentang ekonomi hihi," Ajeng sedikit menggodaku. "Gue mandi dulu ya beb, terusin deh ngobrolnya," kak Denisa melengos ke kamar mandi. Aku dan Ajeng pun melanjutkan obrolan. Karena kehabisan topik, aku pun menanyakan pertanyaan konyol yang mungkin membuatnya geer, "Kak Ajeng dah punya pacar?," ucapku. "Belom nih, baru putus sebulan lalu Dem, kamu aja jadi pacar aku gimana Dem? Mau gak?," godanya. Ajeng pun menyentuh dan mengelus tanganku, "Wah tangannya berurat gini ya, kamu sering olahragakah Dem?" puji Ajeng. Aku yang agak kaget tangannya dipegang sedikit menjauh. " Eh kak, eee..iya paling futsal aja sih, sama renang," ujarku. Aku terlihat kikuk waktu itu karena kaget dengan Ajeng yang cukup agresif. "Hmmm kak aku kamar yak, ngantuk nih," ucapku menghindar. "Lah aku kok ditinggal?," Ajeng agak sedikit cemberut. Aku pura-pura menguap saja di depannya lalu langsung balik badan menuju kamar.
15 menit kemudian kak Denisa sudah selesai mandi kemudian menuju ruang tamu. "Eh adek gue mana beb?" "Tau tuh gue elus tangannya langsung jiper gitu dia beb hahahha," "Hahaha lo lagi, adek gue mah gitu, cuek banget sama cewek, homo kali ya," ucap Denisa. "Emang dia belum pernah bawa cewek ke rumah beb?" Ajeng penasaran. "Belom, cupu dia beb. Gak cupu juga sih, banyak yang suka sama dia tapi dia cuek banget orangnya, kemaren aja si Feli sama Dinda udah naksir dia juga malah dicuekkin tuh," ucap Denisa. "Oya? Gue deketin ya beb, suka nih gue ama yang polos-polos gini hihi," ucap Ajeng. "Haha deketin aja kalo bisa beb, palingan nanti lo cape sendiri," "Tenang, gue tau cara menaklukkan lelaki," Ajeng dengan senyum simpulnya membalas.
Sesampainya di kamar, aku pun kepikiran tentang peristiwa tadi. "Eh Ajeng kenapa tiba-tiba megang tangan gue dah, kayaknya agresif juga tuh cewek," ujarku. Aku pun agak horny membayangkannya, lalu mengambil hape dan nonton bokep. Aku pun mulai mengocok kontolku sambil membayangkan jadi pemeran video bokep itu, entah kenapa tiba-tiba aku terbayang Ajeng. Aku pun semakin intens mengocok kontolku, lalu tiba-tiba kau dikagetkan dengan kak Denisa yang nyelonong masuk kamarku. "Dek kamu ........mau ...makan apa? Eh lagi ngapain, lagi coli ya dek?." Aku pun buru-buru membetulkan celanaku dan menarik selimut. "Eh ngetok dulu dong kak kalo mau masuk," "Enak gak lagi kentang gitu tiba-tiba turun moodnya?", kak Denisa balik mengolokku sambil terkekeh seperti yang dulu kulakukan. "Ahelah, gak ngapa-ngapain kok aku kak, ini cuma gatel makanya kugaruk," "Halah pake ngeles," kak Denisa lalu menghampiriku dan duduk di sampingku. "Heh kakak kasih tau ya, jangan coli mulu, gak baik tau, cari cewek napa dek," "Hah males pacaran kak aku," jawabku. "Ya gituan kan gak harus pacaran dek, kakak gapapa kok kalo kamu bawa cewek ke rumah, gak akan kakak bilang mama papa, kamu udah mau 18 tahun, udah saatnya lah ngerasain tubuh cewek, jangan dimainin sendiri mulu tuh burung," kak Denisa menunjuk kontolku yang masih ketutup selimut. "Eh dek, kalo mau kamu ama Ajeng aja tuh," kakakku menawarkan. "Hah emang dia bisa diajak begituan kak? Dia tertutup gitu," jawabku. "Halah dek dek, gini nih kalo nonton bokep mulu, makanya liat dong dunia luar, cewek-cewek seusia kakak mana ada sih yang masih perawan, polos banget deh kamu dek," ucap kak Denisa. "Oh kak Ajeng udah gak perawan ya kak?" "Haha kakak mah udah tau binalnya dia dek, dia lebih gila dari kakak. Yaudah kalo mau tar kakak atur biar kamu bisa ngewe sama dia, gimana?," "Gimana caranya kak?," "Kamu terusin colinya, tapi pintunya kamu buka dikit, pokoknya jangan dikeluarin dulu sebelum Ajeng datang ke kamar ya, kakak tinggal hape kakak di sini, biar nanti kakak suruh ambilin Ajeng ke sini," "Oh oke kak ok," "Gimana nih adek kesayangan kakak mau ngelepas perjakanya nih, kamu tau kan cara ngenakkin cewek gimana?" "Ya tau kak kan sering nonton bokep," "Yaudah kakak percaya deh, kakak ke bawah dulu ya,", "oke kak." Kak Denisa pun kembali turun ke bawah, meninggalkanku sendiri. "Oke berati gue terusin coli, terus nanti kak Denisa minta tolong ambilin hapenya sama kak Ajeng, hmmm pinter juga kakak gue," aku pun mulai kembali mengocok kontolku sambil menonton bokep.
"Beb masak yuk," Denisa mengajak Ajeng untuk masak di dapur, Ajeng pun yang tadi sedang duduk di sofa melangkahkan kaki mengikuti Denisa. Tak lama kemudian, "Oiya hape gue di kamarnya adek gue lagi, beb bisa tolong ambilin hape gue gak di kamarnya Dema? Gue sambil nyiapin bahan-bahannya dulu nih," ucap Denisa. "Oh ok beb, kamarnya yang itu ya, yang deket tangga?" tanya Ajeng. "Iya lo langsung masuk aja, tadi adek gue lagi tidur, gak ditutup kok pintunya," "Oke beb." Ajeng pun melangkahkan kakinya ke tangga menuju kamarku.
Aku yang sedang mengocok kontolku tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Ajeng, pintu kamarku yang tak ditutup membuat Ajeng langsung nyelonong masuk. "Eh Dem maaf kirain lagi tidur, aku mau ngambil hape Denisa," Ajeng mendekati kasurku dengan kikuk. "Eh iya kak silakan," tanyaku pura-pura panik. Ajeng lalu mengambil hape Denisa dan duduk di pinggiran kasur. "Kamu lagi ngapain Dem, aku liat tadi tangannya lagi naik-turun heheh," Ajeng mulai mengarahkan pembicaraan. "Eh nggak kok kak tadi gatel aja makanya kugaruk," ujarku ngeles. "Masa garuknya naik turun gitu, terus tadi sambil liatin hape lagi nonton apa hayo?" Ajeng menggodaku. "Hehehe gak kok kak," aku masih berusaha menjaga jarakku dengan Ajeng. Sebenernya aku kikuk saja karena tidak tahu harus gimana lagi untuk melanjutkan ke arah yang lebih intim. "Jangan sering dimainin sama tangan ya dem burungnya, lecet lho nanti, coba aku pengen liat," tiba-tiba Ajeng langsung membuka selimutku dan terpampanglah kontol panjang berdiameter besarku, sedang berdiri tegak karena sedari tadi kukocok. "Waw dem, gede bangeeet," Ajeng takjub dengan ukuran kontolku. "Hehe nggak kok kak biasa aja," aku mencoba merendah. Ajeng memegang kontolku dan melihat di sekelilingnya, "Tuh liat dem lecet dikit kan, jangan dikocok terus ya, atau kalo mau dikocok dilumasin dulu atuh," tiba-tiba Ajeng membungkukkan badannya, dijilatinya kepala kontolku dengan putaran lidahnya yang menggoda. "aku bantuin keluarin ya sayang," lalu "Sluuuurp...sluuuurp" Ajeng mulai memainkan kontolku dengan mulutnya, "Ahhhhhshhhh kak enak banget," ucapku meracau. Inilah pertama kali aku disepong wanita. "Sluuurp...sluuuurp...sluuuurp uhhhhk uhhhk," Ajeng membenamkan kepalanya hingga pangkal kontolku, aku kelojotan dibuatnya. "Aaaaah yeeees enak banget," tanganku yang sedari tadi diam akhirnya mulai nakal, kubenamkan kepalanya yang masih ditutupi hijab hingga dia tersedak, "Uhhhhk aaaaah nakal ya kamu," Ajeng lalu lanjut menyepong kontolku selama kurang lebih 3 menit. Tanganku mulai nakal meraba payudaranya yang besar yang masih tertutup dressnya. "Aahhh gede banget kak teteknya, boleh nenen gak?," ucapku. Ajeng pun melepaskan sepongannya lalu melepaskan dressnya tanpa melepas hijabnya, hingga terbukalah dadanya yang membusung namun masih tertutup beha warna pinknya. "Buka sendiri dong kalo mau nenen," Ajeng menggodaku. Lalu aku pun melumat bibirnya, kumainkan lidahku dalam mulutnya yang tentu diladeninya dengan lebih ganas. Sambil kucium, aku melingkarkan tanganku ke punggungnya, lalu kulepaskan pengait behanya. Setelah terlepas, kulihat dua gundukan indah yang selama ini hanya kulihat dari video bokep. "Wah gede banget kak teteknya," aku pun menggoyang goyangkan tetek Ajeng. "Isep dong sayang, katanya mau nenen," goda Ajeng sambil menggigit bibir bawahnya. Nampaknya ia sudah horny sekali. "Aku pun langsung mendekatkan mulutku ke putingnya, lalu menghisapnya dengan kuat hingga Ajeng agak kesakitan, "Sayang pelan-pelan, jilat dulu sayang aaaaah," Ajeng meracau. Aku pun yang memang pertama kali melakukan hal ini kemudian mengikuti instruksi Ajeng, kujilati putingnya dengan putaran lidahku, terlihat Ajeng merem-melek dan mendesah keenakkan, "Aaaah ya gitu sayang, cepet ya kamu belajarnya aaaaah." Aku pun tambah semangat dipuji seperti itu, lalu kuisap puting Ajeng secara bergantian, hingga membuatnya kelojotan, "Yes enak banget sayang isep terus sayang," Ajeng meracau. Lalu kurebahkan tubuhnya di kasur, kutarik celananya pelan-pelan, hingga terlihatlah celana dalam pinknya yang nampak sudah kelihatan basah dari luar, aku pun dengan pelan membuka celana dalamnya. "Dema sayang, jilatin dulu memek aku, bikin aku basah dulu baru abis itu masukkin kontolnya. Aku pun kemudian mendekatkan mulutku ke memeknya, memeknya bersih tanpa bulu, mungkin baru di-shaving. "Sluuuurp....sluuuurp," Kujilati memeknya pelan, kuputarkan lidahku hingga Ajeng kelojotan, "Aaaaah iya sayang yeeees kamu pinter banget," Ajeng meracau. Setelah 5 menit ku memainkan memeknya, aku pun bangkit lalu bersiap memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Sumpah waktu itu aku gemetaran karena memang baru pertama kali. Ajeng yang melihat gestur ku hanya tersenyum saja, "Udah siap kamu kehilangan perjakanya dem? Aku lho orang pertama yang beruntung dimasukkin kontol gedenya kamu," goda Ajeng. Aku pun mulai memainkan memeknya dengan kepala kontolku, lalu perlahan "Blesssss..." hantaman kontolku dibarengi desahan Ajeng yang melenguh keenakan, "Aaaaaaah shhhhhhs gede banget sayang kontol kamu, pelan-pelan ya maju mundurinnya, kamu jaga ritme kamu biar gak cepet keluar," Ajeng mengingatkan. Aku pun perlahan memaju mundurkan kontolku di memek Ajeng yang sudah basah. Kurasakan sensasi yang luar biasa ketika kontolku memasuki lubang kewanitaannya.
**
Aku pun semakin bernapsu menggenjotnya, Ajeng hanya melenguh dan mendesah menerima hujaman kontolku di dalam memeknya. "Ah ah ah ah aku mau keluar sayaaaaang ah".... "Cuuuuur...cuuur....aaaaah ssshhhhh," Ajeng pun menyemburkan cairan cintanya membasahi kasurku, aku tambah semangat menggenjot memeknya. "Yes yes yes yes fuck me aaaaah fuck," Ajeng terus meracau.
Denisa yang sedang masak, melangkahkan kakinya ke kamarku, "Wah jadi ngewe nih adek gue, liat ah," Pelan-pelan Denisa mengendap mendekati kamarku, setelah sampai di ujung pintu, ia melihatku yang sedang menggenjot Ajeng. "Duh jadi kangen Rey deh," Denisa melmngintipku sambil memasukkan tangan ke dalam hotpantsnya. "Ahhhhh kak aku mau keluar kak," aku yang mulai merasakan sensasi geli di kontolku sudah tidak kuat lagi menahannya, "Jangan di dalem sayang, sini crotin muka aku." Aku pun mencabut kontolku dari memeknya dan langsung bangkit dari kasur, mengarahkan kontolku ke wajah Ajeng yang masih berbaring, "Aaaaaah aku keluar kak...." "Croooot...croooot...crooot..crooot," Semburan spermaku memenuhi wajah dan membasahi jilbab Ajeng. Ajeng pun membersihkan sisa sperma di kontolku lalu mengusap wajahnya dengan jarinya, lalu dikecaplah jarinya satu-satu. "Wah banyak banget keluarnya sayang," Puji Ajeng. Denisa yang melihatku mengekuarkan sperma di muka Ajeng hanya tersenyum kemudian kembali ke bawah.
Ajeng lalu ke kamar mandi atas membersihkan muka dan jilbabnya, lalu ia kembalinke dapur. "Beb lama amat ngambil hape doang, ada apa niii di kamar adek gue ampe setengah jam?" goda Denisa yang sebenarnya sudah mengetahui kejadiannya. "hehe tadi adek lo ngajak ngobrol tentang kampus beb, kudoktrin aja biar dia masuk Ekonomi juga," Ajeng ngeles. "Oh...yayaya percaya deh percaya," Denisa hanya tertawa mendengar penjelasan Ajeng.
"Dek, ayo turun dong makanan dah jadi nih, kamu makan dulu," Kakakku memanggilku untuk segera makan. Aku pun melangkahkan kaki menuju meja makan. "Wih ada yang cape banget kayaknya, habis ngapain sih adek aku?," goda kakakku. Aku yang memang sudah bekerja sama dengannya hanya tersenyum dan menanggapi singkat, "Hehehe tanya aja kak Ajeng tuh kak, betah banget dia di kamarku," ucapku. ""Hehehe kita ngobrolin kampus kan ya dem ya?" Ajeng masih berusaha ngeles. "Udah udah ah ngelesnya, gue tau lu berdua habis ngewe kan? Orang gue tadi nontonin deket pintu, pake ngeles segala hahahaha," "Anjir beb frontal banget, behave napa behave," Ajeng agak malu mendengar pernyataan Denisa. "Hahaha enak gak adek gue beb?," "Enak gak ya? Hahahaha enak beb, enak banget, iya kan dem?," Ajeng melirikku genit. "Hahaha ngomongin apaan sih, udah udah makan dulu," jawabku. "Lu nginep aja beb di sini, Rey juga mau nginep nih di sini," Ujar Denisa. "Wih ada yang gak tahan juga nih," Ejek Ajeng terkekeh. "Ya mana gue tahan, tadi lu berdua hot banget," sambung Denisa. "Kak Ajeng nginep sini aja, aku mau ngentotin kakak lagi boleh gak?" Aku menyahuti. "Wih ada yang ketagihan nih, yaudah gapapa daripada kamu coli mulu dek, gak bagus ah nonton bokep mulu, mending pake nih temen kakak sepuasnya," Ujar Denisa. "Wih aku bikin nagih ya dem?" Ajeng terlihat senang. "Hehe memek sama tetek kakak enak sih," ujarku singkat. "Yaudah aku kabarin nyokap gue dulu ya beb," balas Denisa.
Akhirnya malam itu Ajeng dan Rey pun menginap di rumahku, malamnya aku ngentotin Ajeng lagi sampe 3 ronde, sementara kakakku dientot Rey di sofa.
Itulah pertama kali aku merasakan tubuh seorang wanita, dan dari sinilah, jiwa "Don Juan" ku secara alamiah terbentuk.