Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dema dan Dunia Zombie

13. Sylvia Anugerah: Pelabuhan Terakhir



Sylvia, adalah rekan salesku terakhir yang akhirnya mendaratkan tubuhnya di tubuhku.

Semuanya, berawal dari ikon Like IG yang kepencet.

Sylvia Anugerah adalah teman salesku yang rajin membagikan kesehariannya di IG. Bermodal tubuh yang proporsional dan kecantikan wajahnya, ia berhasil mendapatkan ratusan ribu followers, sehingga ia pun cukup sering dapat endorse produk kecantikan.

Hari minggu, seperti biasa aku hanya rebahan di kasur, menikmati nyamannya berbaring di kasur empuk rumah sendiri. Istriku pagi itu baru selesai mandi.

"Mas aku bikin sarapan ya" ucap istriku dengan handuk yang masih membungkus kepalanya. Maklum, semalam habis aku hajar dua ronde.

"Iya sayang, nanti panggil aja kalo udah siap ya, kepalaku agak berat nih mau rebahan bentar"

"Oke mas"

Sambil rebahan aku scrolling handphone, kubuka twit**ter yang merupakan sosmed favoritku. Aku sendiri hampir tak pernah buka IG, dulu pun bikin IG karena dipaksa istriku.

Lalu, setelah puas scrolling twit**ter, aku membuka IG dan feed paling atasku menampilkan Sylvia yang sedang mengendorse lingerie.



Aku pun tanpa sengaja menekan ikon like di postingannya.

"Giliran Lingerie aja lo like, dasar😜" Sylvia mengirimiku pesan di IG

"Eh kepencet Syl, sorry😂"

"Halah bilang aja lagi stalking gue kan?😑😜"

"Haha geer ya lo"

"Wkwkwk"

Begitulah isi DM-ku dengan Sylvia di minggu paginya.

Aku pun lalu menuju kamar mandi untuk sekadar cuci muka, karena istriku sudah memanggilku untuk sarapan.

"Iya sayang aku cuci muka bentar ya" sahutku dari kamar mandi

"Iya mas"

Aku pun kini sudah berada di meja makan dengan istriku.

"Mas, tadi temen ada temen kampusku mau ajak ketemuan di Sency, mau ngopi-ngopi aja katanya, boleh gak? Dia sekarang stay di Bali, jadi ke sini karena lagi pulang ke rumah ortunya" ucap istriku panjang

"Oh, boleh sayang, emang mau jalan jam berapa kamu?"

"Paling jam 2 mas, anterin ya hihi"

"Iya dong sayang aku anterin"

"Makasih mamas" Istriku mencium pipiku

Setelah sarapan, aku kembali ke kamar karena memang hari itu kepalaku sedikit agak berat.

"Aku rebahan dulu ya sayang, nanti kalo mau jalan bangunin aja ya"

"Iya mas, ini aku juga mau nyuciin pakaian dulu, butuh obat gak kamu?" ucap istriku sambil memegang dahiku

"Gak panas kok sayang, cuma butuh istirahat bentar"

"Yaudah kalo gitu selamat istirahat ya mas, love you" ia mencium pipi dan bibirku

"Love you too sayang"

**

"Mas bangun sayang, udah jam 12" istriku membangunkanku

"emhhh iya sayang, lama juga ya aku tidur" ucapku sambil mengucek kedua mataku

"Kamu gapapa kan mas? Kalo masih pusing aku naik grab aja" ujar istriku

"Gapapa sayang udah mendingan kok, aku mandi bentar ya"

**

Tepat jam 1 siang aku pun pergi mengantar istriku.

Jalanan minggu itu memang agak padat, imbas adanya pertandingan sepakbola yang akan diadakan di GBK sore harinya

Tepat jam 2 siang kami pun sudah sampai di parkiran.

"Hati-hati ya sayang, kalo udah mau pulang berkabar ya"

"Iya mas sayang, kamu kalo kerasa pusing lagi minum obat ya"

Istriku pun mencium tanganku dan pamit.

Aku pun menuju pulang, sekeluar dari parkiran mall, lalu lintas di luar masih agak padat.

"Dem di mana lo? Ngopi yuk?" Sylvia mengirimiku pesan, kali ini di WA

"Eh gue lagi di jalan balik Syl, dari Sency"

"Iya sekalian aja ajak istri lo sini"

Iya lalu mengirimiku share loc yang ternyata cafe yang berjarak 200 meter dari rumahku.

"Lah ini mah deket rumah gue Syl"

"Ya that's why gue ngajak lo" balasnya

"Yaudah tunggu aja ya di situ"

"Iya"

Setelah 40 menit kemudian, aku pun sampai di cafe yang dituju.

Sylvia rupanya sedang dengan seorang pria yang tidak kukenal

"Hai Syl"

"Hai Dem, lah mbak Fina mana?"

"Oiya gue gak bilang ya tadi gue tuh jalan pulang karena abis nganterin dia ke Sency, mau ketemuan sama temennya"

"Oh ok ok, kenalin nih, Ricky"

Aku pun berjabat tangan dengan Ricky


Hari itu Sylvia memakai crop top putih dan terlihat seksi


Berselang 5 menit, pria bernama Ricky itu pun pamit pulang.

"Thanks ya Syl, gue pulang dulu ya" Ricky pun pamit

"Ciye siapa tuuu?" ledekku

"Haha bukan siapa-siapa Dem"

"trus lo ngapain kok tumben banget main jauh ke Jakbar?" ucapku

"Ini gue baru selesai endorse skin care Dem, nah Ricky tadi itu photographernya"

"Oh I see"

"Pesen dem, tenang gue traktir"

"Wih invoice cair nih" ledekku

"Hahaha amin" ucapnya

Aku pun memesan makanan ringan dan kopi.

Kami pun banyak ngobrol seputar kerjaan dan lain-lain, sampai akhirnya, karena terlalu terbawa suasana, Sylvia pun curhat kepadaku tentang kehidupan pribadinya.

Selama pertemananku dengannya, Sylvia sebenernya agak kaku (atau mungkin jutek) dengan para pria karena trauma masa lalunya yang terjebak di dalam toxic relationship. Meski pun begitu, sebagai seorang sales, ia harus tetap ramah ke customer laki-laki yang kadang menggodanya.

"Sabar ya Syl" ucapku setelah mendengar curhatnya

Ia pun menyeka air matanya.

"Pokoknya kalo ada apa-apa tuh cerita aja Syl, kadang cerita ke lawan jenis pun perlu biar lo tau POV dari cowok" ucapku

"Iya Dem, makasih ya"

Tak lama kemudian, gerimis pun turun, kami yang semula duduk di luar akhirnya pindah ke dalam.

"Terus mantan lo yang itu masih gangguin lo sampe sekarang?" ucapku melanjutkan obrolan

"Ya gitu lah Dem, kadang gue mau nyerah sama teror yang dia lakuin, kayak kadang kepikiran mau bundir gitu" lirihnya

"Ssstt ah jangan gitu, Syl, gue percaya kok ini bakal berlalu, atau, gini aja, gimana kalo kita datengin mantan lo, mau gue bacain aja sekalian," ucapku

"Percuma Dem, udah pernah dulu sama temen gue juga, but thanks anyway udah care sama gue"

Sylvia kali ini agak menangis sesenggukan, lalu ku berinisiatif mengambilkan tisu untuknya.

"Syl, udah udah jangan nangis di sini, gak enak diliatnya"

Beberapa pengunjung cafe terlihat menatap kami berdua. Mungkin disangkanya pasangan suami istri yang lagi berantem.

"Syl, udah yuk pulang aja, orang-orang pada liatin noh"

Sylvia yang baru menyadari hal tersebut kemudian mengambil handphonenya dan memesan ojek online.

"Gue pesen grab dulu ya"

Kondisi di luar yang mulai hujan membuat orderan Sylvia tak ada yang ambil.

"Iiiih bete"

"Kenapa Syl?"

"Ini biasa susah banget order kalo lagi ujan"

"Yaudah gue anterin aja yuk?"

"Gak usah Dem lo kan udah deket rumah"

"Santai" jawabku

Sylvia hanya mengangguk.

*Di perjalanan*

"Lo masih tinggal di apartemen yang waktu itu?"

"Udah pindah Dem, diteror terus gue. Cape banget sumpah" lirihnya

"Syl, gue punya saran lagi buat lo but please don't get offended yes?" ucapku

"Apa Dem?"

"You gotta get a boyfriend, seseorang yang bisa ngasih mantan lo itu pelajaran dan kapok buat neror lo lagi"

"Thanks for the idea Dem, I have tried tapi bener-bener belum nemu yang cocok aja"

"Banyak tapi yang ngedeketin?"

"Just look at me, aku gak akan jawab" ucap Sylvia yang sudah bisa tersenyum

"Haha ok ok, percaya deh" aku menatapnya dari atas ke bawah sambil berucap demikian

"Heh ngeliatinnya gak usah kek gitu bisa gak?" ucapnya kali ini dengan senyum yang lebar

"Hahaha gitu dong senyum"

"You're so funny Dem, thanks ya" kali ini ia menatapku lekat

Aku bisa melihatnya dari ekor mataku ketika Sylvia menatapku dengan tatapan yang tidak biasa, tatapan seperti singa betina yang siap menerkam mangsanya.

"Eh btw ini arahnya ke mana? Apartemen lo yang mana Syl?"

"Hahaha nanya dong daritadi" ucapnya

"Lampu merah depan belok kiri ya" lanjutnya

Tak berapa lama, aku pun sudah sampai di parkiran apartemennya.

"Mas kamu bobo?" Istriku mengiriimiku pesan

"Enggak kok sayang, kenapa kamu udah mau pulangkah?"

"Nggak mas, justru mau ngabarin kayaknya aku pulang malem deh, Sherly ngajakin nonton film nih, boleh gak mas?"

"Sampe jam berapa sayang?"

"Sampe jam 10 sih mas filmnya, gapapa kan?"

"Oh gitu, oke gapapa sayang, nanti kabarin aja ya kalo udah selesai, nanti mas jemput"

"Oke mas, makasih ya, love you😘"

"Love you too😘"

"Nanti setubuhi aku lagi ya mas, semalem hot banget sih suamiku ampe dua ronde😘😘"

"Haha nagih ya?😜😘"

"Iya dong😘, see you soon masku"

Aku pun menutup percakapan dengan emot cium

"😘😘😘"

"Mbak Fina Dem?"

"Hooh"

"Udah mau balik dia?"

"Nggak, dia ngabarin katanya mau nonton film jadi pulangnya agak malem" ucapku

"Yaudah mampir aja dulu tempat gue, daripada lo bolak-balik bonjer lagi" tawarnya

Astaga, skenario indah apalagi ini ya Tuhan, istriku ujug-ujug mau nonton film dan pulangnya agak malam, terus, Sylvia, satu-satunya rekan salesku yang belum kusetubuhi menawariku untuk menunggu di apartemennya. What a chance!, batinku.

"Heh malah ngelamun mikirin apa si" Sylvia menyadarkanku dari lamunan

"Eh sorry sorry, Syl, tapi gapapa? Soalnya gue baru jemput dia jam 10"

"Ya gapapa Dem, gue bisa nangis-nangisan lagi curhat sama lo" ucapnya

"Ke psikiater aja bayar lho Syl hahaha" ucapku membercandainya

"Heh nanti gue bayar, tenang hahaha"

"Hahaha yaudah deh yuk"

**

Aku dan Sylvia pun sudah sampai di dalam apartemennya, apartemen full furnished yang nyaman dan cozy.

"Dem, gue ganti baju sama apus make-up dulu ya, kalo mau nonton nyalain aja TV-nya" ucap Sylvia sambil meninggalkanku di ruang tengah.

Aku pun menyalakan TV dan mengusir kebosanan dengan menonton Netflix, tak berapa lama kemudian, Sylvia keluar kamar dengan hanya mengenakan baju tidur satin warna ungu.


Penampilannya yang natural dan tanpa make up seperti itu membuatku terpana beberapa detik. Sylvia yang menyadarinya langsung menghampiriku di sofa.

"Kenapa deh liatinnya? Hahaha sorry ya Dem gue emang biasa gini kalo udah di rumah.

"Ya tapi gak ada gue juga kali Syl," balasku

"Jangan bilang kalo lu horny ya, toyor nih" ucapnya lalu duduk di sebelahku

"Hahaha sa ae"

Aku pun menonton dengannya di sofa.

"Film apa nih Dem?"

"Tau Syl, ngasal aja gue"

Ternyata aku menonton film bergenre romance.

Tak berselang lama kemudian, adegan di film tersebut menayangkan adegan ciuman. Aku yang salah tingkah pun memainkan handphoneku pas adegan itu.

Sylvia yang menyadari gerak-gerikku pun senyum terkekeh.

"Hahaha jangan salting,"

"Tau aja lo," ucapku

"Jadi inget masa kecil, mungkin lo pernah ngalamin juga kali ya"

"Apa tuh?" tanyaku penasaran

"Iya dulu kan sering banget nonton DVD bareng gitu sekeluarga, terus pas gak sengaja ada adegan romantisnya, pada salting semua, just like you now" ujarnya

"Hahhaha iya lagi, mungkin kebiasaan dari kecil kali ya Syl" ucapku sambil tertawa

Kami berdua pun terkekeh.

Film yang kuputar pun ternyata cukup banyak menayangkan scene adegan ranjang, mungkin karena terhanyut dengan suasana, Sylvia pun menyandarkan kepalanya di pundakku.

Aku hanya tersenyum getir, seperti tahu akhir dari semua ini. Lagi-lagi, rasa bersalahku karena harus mengkhianati istriku membuncah lagi. Namun apa daya, gelora dan napsuku begitu tinggi, bagaimana tidak, aku pun sekarang sudah di situasi seperti ini, tinggal menjetikkan jari saja, aku rasa semuanya akan terjadi, batinku yakin.

Tangan kananku agak pegal, aku pun lalu melingkarkan tanganku untuk menyangga kepalanya. Sylvia cuek saja dan fokus menonton.


Adegan film tersebut kali ini menampilkan adegan ranjang, tampak Sylvia semakin fokus menonton, napasnya terdengar berat.

Aku pun begitu, kucoba berdamai dengan diri sendiri, tidak memikirkan perasaan istriku lagi, meski pun kutahu itu tak mungkin.

Aku pun ingin segera menyelesaikan semua ini, aku pun memulai aksiku dengan mengusap-usap lengan kanannya, ia pun semakin menyenderkan kepalanya di pelukanku. Aku pun yakin, ini lah saat yang tepat untuk memulainya.

Perlahan, jari tanganku mencoba menurunkan tali dressnya, kulihat dari ekor mataku, ia menatapku, aku pura-pura saja tidak menyadarinya.

Tali dress sebelah kanannya sudah jatuh dari pundaknya, sehingga sekarang hanya terlihat tali kutangnya yang berwarna putih.

Lalu, sambil memakan popcorn yang tadi dibawanya, Sylvia pun kembali fokus menonton. Tak berapa lama kemudian, ia menaruh popcornnya di meja lalu kembali menyenderkan kepalanya di tubuhku.

Lalu, perlahan aku pun mencoba menurunkan tali kutangnya. Tanpa perlawanan berarti, kini tali kutang sebelah kanannya sudah berada di lengannya.

Sylvia pun bukannya tanpa reaksi, perlahan jemari tangannya menanggalkan kancing kemejaku satu per satu. Aku pun pura-pura fokus saja menonton filmnya.

Jemari tangan lentik Sylvia kini turun ke resleting celanaku, ia mengusap bagian luar kontolku yang masih terbungkus jeans, aku pun agak membetulkan tempat dudukku sambil terus cuek menonton.

"Clek" kancing celana jeansku terlepas, kami berdua sudah terhanyut dalam suasana.

Sylvia masih mengusap-usap kontolku dari luar, tanganku lalu berpindah ke punggungnya, lalu kulepaskan pengait kutangnya.

"Clek" sesaat kemudian Sylvia berdiri, lalu melepaskan kutangnya di depanku dan menaruhnya di atas meja.

Lalu dengan cueknya ia menawariku kopi.

"Dem pause dulu filmnya, mau kopi gak?"

"Boleh, Syl"

Sylvia menuju dapur dan membuatkanku kopi. Lalu tak lama kemudian ia sudah kembali.

"Nih" sodornya

"Seru juga ya filmnya" ujarku membuka obrolan

"Haha iya nih, bikin deg-degan"

Malam ini agak aneh bagi kami, aku dan Sylvia mengobrol seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dari tadi tanganku dan tangannya sudah sama-sama bergerilya menuju puncak berahi.

Aku pun menyesap kopi buatannya, lalu kutaruh kembali di meja.

Kami pun lalu duduk seperti semula sebelum Sylvia berdiri tadi.

Tanganku kini mulai berani menjelajahi area sensitifnya. Kulingkarkan tanganku ke punggungnya, lalu ku susupkan tanganku ke bawah ketiaknya, tanganku kini meraih susunya dari celah dress.

"Emhhh" kudengar lenguhan tipis ketika kumainkan puting susunya.

Berahiku pun semakin naik, aku pun mengangkat dress ungunya dan sekarang ia hanya bertelanjang dada, susunya terekspos bebas.

Sylvia semakin merapatkan tubuhnya di tubuhku, kali ini tanganku menuju kancut putihnya yang sudah terlihat basah dari luar, kulihat sylvia menggigit jari telunjuknya.

Kumainkan klentitnya dan tubuhnya bereaksi, kelojotan seperti cacing kepanasan.

"emmmmh...ssshhh"

Sylvia melakukan balasan, ia menyuruhku berdiri, lalu ia bersimpuh dan membuka jeansku, kontolku yang sudah tegang maksimal hanya tinggal terbungkus celana dalam biru dongker.

Ia pun menurunkan celana dalamku dan alat kejantanan kebanggaanku pun kini tepat berada di depan mulutnya.

Lidahnya sudah menyentuh lubang kencingku dan melakukan gerakan memutar. Sial! Enak sekali permainan lidahnya.

Aku lalu membungkukkan badanku dan menciun bibir tipisnya yang sensual.

Lalu, Sylvia kembali memainkan lidahnya, ia tak terburu-buru melahap batang kontolku.

Setelah puas, kini batang kontolku sudah masuk setengahnya, sambil menatap mataku, ia memaju mundurkan kepalanya.

"Owh shit" racauku

Sambil disepong, tanganku pun menggerayangi dan memainkan putingnya.

"Sluuuurp...sluuurp...sluuurrp"

Sylvia lalu berdiri, kami pun berciumanbsekutar dua menit, persis seperti adegan film yang terputar saat ini.

Tak ada kata-kata, tak ada percakapan, hanya sentuhan, ciuman, dan desahan yang tersisa, kami berdua terhanyut dalam romansa dingin Jakarta, tak kupedulikan missed call dari istriku.

Aku lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa dan menindihnya. Kembali, bibirku menjamah inci demi inci tubuh indahnya.

"Aaaaah"

Hanya desahan yang keluar dari bibirnya ketika kuhisap puting susunya.

Sambil kuhisap putingnya, perlahan kumainkan kontolku di bibir memeknya.

"Aku mau itu" ucapnya sambil menunjuk ke arah kontolku.

Dengan pelan kumasukkan kontolku dan "bleees"

"Owwwwh" desahnya

Sambil bertatapan, kumaju mundurkan pinggulku. Ia tersenyum kepadaku.

"Kenapa?" ucapku sambil tetap mengentotnya

"shhhh emmmh gak nyangka ya kamuhhh"

"Owh!" Sylvia agak kaget ketika kuhentakkan kontolku sampai mentok.

Bibirku kini menggerayangi lehernya, sambil tetap kumaju mundurkan kontolku.

"Ohhh yess yesss fuuuck ah aaah"

"Cuuuur...cuuuur"

"Yeeees baby" Sylvia pun squirt dan memenuhi sofa.

"Owh fuck" ucapku

Kupercepat lagi sodokanku, ia pun squirt lagi

"Fuuuuck oh goood fuck meee yes"

"Cuuuur..cuuur"

Tubuhnya mengejang, keringat kami bercampur dan justru semakin meningkatkan birahi.

Kumiringkan tubuhnya, paha kirinya melipat, lalu kusodok memeknya dengan posisinya yang miring.

"Oh fuuuck ssshh" ucapku sambil.memaju mundurkan kontolnya

"Deeem aaaahh yes yes"

"cuuur...cuuur" lagi dan lagi ia mengeluarkan cairan cintanya

"Oh yes baby" ucapku sambil mencabut kontolku.

Aku menarik tubuhnya, ia menyepong kontolku sebentar lalu ia berbalik dan menungging, aku langsung menghunuskan kontolku dalam posisi doggy.

Setelah puas, aku memelankan gerakanku, lalu meludahi lubang boolnya. Kukilik pelan lubang boolnya sambil tetap memaju mundurkan kontolku di memeknya.

"plop" kucabut kontolku, lalu kugesekkan kontolku di boolnya.

Setelah ku stimulus, lubang boolnya sudah siap menerima diameter kontolku, kucoba pelan memasukkan, Sylvia agak menahan perutku agar pelan-pelan.

Lubang boolnya sempit sekali, rupanya sudah 2 tahun ini ia tidak dianal. Aku lalu menambah stimulusku dengan menjilati lunag boolnya.

"Emmmmh"

Kujilati lubang bool dan memeknya bersamaan, lalu kucoba memasukkan jari tanganku dan berhasil, setelah beradaptasi, kali ini kumasukkan dua ruas jariku.

Setelah dirasa cukup, aku pun berdiri kembali dan mencoba memasukkan kontolku. Akhirnya kepala kontolku berhasil masuk ke lubang duburnya.

Setengah batang kontolku sudah masuk, tangan Sylvia masih menahan perutku agar tak memaju mundurkannya dahulu.

Kutambah lagi rangsangan dengan menampar bongkahan pantatnya.

"Plak!..plak!"

"Aaaah"

Kini lubang boolnya sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku, kutambahkan ludahku untuk memperlancar penetrasi.

"Sshhh ohhh gede banget kontolnya Dem, shit" lenguhnya sambil mendesah

Kini kontolku sudah lancat menghajar libang belakangnya.

Sambil kutampar-tampar bongkahan pantatnya, kumaju mundurkan kontolku, Sylvia yag semula kesakitan kini mulai menikmati permainan.

"Yes...yes fuck me baby dont stop"

"Ohhh yes fucck" ucapku

Setelah kurang lebih 5 anal akhirnya aku pun menyerah, kucabut kontolku dari lubang boolnya

" I wanna cum baby,"

"Yes cum all over my face baby"

Sylvia pun lalu bersimpuh di hadapanku dan "Crooot...crooot...crooot" pejuhku memenuhi wajahnya.

"Oh fuck" ucapku

Ia lalu mencuil lelehan pejuhku di wajahnya dan menjilatinya

Aku lalu mengarahkan kontolku ke mulutnya dan ia membersihkan sisa pejuhku sampai bersih.

Aku langsung duduk di sofa. Ia lalu memelukku dan menindihku.

"Thanks baby" ucapnya

"Sama-sama Syl"

Ia lalu menatapku dan kami pun berciuman kembali.

Tepat setelah momen ini, film pun selesai.

Dalan keadaan masih menatapku, ia lalu menangis.

"Thanks ya Dem, mulai dari sekarang aku akan belajar membuka hati lagi"

Aku mengusap air matanya dengan kedua jempolku.

"Good for you, Syl" ucapku tersenyum

Kami berpelukan cukup lama sampai aku menyadari bahwa aku harus menjemput istriku.

Sylvia Anugerah. Tubuh terakhir yang kulabuhi, yang tak terlupakan.

Sekian.
 
G. What More Can I Lost?

Sebelum membaca chapter ini, ada baiknya membaca thread di bawah, agar para suhu tidak bingung

https://www.semprot.com/threads/dema-dan-dunia-zombie.1443165/post-1906969229

"Gila, dem, kamu nakal banget, gak nyangka aku, parah ya" Tya sudah bisa tersenyum usai mendengar cerita kenakalanku

Aku hanya tersenyum

Suara geraman zombie semakin terdengar di luar kamar, suara gedoran pintu semakin keras, membuat Tya ketakutan

"Dem takuuuut" ucap Tya sambil memelukku menyamping

"Udah ty, gapapa kok, lagian aman pintunya terkunci" ucapku berusaha menenangkan diri

Tya pun semakin erat memelukku, lalu kepalanya bersandar ke pahaku

Tak terasa, sudah hampir 1 jam aku mengobrol dengan Tya, ia pun akhirnya tertidur di pahaku, sementara aku, masih berusaha mencerna dengan akal sehat, apa yang terjadi dengan dunia ini? "apakah ini nyata?," aku dengan rasa penasaranku masih belum bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kulihat Tya, tidur begitu nyenyak, kupindahkan posisi tidurnya, aku sempat terpana melihat payudaranya yang bergetar karena tak memakai kutang, sempat berpikir untuk mencumbuinya, namun aku pun tak cukup bernapsu, pikiran dan jiwaku masih terbayang kehilangan orang-orang yang kusayangi.

Fina, Matthew, Mason.....ketika kusebut nama-nama itu dalam hati, aku tiba-tiba terpikir untuk mengecek hape lagi, kubuka hapeku, kulihat banyak sekali notif yang masuk, rupanya kak Denisa dan kak Derry menghubungiku, berita serangan Zombie sudah tersebar ke seantero dunia dengan China dan Indonesia menjadi epicentrum terbesar. Negara lain pun sudah ada laporan serangan.

"Dekkkkkkk"

"Adeeeeeek"

"Please kamu baik-baik aja kan?😭😭😭😭😭"

"Angkat telepon kakak dek😭😭"

Kak Denisa mengirimiku pesan, setelah 15 missed callnya tak terangkat.

Begitu pula kak Derry, ia pun berusaha menghubungiku.

"Dek, tolong jawab kakak"

"Dek, please" ketiknya di chat WA

Aku pun yang melihat notif ini bahagia begitu mengetahui kedua kakakku masih hidup

*tuuuut...tuuut...*

Kuhubungi kak Denisa dan kak Derry melalui WA group call

"DEEEEEEK, KAMU GAPAPA KAN SAYANG, AKU HUBUNGIN KAMU SAMA FINA GAK DIANGKAT" ucap kak Denisa di telepon

"Dek, semuanya aman kan?" sambung kak Derry

"Kak, alhamdulillah aku masih bertahan, tapi..." aku tak sanggup memberitahu kakakku kalau Fina sudah berubah menjadi zombie.

Air mataku menetes deras, terbayang istriku yang sudah menjadi zombie

"Tapi apa dek? Jangan bilang kalo..." Kak Denisa pun tak berani melanjutkan ucapannya

"I...iya k...ak, Fi...fina udah berubah" tangisku semakin pecah, ingin rasanya aku memeluk kedua kakakku.

Kak Denisa menyalakan video call, ia pun tak kuasa menahan kesedihan.

"Fiiiiiiin"

Kak Derry hanya sesenggukan

"Kamu sekarang di mana sayang?" ucap Kak Denisa

"Aku di rumah Tya, kak. Matthew dan Mason pun udah berubah jadi zombie" ucapku yang sekarang sudah agak tenang

"Jadi tinggal kamu sama Tya aja yang masih bertahan? Kamu sudah hubungi teman-teman kamu? Siapa tau ada yang masih bertahan, kamu gak bisa terus-terusan di rumah. Seek for help" ucap Kak Derry

Aku pun lalu menngirimkan chat di group WA sales.

"Guys, please jawab gue, kalian baik-baik aja kan?" ketikku di chat

"Kak, di tempat kalian udah ada zombie?"

"Aku sempet denger kabar kalo Zombie udah sampe Ulsan, kakak juga udah di rumah sama suami sama anak-anak. Kamu jaga diri dek, kak" ucap Denisa

"Di Malay sudah sampe KL, kakak udah kunciin semua rumah, tapi di depan komplek kakak masih ada aktivitas manusia" sambung Derry.

Kami pun mengakhiri group call dengan mengingatkan untuk saling menjaga diri.

Waktu menunjukkan jam 5 sore, suara gedoran pintu masih sesekali terdengar. Kulihat dari jendela kamar, area komplek sudah dipenuhi oleh para zombie, situasi semakin pelik, tapi aku pun tak bisa terus-terusan berdiam di sini, aku harus menemukan manusia lain yang setidaknya bisa dijadikan tempat berkeluh kesah.

Tya masih tertidur lelap, hapeku berdering.

"DEMMM SAYANG TOLONG MOMMY, MOMMY SENDIRIAN DI RUMAH, MOMMY TAKUT"

Rupanya bu Nadine jadi satu-satunya orang yang menjawab chatku di grup.

"MOM, MOMMY POSISI DI MANA?" UCAPKU

"MOMMY DI KAMAR SAYANG, TOLONG MOMMY, MOMMY TAKUT"

"Suami sama anak-anak di mana mom?"

Tangisnya pecah ketika kutanyakan kondisi mereka

"MEREKA SEMUA UDAH BERUBAH SAYANG, TOLONG MOMMY" Tangis bu Nadine pun pecah di telepon

"Mommy aman kan di kamar?" ucapku

"Aman sayang, pintu udah mommy kunci"

"Mom, jangan keluar kamar sebelum aku sampe sana ya, pokoknya tunggu aja" ucapku tegas

Aku pun mengakhiri panggilan.

Tya terbangun

"Dem, jam berapa?"

"Setengah 6 ty"

"Kepalaku pusing"

Aku lalu memijit lembut kepalanya.

"Kamu nyimpen obat gak?"

"Gak usah dem, kamu pijit aja udah ilang kok sakitnya"

"Ty, kita harus keluar dari sini, mencari pertolongan, kita gak bisa terus-terusan di sini"

"Aku takuuut"

"Ty, kan ada aku, kamu tenang ya, aku lagi pikirin cara supaya kita bisa sampe mobilku"

"Iya Dem"

Aku terus memutar otak untuk bisa keluar dari sini.

"Ty, aku minta maaf ya sebelumnya?"

"Maaf buat apa Dem?"

"Nanti pas kita ke bawah, aku pasti bakal mukul Matthew sama Mason"

"Dem, mereka sudah bukan suami sama anak aku" ucapnya

"Iya ty"

Hari sudah mulai gelap, setelah dipikir ulang, kami pun memutuskan untuk melanjutkan rencana pelarian keesokan harinya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd