Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Dendam Si Kembar Cantik

Sepertinya seru kalo anjani sampe jadi tumbal..., agar sesuai dengan judulnya "dendam si kembar"..., jadi selain kejadian meninggalnya ayahhya..., anjani juga seru kalo dijadikan tumbal..., supaya tambah dendam...,
 
Penasaran sama Paramitha
Kalau bisa ada cerita Paramitha dari menolak, melawan, sia sia, pasrah, trus dilecehkan hu..
 
Bab 15 Ritual Cabul Bajing Ireng

Istana Bajing Ireng

Ritual Getih Perawan dilakukan dengan mencari tumbal darah perawan sebanyak 100 orang, konon kabarnya orang yang berhasil melalui ritual jahat itu akan beroleh kesehatan abadi dan awet muda.

Bajing Ireng yang kehilangan hampir seluruh tenaga dalam-nya terbakar oleh aji patigeni prabu Satria melaksanakan ritual getih perawan di desa Tawang Alun. Desa kecil yang letaknya terpencil di pesisir pantai selatan Jawa.

Sebuah bangunan megah layaknya istana kecil nampak berdiri kokoh di tengah gunung gunung karang, terkepung debur ombak pantai selatan pulau Jawa.

Di istana kecil itulah Bajing Ireng rutin melaksanakan ritual getih perawan-nya yang total sudah memakan korban hampir 80 gadis muda.

Dibantu oleh 2 murid-nya Cantika dan Cintara yang terkenal dengan julukan sepasang iblis betina, Bajing Ireng menculik gadis gadis perawan di sekitar dusun Tawang Alun.

Anjani yang menghindari kejaran para raja Jawa yang hendak membalaskan dendam kematian Suro Menggolo tak luput dari ancaman Bajing Ireng.

Cantika dan Cintara menangkap Anjani dan kemudian memboyong putri permaisuri Paramitha itu ke "kandang macan" milik Bajing Ireng.

Malam menjelang di dusun Tawang Alun, hanya debur ombak yang terdengar berkejar kejaran menghantam karang karang yang mengelilingi istana Bajing Ireng.

Anjani yang tak sadarkan diri, tergeletak di atas sebuah peraduan di tengah istana Bajing Ireng.

Tubuh molek gadis mungil itu menelentang di atas ranjang yang di kelilingi kolam kolam air hangat kecil yang mengitari-nya.

Ritual Getih Perawan dilakukan dengan menghisap sari pati kehidupan gadis gadis muda dengan merengut keperawanannya.

Setelah sebelumnya melakukan tapa persiapan,
Bajing Ireng memasuki istana tempat Anjani di sekap untuk memulai ritual getih perawan-nya.

Bajing Ireng memasuki istana-nya dengan kondisi tubuh telanjang bulat. Perut buncit-nya terlihat kontras dengan tubuh kekar berotot-nya.

Bajing Ireng menyibak rambut gondrong ber-uban-nya yang berwarna putih, di sela selangkangan Bajing Ireng menggandul gandul pusaka-nya yang panjang dan besar berotot.

Meski usia-nya sudah hampir 100 tahun namun libido dan hasrat seksual pemimpin golongan hitam itu tetap tinggi.

Bajing Ireng meraih pedang yang ditemukan di hutan tempat Cantika dan Cintara menangkap Anjani.

"Hmm..., untung saja Cintara dan Cantika datang tepat waktu, kalo tidak gadis ini pasti sudah habis digarap tiga orang sialan itu!" Maki Bajing Ireng.

Bajing Ireng memutar mutar pedang di tangannya itu. Sebagai sosok penuh pengalaman Bajing Ireng langsung mengenali pedang itu.

"Hmmm..., siapa gadis itu? Kenapa dia bisa memiliki pedang pusaka milik pendekar Kelana Hina?. Gadis ini pasti murid Kelana Hina... "Batin Bajing Ireng sambil mendekati ranjang tempat Anjani berbaring.

Cantika dan Cintara yang bertugas menyiapkan tubuh Anjani sebagai tumbal getih perawan sengaja mengganti pakaian yang Anjani pakai dengan kain kemben tipis tembus pandang yang lebih memamerkan lekak lekuk aurat elok Anjani.

Kemben ketat yang membalut dada Anjani membuat payudara montok Anjani membongkah indah menciptakan ceruk belahan dada yang amboi seksi-nya.

"Glukk...." Bajing Ireng meneguk air liurnya menantap tubuh molek yang tersaji di hadapannya itu.

Bola mata Bajing Ireng terbelalak kagum akan pesona gundukan sentosa payudara Anjani yang bergetar naik turun dengan gemulai seirama dengan tarikan nafas Anjani yang masih tak sadarkan diri.

Bajing ireng tak bosan bosan menatap wajah ayu Anjani.

"Gadis ini sungguh ayu..., wajahnya mengingatkan diriku pada seseorang yang..., aahh...***dis ini mirip sekali dengan Paramitha..." tubuh mungil namun montok menggemeskan Anjani seketika mengingatkan Bajing Ireng akan gemulai sosok permaisuri Paramitha.

Permaisuri Paramitha sewaktu gadis dikenal sebagai wanita berparas paling cantik se-antero Jawa.

Kecantikan dan kemolekan tubuh Paramitha membuatnya digandrungi oleh para bangsawan dan pendekar baik dari golongan putih maupun golongan hitam.

Bajing Ireng adalah salah satu pria hidung belang yang jatuh cinta akan kecantikan Paramitha.

Bajing Ireng teringat saat saat terakhir pertempurannya dengan prabu Satria, konsentrasi prabu Satria waktu itu buyar karena harus menghadapi serangan Bajing Ireng sekaligus melindungi seorang gadis kecil dalam gendongannya.

"Jangan... jangan..., gadis ini...putri Paramitha yang diselamatkan oleh Kelana Hina!" Bajing Ireng terperanjat saat menyadari tabir rahasia Anjani yang mulai terkuak.

"Pantas saja gadis ini membunuh Suro Menggolo, rupa-nya si Paramitha kecil ini hendak membalas dendam kematian ayahnya hee...hee..." Bajing Ireng terkekeh, dirinya hari ini bak mendapat durian runtuh saja.

"Hee..hee..., Paramitha si sombong itu pasti sekarang menyesal karena dulu menolak cintaku." Bajing Ireng mendekati tubuh molek yang tergeletak dalam peraduannya.

" Sekarang tidak ada rotan, bambu-pun jadi, sebagai ganti Paramitha, biar puteri-nya yang saya embat whee...whee..."



Dalam kondisi sudah telanjang bulat dengan posisi konti tegak menjulang, Bajing Ireng duduk di samping Anjani yang terbujur tak berdaya di atas ranjang.

Tak sabar lagi Bajing Ireng hendak melaksanakan ritual getih perawan sekaligus melampiaskan nafsu tak kesampaian-nya pada Paramitha dengan memperkosa Anjani.

"Mbul gumbal gambul, ndul gundal gandul, wes ewes ewes...." Bajing Ireng melipat kedua tangannya di depan dada, mulutnya komat kamit aneh, merapal ajian getih perawan.

Sebelumnya Bajing Ireng telah mandi dan menyantap kembang 7 rupa sebagai syarat melaksanakan ritual getih perawan.

Sambil merapal mantra getih perawan sesekali Bajing Ireng melirik ke arah gerakan naik turun gundukan buah dada Anjani yang menggembung tiap kali Anjani menarik nafas-nya.

Selangkangan Bajing Ireng terasa cenat cenut, tak sabar lagi Bajing Ireng cepat cepat menyelesaikan bacaan mantra getih perawan.

Tanpa memastikan terlebih dulu status keperawanan Anjani, bagai banteng ketaton Bajing Ireng langsung main tubruk saja.

Tangan Bajing Ireng terulur, langsung ke arah payudara yang membusung montok di dada Anjani.

Sesaat sebelum tangan kotor Bajing Ireng merogol payudara empyuk Anjani, Anjani tersadar dan membuka mata-nya.

"Kyaaa..., jangan sentuh Anjani" Anjani berteriak jijik saat melihat batang besar yang menonjol di bagian bawah Bajing Ireng, cepat cepat Anjani menampar tangan Bajing Ireng yang hampir menggerayangi aurat-nya.

Plak..., setelah menampar tangan Bajing Ireng Anjani berusaha bangkit sambil mengirimkan hantaman susulan ke arah pembunuh ayah-nya itu.

Plak..plak.., dengan enteng Bajing Ireng menampik tiap pukulan Anjani, Anjani kalah cepat melawan Bajing Ireng yang berkanuragan tinggi.

Cupp..., di saat Anjani lengah Bajing Ireng menyosorkan bibir-nya mengecup pipi mulus Anjani.

"Cuih...!!, Anjani jijik" Anjani balas meludahi wajah Bajing Ireng, Anjani muntah saking jijik dan benci-nya pada pemimpin pendekar golongan hitam itu.

"Hwee.... kamu cantik sekali mirip ibu-mu Paramitha nduk, air ludah-mu saja manis..., apalagi tempik-mu, hmmm...pasti empuk dan anget hee..hee..." Bajing Ireng menjilat air ludah Anjani di wajahnya sambil terkekeh.

"Dasar orang gila..." maki Anjani, gadis mungil itu tidak gentar sedikitpun pada Bajing Ireng.

"Hee..hee..., Paramitha kecil kamu judes sekali, kita lihat saja nanti setelah saya genjot di atas ranjang, apa kamu masih bisa galak seperti ini? "

Deg..., jantung Anjani berdegup kencang saat menyadari Bajing Ireng telah menyadari jati diri asli Anjani.

"Ciat....." dari atas ranjang Anjani menyerang membabi buta ke arah Bajing Ireng, namun lagi lagi Anjani yang miskin pengalaman di dunia persilatan kembali terkecoh.

Bajing Ireng sengaja memancing amarah Anjani dan menguras tenaga Anjani dengan menghindari semua serangan beruntun Anjani, sebelum...

Dug..., disaat Anjani kelelahan dan kewaspadaannya berkurang, Bajing Ireng menghantam telak ulu hati Anjani dengan jurus Peluruh Raga hingga tubuh mungil Anjani terpelanting di atas ranjang.

Pukulan Peluruh Raga yang merupakan salah satu ilmu terlarang di dunia persilatan. Efek pukulan jahat itu melumpuhkan seketika tenaga dalam yang dimiliki Anjani.

"Akhh...apa ini?" Anjani merasa tubuhnya seketika lemah tak bertenaga. Lengannya terasa kesemutan untuk menggerakkan jarinya saja Anjani kesulitan.

Anjani mencoba berkonsentrasi memusatkan tenaga dalamnya untuk memulihkan efek pukulan Peluruh Raga yang melunturkan tenaganya.

Di saat kondisi Anjani sedang lemah lemah-nya, Bajing Ireng merangsek maju.



"Kyaaa....." Anjani menjerit kencang saat Bajing Ireng yang tubuhnya sudah bugil telanjang bulat itu menarik kedua pergelangan kaki Anjani hingga membuat Anjani jatuh terlentang di atas ranjang.

Nafsu Bajing Ireng sudah sampai ubun ubun, bola mata-nya merah saking nafsu-nya menodai Anjani.

Bajing Ireng menubrukkan tubuhnya ke ranjang bermaksud menindih tubuh Anjani. Konti hitamnya membengkak makin panjang dan besar.

Anjani meronta ronta, tak rela tubuhnya dijamah oleh Bajing Ireng. Dengan sisa sisa tenaga-nya Anjani menendang nendang kuat mengusir tubuh degil Bajing Ireng.

Duggh...., Anjani menendang sela selangkangan Bajing Ireng tepat di biji kejantanan yang menggandul di sana, membuat Bajing Ireng blingsatan kesakitan.

"Waduh..." Bajing Ireng memegang selangkangannya yang mendadak cekat cekot ngilu terkena sepakan Anjani.

"Pergi...pergi..., jangan dekati Anjani" tubuh Anjani beringsut mundur hingga ke pojokan ranjang.

Bajing Ireng cepat menyalurkan tenaga dalam ke sela selangkangannya meredam pusaran rasa sakit yang mendera kejantanannya. Sebentar saja Bajing Ireng dapat mengatasi rasa sakit dahsyat itu.



"Hee...hee..., neng Anjani, siap tiap siap saya datang hee..hee.." Begitu pulih dari rasa sakitnya Bajing Ireng langsung kembali menyergap Anjani di atas ranjang.

"Kyaa... pergi...pergi..." Anjani menjerit ketakutan saat Bajing Ireng kembali menarik kedua pergelangan kakinya hingga Anjani jatuh menelentang di atas ranjang.

Bajing Ireng tidak mau jadi keledai yang dua kali kena tendang di kemaluannya. Begitu Anjani terbaring di atas ranjang, Bajing Ireng si bejad langsung melompat menimpa dan menindih tubuh mungil Anjani hingga Anjani tak berkutik.

Anjani pantang menyerah, kedua tangannya ganti memukul mukul namun...

Tap...tap.., dengan cepat dan tepat Bajing Ireng menangkap kedua pergelangan tangan Anjani berturut turut untuk melumpuhkan Anjani.

"Hee...hee..., putri Paramitha ayo balaskan dendam-mu di atas ranjang..." sambil menindih tubuh molek Anjani, Bajing Ireng meregangkan kedua tangan Anjani dan menyilangkan tangan kanan kiri Anjani ke samping kepala Anjani.

Dari posisi di atas tubuh Anjani, Bajing Ireng dapat melihat belahan payudara montok yang menonjol di dada Anjani lebih jelas.

"Woow..., susu-mu gede banget nduk..." Bajing Ireng meneguk ludah menatap separoh bongkahan payudara Anjani yang menyembul dari sela bagian atas kemben Anjani.

Bentuk buah dada Anjani besar dan bulat sempurna, padat membusung padat di tubuh mungil Anjani. Payudara gadis muda itu sungguh lunak, lembut dan kenyel kenyel.

Breet...., dengan sekali hentak Bajing Ireng merengut dan merobek kain kemben di bagian dada Anjani hingga kain kemben yang membungkus aurat Anjani tercabik lebar di bagian dada.

Bloob..., begitu lepas dari kemben sesak yang mengkekang-nya bulatan buah dada Anjani sontak menggelembung sentosa hingga ke ukuran montok maksimalnya.

Pentil imut warna merah muda di ujung bulatan buah dada Anjani terkuak tersipu malu menambah paripurna keindahan payudara Anjani.

"Uedaaan...., cantiknya..." Melihat payudara telanjang Anjani, bola mata Bajing Ireng terbelalak lebar, air liur menetes netes tanpa henti dari mulut Bajing Ireng.

Bajing Ireng sudah menelanjangi dan memperkosa ratusan gadis muda, namun tidak ada yang payudara-nya seranum dan semolek buah dada Anjani.

"Kyaaa...., dasar bejad..., pergi jangan dekati Anjani!!" Anjani cepat cepat melipat kedua lengan ke depan dada menutupi ketelanjangannya. Anjani tak sudi tubuhnya dinikmati oleh Bajing Ireng.

png image hosting

"Hwee...hwee..., jangan malu malu putri Paramitha, ayo sini buka yang lebar..., paman Bajing Ireng belum puas menikmati susu neng Anjani hwee..." kekeh Bajing Ireng mesum.

Grep... kembali Bajing Ireng mencekal kencang kedua pergelangan tangan Anjani, Bajing Ireng memaksa menyibak kedua tangan Anjani yang terlipat erat di dada Anjani.

"Bededah..., pergi...pergi!! " Anjani bertahan sekuat tenaga menutupi bagian dada-nya yang telanjang. Anjani berusaha menghimpun tenaga dalamnya, namun sia sia saja, pukulan peluruh raga seakan mengkunci simpul simpul energi di tubuh Anjani.

"Percuma kamu melawan nduk...!!, ayo buka tanganmu..., sini biar paman cicip-i susu montok-mu" Bajing Ireng menghentak tangan Anjani kencang membuka lipatan erat tangan Anjani yang menutupi aurat mulusnya.

Anjani terus bertahan, namun Bajing Ireng terus memaksa menyibak tangan Anjani yang menyilang di depan dada-nya.

Meski berusaha sekuat tenaga, namun kekuatan tubuh mungil Anjani tak sepadan dengan kekuatan Bajing Ireng yang sudah dikuasai hawa nafsu jahat.

"Kyaaa...." Anjani menjerit kencang saat kedua tangan yang menutupi dadanya berhasil dibuka paksa oleh Bajing Ireng.

Payudara bulat sempurna itu kembali menyembul dari persembunyiannya. Bulat, besar, putih, mulus dan kenyal ooohhh.... indahnya.

"Hwee....hwee... oooh susu-mu sungguh indah, putri Paramitha ayo balaskan dendam-mu di atas ranjang hwee...hwee..." Bajing Ireng terkekeh, kedua tangan terjulur hendak meremas bongkahan susu Anjani.

Twiiiiingg....., terdengar bunyi lengkingan sangkakala panjang dari depan istana Bajing Ireng.

Ritual getih perawan harus dilaksanakan tepat saat bulan purnama penuh ada di posisi terdekat dengan jagad bumi.

Cintara dan Cantika meniup sangkakala memberi tanda pada Bajing Ireng bahwa inilah saat yang paling tepat untuk melakukan ritual getih perawan.

Inilah saatnya Bajing Ireng memperkosa dan merengut kesucian Anjani.

Bajing Ireng tersenyum cabul mendengar isyarat dari murid muridnya. Pertanda sudah saatnya Bajing Ireng harus mempersatukan lingga perkasa-nya dengan yoni Anjani, gadis yang menjadi tumbal ritual getih perawannya.



"Putri Paramitha sekaranglah saat-nya hee...hee..., ayo jangan malu malu buka pakaianmu dan bercinta dengan paman hwee...hee..."

"Dasar orang gila..." Anjani menjerit marah, amarahnya meluap hingga air mata berlinang dari mata Anjani selain gagal membalaskan kematian ayahnya kini tubuhnya malah hendak dinodai oleh Bajing Ireng.

"Ayo buka pakaian-mu..." Bajing Ireng menarik dan merobek kain kemben yang membalut aurat Anjani hingga tubuh Anjani kian polos terbuka.

"Pergi...pergi..." Anjani berteriak panik saat menyadari niat mesum Bajing Ireng yang hendak membuka seluruh pakaian yang membungkus Anjani.

Sia sia saja Anjani mungil berontak dan melawan, satu persatu kain yang menutupi aurat-nya dirobek dan dilepas paksa dari tubuhnya.

Bret...breett..., Bajing Ireng yang dikuasai nafsu birahi memelorotkan kain kemben yang melingkar di tubuh Anjani hingga seluruh tubuh Anjani kini polos telanjang tanpa sehelai benang-pun melindunginya.

Anjani meringkuk ketakutan di ujung ranjang, tubuhnya dilipat serapat mungkin menutupi ketelanjangannya.

Setelah berhasil menelanjangi Anjani, Bajing Ireng meraih dan meminum secangkir ramuan yang sudah tersedia dalam kamar itu.

Ramuan itu berisi campuran bahan bahan mistik sebagai prasyarat laku ritual getih perawan.

Sesaat setelah meminum ramuan itu wajah Bajing Ireng berubah mengerikan, matanya merah menyala dengan rambut awut-awutan.

Tubuh renta Bajing Ireng berubah makin kekar dan menghitam, terutama batang kemaluan Bajing Ireng yang ukurannya makin besar dan kekar hampir seukuran kelamin kuda jantan.

"Kyaaa... siluman... siluman!!" Anjani menjerit ketakutan saat melibat perubahan wujud Bajing Ireng yang mengerikan terutama bagian kelaminnya.

"Putri Paramitha, siap tidak siap saya datang... hwee...hwee..." Bajing Ireng mengelus elus batang kontinya yang makin menjulang.

Sambil terkekeh mesum Bajing Ireng mendekati Anjani yang terpojok di sudut ranjang.

Bajing Ireng berjalan makin dekat ke arah tubuh telanjang Anjani.

Anjani berusaha menghimpun tenaga dalamnya namun sia sia, semakin berusaha keras tubuh Anjani malah semakin lemah.

"Kyaaaa...." Anjani menjerit saat tiba tiba Bajing Ireng melompat dan menubruknya di atas ranjang.

Malam jahanam seakan menjelang buat putri cantik kerajaan Jawa Dwipa itu.

*****
Perbatasan Jawa Dwipa Jenggala

Bulan purnama sempurna bersinar menerangi hutan dan sungai perbatasan kerajaan Jawa Dwipa.

Setelah seharian berkereta kuda melarikan diri dari kejaran Pamungkas dan para begundalnya, Svita dan rombongannya memutuskan untuk beristirahat sejenak di pinggir sungai.

Mandala, putra mahapatih Mahesa yang merupakan kakak sepupu Sarasvita menyembunyikan kereta beserta kudanya di balik rerimbunan semak di hutan.

Svita dan dayang penjaga-nya Lembayung menyegarkan diri dengan membilas tubuh lelahnya dengan air di pinggir sungai.

Svita meneguk air sungai yang segar, pertama kali dalam hidupnya putri cantik itu menjejakkan kaki di luar istana Jawa Dwipa.

Di alam bebas Svita begitu menikmati kebebasan dari aturan aturan protokol yang harus ia lakoni selaku putri kerajaan.

Dalam hati Svita ada rasa bahagia dan penasaran sekaligus rasa takut dan rindu pada Permaisuri Paramitha ibundanya.

Svita dengan antusias menciprat cipratkan air sungai nan bening itu ke arah Lembayung, dayang yang sudah menjaga Svita sejak kecil.

Lembayung yang hanya selisih berusia 3 tahun di atas Svita sudah sepertinya saudari buat Svita.

"Hiii... hii.. seger...hii..." Anjani dengan paras muka gembira melompat lompat di atas sungai.

"Ati ati tuan puteri..., batu batu di sini licin, nanti tuan puteri jatuh" Lembayung sangat menyayangi putri junjungannya itu. Demi kebahagiaan dan keselamatan Svita, Lembayung rela mati.

Svita tertawa lepas berlari lari kecil dan melompat lompat bahagia sambil sesekali mencipratkan air ke arah Lembayung.

Saking senangnya Svita mengabaikan dingin udara malam yang menusuk kulit.

Benar kata Lembayung batu batu di sungai itu licin berlumut, karena tidak hati hati Svita terpeleset saat menginjak sebuah batu berlumut dan tubuhnya jatuh tercebur ke dalam sungai.

Lembayung cepat cepat berlari membantu Svita yang tercebur dalam air sungai yang dingin.

"Hii..hii..." bukannya takut Svita malah tertawa geli dan bangkit berdiri dari jatuhnya, sekujur kain kemben yang membalut tubuh Svita basah kuyup oleh air.

"Tuan putri..." jantung Lembayung hampir copot tapi kemudian lega saat melihat putri Svita baik baik saja.

Mendengar jeritan Lembayung, Mandala yang sedang memberi rumput pada kuda cepat cepat berlari menghampiri Svita dan Lembayung.

"Kalian baik baik saja?" Mandala melompat cepat ke hadapan Svira,sambil mengambil kuda kuda jurus Patigeni yang ia pelajari dari prabu Satria.

Deg...!!, begitu sampai di hadapan Svita, jantung Mandala sontak berdegup kencang.

Pakaian basah kuyup yang Svita kenakan membuat lekak lekuk aurat elok Svita tercetak jelas pada kemben basah yang membungkusnya itu.

Tubuh Svita sungguh ramping di bagian pinggang, namun montok di bagian dada dan pinggulnya.

Terang purnama membuat Mandala dapat melihat dengan jelas siluet bulatan payudara Svita yang terukir di kemben Svita.

"Bes..., kalian baik baik saja? " Mandala nyaris salah ucap dan buru buru membalikkan badan berpura pura mencari sumber bahaya.

Sebagai laki laki normal darah, meski Svita adalah sepupu-nya namun tak urung darah Mandala berdesir juga melihat lekak lekuk aurat Svita yang membahenol itu.

Apalagi Svita dikarunia wajah secantik Paramitha, bahkan konon kabarnya Svita lebih cantik daripada ibunda-nya itu.

Lembayung yang melihat tingkah canggung Mandala langsung membalut tubuh basah Svita dengan selendangnya.

Meski Mandala adalah sepupu Svita, namun Lembayung tidak mau ambil resiko. Meski sepupu atau bersaudara kalau nafsu ya tetap nafsu...

"Iih tuan putri nakal..., ayo cepat ganti baju biar tidak sakit..." Lembayung memberi kode pada Mandala kalau keadaan aman dan kemudian menarik Svita ke rerimbunan semak di dekat sungai itu.

Semak semak di pojok sungai itu letaknya tersembunyi dengan air mengalir dari bebatuan di atasnya mirip seperti air terjun kecil.

Mandala yang wajahnya merah padam cepat cepat kembali ke tempat kuda beristirahat.

"Brrr dingin hhii...hii.." Svita menggigil kedinginan saat Lembayung membuka lembar demi lembar kemben basah yang Svita kenakan.

"Tuan putri, ingat pesan permaisuri Paramitha. Kita keluar dari istana bukan untuk main main tapi ada misi yang harus kita selesaikan" Lembayung mengeringkan punggung Svita sambil menasehati junjungannya itu.

"Perompak Laut Jawa , ibunda menyuruh saya menemui paman Panji Jiwo , pemimpin bajak laut penguasa lautan Jawa untuk meminta bantuan" Svita memegang kalung pemberian Paramitha yang berbentuk bintang kecil.

Lembayung mengusap bagian dada Svita dan sekujur tubuh Svita yang kini polos telanjang bulat di bawah sinar bulan. tubuh elok Svita yang terbalut kulit mulus berwarna putih jernih mengkilat tertimpa terang sinar bulan.

Selain berparas cantik memukau, Svita juga dikarunia tubuk elok dengan payudara bulat sebesar buah apel yang menggemaskan.

Pria yang nanti menjadi suami Svita pastilah pria yang paling beruntung sedunia.

Belum selesai Svita mengeringkan diri, tiba tiba terdengar derap kuda mendekat ke arah rerimbunan tempat Svita mengeringkan diri.

"Psst...!!" Lembayung membalutkan sehelai selendang tipis untuk menutupi ketelanjangan Svita dan menyuruh putri junjungannya itu untuk diam tak bersuara.

Sepuluh orang laki laki berpakaian prajurit menghentikan kudanya dekat tempat persembunyian Svita dan Lembayung.

"Kita istirahat di sini" Jagakarsa pendekar golongan hitam berjuluk cakar maut yang memimpin rombongan itu memberi isyarat pada bawahannya untuk beristirahat.

Rupanya mereka adalah rombongan prajurit Jenggala yang berpatroli menjaga perbatasan Jawa Dwipa dan Jenggala.

Svita meringkuk ketakutan bersembunyi di balik punggung Lembayung.

Mandala begitu menyadari kehadiran para prajurit Jenggala bergegas menuju tempat Svita dan Lembayung, namun begitu melihat jumlah lawan yang tak sebanding dengan dirinya yang seorang diri, Mandala memutuskan untuk menunggu keadaan aman dan sementara bersembunyi di bebatuan tepat di seberang tempat persembunyian Svita dan Lembayung.

Sepuluh pria bertubuh tegap kekar itu turun dari kudanya. Enam diantaranya langsung beristirahat dan tidur melingkar di atas tanah dekat sungai itu.

Empat orang di antaranya dipimpin langsung oleh Jagakarsa duduk berjaga sambil mengobrol dan meminum tuak sebagai penghangat badan.

Lembayung mengintip dari balik semak, sebisa mungkin tidak membuat suara atau gerakan yang menarik perhatian.

Lembayung dan Mandala bertatap muka dan Lembayung memberi isyarat pada Mandala untuk menunggu saja sampai para punggawa Jenggala pergi meninggalkan sungai itu.

Mandala menganggukkan kepalanya kemudian bersembunyi di kegelapan bebatuan sungai.

Suasana sungai menjadi hening hanya terdengar derik suara jangkrik dan sesekali suara Jagakarsa dan ketiga prajurit Jenggala yang menjaga perbatasan Jawa Dwipa dan Jenggala itu.

Lembayung dan Svita meringkuk dengan tegang. Svita sesekali menahan nafas saking takutnya apabila keberadaan mereka diketahui oleh para prajurit Jenggala.

Lembayung menggenggam erat tangan Svita untuk menenangkan hati putri berparas cantik itu.

Malam semakin larut dan udara malam semakin dingin, namun belum ada tanda tanda bahwa prajurit Jenggala akan meninggalkan sungai tempat peristirahatan mereka itu.

Wusssh...., Svita yang hanya mengenakan sehelai selendang tipis menggigil kedinginan saat angin sungai berhembus kencang.

"Kyaa..." tak sengaja Svita menjerit pelan saat seekor jangkrik tiba tiba melompat dan hinggap di wajahnya.

Buru buru Lembayung mendekap mulut Svita dengan telapak tangannya, namu terlambat...

Meski jeritan Svita pelan saja, namun Jagakarsa yang sedang duduk santai langsung terjaga dan berdiri menghadap ke arah semak tempat Svita bersembunyi.

"Siapa itu? " bentak Jagakarsa.

Ketiga prajurit yang bersamanya segera menghunus pedang di tangannya masing masing.

"Ada suara mencurigakan dari sana" seorang prajurit tepat menunjuk ke arah semak tempat Svita dan Lembayung bersembunyi.

"Ayo periksa..., siapa tahu itu penyusup dari Jawa Dwipa" perintah Jagakarsa.

"Seperti jeritan seorang gadis..." sahut yang lain.

"Jangan jangan suara setan..."

"Berisik, ayo periksa dan tangkap orang itu!" Bentak Jagakarsa mengusir rasa gentar para prajurit Jenggala.

Wajah Svita langsung pucat pasi saat keempat orang itu perlahan berjalan mendekati tempat persembunyiannya.

Entah apa yang akan terjadi apabila empat prajurit itu menemukan Svita, putri cantik kerajaan Jawa Dwipa yang kini jadi buruan baik Jawa Dwipa maupun Jenggala.

Lembayung memeluk Svita yang gemetar ketakutan berusaha menenangkan Svita.

Mandala yang ada di seberang juga nampak bimbang, ilmu kanuragannya belum cukup sakti untuk melawan 4 orang itu, namun jika sampai Svita terpergok Mandala sudah bertekad nekat untuk menyerang dengan Patigeni-nya.

Jagakarsa dan tiga pengawalnya mendekati semak persembunyian Svita semakin dekat...
 
Mantapp hu,, motongnya paasss bener,, jangan2 svita dan anjani sama2 akan dinikmati pendekar2 golongan hitam..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd