Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Seru ceritanya?

  • iya

    Votes: 50 90,9%
  • tidak

    Votes: 6 10,9%

  • Total voters
    55

DiaryHijaberLesbian

Suka Semprot
Daftar
6 May 2024
Post
23
Like diterima
115
Bimabet
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Index Cerita

  1. Part 1 Naked Workout >>(Page 1)
  2. Part 2 Terpesona >>(Page 1)
  3. Part 3 Lunch >>(Page 1)
  4. Part 4 Survive >>(Page 1)
  5. Part 5 Hunter >>(Page 2)
  6. Part 6 Hospital >(Page 2)
  7. Part 7 In The Moment >>(Page 2)
  8. Part 8 Bengkel ABC >>(Page 3)
  9. Part 9 Montir >>>(Page 3)
  10. Part 10 Together >>> (Page 4)





DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 1 Naked Workout
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis,Fetish



Di kampus khusus wanita di salah satu kota di Jawa Barat, hidup seorang mahasiswi yang bernama lengkap Aisha Putri Damayanti, tetapi akrab dipanggil Aisha oleh teman-temannya. Usianya baru menginjak 20 tahun, tetapi kecantikan dan pesona yang melekat padanya telah menjadi perbincangan di seantero kampus



Wajahnya seperti lukisan yang sempurna: cantik, putih mulus, dan memancarkan aura keanggunan. Lesung pipitnya menambah pesonanya saat tersenyum, memberikan kesan manis yang sulit untuk dilupakan. Mata coklatnya memiliki kedalaman yang memikat, seolah menyimpan cerita dan rahasia yang tak terungkap. Bibirnya yang tipis berwarna merah muda menambah daya tarik pada senyuman yang sering menghiasi wajahnya. Dan hidungnya yang mancung menambah kesempurnaan pada fitur wajahnya yang memesona.


Aisha, wanita berhijab yang selalu memilih untuk menutup aurat tubuhnya dengan sopan,dia tidak ingin lelaki melihat aurat tubuhnya. Baginya,tubuhnya yang seksi adalah sesuatu yang harus dijaga dengan hati-hati dan disimpan untuk pasangan hidupnya yang sah.


Aisha hidup dalam sebuah kos-kosan sederhana. Meskipun sederhana, kos-kosan tersebut menjadi tempat di mana Aisha menemukan kedamaian dan kenyamanan.



Aisha memiliki impian untuk mengikuti audisi model di kampusnya, namun meskipun Aisha memiliki kecantikan yang memenuhi kriteria untuk audisi model di kampusnya, dia menyadari bahwa ada aspek lain dari penampilannya yang mungkin tidak sejalan dengan standar yang umumnya diterapkan dalam industri modeling. Aisha mengakui bahwa bentuk tubuhnya, terutama payudara dan pantatnya dan juga berat badanya masih kurang, mungkin tidak sesuai dengan standar kecantikan yang sering kali ditampilkan dalam dunia modeling.

Akhirnya Aisha memutuskan untuk diet dengan membeli makanan berprotein tinggi seperti daging dan berolahraga

Aisha pun sudah membeli beberapa peralatan olahraga seperti barbel,abs roll,baju training dll yang bisa dia gunakan untuk membentuk tubuhnya di kamar nya yang sederhana


Dengan tekad yang kuat, Aisha memulai program latihan fisiknya. Dia menyadari bahwa untuk mencapai body goal yang diinginkannya agar dapat di terima untuk audisi model di kampusnyaAisha berdiri di depan cermin besar di kamar kostnya, memandang tubuhnya yang terbentuk dengan jelas oleh baju training ketat yang dikenakannya.

Dia melihat bagaimana pakaian itu memeluk setiap lekuk tubuhnya.Meskipun dia memakai baju, namun kesan yang diberikan adalah seolah-olah dia telanjangAisha mengambil barbel yang telah dia persiapkan sebelumnya.



Dia memposisikan barbel itu di belakang lehernya, menjaga punggungnya tetap lurus, dan mengunci kedua lengan di bawahnya.

Dia mengambil napas dalam-dalam, siap untuk memulai.Dengan gerakan yang lancar dan pasti, Aisha menurunkan tubuhnya ke bawah dalam gerakan squat yang terkontrol.



Dia merasakan tekanan di otot-otot paha dan pantatnya saat dia mencapai posisi terendah, dan kemudian dengan energi yang menggebu, dia dorong tubuhnya kembali ke atas.



Saat Aisha terus melanjutkan latihannya dengan barbel, keringat mulai mengucur turun di tubuhnya, membasahi baju latihannya. Setiap gerakan squat membuatnya semakin berkeringat, dan seiring waktu, baju trainingnya menjadi semakin basah.



Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Keringat yang membasahi baju latihannya mulai menyoroti bentuk-bentuk tubuhnya dengan lebih jelas, dan tanpa sadar memalui cermin besar,Aisha menyadari bahwa payudaranya terasa lebih menonjol daripada biasanya.



Dia merasakan sensasi dingin dari keringat yang meresap ke dalam kain, membuatnya tersentak dan terkejut.Aisha ternyata lupa memakai bra. Seiring keringat yang semakin banyak, kain tipis baju training itu mulai menempel erat pada payudaranya.



Dan ketika kain itu basah, bentuk dan warna puting-payudara Aisha mulai terlihat jelas melalui kain tersebut.Puting-payudaranya menonjol dari bawah baju training, menambah dimensi sensual pada latihan yang dia lakukan.



Setiap kali dia melihat ke cermin besar di kamarnya, dia bisa melihat betapa jelasnya puting-payudaranya yang menyeplak melalui baju basah itu.Aisha menikmati tubuhnya yang seksi tersebut,dan dia nggak bisa berhenti memikirkan betapa seksi tubuhnya.



Bahkan dengan hijabnya yang masih menutupi kepalanya, dia merasa bebas mengeksplorasi sisi sensualnya yang tersembunyi.Aisha merasa udara di kamarnya semakin panas dan terasa tidak nyaman.

Dia menyadari bahwa baju training, celana, dan bahkan celana dalamnya sudah basah oleh keringat yang mengucur deras. dia memutuskan untuk melepaskan semua pakaian itu.Aisha berjalan menuju pintu kamar dengan langkah mantap. "Mesti pastiin dulu," gumamnya pada dirinya sendiri sambil meraih gagang pintu. Dengan hati-hati, dia mengunci pintu kamar rapat-rapat, memastikan tidak ada yang bisa masuk ke dalam.



Sambil menarik napas lega, Aisha berbalik menuju jendela kamarnya. Matahari yang cerah menerangi ruangan, dan dia ingin memastikan tidak ada yang bisa melihatnya dari luar. Dengan gerakan gesit, dia menarik korden jendela hingga tertutup rapat. "Sudah, aman," pikirnya dalam hati."Duh, panas banget!" gumam Aisha sambil melangkah menuju cermin.



Dia mulai menurunkan retsleting baju trainingnya dengan perlahan. Saat retsleting itu turun, sebagian bahu dan payudara Aisha terekspos, menampilkan kulitnya yang halus.Dia membiarkan baju trainingnya meluncur turun ke lantai, mengungkapkan bawahannya. "Aaah, rasanya lebih lega," ucapnya sambil mengusap keringat di dahinya.



Tak lama kemudian, Aisha mulai melepaskan celana latihannya. Dia menggantungkannya di pegangan pintu. "Kalau nggak, bisa bikin mati gaya ini," bisiknya pada dirinya sendiri sambil tersenyum kecil.



Terakhir, Aisha melepaskan celana dalamnya, membuatnya sepenuhnya telanjang. "Nggak nyangka aku akan begini," ucapnya pada dirinya sendiri sambil tersenyum.Akhirnya, Aisha berdiri di depan cermin dengan tubuh telanjang bulat, kecuali hijabnya yang masih menutupi rambutnya.



Dengan tubuhnya yang telanjang bulat, kecuali hijab yang masih menutupi rambutnya, Aisha langsung melanjutkan latihan fisiknya. Sekarang, dia merasa lebih bebas dan nyaman dalam tubuhnya yang telanjang."Duh, lebih lega rasanya tanpa pakaian," gumamnya sambil memandang tubuhnya di cermin. "Ini baru enak!"Dengan langkah yang mantap, dia mengambil barbelnya lagi dan melanjutkan latihan squat-nya.

Dia merasakan kekuatan dan kebugaran tubuhnya semakin meningkat dengan setiap gerakan yang dia lakukan.

Dengan setiap gerakan squat yang dilakukan Aisha, payudaranya bergoyang lembut, menyesuaikan diri dengan pergerakan tubuhnya yang terkontrol. Keringat yang membasahi kulitnya membuatnya semakin licin, sehingga payudaranya bergerak dengan lembut dan alami.

Ketika Aisha menurunkan tubuhnya ke bawah dalam gerakan squat, payudaranya sedikit berayun ke depan, mengikuti gravitasi gerakan. Kemudian, saat dia mendorong tubuhnya kembali ke atas, payudaranya kembali bergerak dengan lembut, mengikuti gerakan naiknya.

Gerakan squat yang teratur dan terkontrol membuat payudaranya bergoyang dengan irama yang halus, menambah aspek sensual pada latihan fisiknya. Meskipun fokus pada kekuatan dan kebugaran, Aisha juga menyadari bagaimana tubuhnya bereaksi secara alami terhadap gerakan tersebut.

Selanjutnya Aisha melakukan sit up,tubuhnya berbaring telentang di lantai, dengan lutut ditekuk dan kedua telapak kaki menempel pada lantai. Dalam posisi ini, dia merasakan lantai yang dingin menyerang tubuh telanjangnya

Dia memposisikan kedua tangannya di belakang kepala, untuk memberikan sedikit dukungan pada leher dan kepala saat melakukan gerakan. Dengan pernapasan yang teratur, dia menyiapkan diri untuk naik.

Ketika dia mulai naik, otot-otot intinya, termasuk otot perut, pinggul, dan punggung bawah, bekerja secara sinergis untuk mengangkat tubuhnya dari posisi berbaring menjadi posisi duduk. Gerakan ini dilakukan dengan gerakan yang terkontrol, tidak hanya dengan kekuatan dari otot perut, tetapi juga dengan keterlibatan otot inti lainnya.

Payudara Aisha berguncang dengan irama yang halus dan alami seiring dengan gerakan sit-up yang dia lakukan

Setelah 1 jam melakukan aktivitas olahraga di kamar nya dengan telanjang bulat kecuali hanya hijabnya saja Aisha berirtirahat sejenak dan memperhatiikan dirinya di depan cermin


Pov Aisha

Terpesona aku menantap tiap lekuk tubuh ku dicermin. Aku mendekati cermin itu dan menatap bagian bagian vital tubuhku.



Ku perhatikan payudaraku yg bulat dengan putting pinknya mengacung, memek ku yg mulus karena tiap minggu selalu ku cukur bulu nya, pinggang ku yg ramping dan pantat ku yg sekal yg tak pernah terjamah oleh siapapun namun ku kini ku remas dengan gemas pantatku.



Perlahan tangan ku meraba halus permukaan perut ku dan perlahan naik ke payudaraku. Saat rabaan halus ini menyentuh putting, ku rasakan seperti tersengat aliran listrik. Mataku terpejam menikmatinya.

Wajahku sungguh erotis saat ku lihat melalui cermin. Tangan ku yg tadi bermain di area pantat mulai berpindah kedepan. Ku elus elus memek ku dan ingin sekali ku masukan jariku kedalam nya. Ahhh. Terus ku elus memek ku hingga ia mulai kembali basah.

Ooohh aku mendesah kenikmatan. Sesekali ku lihat kearah jendela siapa tahu gorden nya tersingkap dan ada orang yg mengintip aksi hina yg ku lakukan ini.

Gerakan jari tangan ku makin cepat menggosok bagian yg menonjol di memek ku . Tangan ku satu nya tak lagi meremas payudaraku, melainkan bertumpu pada tembok dimana posisi ku saat ini tengah menungging dengan paha yg dilebarkan.

Aku makin terangsang saat melihat diriku sendiri yg sedang menahan nikmat melalui cermin. Rasanya makin menjadi jadi, buat aku makin ingin terus melakukan ini tiap saat dan rasa itu muncul lagi, rasa seperti ada yg ingin keluar dari memek ku, seperti rasa ingin pipis, makin mendekati, makin nikmati, ku percepat gesekan jari tangan ku dan...

Seseorang : Aishaaa?? Kamu didalam?

bersambung....
 
Terakhir diubah:
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 2 "Terpesona"
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis,Fetish





POV AISHA

Seseorang memanggil namaku dan membuatku refleks menghentikan masturbasi yang hampir mencapai puncak kenikmatannya. Rasa "ingin pipis" menghilang akibat rasa cemas dan kaget yang kurasakan.

Bagaimana jika dia mendengar desahanku tadi, atau menemukan celah untuk mengintip apa yang kulakukan? Pikiran itu kuburu dan segera memakai pakaian yang kusimpan tanpa pakaian dalam karena terburu-buru.

Aku: "Iya, aku di dalam, tunggu sebentar."Aku buru-buru mengambil celana training panjang yang kugantungkan di ganggang pintu.Ketika aku membuka pintu, Nisa sudah berdiri di sana sambil mengetik sesuatu di layar androidnya.



Aku: "Eh, ada apa Nisa? Tumben pagi-pagi sudah mampir?"

Nisa: "Tumben apa ya? Kamu yang tumben sampe jam segini masih tutup pintu."

Aku: "Oh, tadi lagi dari toilet, jadi pintunya kubuka."

Nisa: "Ah, dari pagi juga ditutup, kamu sakit?"

Aku: "Nggak, kenapa? Aku pucet ya?"

Nisa: "Nggak, tapi kamu keringetan gini."

Aku: "Oh, aku tadi habis olahraga."

Nisa:. "Ah, jadi begitu. Ya udah, gak papa deh. Ayo, aku mau ajak kamu makan siang. Hari ini aku traktir!"

Aku:. "Serius? Makasih banget, Nis! Tapi, kan aku masih keringetan dan belum mandi."

Nisa:"Oke, gak masalah. Aku nunggu di ruang kamar ku aja ya"

Aku merasa lega bahwa Nisa tidak menaruh curiga.Namun, masih terasa rasa malu dan cemas karena hampir tertangkap sedang melakukan sesuatu yang sangat pribadi.



Aku segera menutup pintu dan membiarkan rasa panik itu mereda.Kurasakan keringat yang mengalir di tubuhku, membuat kulit terasa lengket dan tidak nyaman.

Tanpa pikir panjang, aku mulai melepaskan pakaian olahragaku satu per satu. Celana trainingku terlepas pertama kali, kemudian diikuti oleh baju training olahraga yang basah oleh keringat.Aku merasakan detak jantungku berdegup lebih kencang saat aku melepas baju olahraga basahku.

Dalam keadaan telanjang, aku meraih handuk yang tergantung di samping pintu dan memulai ritual untuk mengeringkan keringat yang masih menempel di tubuhku.Dengan gerakan lembut, aku mengusap-usap bagian-bagian tubuhku yang masih basah dengan handuk, menikmati sentuhan lembut kain itu menyapu setiap tetes keringat.

Kulitku terasa hangat dan sensitif, merespons setiap gesekan handuk dengan getaran kecil yang menyenangkan.Sementara aku mengeringkan tubuhku, aku merenung tentang kejadian tadi. Pikiran itu masih mengganggu, tapi sensasi kenikmatan yang mulai merayap kembali membuatku mengalihkan perhatian.

Kurasakan sensasi hangat yang menyenangkan saat handuk menyapu perlahan-lahan di sepanjang leherku, turun ke bahu, dan menyapu melintasi payudaraku. Pernapasan menjadi sedikit lebih berat saat aku merasakan getaran sensasi yang menggelitik menyusuri bagian vagina di tubuhku.

Dengan gerakan yang terampil, aku meneruskan perjalanan handuk itu ke arah perutku, mengelilingi pinggangku, dan meluncur ke bawah lagi. Setiap sentuhan handuk terasa seperti belaian yang menggetarkan, membuat kulitku merindukan lebih banyak lagi.

Kurasakan diriku semakin terbuai oleh sensasi-sensasi itu, hingga akhirnya aku merasakan keringatku benar-benar hilang dan kulitku terasa segarSetelah aku selesai mengeringkan keringatku, masih dalam keadaan telanjang aku melangkah menuju kamar mandi.aku mengambil gayung dan mengisi bak mandi dengan air dingin dari keran.

Sambil memikirkan bahwa mandi dengan air dingin akan menyegarkan pikiran dan tubuhku, aku mengambil nafas dalam-dalam, siap untuk merasakan sentuhan dingin air di tubuhku.Kurasakan sensasi menyegarkan ketika air menyapu perlahan-lahan di sekitar payudaraku, membangkitkan kepekaan yang terpendam dalam diriku.

Ketika air mengalir melalui lekuk-lekuk tubuhku, payudaraku menonjol dengan indah, mengisyaratkan keanggunan alaminya. Putingku, yang biasanya lembut, kini mengeras dan merespons dengan getaran erotis, memancarkan kehangatan yang bertentangan dengan sensasi dingin air.

Dengan lembut, aku memegang botol sabun dan memulai proses menyabuni tubuhku. Menggosokkan sabun ke telapak tangan, aku mulai menghasilkan busa yang lembut dan harum.Dengan gerakan yang perlahan namun penuh perhatian, aku menyebar busa sabun di sepanjang leher dan bahu.

Aku merasa sentuhan tanganku menghasilkan sensasi yang menggairahkan di kulit sensitifku. Setiap gerakan memijat menghasilkan getaran kecil yang menyenangkan, membangkitkan rasa nikmat di tubuhku.

Kemudian, aku turunkan tanganku ke arah dadaku, mengusap busa sabun dengan lembut di sekitar payudaraku.Aku merasakan sensasi yang membuatku terhanyut, menghanyutkan aku dalam aliran kenikmatan yang memenuhi tubuhku.

ahh aku sange !!! tapi tidak !!! tidak !!!! dalam hatinya aisha harus bisa menahan hawa nafsunya karena sebentar lagi dia akan pergi bersama Nisa

Aroma harum sabun campuran dengan bau alami tubuhku, menciptakan atmosfer yang intim dan sensual di sekelilingku.Aku juga mengambil waktu untuk membersihkan rambutku dengan sampo yang harum. Aku merendam rambutku di bawah air,

Kemudian, aku tuangkan sedikit sampo ke telapak tangan dan mulai menggosoknya ke kulit kepala dengan gerakan lembut.Dengan perasaan nyaman dan penuh perhatian, aku membiarkan ujung jari-jariku meresap ke dalam kulit kepala, membersihkan dan menyegarkan setiap helai rambut.

Aku merasakan sensasi menyenangkan yang melanda tubuhku saat aku merawat diriku dengan cermat di kamar mandi yang tenang.Setelah selesai membersihkan tubuh dan rambutku, aku memutuskan untuk membersihkan wajahku.

Aku mengambil sedikit pembersih wajah yang lembut dan memijatnya dengan lembut ke kulit wajahku yang lembut.Aroma harum dari pembersih wajah itu mengisi udara, menciptakan suasana yang menenangkan di sekitar aku.

Aku mengamati wajahku di cermin, senyum kecil terukir di bibirku saat aku merasa puas dengan hasilnya. Dengan langkah mantap, aku meninggalkan kamar mandiSetelah selesai membersihkan tubuh dan wajahku, aku mengeringkan diriku dengan lembut menggunakan handukTanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku, aku merasa bebas dan nyaman dalam keadaan telanjang.Setelah itu, aku berjalan menuju meja rias di kamar yang sederhana ky.



Aku duduk dengan anggun di depan cermin,Membiarkan cahaya lembut dari matahari dari ventilasi kamar itu memancar dan menerangi wajahku. Aku memeriksa isi meja rias, mencari perlengkapan make-up yang kubutuhkan.Aku memilih bedak, lipstik, maskara, dan beberapa peralatan make-up lainnya.

Aku mulai mengaplikasikan bedak dengan gerakan lembut di seluruh wajahku, memberikan tampilan yang rata dan cerah.Kemudian, aku memilih warna lipstik yang sesuai dengan suasana hatiku hari ini, melukiskan bibirku dengan warna yang indah dan memikat.

Sambil memperhatikan setiap detail dengan cermat, aku melanjutkan dengan mengaplikasikan maskara untuk menonjolkan bulu mataku yang panjang.Setiap gerakan kuas mascara memberikan sentuhan yang dramatis pada mataku, menambahkan keindahan dan keanggunan pada tampilanku.Setelah selesai, aku melihat diriku di cermin dengan senyum puas.

Aku merasa lebih cantik dan percaya diri dengan tampilan yang baru saja kuciptakan.Setelah selesai merias wajahku, aku berdiri di depan lemari pakaian untuk memilih busana yang akan kugunakan hari ini.



Dalam keadaan masih telanjang, Namun, saat aku hendak mengenakan bra untuk menutupi payudaraku, aku teringat bahwa bra yang kumiliki kotor dan belum kucuci. akhirnya ku putuskan untuk tidak mengenakan bra aku mengambil gamis syar'i favoritku beserta hijabnya dari gantungan di dalam lemari.

Dengan hati-hati, aku memasukkan kaki ke dalam gamis syar'i itu, membiarkan kainnya melingkari tubuhku dengan anggun. Aku merasakan sentuhan lembut dan nyaman dari bahan kainnya yang berkualitas.Setelah itu, aku mengambil hijab dan membentangkannya dengan lembut di atas kepala.

Dengan gerakan terampil, aku melilitkan hijab tersebut dengan indah, memastikan penampilanku tetap sopan dan elegan.Hijab ini panjang nya sepinggang hingga tak akan ada yg tahu jika aku tak memakai bh dan semoga juga tak ada yg menyadariAku menutup gamis syar'i dengan sempurna, memastikan setiap lipatan kainnya terlihat rapi dan elegan.

Tak lupa aku mengenakan rok di bawahnya. Rok itu terbuat dari kain yang ringan dan longgar, memberikan kenyamanan saat digunakan sehari-hari.Meskipun aku tidak mengenakan bra, aku tetap merasa percaya diri dan cantik dengan penampilanku.

Aku mengambil dan memakai kaos kaki berwarna krem dan sepasang sepatu wedges hijau menghiasi kaki ku. Panjang kaos kaki itu setinggi lutut maka aku rasa tak perlu lagi memakai celana training dibalik rok ku Aku mengingatkan diriku sendiri bahwa kecantikan sejati tidak hanya terletak pada penampilan fisik, tapi juga pada kebaikan hati dan sikap yang sopan.Aku meninggalkan kamar menuju ke kamar Nisa.

Meskipun masih ada sedikit ketidaknyamanan karena tidak mengenakan bra, aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu dan fokus pada momen yang menyenangkan bersama temanku.

Aisha masuk ke dalam kamar Nisa dan secara tak terduga terpesona oleh kecantikan Nisa yang memukau.

Nisa mengenakan hijab dengan anggun, menambah kesan elegan pada penampilannya. Meskipun payudaranya tertutup oleh pakaian, Aisha tak bisa menahan keinginan untuk membayangkan bagaimana keindahan payudaranya yang lumayan ideal, menggiurkan untuk di remas.

Wajah Nisa terpancar kecantikan yang memikat. Kulitnya yang putih bersinar dan memberi kontras indah dengan hijab yang dikenakannya. Senyumnya yang lembut memberikan warna merona pada wajahnya, sementara bibirnya yang tipis memberikan kesan manis dan menggoda.

Mata Nisa begitu indah, dengan bulu mata lentik yang memberikan sentuhan dramatis pada pandangan matanya. Aroma wangi parfum yang tercium dari tubuhnya menambah daya tariknya, memikat hati siapapun yang berada di dekatnya.Nisa tampak begitu menawan, terutama dengan tambahan kacamatanya yang menambah kesan cerdas dan menarik pada penampilannya.

Kacamata itu memberikan sentuhan yang unik dan menonjolkan kecantikan wajahnya dengan lebih baik lagi.Aisha merasa terpesona oleh kecantikan Nisa, dan dia tidak bisa menahan senyum kagum saat memandang temannya itu.

bersambung....
 
Terakhir diubah:

DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 3 *Lunch*
Genre: Lesbian,21+,Eksibisinis,Fetish




Aku dan Nisa pergi ke Mall dengan mengunakan motor nisa,saat menaiki motor aku duduk menghadap depan. Ku naikan pelan rok ku dan ku pastikan kulit kaki ku yg mulus ini tak terlihat oleh orang lain yang bukan muhrim.

Kedua tangan ku menahan rok ku agar tak semakin naik sehingga aku tak bisa memegang handle yg ada dibelakang pantatku.Jok belakang yg sempit membuat posisi duduk ku hampir bersentuhan dengan punggung Nisa.

Aku berusaha menjaga jarak sejauh mungkin agar payudara ku tak menyentuh punggung Nisa kalau tidak maka Nisa akan tahu kalau aku tidak memakai apa apa di balik pakaian ini.

Sepeda motor pun mulai berjalan, nampaknya aku kembali terancam karena jalanan yg kami lalui ini berlubang sehingga kadang membuat tubuhku terdorong kepunggung Nisa dan menyebabkan payudara ku tergesek di punggungnya.

Terasa ada sensasi berbeda saat ku alami gesekan itu.Ohh tidak apakah Nisa tau? Aku harap agar jalan ini cepat sampai, namun sialnya seekor kucing berlari dijalan dan menyebabkan Nisa mengerem mendadak.Tubuhku terdorong dan kedua payudara ku yg mengeras tertekan sangat kencang di punggung Nisa. Aku mengigit bibir bawahku untuk menahan desahan ku.

Setelah beberapa saat akhirnya motor Nisa sudah memasuki parkiran mall, dan sudah terparkir manis, kamipun turun dari motor


"Ayok" ucap Nisa kemudian padaku, akupun mengangguk tanda setuju.,Lalu kamipun berjalan mencari toko es cream, aku berjalan disamping Nisa, mall cukup ramai, kulihat Nisa sesekali melirikku ku tutupi bagian dada ku dengan hijab ku karena aku khawatir Nisa tau kalau aku sedang tidak memakai BH


Tiba-tiba aku merasa tanganku disentuh oleh tangan lain, seketika aku melihat kearah tanganku, dan kulihat tangan Nisa sudah menggenggam tanganku dengan lembut.



Deg deg, aku merasa ada getaran samar lalu jelas dijantungku, apakah ini akibat tangan Nisa yang menggenggamku? Tapi kenapa? Nisa kan sama denganku, tapi kenapa sampai bisa membuat jantungku begini.

Saat aku sedang sibuk dengan fikiranku,kudengar Nisa bertanya."Disini saja yah?, sekalian makan siang" ucap Nisa.

"Iya boleh juga" jawabku menurut.



Tanpa kusadari Nisa sudah melepas tangannya dari tanganku, kenapa dilepas, mikir apa si aku. Aku kira Nisa akan membawaku ketempat yang hanya menjual es cream, tapi ternyata dia bilang sekalian makan siang, jadilah sekarang kami ditempat makan yang juga menyediakan es cream.

Kami mencari tempat duduk lalu memesan, selain makanan aku dan Nisapun ikut memesan es cream, kami menunggu pesanan Nisa sering kali kupergoki melirikku, membuatku penasaran saja.

aku khawatir Nisa mengetahui kalau aku tidak memakai bra,bisa gawat ini aku tidak mau Nisa tau aku yang orang alim sering menutup aurat aku tidak mau Nisa tau kalau aku seperti ini.

Pesanan datang, kamipun memakannya kulihat Nisa menatapku aku kira dia melihat payudara ku ternyata dia menatap mata ku, lalu menyendok es creamnya, dan mengarahkanya kemulutku tanpa bicara, ya Tuhan... maksudnya dia menyuapiku....


Ya Tuhan, Nisa beneran menyuapiku, ntah sadar atau tidak akupun membuka mulutku, menerima suapannya, kulihat Nisa tersenyum tipis, lalu menyendok kembali es creamnya, dan memasukanya kemulutnya, bibirnya kenapa jadi begitu menggoda hanya karna makan es cream.

Tuhan sepertinya otakku semakin rusak, sejak kapan aku tergoda dengan bibir seorang gadis, ini benar-benar gila. Sendok itukan bekas dia nyuapin aku, kok Nisa ga jijik, ah Nisa kenapa dia terlihat semakin manis saja.

"Apa mukaku aneh?" Pertanyaan Nisa membuyarkan fikiranku

."Apa, kenapa tanya begitu?" Jawabku bingung.

"Kamu ngeliatin akunya gitu banget" jawab Nisa kalem.

"Emang iya?" Aku malah bertanya.

"Nggak apa-apa kok, Nis. Aku cuma sedikit terpesona aja sama kamu tadi," jawab ku mencoba meredakan kecanggungannya.

"Apa, terpesona? Kenapa?" tanya Nisa dengan rasa ingin tahu yang terpancar dari matanya.

"Eh, bukan apa-apa, sih" Jawab aku

Kedua gadis itu menundukkan pandangan mereka dengan malu, seperti bunga yang merunduk di bawah sinar matahari yang terlalu terang.Wajah Aisha merona merah membara, pipinya memerah seperti buah ceri yang matang Sementara itu, Nisa juga tak luput dari reaksi serupa.

Wajahnya yang sebelumnya tenang dan anggun kini dipenuhi dengan ekspresi malu yang mempesona. Pipi Nisa yang mulus juga tersapu warna merah muda yang lembut, menciptakan kontras yang menarik dengan kulit putihnya.Matanya yang indah terlihat sedikit berbinar-binar, menunjukkan kepolosan dan kelembutan hatinya.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, mereka berdua akhirnya mengangkat pandangan mereka secara perlahan, bertemu lagi dalam pandangan yang penuh arti.Senyuman tipis terukir di bibir mereka.

"Tadi pagi kamu olahraga ya ?" tanya Nisa yang memecahkan keheningan diantara mereka berdua

"Iya Nisa" sahut aku."Oh, gitu. Biasanya kan kamu nggak gitu suka olahraga, jadi aku jadi penasaran aja," kata Nisa sambil mengangguk mengerti.

"Aku mau cerita nih, sebenarnya aku punya impian buat punya tubuh yang ideal. Aku mau ikutan audisi model di kampus, tapi rasanya masih jauh banget dari target yang aku pengen," ucap Aisha pelan, menatap Nisa dengan harapan.

"Oh wow, seriusan? Itu keren banget, Aisha! Aku juga sebenernya sudah daftar untuk ikutan audisi model, cuma belum cerita ke siapapun.

"Serius? Wah kok sama ya jangan jangan kita jo...." jawab Aisha dengan senyum yang merekah.

"maksudnya gmn Aisha ??" tanya Nisa

"Oh, enggak kok, enggak," potong ku, sambil tersenyum malu-malu.

"Trus gimana perkembangannya?" lanjut aku mengalihkan pembicaraan.

"Aku sih udah lolos seleksi kecantikan dan juga body goal, jadi tinggal nunggu tanggal audisinya saja," kata Nisa.

"Enak ya kamu, Nisa. Kalau aku sih harus membentuk badanku agar sesuai persyaratan," jawab aku.

"Oh, jadi itu alasan kamu harus olahraga intens ya?" tanya Nisa.

"Iya, terutama berat badanku masih kurang dan juga pantat, lingkar pinggang, dan payudaraku," jawab aku.

"Hmm, coba aku terapi pijat agar bisa membentuk tubuhmu biar kencang dan sexy," kata Nisa.

"Pijat?" tanya aku terkejut.

"Iya, lagi pula kan aku kuliah di bidang kedokteran, jadi aku tahu teknik-tekniknya. Yah, walaupun aku bukan orang berada sih, dan itupun aku bersyukur bisa mendapat beasiswa," jelas Nisa."|

Oh, iya juga ya, kan kamu ahlinya," ucap aku sambil tersenyum lega.

"Oh ya, dimana motor kamu? Perasaan kamu punya motor ya?" tanya Nisa.

"Sudah aku jual untuk biaya kost, makan, dan untuk operasional membentuk tubuh idealku," jawab aku.

"Lah, trus bukannya kamu dibayai sama orang tua mu ya?" tanya Nisa.

"Orang tua ku sedang bangkrut dan tidak sanggup membiayai kuliah aku, akhirnya aku jual motor kesayangan aku," jawab aku dengan suara terasa berat.

"Ya ampun, kasihan. Coba kamu kerja sambilan di bimbel milik tante aku, tempatnya tidak jauh dari kost kita. Lagian, bimbel tante ku butuh guru bahasa Inggris, toh kamu kan jago bahasa Inggris kan?" kata Nisa, menawarkan sebuah solusi.

"Oh, ya Allah, kamu baik-baik, Nisa," jawab aku dengan senyum terharu.Dia selalu begitu perhatian, begitu peduli terhadapku. Setiap detik bersamanya membuatku merasa dihargai dan diperhatikan, sesuatu yang jarang aku rasakan sebelumnya.

Dalam dirinya, aku melihat lebih dari sekadar kecantikan fisik. Nisa adalah perpaduan sempurna antara keanggunan dan kebaikan hati. Setiap kali dia tersenyum, sepertinya seluruh dunia menjadi lebih cerah.


Aku merasa kaget ketika tiba-tiba payudara kanan ku terasa seperti ada semut yang menggigitku. "Aduh, apa ini?" ucapku dalam hati sambil memegang payudaraku.

"Bentar ya, aku mau ke toilet dulu," ucapku sambil berusaha menjaga ketenangan.

Dengan langkah tergesa-gesa, aku bergegas menuju toilet untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan tubuhku

Sesampainya di toilet, aku memutuskan untuk menaikkan baju gamisku. Namun, aku terkejut dan merasa tidak nyaman saat menemukan bahwa payudaraku digigit oleh semut kecil. Ketika aku mengusap bekas gigitan semut di payudaraku, sensasi itu membuatku terangsang.

Aku mulai memijat-mijat dan meremas-remas payudaraku dengan lembut, dan putingku yang sudah tegang semakin dipilin-pilin. Desahan kecil mulai terlepas dari bibirku, dan aku merasa semakin terpancing dalam rangsangan yang tidak terduga ini.

Perasaan terkejut dan tidak nyaman berubah menjadi sensasi erotis yang tak terduga. Aku melupakan kehadiran semut kecil tadi, terbuai dalam kehangatan dan kenikmatan yang aku rasakan saat meremas payudaraku yang sensitif.

Vagina ku mulai berkedut akhirnya ku plorotkan celana dalam ku hingga paha ku dan aku melihat vagina ku mulai basah dan jemari ku mulai bermain main disela sela lubang kenikmatan itu. aku terus mengelus vagina ku dengan jemari ku dengan pelan dan menggigit bibir ku agar tak terdengar desahan kenikmatan ku. apa yang terjadi, aku bermasturbasi di toilet umum.


Bagaimana jika ada yang mengintip seorang akhwat berpakaian syari dan yang kelihatan sangat alim ini sedang menikmati masturbasi nya. Tangan ku bertumpu pada tembok toilet dan tangan satunya meraba raba klitorisku.

Rasanya lebih nikmat daripada masturbasi di kosan, sensasi nya terasa lebih menantang. Ku lepaskan celana dalam ku yang sedari tadi masih menggantung di tengah paha ku. karena nafsu yang begitu merajai, aku nekat melepas semua pakaian ku didalam toilet umum ini yang berukuran nya 1.5 m x 1.5 m itu. ku gantungkan pakaian ku di gantungan yang sama tempat aku menggantung celana training ku.

. Kini aku telah telanjang bulat didalam toilet dan memuaskan diriku dengan sepuas puasnya tanpa mengingat lagi berapa banyak orang yang lalu lalang didepan pintu toilet ini, kecuali kaus kaki selutut dan sepatu krem inilah yang menjadi penutup tubuhku.

Gosokan demi gosokan jemari ku nikmati sedalam mungkin sambil vagina ku berdenyut pertanda aku telah dekat pada orgasme. Dan ku percepat gosokan tangan pada vagina ku dan akhirnya aku orgasme. Orgasme pertama yang ku alami ditempat umum. Kaki ku terasa lemas dan aku terduduk di lantai toilet yang kotor itu.

Tiba-tiba terdengar beberapa suara laki-laki yang masuk ke dalam toilet ini. Aku pun terkejut bukan kepalang saat menyadari bahwa aku telah salah masuk toilet bukan masuk toilet cewek tapi malah masuk toilet khusus cowok.

Laki-laki pertama bersuara, "Eh, kayaknya tadi ada cewek masuk ke kamar mandi ini?"

Namun, laki-laki kedua dengan tegas menyangkal, "Ah, mana mungkin ada cewek masuk toilet cowok?"

Aku merasa gemetar ketika mendengar percakapan mereka. Suasana mulai terasa mencekam ketika laki-laki pertama berbicara lagi, kali ini dengan nada mesum, "Kalau emang ada cewek di toilet ini, mau kita apain?"

"Lha ya kita perkosa lah, kita pake rame-rame," jawab laki-laki pertama dengan nada kasar, diikuti dengan gelak tawa yang merindingkan dari kedua laki-laki tersebut.

Aku merasa kepanikan memenuhi diriku. Segera aku menyadari bahwa bilik toilet ini memiliki celah di kaki pintunya. Jika ada yang mencoba mengintip, mereka pasti akan tahu ada seseorang di dalamnya.

Tanpa ragu, aku menaikkan kaki dan duduk di atas kloset, menghadap pintu bilik dengan kedua kaki terbuka lebar, seolah-olah memamerkan vagina yang terbuka begitu indah. Posisiku seakan meminta kepada mereka untuk memasukkan batang penis mereka berdua.

Laki-laki pertama bersuara, "Coba kita cek itu bilik toiletnya."

Laki-laki kedua dengan semangat menjawab, "Ide bagus tuh, siapa tahu ada beneran orang di dalam, kita bisa perkosa rame-rame. Hahaha."

Degupan jantungku semakin cepat mendengar percakapan mereka. Apakah aku akan berakhir menjadi korban perkosaan oleh mereka berdua? Aku hanya bisa berdoa pada Allah agar aku selamat dari bahaya yang mengintai.

Bilik toiletku berada di paling pojok, langsung menghadap pintu utama kamar mandi. Di sebelahku ada dua bilik lainnya, dan tepat berbatasan dengan kloset berdiri yang biasa digunakan laki-laki untuk buang air kecil.

Kedua lelaki itu mendongak, mencoba melihat ke bawah bilik toiletku.

"Lihat, kayaknya gak ada orang di dalam," ucap laki-laki pertama.

"Iya, tidak ada penampakan kaki di bilik toilet itu," timpal laki-laki kedua.

Namun, ketakutanku semakin merayap ketika mendengar pertanyaan laki-laki pertama, "Eh, tapi jangan-jangan wanita itu tahu kalau kita sedang berencana memperkosanya dan dia menyadarinya?"

Laki-laki kedua menghela nafas, "Hm, kalau dia menyadarinya, dia akan mengangkat kakinya agar tidak ketahuan oleh kita."

Perasaanku mulai terkoyak oleh ketegangan. Apakah aku harus mengangkat kaki untuk menyelamatkan diriku? Aku berharap tidak, tapi saat yang tidak diinginkan semakin mendekat.

"Laki-laki 1: Ayo, kita buka aja pintunya."

"Laki-laki 2: Ide bagus."

Kedua lelaki itu dengan cepat membuka bilik pertama, dan ternyata kosong. Kemudian, mereka membuka bilik kedua, dan hasilnya juga sama, kosong.

Hatiku berdegup kencang saat menyaksikan mereka membuka bilik pertama dan kedua. Sekarang, hanya bilikku yang tersisa. Aku merasa panik semakin merayap dalam diriku, ketakutan akan apa yang mungkin terjadi semakin mendominasi pikiranku.

Wah, kayaknya tinggal 1 bilik nih," kata pria 1.

Mereka pun mencoba membukanya, namun ternyata bilik itu dikunci dari dalam.

"Ini nih, kayaknya orangnya ada di sini," kata pria 1.

"tok tok tok tok , hallo, ada orang di dalam?" ujar pria 2, memukul pintu bilik.

"Hellooo?" tambahnya.

"Percuma kita cari tahu, udah kita langsung dobrak aja kan, kita perkosa rame-rame," kata pria 1 dengan nada kasar.

Namun, pria 2 menahan langkah mereka, "Eh, jangan, ini masih di tempat umum, juga banyak orang yang berlalu-lalang di depan toilet ini, bisa berbahaya nanti kita."

"Iya juga ya," sahut pria 1.

"Mending kita tutup dulu pintu utama toilet untuk menutup akses masuk. Salah satu dari kita akan mendobrak bilik ini. Kalau gadis itu memang ada, jangan kita perkosa rame-rame, tapi kita perkosa secara bergiliran. Salah satu berjaga-jaga di pintu utama, sedangkan yang lainnya memperkosa gadis ini setelah lemas, kemudian gantian," usul pria 2 dengan liciknya.



Dalam posisi yang terjepit di dalam bilik toilet, Aisha merasakan gelombang kesedihan dan ketakutan melanda dirinya. Air mata tak terbendung lagi mengalir dari matanya yang penuh ketakutan. Hatinya hancur oleh ketidakpastian akan nasibnya yang tidak diketahui.

Dengan gemetar, tubuhnya terasa lemah dan rapuh dihadapkan pada situasi yang menakutkan ini. Dia merasa seperti ditinggalkan di tengah badai tanpa bantuan atau perlindungan. Ketidakpastian akan apa yang akan terjadi selanjutnya memenuhi pikirannya, menyisakan rasa putus asa dan kehampaan yang mendalam.



Apakah keperawanannya akan direnggut oleh dua orang asing yang tidak dikenalnya ini?|


bersambung....
 
Terakhir diubah:
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 4 "Survive"
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis,Fetish

-----------------------------------------------------




Dalam posisi yang terjepit di dalam bilik toilet, Aisha merasakan gelombang kesedihan dan ketakutan melanda dirinya. Air mata tak terbendung lagi mengalir dari matanya yang penuh ketakutan. Hatinya hancur oleh ketidakpastian akan nasibnya yang tidak diketahui.

Dengan gemetar, tubuhnya terasa lemah dan rapuh dihadapkan pada situasi yang menakutkan ini. Dia merasa seperti ditinggalkan di tengah badai tanpa bantuan atau perlindungan. Ketidakpastian akan apa yang akan terjadi selanjutnya memenuhi pikirannya, menyisakan rasa putus asa dan kehampaan yang mendalam.



Apakah keperawanannya akan direnggut oleh dua orang asing yang tidak dikenalnya ini?

tiba tiba terdengar suara tuinggg....!!!! tuingggg.....!!!! tuinggg ....!!!!

Suara alarm kebakaran yang tiba-tiba mengisi ruangan bilik toilet tersebut tidak hanya memecah keheningan, tapi juga mengirimkan gelombang ketakutan yang mengguncang Aisha dan dua orang asing yang berada di dalamnya.

Awalnya, suara alarm itu muncul sebagai gemerisik rendah yang terdengar jauh di kejauhan, namun segera berkembang menjadi dering yang nyaring dan menakutkan.

Bunyi sirene yang berulang-ulang itu menciptakan suasana yang terasa seperti terjebak di dalam aliran suara yang tak berujung, menusuk telinga dengan kekuatan yang menggemparkan.

Setiap nadanya menggema di dinding-dinding bilik toilet, menciptakan resonansi yang membuat hati berdebar-debar dengan ketakutan yang tak terkendali.

Bagi Aisha dan kedua orang asing tersebut, suara alarm itu menjadi seruan keberangkatan darurat, sebuah panggilan untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang mengancam.

Mereka merasakan getaran gelombang suara yang memenuhi ruangan, mengingatkan mereka pada kenyataan mengerikan bahwa gedung mall tempat mereka berada mungkin terancam oleh kebakaran yang membahayakan nyawa mereka.

Dalam momen itu, ketakutan mereka bergabung dalam kekacauan suara yang melanda, membuat mereka merasa terjepit di antara rasa panik dan keputusasaan. Suara alarm kebakaran itu menjadi pengingat keras bahwa nasib mereka sekarang bergantung pada keputusan cepat dan tindakan bersama untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang mengintai.



"Waduh, gawat! Ada kebakaran! Kita harus segera kabur!" ucap Pria 1 menyadari situasi darurat

"Iya nih,. Padahal kita mau dapat memek." Pria 2 menjawab dengan nada kecewa

"Dasar mesum, loe! Di saat keselamatan kita yang paling utama!" tegur Pria 1 dengan keras,


Tanpa ragu, keduanya segera berlari meninggalkan Aisha sendirian dalam bilik toilet.

Tiba-tiba, asap mengepul memasuki ruangan kamar mandi, menyelimuti udara dengan cepat. Aisha terkejut oleh penampilan mendadaknya dan mulai batuk-batuk saat dia berusaha menghirup udara segar. Asap itu menyebabkan matanya berair dan napasnya terasa sesak, membuatnya merasa semakin terjebak dalam situasi yang mencekam.




Tiba-tiba, dengan suara "bruakkkk", pintu bilik toilet tempat Aisha berada dihantam dan terbuka dengan kasar. Di balik pintu, terlihat sosok Nisa, sahabatnya, dengan tatapan cemas dan napas terengah-engah. Wajahnya memancarkan kekhawatiran yang mendalam

"Aisha, kamu tidak apa-apa?" ucap Nisa dengan suara terengah-engah, sambil menatap Aisha dengan tatapan khawatir yang dalam. Rasanya napasnya tersengal-sengal akibat dari berlari dengan cepat untuk mencapai Aisha.



Namun Nisa terkejut melihat penampilan Aisha, Aisha bertelanjang bulat sambil kakinya mengangkang memperlihatkan vagina indahnya membuat mata nisa terbelalak terkejut atas pemandangan tersebut

"Ayo cepetan bajunya di pakai dulu" ucap Nisa

Aisha yang baru menyadari bahwa dia bertelanjang, merasa malu. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa gadis yang selalu menjaga auratnya sedemikian rupa bisa telanjang bulat di depan Nisa, sahabatnya.


Namun, tidak ada waktu untuk memikirkan rasa malu saat ini. Nyawa mereka berdua bergantung pada keputusan dan tindakan cepat yang harus diambil.

Dengan gerak cepat, Aisha segera mengambil gamisnya dan memakainya kembali dengan canggung, mencoba menutupi tubuh telanjangnya. Tanpa berlama-lama, dia berlari bersama Nisa, langkah mereka berdua dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran, menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang mengintai.


Saat mereka berdua berlari dari mall yang dipenuhi asap, suara "uhukkk uhukk uhukkk" terdengar di antara batuk-batuk mereka.

Napas mereka tersengal-sengal dan sesak karena udara yang terasa semakin terbatas akibat asap yang tebal. Keadaan tersebut semakin memperparah situasi, membuat mereka merasa semakin terjebak dalam bahaya yang mengancam nyawa mereka.


Setelah melewati perjuangan yang sangat berat, dengan napas tersengal-sengal dan langkah-langkah yang gemetar, mereka akhirnya berhasil keluar dari mall yang berbahaya itu.


Udara segar di luar terasa seperti anugerah, menyelamatkan mereka dari udara beracun di dalam gedung yang terancam kebakaran. Dengan lega, mereka memandang langit biru di atas kepala mereka, merasa syukur karena berhasil lolos dari situasi yang mematikan.

"Nisa, kenapa ya? Kok penglihatanku menjadi semakin gelap?" ujar Aisha dengan nada panik, mencoba memahami apa yang terjadi pada dirinya.

"Aisha, kamu tidak apa-apa? Oiii?" Nisa memanggil Aisha dengan cemas, mencoba membangunkannya dari keadaan yang semakin memburuk.

Tiba-tiba, tanpa aba-aba, Aisha pingsan tepat di depan mall besar yang sedang terbakar tersebut. Tubuhnya limpah dan tak berdaya di tanah, meninggalkan Nisa dalam kepanikan dan kebingungan yang mendalam.

Apakah yang terjadi pada Aisha? Dan apa yang menyebabkan Aisha pingsan ?

Dengan hati berdebar-debar, Nisa segera mengeluarkan ponselnya dan dengan gemetar mencoba menelepon ambulans. Jantungnya berdegup kencang, mencoba menahan kecemasan yang melanda pikirannya saat ia berbicara dengan operator darurat, menjelaskan kondisi Aisha yang tiba-tiba pingsan di depan pintu keluar mall besar tersebut.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara sirine yang mendekat, dan akhirnya, ambulans datang. Lampu merahnya berkedip-kedip dengan tergesa-gesa saat mobil tersebut memasuki area depan mall. Para petugas medis dengan cepat keluar dari mobil, membawa peralatan dan tandu yang diperlukan.

Nisa segera menghampiri mereka dan mengarahkan mereka ke tempat Aisha tergeletak. Dengan cermat, para petugas medis segera memeriksa kondisi Aisha dan membawaannya dengan hati-hati ke dalam ambulans. Mereka bekerja dengan cepat dan profesional, siap untuk memberikan perawatan yang diperlukan selama perjalanan menuju rumah sakit.


"Sepertinya Aisha sedang mengalami sesak nafas karena terlalu banyak menghirup asap kebakaran," ucap Nisa dengan suara gemetar kepada petugas ambulan, mencoba menjelaskan situasi yang sedang dihadapi temannya.

Dia melihat ke arah Aisha yang tergeletak dengan wajah pucat dan napas yang terengah-engah. Hatinya berdebar keras, takut akan kondisi Aisha yang semakin memburuk. Dia berharap petugas medis dapat memberikan perawatan yang diperlukan untuk membantu temannya mengatasi sesak nafas dan membawanya kembali ke kondisi yang stabil.

Dengan cermat, petugas medis bersama Nisa mulai menangani Aisha , tentu saja Nisa mampu melakukan tugas tersebut karena dia adalah seorang mahasiswi kedokteran yang lumayan pintar

Petugas Medis bersama Nisa memeriksa tanda-tanda vital Aisha, memberikan oksigen melalui masker, dan memasang infus untuk memberikan cairan intravena. Sementara itu, mereka juga terus memantau jalan napas Aisha untuk memastikan bahwa dia dapat bernapas dengan bebas.

Alat-alat yang mungkin digunakan oleh petugas medis ambulans termasuk oksigen portabel, monitor tanda-tanda vital, infus, dan peralatan untuk pemantauan jalan napas seperti selang oksigen dan alat bantu pernapasan mereka manfaatkan dengan baik dan benar untuk menangani kondisi Aisha


Di dalam ambulans, Aisha mendapat perawatan yang terus-menerus dari petugas medis yang berdedikasi. Mereka terus memantau kondisinya dan memberikan perawatan yang diperlukan selama perjalanan menuju rumah sakit.

Meskipun perjalanan itu penuh dengan ketegangan dan kecemasan, akhirnya mereka tiba di rumah sakit Aisha segera dibawa masuk untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut di dalam UGD

Nisa menunggu di depan ruang tunggu Unit Gawat Darurat dengan perasaan panik yang tak terkendali. Hatinya berdebar keras, dan setiap detik terasa seperti waktu yang tak berkesudahan. Dia memandang jam di dinding, mencoba menekan rasa cemas yang meluap-luap di dalam dirinya.

Sambil duduk di kursi yang keras, pikirannya terus melayang pada Aisha, temannya yang sedang berjuang untuk hidupnya di dalam ruangan UGD. Dia mempercayakan segala harapan pada tim dokter yang sedang berusaha keras menyelamatkan Aisha. Meskipun rasa gelisah melanda, dia mencoba untuk tetap tenang dan berdoa agar Aisha segera mendapatkan pertolongan yang tepat dan pulih kembali.

Tiba-tiba, pintu ruang UGD terbuka dan seorang dokter keluar dengan langkah tergesa-gesa. Dia menemui Nisa yang duduk di ruang tunggu dan memanggilnya dengan nada serius. Nisa menatap dokter itu dengan tatapan penuh ketegangan, hatinya berdebar keras saat dia mencoba membaca ekspresi wajah dokter.

"Dokter, bagaimana kondisi Aisha?" tanya Nisa dengan suara gemetar, mencoba menahan kecemasan yang melanda dirinya.

Dokter itu mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang membuat Nisa terkejut



bersambung........
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd