Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)

Om twerus om...... Bikin aku jatuh cinta

:mantap::nfr:

iya ini lebih ke FR aku yg bikin via cerita huhuhu

Semakin kesini davina semakin liar yah hu, flashbackin lagi dong....... Hu

nanti deh, lebih enak ceritain present. kan udah itu flashback incest

Permamian dan peromoman buaaanyak banget
Brondong eh endi iki? Mami² lebih suka berondong loh... Keriput vs kinclong ;)

berondong muda krenyes krenyes? ada, cuma belum aku ceritain aja. :rose:

Diulang berkali-kali semakin enak cerita nya. Semakin mengerti kisah diary kamu sis 🤗
Diary yang penuh warna, romantika, action, rape, incest, lebians.. Dll

Mantul deh.. Perlahan lahan semakin matang penyampaian nya..
Lancrot kan sis.. 😘

iya makasih kk. udah lumayan bisa bikin cerita 3000 kata ini 1x posting uhuhu.
iya macem-macem, byk sih yg pengen kuceritain.

Hampir crott. Wkwk

heeee suka cerita teteh teteh terapis ya huhuhuhu :hati:
cobain atuh ke rekomendasi spa di forum ini regional kk

Bener2 unik ceritanya, lengkap pula adegannya ada vanilla sex, pemaksaan, bdsm & lesbian.

iya makasih kk. semoga seneng baca diary aku.
karena ini dari pengalaman seks aku. pengalaman gangbang belum ada jadi jgn berharap itu ada di ceritaku utk sekarang. :rose:

----------
makasih juga kk kk yg lain yg udah mampir ninggalin jejak :klove:
 
Davina itu siapanya ts sih?
Kok detail banget pengalamannya
Boleh di ajarin nggak akunya
Davina ya aku sendiri. pengalaman yg ditulis pengalaman aku.
aku tulis semi-fiction karena nama tokoh-tokohnya aku samarin :hati:
diajarin gimana?
 




Di daerah Kabupaten Bandung Sapan, Majalaya, aku sedang nongkrong di rumah salah satu keluarga yang biasa dipakai tempat ngumpul anak-anak. Pada bagian garasi belakang dipakai untuk memperbaiki motor. Bukanlah bengkel resmi, tetapi ada beberapa motor yang dikerjakan untuk dimodif atau diperbaiki. Terdapat beberapa meja dan kursi pada halaman terbukanya setelah pintu gerbang besi geser di depan. Teh Rina yang juga membuka warung kopi kecil di rumah ini + Hot spot gratis membuat tempat ini sering dikunjungi oleh orang untuk sekedar duduk mengobrol.

Aku yang datang membawa motor Honda Beat Hitam Tahun 2008 milik papa, duduk menikmati lemon tea dingin sambil bermain HP di bagian tempat duduk dalam yang berada di dalam rumahnya; sebagian rumahnya dibuka untuk jadi tempat duduk pelanggan. Aku menyimpan jaket kulit hitamku pada kursi di sampingku. Rambut cokelat pirangku yang bergelombang belah tengah panjang tergerai bebas sebagian menutupi dadaku yang mengenakan camisole katun putih tanpa daleman bra, sedangkan kakiku memakai celana kulit hitam panjang ketat membentuk pantatku bulat yang memiliki model zipper putih.

Tidak jauh dariku di sana aku melihat seorang pemuda yang selalu ada saat aku mampir ke tempat Teh Rina ini. Bukan bagian dari keluargaku, dia hanya pelanggan warung kopi biasa yang sering duduk di sini bermain game mobile legend bersama teman-temannya. Hari ini dia terlihat sendirian tanpa teman, wajahnya babak belur memar pada pipi dan keningnya. Dalam kondisi seperti itu yang harusnya pergi ke rumah sakit, dia malah di sini bermain game menggunakan HP-nya sambil minum pop Ice cokelat dingin dan memesan mie telor kuah panas.

“Vin, sini ikut Om Ricky,” seru Om Ricky menggunakan singlet putih. Kumis dan janggutnya berantakan rambutnya juga gondrong tapi dimodel ke belakang diikat karet gelang. Aku mengikutinya yang sebelumnya sibuk di lantai atas rumah ini, berjalan bersamanya menuju garasi belakang. Selain motor lain seperti Ninja 250R Hijau dan Honda Beat Karburator yang dimodif racing, aku melihat motor hitam pendek disitu. Harley Davidson Night Rod Special, motor yang memiliki kapasitas mesin 1.247 cc, memiliki berat sekitar 302 kg, dengan kapasitas tangki bensin 18.9 liter.


“Ini surat-suratnya,” seru Om Ricky sambil memberikan surat-surat motor itu padaku, “Aku?” heranku. “Permintaan Barata, lagian Rizal udah gak bisa pake lagi,” jawabnya. Ya, aku pernah mendengar tentang Om Rizal dan Om Barata dulu saat masih muda. “Kamu bisa bawa motor kopling kan?” tegurnya lagi padaku. Aku mengangguk tersenyum, “Ia sudah sama papa,” jawabku. “Cuma jangan dipake harian, nanti diminggirin polisi mau ke mana ditanya,” peringatnya lagi, iya aku ngerti itu. Moge seperti ini tidak bisa sembarang bawa. “Biar nanti Beat papamu Om yang anter ke rumah aja,“ serunya lagi sambil aku akhirnya bertukar surat motor. “Hati-hati Om, itu papa sayang banget sama Honda Beat-nya” ujarku. Om Ricky tertawa terbahak-bahak, “Tenang aja selingkuhannya ini gak akan om macem-macemin, cuma dipake aja keliling bandung.”

Aku duduk lagi pada mejaku memesan lagi minuman dingin pada Teh Rina, kali ini es jeruk. Kulihat di sana, teman-teman dari pemuda babak belur itu sudah ada menemaninya 3 orang. Kudengar sedikit obrolan mereka yang tidak bisa membantunya sehingga dikeroyok seperti itu. Saat Teh Rina dengan pakaian sport yoga, bra olahraga memperlihatkan pusarnya dan legging olah raga yang mencetak bentuk pinggul-paha-serta kakinya, tiba mengantarkan minuman padaku, aku memberanikan diri bertanya, “itu yang wajahnya memar habis dipukulin namanya siapa?” tunjukku, membuat Teh Rina melirik. “Oh Bagas itu, baru lulus SMA dia, gak kuliah kerjaan di sini main game aja tiap hari sampai maghrib.”

“Ohh Bagas ya,” ujarku masih memandanginya dari jauh. “Samperin aja Davina, klo kamu tertarik,” goda tetehku itu, “ihh apa sih teh,” jawabku agak sewot.

Di Hari lain ketika aku mampir ke tempat Teh Rina dan Om Ricky lagi, aku melihat Bagas dibawa teman-temannya itu sambil diseret, “Teh tolong teh!!” ujar teman-temannya itu kelabakan. Teh Rina sontak kaget sambil berteriak memanggil Om Ricky untuk membantu Bagas yang terluka akibat dipukuli. Lagi-lagi dia dihajar orang. Bagas di dudukkan di salah satu meja outdoor, sedangkan temannya yang ngos-ngosan itu diberikan minum oleh Om Ricky. Dengan cekatan Teh Rina mengobati luka sobek di wajahnya yang berdarah menggunakan alat pertolongan pertama. “Mun arurang teu datang, paeh maneh (Kalau kami tidak datang, mati kamu),” seru temannya itu kepada Bagas.

“Masalah apa sih!!” marah Teh Rina berusaha mencari tahu kenapa. Dijelaskanlah oleh temannya itu, ternyata temen satu sekolah Bagas perempuan berhijab, diperkosa oleh beberapa pemuda. Bagas ini berusaha ngasih pelajaran kepada orang-orang itu yang ternyata salah satunya adalah adik dari anggota ormas. “Lu harus tahu posisi lu, bukan jadi jagoan. Lapor polisi aja!” kecam Teh Rina sambil mengobati Bagas yang mendesis aduh aduh.

Selang beberapa lama, tetehku kembali sibuk di dapur. Bagas dibiarkan duduk sendirian sambil diberikan es pada plastik untuk disentuhkan kepada luka di wajahnya. Teman-temannya duduk di meja sebelahnya dan ada yang sedang memesan minuman juga. Aku kemudian memberanikan diri berjalan dan duduk di sampingnya. Masih mengenakan setelan sama seperti hari sebelumnya, camisole katun putih dan celana kulit hitam ketat, aku bertanya padanya “Aku Davina, kamu Bagas ya?” ujarku yang dibalas balik heran oleh pemuda ini yang masih lebih muda 7 tahun dariku.

Aku berusaha mengontrol pembicaraanku dengannya, berbicara dari hal yang simpel untuk menariknya terbuka dan mau berbicara padaku. Skill yang diajarkan Mama Lara padaku agar bisa menemani om-om sebagai Lady Escort. Agak sulit karena kulihat pemuda ini introvert yang biasanya punya self defense untuk menjaga urusannya sendiri tidak ingin disentuh orang. “Lain kali mungkin kamu akan dikeroyok lebih parah masuk rumah sakit. Jangan jadi jagoan, penjahat di luar sana itu lebih kejam,” usahaku untuk membuatnya mengerti.

“Aku tidak peduli kalau mereka punya bekingan.”

“Salah, kamu juga harus punya bekingan kalau ingin nyeleseiin masalah ini,” tutupku. Kuteleponlah kakak Bimo lewat HP. Aku yang masih duduk di sampingnya yang terluka, berbasa-basi pada kakakku itu sebelum kemudian aku meminta pertolongan padanya. “Kabupaten ya? oke 30 menit kakak nanti sampai di sana,” ujar Kak Bimo padaku yang kubalas dengan kalimat terima kasih.

Aku kemudian melirik Bagas. “Nanti kamu bayar teteh dengan cara lain. Sekarang Teteh Davina bakalan bantu kamu dan beresin hal ini supaya gak berkepanjangan.”

Hampir melewati satu jam kurang baru Kakakku Bimo datang. Aku menyambutnya dan memesankan minuman teh dingin untuknya. Aku jelaskan padanya yang duduk sambil kehausan, bahwa ada pemuda yang diarah dikeroyok oleh kelompok yang punya bekingan ormas. Kujelaskan tentang masalah perkosaan teman perempuannya yang dijawab membuang nafas oleh Kak Bimo “Sembrono, kalau gak punya power jangan bertindak diluar hukum,” serunya. Kak Bimo lalu bangkit dari kursinya mendekati Bagas yang sekarang duduk ditemani teman prianya. Mereka agak takut karena Kak Bimo menghampiri mengenakan rompi motor M.C.

“Hayuk temuin orang-orang yang gebukin lu itu, gua temenin,” singkat kakakku, yang dibalas muram oleh teman-teman Bagas dan juga Bagas yang diam saja. Kak Bimo kemudian menelepon seseorang sambil berdiri. “Den, ieu urang aya masalah. Urang ngadatangan sorangan, mun aya nanaon ka urang, maneh jeung barudak turun. Kuurang shareloc mun ges di tempat. (Den, ini saya ada masalah. Aku ngedatangin sendiri, jika ada apa-apa sama saya, kamu dan anak-anak yang lain turun. Sama saya nanti share lokasinya kalau sudah di tempat).”

Kak Bimo menyuruh mereka berdiri dan pergi sekarang. Ditanya di mana anak-anak itu nongkrongnya? Karena tidak jauh dari sini, kak bimo berjalan bersama mereka meninggalkan Motor Merah RX King-nya di tempat Teh Rina.

Lama sekali aku menunggu mereka pulang sampai akhirnya aku bantu Teh Rina di dapur karena mulai banyak pelanggan memesan minum di tempat ini sambil mengobrol dengan temannya. Aku yang melepaskan jaket kulitku, hanya memakai camisole katun putih tank top di badanku, banyak dilirik oleh pemuda-pemuda ini. Bukan pramusaji sebenarnya tapi kubantu mengantarkan pesanan minuman itu ke tiap meja pesanan.

Kak Bimo datang ketika waktu hampir maghrib. Kulihat tidak ada bekas pertikaian pada tubuhnya. Hanya luka yang memang sudah dimiliki Bagas. “Selesai, ini anak harus jaga sikapnya sekarang,” ujar kak Bimo padaku. Sedangkan teman-teman Bagas bilang nuhun a yang artinya terima kasih kak. Aku duduk bersama Kak Bimo untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia mengatakan padaku dia hanya bicara dengan kakaknya salah satu pemuda itu yang anggota ormas. Bikin perjanjian untuk seleseiin masalah ini aja. Terus bagaimana perempuan hijab yang diperkosa? Kak Bimo diam sejenak menarik nafas lalu membuangnya. Biar korban melapor kepada polisi saja dan polisi yang menindak nantinya.

Aku sebenarnya kecewa dengan keputusan itu. Itu ndak nyeleseiin masalah yang memulai pertikaian di antara Bagas dan anak-anak itu. “Ada bagian di mana hukum harus bertindak. Ada juga bagian dimana hukum tidak bisa dan kita yang harus bertindak. Masalah ini bukan kondisi darurat seperti itu. Rangga juga seperti itu, lebih suka berkomunikasi menghentikan perang daripada main hajar sana-sini,” tegurnya padaku.

“Kalau aku masukin Bagas jadi anggota keluarga gimana?” tanyaku padanya yang dibalas dengan senyum, “Davina harus tanggung jawab sama anak yang Davina bawa. Akan ada yang setuju dia masuk ada yang tidak. Itu nanti jadi problem Davina dan Davina harus tetep kokoh untuk gak bodo amat lepasin anaknya jika dia bermasalah.”

Kak Bimo pulang duluan ketika adzan maghrib selesai berkumandang. Hari semakin malam, warung kopi ini semakin ramai terutama dengan kemunculan bocil-bocil yang ikut wifi gratisan sambil membeli minuman. Aku, Davina masih membantu Teh Rina melayani pesanan pelanggan. Bagas dan teman-temannya masih nongkrong dan kini memesan makanan indomie goreng kornet.

Aku terus berpikir tentang keputusan yang harus kuambil. Tidak kupungkiri aku tertarik padanya sejak sering kemari melihatnya tanpa bisa bersapa baru sekarang ketika masalah menghinggapinya. Mungkin aku merasakan sedikit kemiripan dengan papa yang dulu masih polos itu. Caranya yang berusaha membela perempuan dari aniaya itu membuatku menyukainya walaupun tenaga kekuatannya tidak seperti pahlawan dalam film-film yang selalu saja bisa menang melawan penjahat. Di dunia nyata lebih banyak penjahat yang hidup mewah, bahagia, dan dengan mudahnya membunuh orang baik. Orang baik itu dilupakan jika menjadi korban dari murka bawah tanah. Orang baik itu ditindas orang jahat dan kalah, banyak kulihat seperti itu. Bahkan aparat sendiri bisa dibayar untuk tutup mata dari keadilan.

Bagas aku tidak ingin pemuda ini menjadi korban dari dunia seperti itu.

Ayah Berwin meneleponku. Aku bilang aku sedang main dan baik-baik saja. Begitu juga Mama Lara yang meneleponku marah kenapa belum pulang. Iya agak malem aku pulang janjiku padanya. Aku kemudian mendekati Teh Rina yang sedang duduk sambil menonton acara tv, “Teh, aku pinjam kamar di atas ya?” mintaku yang dibalas senyum oleh tetehku itu. Tetehku mengerti. “Nanti biar teteh yang panggil Bagas naik ke atas,” jawabnya.

***​

Kamar di lantai atas ini tidak besar. Hanya ruangan kecil berisi kasur lesehan. Ada kipas angin duduk, serta cermin persegi panjang besar yang terpasang di dinding. Aku kemudian memakai lagi lipstik matte oranyeku yang hilang menipis karena minum. Kurapihkan rambu panjangku dengan sisir, tanpa disangka Bagas membuka pintu melihatku yang sedang bersolak di kaca. “Sini masuk,” kataku.

Kami berdua duduk di pinggir ranjang lesehan tanpa sprei, springbed berwarna putih yang kutahu sering dipake bersetubuh oleh anak-anak dan pacarnya jika main ke rumah Teh Rina. Kutuangkan Arak Bali milik Om Ricky yang kuminta sebelumnya pada gelas kecil lalu memberikan padanya. “Minum,” suruhku. “Apa ini teh?” masih kebingungan Bagas yang mengenakan kaos biru dibalut kemeja putih bergaris hitam-abu. “Minum aja sih, kamu udah lulus SMA. Udah dewasa,” sindirku kemudian meneguk arak dari gelasku membuat kerongkongan, dada, badanku hangat.

Bagas mulai minum mengikutiku, sepertinya agak perih ketika minuman alkohol itu mengenai luka sobek pada bibirnya. Kutuangkan lagi, kami minum beberapa teguk bersama di kamar itu. Kuminta dia untuk membuka kemeja serta kaosnya karena kami merasa hangat gerah panas. Badannya biasa saja tidak bagus, tidak gym. Tidak ada rambut pada dadanya. “Mau teteh buka tank top teteh juga gak?” godaku padanya. “Kamu bantu teteh buka dong,” seruku padanya sambil menempatkan kedua tangannya pada bagian bawah camisole katun putih yang kupakai. Ditariknya bajuku itu ke atas, ia membantuku untuk melepaskannya. Kini kami telah sama-sama topless.

Kami berdua meneguk arak itu lagi, diam tidak bicara. Kututupi kedua puting payudaraku menggunakan lenganku yang dilipat menyiku di depan dadaku. Kulihat bagas melirik belahan payudaraku yang cukup besar. Dia tidak bicara, dia terlihat masih jaim walaupun sudah mulai mabuk masih juga tidak berani untuk menyentuhku. “Mau nambah minum lagi atau mau minum susu teteh," godaku sambil memperlihatkan padanya payudaraku yang berukuran 34D membusung tegak.

Kuambil tangan kanannya dan ku arahkan pada payudara kiriku, meremasnya pelan. “Kenapa sih diem aja? Kamu masih perjaka ya?” ejekku yang membuatnya naik mendorongku jatuh terbaring pada ranjang dan ia menindihku dari atas. Dia tidak berbicara, dia mengecup dadaku, lalu lidahnya menuju putingku menggelitiknya lantas menghisap payudaraku itu. Di remasnya payudara kananku cukup keras, “jangan keras-keras sakit,” rewelku yang tidak di dengarnya. Terburu-buru ia buka celana kulit hitam panjangku. Menarik lepas juga g-string merah yang kupakai.

“Teh, Aku gak ada kondom...?”

Aku yang sedang menikmati perlakuannya dan tertahan berhenti, agak ketus, “Masukin aja..”

Dilepas celana jeansnya itu buru-buru bersama dengan boxernya ia lempar ke lantai. Bagas seperti kepanasan terburu-buru, menindihku berusaha memasukkan paksa dalam mabuk kontolnya yang disunat itu berwarna cokelat terang, menuju lubang surgawiku yang sudah basah mengalir madu beningnya.

Dibenamkannya itu kurasakan raganya memasuki diriku. Ahh, kupejamkan mata karena dia tidak bermain kasar. Diaduknya pelan maju-mundur dinding vaginaku itu. Aku masih merasakan perih sedikit dan geli karena basah. Aku mendesis kepedesan memejamkan mata, tubuhku bergoyang mengikuti hentakkannya. “Teh mau keluar..” serunya, hah sudah lagi, “sodokin aja yang cepet,” ujarku yang membuatnya memompa seperti kesetanan. Kedua kakiku kuangkat kusilangkan di belakang pinggangnya agar dia tidak melepaskan saat ejakulasi, “tekan yang dalem aja kalau mau keluar,” bisikku, “duuh anget teh,” racaunya merasakan hangatnya bagian dalam vaginaku. Kuliukkan pinggangku, kuhentakkan tubuhku maju mundur mengikuti iramanya, kusilangkan juga kedua tanganku di belakang lehernya hingga kami saling berhimpit menindih, pompaan itu semakin liar.

Aku merasakan denyutan kontol itu di dalam vaginaku. Rasa hangat itu mewarnai, enak, dan lenguhan suara Bagas menandakan dia sudah sampai pada ejakulasinya di dalam tubuhku ini. Aku yang belum sampai, membiarkannya masih terbenam di dalam diriku. “Teteh itu udah liat kamu dari lama. Sendirian aja main mobile legend, sekarang kamu lebih suka main mobile legend atau main ML sama teteh?” godaku yang kemudian dibalas dengan ia mencium bibirku hangat. aku bisa merasakan rasa anyir asin darah tapi itu kubiarkan.

Di lepaskannya kontolnya itu dari memekku. Kontolnya terlihat masih agak tegang, “Teh nungging, aku masukin dari belakang,” bisik lembutnya, membuatku tersenyum lantas membalikkan badanku berposisi merangkak menungging doggy style. Mudah sekali kontol basah yang dipenuhi air mani serta lendir surgawiku untuk masuk lagi ke dalam nonokku. Bless amblas seluruhnya langsung, ia goyangkan lagi pinggulnya membuat tubuhku ikut bergoyang. “Lubang anal teteh, teteh sering anal ya?” tegurnya padaku. “Iya, puasin teteh dulu kalau kamu mau main di sana,” sewotku berusaha mencapai orgasmeku dalam sodokan-sodokannya. Kumainkan klitorisku menggunakan jemari tanganku, membuat rangsangan itu bertambah. Aku mulai berkeringat mendesah, “Terus dong gas, ahh, terusin yang cepet dong mompanya aduhh sshh ahhh,”

Bunyi plok plok proottt suara kentut dari vaginaku terdengar keras. Bagas kemudian menampar pantatku membuat vaginaku menjepit, enak rasanya, “Teteh becek banget sampai netes-netes,” dilakukannya tamparan lagi pada pantatku saat memompa membuatku terhentak menggelinjang mandapatkan orgasmeku. Aku kemudian ambruk telungkup mengangkang, rasanya basah sekali vaginaku, aku yang kelelahan berusaha mengambil nafasku lagi.

Aku yang masih berusaha istirahat merasakan kepala kontol Bagas, menyentuh gerbang lubang analku, “Gas nanti dulu teteh capek, itu pake pelumas-,” bless kurasakan Bagas membenamkan kontolnya pada lubang analku. Perih rasanya, untungnya kontolnya tidak sebesar BBC sehingga aku masih bisa menahan rasa sakitnya karena rectum-ku sudah terbiasa dengan anal seks. “Kamu ya, perjaka tapi udah make teteh macem-macem, gila kamu teteh bilang nanti dulu,” marahku yang tidak didengar olehnya yang sepertinya menikmati jepitan lebih sempit lubang analku. Untungnya setelah orgasme tadi, kontolnya basah oleh cairan kewanitaanku dan air maninya, itu menjadi pelumas walaupun masih terasa sakit sodokannya.

Aku yang mulai menikmati rangsangan geli pada dinding analku, keluar masuknya benda yang mengaduk itu membuatku ketagihan. Tidak lama, hangat anal-ku, dia keluar ejakulasi sendiri menyemprotkan di dalam tanpa meminta ijinku, “Enak banget anal teteh ssshh,” rayunya melepas kontolnya yang melemas dari badanku. “Lubang Anal yang terbuka lebar itu lebih seksi teh. Anjirr enak banget anal teteh,” racaunya seperti kegirangan sekaligus kelelahan. Ini anak sekalinya udah nge-anal gue, jadi hilang jaimnya. “Nanti lagi pake pelumas dulu jangan main masuk mompa aja, sakit anal aku,” gusarku. “Teteh Davina sih, seksi binal banget bikin aku gak tahan,” genitnya menciumi kedua pantatku meremasnya pelan seperti sangat menyukainya.

Kami tidur berdua di ranjang bersimbah keringat birahi yang saling bercampur. Bagas yang lebih muda dariku melihat langit-langit ruangan sedangkan aku yang berumur lebih tua darinya menyampingkan tubuhku lantas memeluknya. “Kamu milik teteh sekarang, kamu jadi anggota keluarga teteh,” bisikku. Ya, kudengar cerita ini pada anggota wanita geng motor di bandung yang saling berhubungan seks dengan angkatan baru yang mau masuk. Ritual seks bebas sudah menjadi bagian dari seremony pengangkatan atau artinya diterima, begitu juga wanita yang ingin masuk harus rela tubuhnya dipakai oleh jendral-jendralnya.

“Melati, aku suka padanya,” curhat Bagas padaku, “tapi lihat aku teh, aku tidak bisa lakukan apapun bahkan untuk membela harga dirinya,” geramnya.

“Teteh juga pernah dipaksa melakukan hubungan seks apalagi teteh dicekokin obat supaya gak bisa ngelawan. Melati harus bisa belajar melewati itu lalu move-on menjalani hidupnya terus ke depan.”

“Aku ingin membunuh keparat yang memperkosa itu,” getirnya padaku.

“Kamu gak tau bagaimana rasanya ngebunuh orang. Jangan juga masuk melewati batas jadi orang-orang kayak gitu. Kamu gak akan bisa kembali jadi diri kamu.”


- Diary 11

no quote
 
Terakhir diubah:
Hahaha .... asyik jg nih hehe ..
Thanks apdatenya ... huhuhu ..
Ceritanya dapat brondong nih ..
Brondong rasa durian ... hahaha
durinya kecil2 tapi enak ya, tantee 😁
 
Bener bener diary yang penuh dengan hot suprise, sisi lain dari sis @Davina-hime, ntar bagas jadi Sugar Baby ato brondongnya kamu sis :malu:
mantep dah pengalaman kamu sis, udah high level seksual advanture ini mah, kereeen bangettttt...........teteh.
Diary yang membuat jantung deg-deg an dan menghabiskan stok Sabun Cair :genit:


teteh mau dong jadi member nya :genit:
jadi penasaran anal seks pengen nyobain dah :konak:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd