Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)

Bimabet
Alur ceritanya semakin asik nih sis @Davina-hime ,
kisah roman-nya udah seru mendebarkan,menegangkan dan menggairahkan. Semakin lama seperti karaterk black widow Sis, Hot sexy and Cool

mama lara jadi bukake hot banget itu yak,
trs kalo pas scene itu Submisive gak bisa apa ya sis,
hanya tunggu perintah dari Dom/Mistres, susah juga nahan sange nya

ini diary tambah menarik ada kisah BDSM beastiality....

gile serem-serem emejing diary davina hime.

:mantap::mantap::mantap:
 
Butuh konsetrasi tinggi bacanya, karena harus meredam ketegangan kepala Mr.Joni yang terus mengeluarkan tetesan lendir.

iya karena cerita bukan cuma tentang deksripsi seks aja huhu :rose:

Alur ceritanya semakin asik nih sis @Davina-hime ,
kisah roman-nya udah seru mendebarkan,menegangkan dan menggairahkan. Semakin lama seperti karaterk black widow Sis, Hot sexy and Cool

mama lara jadi bukake hot banget itu yak,
trs kalo pas scene itu Submisive gak bisa apa ya sis,
hanya tunggu perintah dari Dom/Mistres, susah juga nahan sange nya

ini diary tambah menarik ada kisah BDSM beastiality....

gile serem-serem emejing diary davina hime.

:mantap::mantap::mantap:
udah berapa update aku fokus ceritain keluarga juga intrik gengsternya.
aku tulis apa yg kumau tulis sih, mau yg baca suka atau ndak. dikasih advice sama kk Raymantic juga batas 5000 kata
jadi bisa selain seks, jelasin tentang gengsternya juga. tentang om om dan kk kk. :rose:

jadi klo bdsm itu si sub senang. si dom senang.
makanya buat Mistress Lara untuk ikut scene itu harus rasain nyaman juga.
klo yg seneng sepihak aja (sub paruh baya pengusaha) itu bukan bdsm lagi.
apa sih enaknya ciumin jilatin isep-isep kaki mistress? yg fetish itu yg ngerti :hati:

klo udah scene session, sub cuma bisa denger apa kata dom.
salah satu disiplinnya itu nahan birahi. nahan konak, nahan ejakulasi.
ndak ada adegan penetrasi ke Mistress Lara, bdsm emang gitu tidak selalu tentang ngewe.

tetep lebih enak main straight sex, bestiality lebih ke fantasi yg dipuaskan, unik seneng beda sensasinya.
 
Makasih apdatenya mbak @Davina-hime ....
Hidup loe kayaknya enak banget ... Semua masalah selesai dlm 1 hari ...
Aku ngiri dehhh ...😁😁😁
klo urusannya bisa diselesaikan pake "salam olahraga" sehari juga bisa beres.
klo urusan video bokep udah nyebar ke twit**ter atau forum lendir itu bisa agak lama urusannya :rose:
 
udah ijin, gpp ditulis juga, biar orang-orang bisa baca lifestylenya kyk apa :hati:
yg baca ini hanya sekedar fiksi silahkan aja. yg ngerasa jadi aktor-aktris terjun di momennya itu,
semoga bisa sampai ekspektasinya sama tulisan aku yg masih beginner :rose:

seperti kata kk Raymantic, long artikel itu 5000 kata supaya ndak ngeberatin search engine juga.
ditunggu aja next diari.
 
udah ijin, gpp ditulis juga, biar orang-orang bisa baca lifestylenya kyk apa :hati:
yg baca ini hanya sekedar fiksi silahkan aja. yg ngerasa jadi aktor-aktris terjun di momennya itu,
semoga bisa sampai ekspektasinya sama tulisan aku yg masih beginner :rose:

seperti kata kk Raymantic, long artikel itu 5000 kata supaya ndak ngeberatin search engine juga.
ditunggu aja next diari.
Diary mu selalu ku tunggu di setiap waktu...
Jangan lah sampai berlalu...tanpa mengisi hari hari ku.. .
Huu huu..
😍
 
Diary mu selalu ku tunggu di setiap waktu...
Jangan lah sampai berlalu...tanpa mengisi hari hari ku.. .
Huu huu..
😍

kyknya pembaca lebih tertarik baca diary cewek hedon sugar baby yg tinggal di apartemen deh
yg makan di warung kecil deket universitas aja belum tentu mau, huhuhu :rose:

ditunggu aja.
 
tadi ngobrol sama mama...
boleh nyeritain kondisi flashback tapi pas udah pada lulus SMA ambil ijazah, menunggu waktu UMPTN
klo pas masa SMA byk cerita cuma ndak boleh rules forum ini gitu.

kecuali cerita jaman SMA tapi ndak ada unsur seksnya. cuma berantem aja antar geng motor boleh deh ya. :rose:
itu kejadian nyata 2007 bandung pas lagi mencekam geng motor pada perang.

aku masih awam nulis flashback jadi harap maklum ya uhuhu
 


adultlara.jpg

2007bdgallstar.jpg


CFNM (cloth female naked male) itu adalah istilah seks yang digunakan saat seorang wanita masih mengenakan pakaiannya sedangkan partner seksnya benar-benar bugil tanpa busana apapun. Itu apa yang kulihat sekarang saat mama sedang menggoyang pinggulnya memberikan nikmat kepada batang kontol om-om paruh baya yang menyewanya, terikat borgol kedua tangannya pada dipan ranjang. Bunyi berdecit gerakan ranjang bergoyang itu yang kudengar dan kutahu pasti tertangkap juga di tiga camera yang disimpan di tiga sudut ruangan ini; demi memberikan gambaran seks mama dari berbagai angle kamera.

Mama Lara sepertinya sudah masuk trance dalam seks, ia tidak lagi anggun menjaga mannernya, sekarang ia sudah tidak lagi mempedulikan sekitarnya, bergoyang tubuhnya itu berkeringat, mendesah suaranya, ia sibak rambut panjangnya itu yang tergerai ke belakang, wajahnya menegadah ke atas memejamkan mata menikmati kesenangan seks. Sub lain yang telanjang mengenakan topeng hitam bdsm masih bermasturbasi di sekelilingnya, menyemprotkan air maninya pada gaun hitam mama, sebagian mengenai pantatnya, dan payudaranya yang terbuka bergoyang naik turun.

Di dalam scene bdsm tidak ada yang bicara dan tidak ada canda tawa antar partner sub dan dom yang sedang dalam momen. Salah satu sub Madam Ning Tyas berposisi stool di belakangku, seperti posisi merangkak memohon. Aku disenderkan oleh madam pada tubuh sub berbadan besar itu kemudian ia buka sweater hitamku lepas, hanya menyisakan collar pada leherku serta long-knee-boots pada kedua kakiku. Tubuhku bugil mengangkang sambil melihat mama yang tidak jauh dariku sedang menaiki kuda pacu dalam birahi. Memekku basah melihat itu.

Madam mempermainkan klitorisku menggunakan jarinya. Sesekali kedua jarinya ia masukkan ke lubang memekku membuat birahiku naik merasakan enak gatal dinding dalam vaginaku ingin rasanya digesek. Aku yang mulai terbawa suasana, diciumnya bibirku dengan lembut, kemudian ia sibak gaun seksi merahnya itu menyembulkan payudaranya yang cukup besar agar aku hisap dan jilati. Mistress Angelica masih melakukan pelatihan kepada istri om-om ini, untuk bermain dengan anjing hitamnya. Benar-benar kinky lebih dari sekedar siksa menyiksa bdsm yang orang awam tau.

Aku dibawa mendekati ranjang mama. berlutut di pinggir sambil melihatnya yang kepanasan. Ia orgasme di depanku, tubuhnya bergetar menikmati tsunami kenikmatan yang tidak bisa ia kendalikan. Ejakulasi para sub juga dilakukan pada tubuh mama sehingga pakaian dan diri mama benar-benar terlihat kotor kinky dari pejuh yang telah mengering dan yang masih hangat menempel. Kontol om paruh baya ini yang mulutnya tersumpal ball-gag merah, masih tegang didalam vagina mama. itu membuatnya perlahan walaupun masih linu untuk kembali menggoyangkan pinggulnya lalu naik-turun pantatnya dalam posisi woman on top. Madam Ning Tyas masih mempermainkan tubuhku yang sudah tanpa busana, ia mempermainkan vaginaku menggunakan jemarinya dalam posisi aku dipeluknya dari belakang. Dia cubit dan tarik-tarik puting payudara kiriku, diremas-remasnya itu, sambil leherku dijilatnya dikecupnya yang kuyakin meninggalkan bekas lipstik merah di sana.

Madam kemudian memerintahkan salah satu subnya untuk mendorong tubuh mama agar berposisi menungging dengan kontol si om yang masih terbenam di vagina mama. Sub berbadan besar itu kemudian naik ke atas ranjang di belakang mama, lalu menyentuhkan kontol besar cokelatnya yang berurat pada lubang anal mama. Bless.. dimasukkannya kepala kontol itu kedalam anus mama didesaknya dengan mudah untuk masuk setengahnya yang membuat mama menjerit kencang. Aku yang melihat anal seks di depan mataku menjadi sangat terangsang dan mulai gerah. “Ini adalah bdsm perkosaan,” bisik Madam padaku yang melihat mama menjerit-jerit menahan rasa sakit anal seks tanpa lube, bergoyang tubuhnya maju mundur sedangkan vaginanya sesak oleh kontol si om yang berusaha juga ia gerakan naik-turun. “Pakai lube.. sshh aaahhh aaahhh,” ringis mama menangis perih namun tidak digubris oleh Madam Ning Tyas.

Diperintahkannya lagi beberapa subnya untuk naik ke ranjang, menjambak rambut mama ku dan memaksanya unyuk mengulum menghisap kontol besarnya. Rata-rata sub madam yang kutebak memiliki keturunan ambon, itu mengapa kontol mereka termasuk besar dan gendut seperti pisang ambon yang didambakan para istri-istri yang berbicara nakal saat arisan. Sub lainnya sibuk mempermainkan payudara mama dihisap, dicubit-cubit. Dipanggil lagi sub-nya dari lantai atas untuk menggantikan posisi untuk bermasturbasi dan memuntahkan ejakulasi di tubuh mama. Seks pemaksaan itu membuat mama memuntahkan air mani dari mulutnya yang tidak mau ia telan. Lumer mani itu bercampur liurnya pada dada om paruh baya yang menyewanya. Aku orgasme melihat mama lara diperkosa seperti itu. Belum lagi ketika subnya selesai ejakulasi di dalam pantat mama, sub lainnya menggantikan posisi itu menganalnya lagi. Darah, lubang anus mama berdarah aku lihat darah merah juga melumuri penis sub yang sudah berhasil menggagahi mama dengan perkasa. “Ampunn tyass.. udahh shh ahhh ahhh,” racau mama sambil mengalirkan air mata, menahan sakit.

Diperintahkan untuk berhenti sub yang sedang menganal Mama Lara. Tubuh mama ambruk pada badan si om, terengah-engah, rambut cokelatnya berantakan, terisak tapi masih penis itu terbenam di dalam vaginanya. Aku diminta berdiri untuk berjalan melihat lubang dubur mama yang telah gape terbuka lebar dan berdarah. “Gue kasih lubricant, lu bikin penyewa lu ejakulasi sambil diperkosa anal lu maka kontrak selesai,” ucap Madam pada mama, kemudian menyuruh sub-nya untuk menuangkan lube bening licin pada lubang anal mama cukup banyak. Mama diam saja pada posisinya, memasrahkan diri saat sub dengan kontol besar itu mulai mendesak, megoyak dinding-dinding analnya lagi. Hal yang berbeda kulihat sepertinya mama mulai menikmatinya karen dengan adanya lube pelicin membuat anal seks menjadi lebih terasa nikmat. “Ahhh Ahhh shhh Ahhh,” desahan terdengar lebih jelas apalagi saat sub itu mencengkram kedua pantat bulat mama ku, lalu memompanya depat sampai mentok seluruh kontolnya masuk.

Om-om pengusaha paruh baya tionghoa yang menyewa mama, ejakulasi di dalam vagina mama, disentak-sentakkan kontolnya itu naik turun sambil aku melihat air mani kentalnya mengalir keluar dari sela-sela vagina mama, mengalir sampai mengotori biji pelirnya. “Udaah.. Udahh,” mama meminta, tapi pompaan sub madam terus menghujam mama hingga mama akhirnya mengalami anal orgasme.

Tubuh Mama Lara yang acak-acakan kotor dan dipenuhi noda ejakulasi yang mengering, ditinggalkan dirinya terbaring menyamping meringkuk sendirian. Aku yang sejak tadi hanya menonton, kemudian menaiki ranjang menemaninya tiduran di sampingnya. Scene BDSM itu selesai untuk pasutri yang telah membayar kontrak. Aku tahu pasti perih rasa lubang analnya, karena kulihat lubrikan itu bercampur darah mengotori sprei tempat tidur ini. Kami berdua saling memandang, matanya yg lelah sendu itu membuatku iba.

Di balkon lantai dua, aku dan mama melihat langit kota bandung yang gelap tanpa bintang. Hanya ada bulan purnama saja yang terang. Aku yang masih telanjang dan mama yang masih semi terbuka pakaiannya memperlihatkan dua payudara besarnya, diam menikmati dingin dan sepinya malam. “Sudah tahu pasti begini?” tanyaku padanya. “Mama kenal om-om yang nyewa mama, mama tau kontrak apa yang dia mau,” jawabnya singkat tanpa menjelaskan banyak, “Kamu tetap berada di dalam bdsm yang safe aja Davina, ada border antara safe sane concensual dan sadisme.”

“Aku tahu rasanya diperkosa mah,” ujarku.

“Rasanya tetap buruk walaupun pernah mengalami dan punya pengalamannya lagi,” jawabnya.

“Papa apa tidak pernah berkata apapun? Tentang banyak hal yang mama alami termasuk ini?”

“Dulu pernah ia tanya kenapa lubang anal mama lebar, padahal kita berdua tidak pernah bermain anal seks. Mama cuma bisa bilang keinginan klien. Tidak pernah papamu tanya lebih dalam apakah mama senang, benci, tidak suka dengan itu. Ada banyak hal yang tidak ingin dia tanyakan lebih lanjut dan lebih memilih untuk menutup pembicaraan,” mama terlihat begitu sangat sedih membicarakan hal itu.

Mama tanya, apakah aku mau mendengar kisah tentang dirinya. Aku yang mendengar itu penasaran mengangguk ingin tahu. Mama tersenyum, “semuanya dimulai saat mama masih muda.”

***​

Kota Bandung 2007

Lara saat itu berusia 19 tahun, satu tahun setelah kelulusannya di bangku SMA, masih tinggal di Kota Bandung mencari uang sendiri untuk mencapai mimpinya. Sering sekali Lara mampir menunggu Rangga yang saat itu masih kelas 2 SMA Negeri untuk pulang siang, ditunggunya pemuda polos itu untuk sekedar ngobrol dan makan mie ayam berdua. Ironis ya ketika biasanya cowok yang naik motor menunggu ceweknya pulang sekolah untuk diajak “jalan” ini malah terbalik kondisinya.

Rangga selalu tersenyum dan kata-katanya selalu diambil yang paling baik untuk bicara tidak menyakiti Lara, itu yang membuat Lara sayang kepada pemuda ini, yang dirinya tahu dia cinta padanya. Ibunya di rumah tidak suka dengan Rangga, lebih menyukai pemuda yang punya bebet orang kaya dari orang tuanya, itu yang membuat Lara selalu berkonflik dengan ibunya dan memilih untuk mandiri setelah lulus dari SMA. Lara selalu membayar makanan karena dia sudah memiliki penghasilan sendiri, tapi kali ini Rangga yang membayar memaksa karena tidak ingin selalu dibayarin. “Punya uang dari mana?” tanya Lara pada Rangga. “Ini bekel bulanan, paling tinggal ngirit untuk hal lain,” jawab Rangga pada Lara agar tidak perlu khawatir.

Tidak pernah tahu Rangga, bahwa Lara menjual dirinya. Itu dirinya lakoni begitu juga sebagai lady companion menemani tamu karaoke hingga naik ke atas ranjang untuk mendapatkan tip lebih. Lara menyembunyikan itu, Rangga hanya tahu bahwa pacarnya adalah member dari geng motor dan dunia seks itu bukan lah lagi awam. Puting kedua payudara Lara saja di piercing selain di pusarnya. Rangga tahu jika Lara ini wanita nakal, tetapi pemuda itu tetap mencintainya dan sering memperlihatkan gambar sketsa pinsilnya menggambar Lara yang cantik. Ya, Rangga itu adalah seorang yang hobi menggambar dan membuat komik dari semenjak SMP.

Ketika malam tiba, Lara berpakaian gaun merah mini, berdiri di pinggir jalan menunggu pelanggan yang membawa mobil untuk menepi menyewanya. Sambil merokok dan telah berdandan seksi, dia harap hari ini ada rezeki untuknya. Lara sudah tidak tinggal bersama ibunya, dia ngekost dan segalanya telah dia urus sendiri untuk hidupnya. Bukanlah mobil yang menepi padanya malam itu, melainkan motor hijau Kawasaki Ninja 250R, yang dikenalnya. Pengendara motor itu yang memakai jaket cokelat, membuka helmnya, benar dugaannya itu adalah seseorang yang dikenalnya, “Kondisi bandung lagi mencekam, sebaiknya jangan keluar malem dulu, Ra,” seru kak Barata berusaha membawa Lara pergi. “Gue tetep butuh makan, Ta,” serunya berusaha melepaskan tangan Kakak Barata yang mencengkramnya. Dua motor lain mengendarai honda CB100 dan Honda Tiger menepi di belakang Motor Ninja, ketika kedua pengendara itu melepaskan helmnya, Lara mengenal mereka berdua. Kak Dion yang masih SMA seperti Rangga menaiki Honda CB100 sedangkan yang mengendarai Honda Tiger adalah Kak Evans yang mengenakan hoodie.

Kota Bandung sedang dalam kondisi rawan karena tahun itu konflik antar geng motor sering terjadi. Dimulai dari tawuran biasa antar pelajar di pasundan yang ternyata markas dari XTC dan diam-diam pelajarnya membentuk geng Brigez di sana. banyak konvoi saat malam hari membawa bendera dan ketika bertemu di jalan mereka bertempur sampai membuat resah warga. Banyak yang menjadi korban perampokan saat malam, pemerkosaan seorang wanita dan pacarnya dipukuli, saat itu kondisi bandung dan geng motor sedang bar bar-nya. Para kupu-kupu malam lain di pinggir jalan itu melihat lara cemas karena didatangi 3 pria bermotor. “Ada apa a, mau nyewa atau kita bertiga aja sekalian,” seru salah satu dari 2 orang wanita yang mendekat bicara merayu. Tidak lama kemudian, motor Honda Win 2005 tiba di tempat itu. Seseorang yang mengenakan jaket denim biru memarkirkan motornya di depan motor Kak Barata. Dia yang mengenakan helmet honda full-face kemudian turun dari motornya lalu membuka helmnya saat mendekati Lara yang saat itu merasa tidak kenal dengan orang ini. “Rangga?” kagetnya melihat pacarnya hadir saat ia sedang kerja.

“Yuk, pulang bareng saya, Ra,” seru Rangga tersenyum.

Rasa takut, rasa menyakiti dan mengecewakan mulai berkecamuk di dalam hati Lara yang memeluk erat dibonceng tanpa helm dan mengenakan jaket denim pada badannya, sedangkan Rangga hanya mengenakan kemeja putih bergaris hitam kotak-kotak lengan panjang saja. Ingin meminta maaf tapi tidak ia ucapkan, Rangga pun diam saja mengendarai motor dengan kecepatan umum 40km/jam ditemani oleh Kak Barata, Kak Evans yang sudah senior, dan Kak Bimo di belakangnya. Di Jalan Laswi sebelum pom bensin Pertamina, mereka dikagetkan dengan kelompok geng motor yang berjumlah 20an orang membawa bendera muncul dari pengkolan. Mereka yang melihat Lara bersama teman-temannya yang menaiki motor menyangka mereka adalah anggota geng motor musuh mereka. Diteriaki sambil diacungi katana. Digerung lah motor ninja Kak Barata agar Rangga pergi duluan mengebut membawa Lara, saat itu terjadi kejar-kejaran motor hingga jalur pulang harus berubah untuk menghindar dari kejaran anak geng motor. Beruntung kakak-kakak memang jago bawa motor kopling dan Kak Evans jadi decoy yang memisahkan diri dari teman-teman agar akhirnya yang lain bisa selamat dari kejaran.

Kak Bimo yang sedang nongkrong di dago kemudian mendatangi Rangga dan Lara yang sedang terdiam di pinggir jalan antapani. Dia membawa dua temannya, tapi hanya Kak Bimo saja yang mengenakan rompi M.C. Dia memarkirkan motornya, melihat Lara yang berpakaian sexy bergaun merah memakai jaket, ”Teu nanaon ra? (Tidak apa-apa, Ra?),” tanyanya yang dijawab Lara, “Ia enggak apa-apa”. Rangga menjelaskan dan mengatakan bahwa Lara itu anggota dari salah satu geng motor bandung. Itu membuat Kak Bimo jadi tambah pusing, “untung teu katewak, mun henteu bisa rame euy (untung tidak tertangkap, kalau tidak bisa rame nih),”

“Kalau ada yang berani merkosa Lara, gua bunuh itu, anjing,” marah Rangga.

“Elu berantem berapa kali sih? Masih newbie pengalaman berantem lu, ngga. Apalagi klo datang konvoi susah mesti ada polisi biar bubar, itu juga klo mereka bubar bukan nyerang polres,” jawab Kak Bimo berusaha nenangin.

Tiga motor tiba di tempat Rangga dan Lara. Kakak-kakak itu berhasil lolos. Cukup kaget juga mereka karena ada anak anggota dari klub motor tua bandung yang disegani hadir juga di tempat ini. Baru datang mereka duduk terengah-engah karena berhasil lolos. Kak Barata yang mendekati lara yang sedang berada di samping Rangga, dibalas ketus olehnya. “Lu ngasih tahu kerjaan gua ke cowok gua! Gak bisa jaga rahasia ya lo!” teriak Lara tidak suka dengan prilaku Kak Barata. “Cepat atau lambat lu harus jelasin itu ke dia, lebih baik kayak gini dia yang jemput lu langsung biar lu mau pulang,” ucap Kak Barata berusaha menjelaskan. Rangga berusaha memegang tangan Lara tapi itu ditepis juga, “Iya gue jadi wanita malam, udah kerja lama semenjak lulus SMA, klo lu mau putusin gue, putusin aja gue depan mereka semua,” getir Lara yang hatinya berkecamuk dan juga bingung mau jelasin apa ke Rangga.

“Aku tidak ingin putus, aku terima kamu apa adanya. Sekarang kita pulang ke rumah, saya antar.”

Lara yang mendengar itu menangis dan dipeluk Rangga erat. “Udah jangan nangis, kenapa sih,” seru rangga yang malah ditambah tangisan lebih kencang, “gue udah gak di rumah sama nyokap ngga, gue udah tinggal sendiri,” isaknya pada kekasihnya. Anak-anak di situ hanya bisa diam. Kak Barata sendiri ditelepon oleh Kak Jaka, apa perlu nurunin anak-anak buat balas dendam. Kak Barata bilang enggak usah, semua aman gak ada yang kena bacok. Motornya si Evans aja spion kena.

Malam yang cukup mencekam itu berakhir tanpa ada yang terluka. Berita di Kota Bandung tentang geng motor dan konvoi masih hangat sehingga banyak orang tua serta warga agar tidak keluar malam, karena penyerangan terhadap pedagang pun marak terjadi, sampai penikaman. Lara akhirnya menjalani kehidupannya tetap melayani klien walaupun tidak harus menunggu lagi di pinggir jalan. Dengan kontak yang sudah ia miliki ia berikan servisnya untuk kemudian mendapatkan uang tidak seberapa. Terkadang ia berkumpul bersama anak-anak geng motornya juga yang perempuan untuk nongkrong, menelepon Rangga yang saat itu sedang jam istirahat sekolah.

“Elu masih ya pacaran sama anak SMA, gak cari aja yang dewasa anak kuliahan? Unpad ITB gitu,” tegur salah satu teman Lara sambil minum greens*and.

“Gue sayang, dia juga cinta kok sama gue,” jawab Lara tersenyum walaupun ada bimbang di hatinya.

“Keluarganya tau soal elu, kerjaan, lifestyle elu, elu anak geng juga?” pertanyaan itu tidak bisa dijawab Lara. Ia tahu jika keluarga Rangga tahu seperti apa hidup bebas yang dia pilih tidak mungkin cinta mereka diijinkan. Apalagi dahulu saja saat masih sekolah dia ketemu dengan ibunya Rangga ada rasa tidak suka ia dapatkan, mungkin karena umurnya yang lebih tua dari Rangga.

Mulai ada konflik terjadi dalam hubungan percintaan mereka didasari rasa cemburu Lara pada Riska temen beda geng motor yang juga dekat dengan Rangga. Padahal Rangga tidaklah masuk ke dalam geng motor manapun tapi dianggap menjadi bagian dari geng motornya Kak Barata. Hal itu cukup ramai karena seperti ada pengkhianatan karena Riska itu temen deket Lara dan Lara tahu kalau Riska punya perasaan dengan Rangga. Rasa tidak percaya, cemburu, membuat hubungan semakin rusak. Lara pergi bercinta dengan banyak pria bukan hanya kliennya saja, Rangga berusaha menjelaskan tapi tidak didengar. Walaupun mereka berdua tahu, mereka berdua saling mencintai.

Saat itu ketika ngumpul terjadi penyerangan dan anggota perempuan disana hadir dan menjadi sasaran juga. Kalang kabut para wanita ada yang tertangkap dan ada yang berhasil kabur, Lara bersama temannya berhasil naik motor pergi sedangkan teman-temannya yang lain banyak yang tertinggal. Dimintanya temannya itu menelepon nomor Barata, Dion, Evans. Sulit untuk masuk karena dalam kejaran, tapi untungnya telepon diangkat oleh Dion yang menyuruh Lara untuk pergi ke daerah deket rel kereta api kircon. Ketika sampai di daerah yang ditunjukkan, di sana sudah berdiri Evans yang nantinya dikenal sebagai Boxer Maroko dan Dion yang masih mengenakan seragam SMA dibalut jaket gunung abu-abu. Lara dan teman perempuannya menghentikan motor kopling Suzuki Thunder 125 di pinggir jalan, berusaha untuk mencari perlindungan dari mereka berdua.

Dua motor yang mengejar Lara, 4 orang anggota geng motor tiba juga di sana, salah satunya membawa katana. Kak Jaka yang juga masih anak SMA melemparkan katana bersarung pada Dion. “Gera bereskeun lah… waktu jam istirahat tereh beak (segera beresin lah, waktu jam istirahat hampir habis),” seru Kak Jaka pada kawan-kawannya. “Rangga gak diminta kemari? Lara diancem samurai,” seru Dion melepaskan sarung katananya melemparkannya ke rerumputan di pinggir jalan. Warga yang lewat di sana mulai melarikan diri karena tahu akan terjadi tawuran. “Hah si eta mah bakalan rewas denge hal nu kitu. Ges kuurang SMS Barata titah kadieu (Hah dia mah bakalan kaget denger hal gitu. Sudah sama saya SMS Barata suruh kesini),” jawab Kak Jaka berpakaian SMA mengenakan jaket hitam.

Woii anjing berekeun eta awewe ka aing! mun henteu maneh beak!! (Woii Anjing, kasih itu perempuan kepada saya! kalau enggak kalian habis),” teriak anak geng motor bertattoo di tangannya bersama kawan-kawannya yang terlihat begajulan seperti anak jalanan. Terjadi tawuran lah di sana. Kak Evans yang tidak banyak bicara menghajar musuhnya menggunakan tangan kosong. Kak Jaka menggunakan kayu ngehantam musuhnya saling menendang hingga jatuh terperosok ke pinggir. Kak Dion saling bacok dengan lawan yang sama-sama memegang samurai. Hal yang sangat mengerikan ketika Lara melihat darah akibat tebasan melukai lengan Kak Dion tapi itu tidak menghentikan Dion untuk tetap bertempur. Dion Sang Panglima Perang di geng motor Kak Barata.

Anjing maneh ngabacok baturan aing!! (Anjing, kamu bacok temen saya!!)” teriak jaka sambil melempari batu ke arah lawan yang membawa samurai. Lara menelepon Kak Bimo susah untuk masuk. Benteng terakhir yang melindungi kedua wanita ini adalah Kak Evans yang tinjunya bikin orang jatuh masih dalam posisi defensive tidak menyerang langsung seperti kastil yang kokoh. “Ra, ada apa?” tanya Kak Bimo masuk teleponnya, “Ke kircon rel kereta api kak, tolong!!” teriak Lara ketakutan, “Iya Ra, 5 menit. Kakak ada di 20,” serunya lalu menutup telepon. Dua motor lagi datang membawa 4 orang, Dion tahu makin parah keadaan harus mundur karena ada yang membawa celurit, “Tinggalkeun weh tah motor (tinggalin aja motornya),” seru kak jaka, kelelahan berkeringat. Kak Barata naik Motor Ninja Hijau 250R dan Kak Rizal yang menaiki Harley V-Rod membuat formasi anak geng motor itu bubar. Mereka berdua memarkirkan motor di tengah jalan di dekat Lara dan temannya yang ketakutan.

Anjing, wanian nyerang barudak urang (Anjing, beraninya nyerang temen-temen saya),” seru Kak Barata menjatuhkan helm full-face-nya ke tanah. Kak Rizal yang juga melepaskan helm batoknya perawakannya tinggi anak kuliahan celana jeans-nya rombeng mengenakan jaket denim biru, mengambil kunci inggris dipegang di tangannya. “Maju, Ta,” serunya yang kemudian mereka berdua ikut bertempur tawuran membantu Dion yang terluka tapi masih tetap berdiri untuk perang.

Kak Bimo datang juga dia ngebut dan hampir menabrak salah satu anak geng motor kalau saja dia tidak mendengar suara Motor Honda RX King. Kaget mereka semua ketika ada anak klub motor memakai rompi kulit memiliki colour tengkorak dan patches life member hadir juga. Kak bimo ikut menghajar menggunakan tangan kosong. Dia tendang anggota geng yang membawa celurit hingga jatuh. “Rangga mana? Gak ada!?” teriaknya pada yang lain. “Eweuh, Kabogohna arurang nu lindungi (Gak ada, pacarnya kita semua yang lindungi),” sindir Kak Jaka yang kemudian kena hantam pukulan wajahnya sampai hidungnya berdarah.

Kak Dion yang sepertinya sudah panas berhasil membacok beberapa lawan mengenai lengan dan punggungnya sontak itu membuat lawan juga takut. “Sok maraju maneh, anjing!! (sok maju kalian, anjing!!),” teriaknya mengancam. Darah sudah melapisi juga bilah katana tajam yang kakak Dion pegang. Pada akhirnya karena turun morale dan juga kelelahan, anggota geng itu memilih mundur walaupun sempoyongan terluka, mereka tetap membawa motor bebeknya lalu kabur pergi.

Lara merasa tenang karena dia ditemani dengan kawan-kawannya. Ia sendiri melihat kondisi Dion yang lengannya kena bacok, lalu ia lepas kaos putihnya hanya pake bra hitam saja lalu menyobeknya untuk mengikatnya sebagai perban. “Kayaknya udah banyak kehilangan darah deh, Ra,” guyon Kak Dion, “Maaf gara-gara gue jadi gini,” seru Lara menyesal.

“Udah berani serang-serangan yang lagi nongkrong udah bukan konflik konvoi lagi,” ucap Barata.

“Makin beringas aja, bandung makin gak aman,” seru Kak Rizal sambil duduk di atas motor harley-nya.

”Udah bawa ke rumah sakit aja, santo yusuf yang dekat, harus dijahit itu luka,” tegur Kak Jaka, sambil membantu Kakak Dion berdiri, “Eta samurai kurang seket (itu pedang katana kurang tajam),” guyon Kak Dion tertawa sambil menahan sakit.

Kebersamaan itu, saling melindungi terlihat dari kakak-kakak ini. Kak Evans yang tidak banyak bicara diberi ucapan terima kasih oleh teman perempuan Lara. HP motorola Lara yang flip berwarna pink berbunyi. Diangkat teleponnya, “Ya, aku lagi sama anak-anak lagi ngumpul. Kamu masih di sekolah?” seru Lara pada Rangga yang menelepon karena sudah waktu pulang sekolah.

Ges Ra, teu nanaon lanjut bobogohan weh (Udah Ra, Gak apa-apa lanjut pacaran aja),” seru Kak Bimo menyela saat masih dalam telepon. “Ya udah, nanti aku jemput naik motor. Kita makan baso anggrek aja ya,” seru Lara yang diiyain Rangga di sana.

Barata mendekati Lara, “Nanti bilangin aja kejadian ini kalau udah selesai makan. Kalau enggak nanti dia batalin date kalian terus datang nemuin Dion di rumah sakit,” sarannya, “Gak apa-apa?” tanya Lara seperti sungkan juga karena ia yang di tolong malah pacaran. “Gak apa-apa, Ra. biar gua yang bawa Dion sendiri ke rumah sakit.”

Akhirnya anak-anak berpisah dan pulang masing-masing berpencar. Temen perempuan Lara juga akhirnya pulang dibonceng Kak Evans agar Lara bisa langsung nemuin Rangga yang pulang sekolah. Kondisi bandung masih mencekam saling sernag antar geng yang entah dipicu oleh apa, tapi begitu ketemu tanpa ba bi bu pasti langsung tawuran. Begitu juga yang di dalam satu sekolah terdapat geng XTC dan Brigez, mereka berantem. Banyak kejahatan terjadi perampasan pembacokan. 2007 adalah tahun-tahun paling kelam Kota Bandung. Bahkan ketika terjadi perang besar dua kelompok menimbulkan satu korban jiwa yang memberi bensin baru kepada nyala api untuk membalas dendam.

Rangga yang tidak tahu apapun makan baso urat dengan lahapnya sedangkan Lara makan baso cincang dengan mie yamin pedas di sampingnya. Di balik jaket kulit hitamnya Lara hanya mengenakan bra saja. Zipper yang diturunkan sedada sepertinya memberikan clue sehingga Rangga bertanya sambil berbisik, “Enggak pake baju daleman?”

Di situ Lara menjelaskan apa yang terjadi. Dia bilang bahwa hidupnya dan hidup Rangga itu berbeda seperti surga dan neraka. Lara tidak ingin Rangga hidup menjalani ini, walaupun berat hatinya, walaupun sakit dan perasaan masih cinta, Lara akhirnya memutuskan hubungan ini dengan Rangga. Rangga tidak terima oleh keputusan sepihak seperti itu, dia berusaha meminta penjelasan lebih apa salahnya sehingga Lara minta break, “Kamu temuin Dion aja di rumah sakit, itu temen kamu juga yang terluka karena saya. Saya udah mutusin, ngga.. saya mau jalanin hidup saya dan pergi dari Kota Bandung. Saya mau mulai hidup saya di Bali.”

“Saya ikut, Ra. Kita berdua jalanin di sana,” potong Rangga yang masih menginginkan kebersamaan yang telah putus.

Lara diam sejenak, “Kamu harus lanjutin kuliah, kamu harus tata masa depan kamu. Jadi orang yang baik.”

Keputusan itu disesali Lara sampai dewasa. Bagaimana seorang pria baik-baik berubah 180 derajat karena rasa dikhianati dan ditinggalkan. Bahkan untuk menyembuhkan luka hatinya itu yang Lara buat selama bertahun-tahun luka itu tidak juga sembuh. Rangga berubah, dari pemuda polos yang doyan ngegambar dirinya dalam sketsa pensil, yang cinta tulus pada dirinya, dia menjadi lebih kelam, melihat segala sesuatu menjadi lebih realistis, lebih sering profiling orang banyak, dan berhenti untuk mencari kebahagiaannya sendiri.

Itu yang mama rasakan dari papa sekarang. Banyak diam mungkin sebenarnya sudah tahu, walaupun mama ndak bilang. Membiarkan kelakuan mama walaupun sebenarnya dalam hatinya, papa ndak suka. Akan tetapi untuk merasakan rasa kehilangan lagi seperti dahulu, aku yakin papa tidak mau. Seperti dia berkorban untuk sesuatu yang ingin dia masih miliki sekarang. Jika aku tanya apakah mama bahagia? Mama hanya tersenyum sambil memandangi langit hitam disinari terangnya bulan. “Mama bahagia papa mu masih di sini masih nemenin mama,” ucapnya.

- Diary 14

no quote

*4000 kata
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd