Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Bimabet
Untuk premium telah saya update bgian 48 dan 49, semoga bisa dinikmati, selamat malam dan sampai bertemu kembali
 
agak-agak gak rela kalau Maya jadi bucin, heuu
btw, thanks updatenya hu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Semoga d carita ketemu sama santoso dan rombongan dan anto jd samsak hidup santoso.... maya ketahuan selingkuh... dan santoso telp Adam.... akhirnya maya batal transfer 100 jt
 
Kan. Minta di hajar kan Anto.

Bener bener.. Udah parah juga Maya bohongnya. Karena polos dan terlalu sayang ke Anto udah kacau Maya.

Nih Anto licik bisa pelorotin uang Maya ini. Anto akting lagi sama orang bayaran yang di warung. Pura pura utang terus minta uang lagi ke Maya.

Wah gini Santoso kudu turun Gunung ini buat abisin Anto.


Good update hu
 
ilmu anto hrs diturunin nich cara memanipulasi wanita...mnunggu santoso pergoki maya dan anto selingkuh...seru bnget dan semakin menegangkan
 
Untuk membuktikan bahwa maya benar² merindukan anto, maya memberi lubang pantat nya yang masih prewi untuk anto, dan maya memberinya dengan suka rela. Tanpa di duga ternyata maya sangat menikmati sensasi anal tersebut lalu anton memborbardir lubang pantat maya tanpa ampun, dan maya pun menjerit karena rasa nikmat yang di rasakan itu , "siapa tau ntar adegan anal nya kurang lebih seperti ini hehehe salam semprott"
 
Bimabet
Diary Seorang Istri
Bagian 45 - 100 Juta


“Duh Maya, tenang aja, jangan grasa grusu gini, untung gak kena.” Maya menarik napas lega, wajahnya terlihat pucat karena hampir saja mobilnya menabrak mobil yang melintas didepannya tadi.

Maya mengangkat tangannya meminta maaf, dia tak berani turun, dilihatnya pengemudi mobil yang hampir ditabraknya menurunkan kaca mobilnya, sekilas pengemudi itu terlihat seperti orang sangat, apalagi mobil SUV dibelakang mobil tersebut juga ikut berhenti, namun Maya menarik napas lega saat kedua mobil tersebut kembali berjalan.

Maya menenangkan dadanya yang bergemuruh hebat, bukan hanya faktor insiden tadi yang membuatnya terkejut, chat dari pria yang dirindukannya juga membuat hatinya bergemuruh tak karuan.

Maya mengambil hpnya, dibalesnya chat dari Anto, namun segera dihapusnya chat itu, Maya memutuskan untuk menelpon pria tersebut, sungguh tak sabar rasanya Maya mengetik pertanyaan apalagi kemudian menunggu jawabannya, Maya memencet nama Anto segera hpnya dalam mode panggilan, terlihat tulisan berdering pertanda kalau Anto sedang online.

“ Ya dek, kamu dimana?” tanya Anto.

“aku segera menuju ke tempat kamu mas, kamu dimana mas.” Jawab Maya.

“Aku di sini (Anto menyebutkan nama suatu tempat) nanti aku sharelok dek,” ujar Anto.

“kamu kok tiba-tiba menghilang mas, kamu kemana mas, aku....aku khawatir banget.” Suara Maya terdengar parau menyiratkan kegalauan dan kegundahan hatinya yang dipenuhi banyak pertanyaan.

“Panjang ceritanya dek, nanti mas cerita semua, dek Maya konsentrasi aja nyetir dulu ya, mas akan tunggu di sini.” Ujar Anto dengan suara lembut seolah khawatir dengan Maya.

Maya menutup hpnya dan menyambungkan kabel charger, Maya mengambil tissue dari dashboard, perlahan diusapnya matanya yang berair, Begitu berat sepertinya beban kerinduannya terhadap pria yang tak seharusnya dia rindukan.

***

“Rasanya aku kok kenal dengan perempuan pengemudi mobil itu, kayak sosok Maya, eh ya juga, bukankah Adam memang terbang ke Surabaya hari ini, mungkin aja itu memang Maya, pasti dia antar Adam kan,” Santoso menoleh kebelakang, namun yang dilihatnya hanyalah mobil SUV yang di tumpangi anak buahnya, mobil yang tadi hampir terlibat insiden tak terlihat di belakangnya.

“Pak ada telpon, dari pak Adam.” Suara Dona sekretarisnya mengejutkannya.

Santoso mengambil hp dari tangan Dona, dan menjawab panggilan dari Adam.

“Udah sampe Surabaya Dam?” tanya Santoso

“baru mau naik pesawat, lu dimana bro udah sampe hotel.” Jawab Adam.

“Lagi otw ke resort bro, eh ya istri kamu tadi antar ke bandara kan?” tanya Santoso lagi.

“Ya, emang kenapa bro?” Adam balas bertanya.

“pajero putih bukan? Tadi kayaknya aku lihat istri kamu saat mau keluar parkiran, papasan Ama aku.” Jawab Santoso

“Ya bener Pajero putih, parkiran? Perasaan tadi di drop off point, eh bro, ini gue udah mau take off, nanti gue telpon lagi..” ujar Adam.

“Ok bro, semoga selamat sampai di tujuan, nati kita sambung lagi.” Ucap Santoso mengakhiri pembicaraannya.

Diatas pesawat Adam menyimpan hpnya ke dalam saku jaketnya, keningnya sedikit berkerut, “Mengapa Maya malah masuk lagi ke parkiran? Pasti Santo salah orang kayaknya, Pajero putih kan banyak, lagian dia kan udah lama gak pernah ketemu Maya, pasti salah orang..” benak Adam.

Nissa yang duduk di samping Adam hanya diam memperhatikan bosnya yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, Nissa tak berani bertanya karena khawatir dianggap kurang ajar dan sok ikut campur, Nissa pura-pura memejamkan matanya, namun telinganya masih awas mendengar setiap percakapan bosnya melalui telpon, dan dari pembicaraan barusan Nissa tahu kalau bosnya ini sedang berbincang dengan temannya, bukan denga istrinya.

Nisa tersenyum sinis saat teringat dengan istri bosnya ini, Nisa yakin perempuan itu akan menemui selingkuhannya saat suaminya gak ada di rumah, “Pak Adam di depan mata saja, dia berani kaya gitu, apalagi Pak Adam gak ada.”

“Hmm..Kamu ngomong apa Nis.” Tanya Adam yang mengejutkan lamunan Nissa.

“Ehh saya gak ngomong apa-apa kok pak.” Jawab Nissa.

“Ohh gitu ya.., saya kira tadi kamu nanya apa.” Ucap Adam llau merebahkan dirinya di kursi pesawat.

3 orang pramugari sedang memperagakan tindakan darurat yang harus dilakukan saat pesawat mengalami masakah, namun perhatian Nissa tidak terfokus ke sana, Matanya memandang wajah bosnya yang sedang memejamkan mata, muncul rasa iba pada diri bosnya itu, kenapa orang sebaik pak Adam harus mengalami ini, apa aku harus memberitahunya? Lalu apa? Apa pak Adam akan percaya? Duh..yang ada nanti pak Adam akan menganggapnya wanita yang suka ikut campur.

***

Maya menoleh ke kanan kiri sambil melambatkan laju mobilnya, dia berupaya melihat keberadaan sosok Anto, dan akhirnya sosok itu muncul melambaikan tangannya, Maya menghentikan mobilnya di dekat Anto, tak lama Anto masuk ke mobil, sambil mengibaskan butiran hujan yang menempel di pakaiannya.

Anto tersenyum memandang Maya, dan Maya hanya diam tersipu, Maya bagaikan seorang Abg yang tersipu dan salah tingkah bertemu dengan sosok pria pujaannya, “Kita makan dulu yuk Mas.” Ujar Maya, Anto mengangguk setuju.

Maya membelokkan mobilnya masuk ke rumah makan yang tak jauh dari tempat Anto tadi, Anto terus memandang Maya yang semakin tersipu, Wajah perempuan cantik itu terlihat merona merah, entahlah Maya merasa saat berada didekat pria ini, gairahnya selalu meninggi, apalagi kini gairah itu bercampur dengan rasa rindunya, dan itu sungguh membuatnya berdebar tak menentu.

Maya dan Anto turun memasuki rumah makan, Maya tersenyum dan membiarkan jemari lentiknya digenggam oleh Anto, tubuh mereka kini berdekatan, dan siapapun akan mengira kalau mereka adalah pasangan yang sedang di mabuk cinta.

“Mas rindu banget ama dek Maya.” Bisik Anto lirih yang semakin membuat jantung Maya berdegup kencang.

“Aku juga mas..” Balas Maya pelan, Anto merengkuh Maya semakin dekat padanya, dan Maya tanpa malu meletakkan kepalanya dengan manja di bahu kekar pria itu.

Pelayan restoran menyambut mereka dengan ramah, sambil menyerahkan menu, pelayan itu meninggalkan pasangan tersebut untuk memilih.

“Mas mau makan apa.” Tanya Maya sambil melihat daftar menu.

“Teserah dek Maya aja, Mas ikut aja.” Ujar Anto yang kembali menggapai jemari lentik Maya, perempuan cantik itu hanya tersenyum dan membiarkan jemari lentiknya di genggam lembut pria yang membuatnya berdebar tak karuan.

“Dek Maya darimana? Kok tumben bawa mobil.” Tanya Anto, Maya kemudian bercerita kalau dia habis mengantar suaminya ke Bandara.

“Ohh jadi suami dek Maya ke Surabaya 3 hari, wahh…” Anto menghentikan ucapannya.

“Wah apa kok gak diterusin.” Maya merengut manja.

“Kita makan dulu..tuh pesanan kita sudah tiba,” Anto menunjuk pada pelayan yang mulai menyajikan pesanan Maya tadi.

Sambil makan mereka berdua terlibat obrolan ringan, keduanya terlihat sangat mesra, terkadang Maya mengelap noda makanan diujung biir Anto, terkadang gantian Anto yang melakukan hal sama, bahkan Maya tak malu untuk menerima suapan Anto dengan alasan ingin mencoba makanan yang di makan oleh pria tersebut.

Setelah selesai menyantap hidangan, Maya bertanya tentang kepergian Anto yang tak ada kabar beberapa hari ini, Anto kemudian dengan nada serus menjelaskan dengan panjang lebar, Maya mendengar penjelasan Anto dengan penuh perhatian, tiba-tiba wajah Maya terlihat murung setelah mendengar cerita dari Anto tersebut.

“Jadi anak mas kecelakaan dan perlu operasi?” Tanya Maya terkejut.

“Betul dek, sekarang masih koma, dan Dokter meminta untuk selekasnya di operasi karena ada pendarahan di kepalanya, makanya mas kembali dek, mas juga bingung mau pinjam ke siapa, apakah mungkin ada yang mau memijamkan uangnya? Tapi daripada terus-terusan di kampung malah semakin gak ada solusi, makanya mas balik ke jakarta, mas mau minta bantuan sama teman-teman mas di jakarta, walau sepertinya sulit dek, karena biaya operasinya juga sangat besar.” Ujar Anto lirih, suaranya terdengar parau seolah menahan kesedihan dan putus asa.

“Emang berapa mas biayanya.” Tanya Maya.

Anto memandang Maya, “Besar dek, kurang lebih 100 jutaan, perkiraan dokter sebanyak itu dek, makanya mas bingung dan putus asa dek, mas takut kehilangan anak mas itu..” sungguh pandai Anto memanipulasi pikiran perempuan itu, suara Anto terdengar begitu parau dan menyedihkan di telinga perempuan yang telah terbuai napsu dan gairah yang salah.

“100 juta mas?” Ulang Maya.

Anto mengangguk, “Mas bingung dek, oh ya mas mohon maaf ya kemaren-kemaren gak angkat telpon dan balas chat dari dek Maya, pikiran mas kalut dek lihat anak terbaring tak berdaya.” Ujar Anto sambil menutup wajahnya, Anto terus menyerang rasa iba dari perempuan yang duduk didepannya ini.

“Mas..jangan terlalu putus asa mas..” Maya memeluk kepalan tangan Anto dengan kedua telapak tangannya.

“Mas bingung dek.” Ucap Anto.

“Pasti ada jalan keluar mas, tenang ya…” Maya terus menenangkan Anto.

“Kemana mas cari uang 100 juta dek, kalau mas bisa pinjam dari teman-teman, mas yakin jumlahnya gak akan cukup juga, jual motor juga sama, mas sungguh bingung dek.” Anto sungguh aktor yang hebat, inotasi nada suaranya membuat Maya ikut menitikkan air mata seolah merasakan penderitaan pria didepannya ini.

“Aku akan bantu mas, tenang ya..” Ucap Maya. Anto seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

“Maksud dek Maya..?” Tanya Anto

“Mas gak perlu cari bantuan kemana-mana, nanti aku akan bantu mas, besok aku akan transfer 100 juta itu, dan mas bisa secepatnya mengupayakan operasi untuk anak mas.” Maya menepuk punggung tangan pria didepannya.

Anto menatap Maya, sungguh dia tak menduga secepat itu Maya merespon positif apa yang disampaikannya tadi, Anto terus menjaga sikapnya yang terlihat galau dan putus asa, padahal hatinya bersorak senang.

“Jangan dek, uang itu sangat besar, mas..mas.***k bisa nerima itu, bagaimana kalau suami dek Maya gak mau?” Ujar Anto lirih.

“Mas tenang aja, ini uang pribadiku, bukan uang suamiku, aku ingin bantu mas…” Maya sudah terjebak permainan pikiran yang dimainkan sempurna oleh sang aktor kawakan.

“Kenapa dek Maya mau bantu mas.” Tanya Anto tercekat.

“Karena mas kekasih aku, mas tau gak, aku begitu putus asa saat tak mendengar kabar mas, aku sangat khawatir terjadi apa-apa, kenapa mas malah kabur dan tak cerita padaku..” Suara Maya bergetar.

‘Maaf dek, maaf, mas gak mau menjadi beban dek Maya, makanya mas gak cerita apa-apa, saat mendapat berita itu, mas begitu kalut, orang pertama yang terlintas di benak mas sesungguhnya adalah dek Maya, mas ingin menumpahkan kesedihan dan kekalutan mas saat itu, namun mas takut menganggu dek Maya.” Anto memainkan nada suaranya menjadi parau dan bergetar.

“Maafkan mas ya dek, sudah membuat dek maya khawatir, tapi apa benar ucapan dek Maya tadi?” Ucap Anto berusaha meyakinkan kemenangannya.

Maya hanya mengangguk dan tersenyum manis tanpa tahu kalau sedang dimanipulasi oleh Don Juan didepannya ini, melihat anggukan Maya, hati Anto meledak senang, namun dia berusaha menjaga sikapnya.

“Besok aku transfer ya mas, kalau sebanyak itu musti transfer lewat bank langsung. Mas tenang saja ya…gak usah sedih lagi..” Ucap Maya berusaha menghibur Anto, walau sebenarnya terlihat seperti Ayam yang sedang membujuk musang.

“Terima kasih banyak ya dek atas ketulusan hati dek Maya, sekarang mas gak khawatir, sebentar ya biar mas cerita sama mantan istri mas, biar dia lega juga..bentar ya dek.” Anto bergegas meninggalkan meja menuju ke depan sambil menelpon seseorang.

Maya melihat pria yang sedang menelpon itu dengan tersenyum, Maya sungguh tak tahu kalau saat ini dirinya telah terjebak dalam permainan Anto.

Di sisi lain, Anto yang pura-pura menelpon, melihat ke arah Maya sambil bersorak gembira dalam hati, dia benar-benar yakin kini, kalau perempuan cantik itu telah takluk 100% padanya, Anto kemudian menyimpan hpnya ke saku, dihampiri kembali meja tempat Maya menunggu.

“Ehmmm udah malam dek, abis ini dek Maya mau kemana?” Tanya Anto sambil menatap tajam Maya. Anto pun sungguh rindu dengan kehangatan tubuh perempuan cantik didepannya ini.

“Ehmm..ke Carita lagi yuk mas..” Ujar Maya sambil tersipu malu.

“Carita? Mau ngapain kita disana dek.” Goda Anto sambil terus menatap tajam Maya.

“Ihh mas…ahhh…” Maya dengan manja mencubit lengan Anto, sehingga membuat Anto menjerit kesakitan.

“Mas tau..dek Maya pengen ngompol lagi ya….” Goda Anto lagi.

Maya menatap Anto dengan pandangan yang mulai bergairah, kepalanya mengangguk setuju dengan pertanyaan terakhir Anto barusan, dengan binal Maya memasukkan jempolnya kedalam mulut dan menjilati telunjuknya sambil menatap tajam ke arah Anto.

“Yuk kita berangkat…” Anto berdiri dan menarik lengan Maya, mereka bergegas menuju mobil sambil tertawa-tawa, Anto mengambil kemudi, dan maya duduk disampingnya sambil merebahkan kepalanya di bahu Anto, keduanya saling menatap dan saling tersenyum, senyum yang penuh arti dari benak dan sanubari mereka masing-masing.

****

Bersambung
Terima kasih update nya suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd