Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Bimabet
Mantap om... Semangatt buat lanjutanya om
Penonton setia masih ttp menunggu
 
Hu gimana ya kalo milla ngerasain anto juga hmmm... Patut di pikirkan oleh suhu
 
Diary Seorang Istri
Part 28—Kejadian Tak Terduga



Maya menggeliatkan tubuhnya, seluruh tulangnya terasa linu, khususnya bagian kakinya yang begitu lama mengangkang tadi, Perlahan Maya membuka matanya, susana kamar terlihat temaram, Maya melihat suasana luar di jendela juga mulai gelap, sesaat Maya kebingungan dimana dirinya sekarang, namun tak lama Maya tersenyum, dia kembali teringat persetubuhan hotnya beberapa saat lalu, matanya celingukan mencari sosok pria yang menidurinya tadi.

Telinga Maya mendengar suara pintu di buka, tak lama sosok yang dicarinya muncul di balik pintu kamar, “Wah bidadari baru bangun…” Ujar Anto tersenyum, Maya hanya tersipu mendengarnya.

“Ini aku belikan makanan, aku ingat dek Maya tadi gak jadi makan, kebetulan di sebelah apartemen ada restoran nasi padang.” Ujar Anto sambil meletakkan bungkusan nasi padang di meja.

Anto mendekati Maya yang masih terbaring, dia duduk disisi Maya, tangannya membelai rambut Maya dengan lembut, Maya menatap Anto lembut, dibiarkan tangan pria perkasa itu membelai rambutnya.

“Jam berapa sekarang mas..?” tanya Maya lirih.

“Hmmm jam enam sore dek, tuh..” Anto menunjuk ke jam dinding yang ada di kamar.

“Haaa..” Maya langsung bangkit dan duduk di ranjang, “Waduh..gimana nih, nanti mas Adam pulang, aku gak di rumah, duhh mau alasan apa, ehh sebentar..bukannya tadi dia bilang mau rapat lagi..” Maya kemudian menghela napas lega.

“Kenapa dek, kok kayaknya bingung?” tanya Anto.

“Gak kok mas, cuman kaget aja udah sore gini..” jawab Maya.

“Pasti takut ketauan suami dek Maya ya..” Ujar Anto.

“Gak kok, tadi dia bilang ada rapat di kantor, paling dia pulang malam..” sahut Maya.

“Pasti rapat ke spa lagi hehehe..” Ujar Anto, Nada bicaranya tedengar sinis.

Maya menoleh ke Anto, “Maaf ya dek, mas gak bermaksud membuat dek Maya terkenang kejadian menyakitkan itu lagi.” Anto duduk disamping Maya, dibelainya jemari lentik wanita cantik itu.

Air wajah Maya berubah, apa yang dikatakan Anto sama seperti yang ada dalam pikirannya, tatapan Maya kosong, dan Anto melihat peluang untuk terus memojokkan suami perempuan itu, sehingga harapannya suatu saat sosok pria itu akan terpojok dan terlempar dari hati sang bidadari.

“Sudahlah gak usah terlalu dipikirkan, nanti dek Maya sakit, bukankah semuanya sudah terbalas kelakuan suami dek Maya..” Anto meremas jemari lentik wanita cantik itu.

Anto menyentuh lembut pipi Maya, “Apapun yang terjadi ke depannya, mas akan selalu ada untuk dek Maya, Mas tahu dek Maya sangat mencintai suami dek Maya itu, meski dek Maya hanya menganggap mas sebagai pelampiasan dendam pada suami dek Maya, mas rela, sungguh..walau mas sangat menyayangi dek Maya, namun mas tak akan memaksakan diri, selama dek Maya masih membutuhkan mas, selama itu pula mas akan selalu ada.”

Maya menatap lembut pria disampingnya ini, tiba-tiba Maya memeluk Anto dengan erat, hanya memeluk tanpa berbicara sepatah katapun.

Anto tersenyum dibalik pelukan Maya, senyumnya terlihat aneh, “Dah yuk makan dulu..abis itu kita pulang udah malem juga..” Ujar Anto.

Maya melepaskan pelukannya, “aku mandi dulu ya mas, baru abis itu makan.”

“Hmmmm kamar mandinya ada bathtube loh dek, mau mandi berdua?” Ujar Anto sambil tersenyum.

Maya membalas dengan senyum malu-malu, “Hmmm boleh juga tuh..yukk..”

Anto langsung berdiri dan menyodorkan tangannya yang langsung digapai Maya, saat berdiri selimut yang menutup tubuh Maya terlepas, tubuh telanjang Maya terlihat indah menantang, Anto tiba-tiba menunduk dan menghisap putting Maya..

“Ahh mas…katanya mau mandi…kok malah nenen sih..” rengek Maya

“Bisnya nenen kamu bagus banget dek..” Anto mendesis sambil memelintir putting maya dengan gemas.

“Lanjutin di bathtube yuk mas…” Maya tersenyum nakal, Anto mengangguk.

“Duh si bobi ini tegang terus ya…bikin gemes aja..” Maya berjalan melewati Anto sambil meremas kontol pria itu.

“Duh dek…..kamu kok jadi nakal sih…” Ucap Anto

“Siapa yang ngajarin weeee.” Maya menjulurkan lidahnya, lalu berlari kecil menuju kamar mandi.

“Awas kamu ya dek…..” Anto tertawa sambil mengejar Maya.



***


“Demikianlah yang saya bisa sampaikan, semoga para bapak dan ibu para pengambil kebijakan dapat melihat kesungguhan kami memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini.” Adam menyelesaikan presentasenya didepan para direksi perusahaan kliennya.

Para direksi yang hadir di ruang rapat saling melihat dan mengangguk satu sama lain, salah seorang direksi yang menjadi juru bicara perusahaan mengatakan akan melakukan rapat internal untuk membahas proposal yang ditawarkan perusahaan Adam.

Anissa yang duduk di dekat projektor presentase hanya melongo dan kagum melihat kemampuan bosnya dalam melakukan presentase, cara bicara Adam yang sistematis serta intonasi suara yang mengalir merdu di telinga membuat semua yang hadir di ruangan rapat ini memperhatikan apa yang disampaikan bosnya itu.

Anissa semakin kagum dengan Adam, selain tampan dan penampilannya yang menawan, Adam juga sangat menguasai materi, Anissa tak bisa membayangkan jika dia harus memberikan presentase di depan para direksi seperti ini, mungkin lidahnya akan kelu, “Gak heran jika Pak Adam di gaji tinggi, sepertinya beliau ini adalah tulang punggung perusahaan.” Batin Anissa teringat dengan perkataan rekan sekantornya yang mengatakan bahwa Adam adalah karyawan dengan gaji tertinggi.

“Hebat mas Adam, tenang aja, rapat internal hanya formalitas aja, pasti pak CEO akan menyetujui proposal anda ini, kalau saya yang berwenang sudah langsung saya tanda tangani kontrak kerja sama hehehe..” seorang direksi menghampiri Adam dan menyalaminya.

“Terima kasih pak Agung..kami tunggu kabar baiknya..” Balas Adam. Nisa pun ikut berdiri dan tersenyum hormat pada direksi tersebut.

Satu persatu para direksi meninggalkan ruang rapat, Adam menyalami mereka satu persatu, setelah semuanya meninggalkan ruangan rapat, Adam kemudian membereskan beberapa dokumen dan disimpan di dalam tasnya.

“Nisa besok kamu bikin resume rapat ini ya, kalau sudah selesai, langsung kamu serahkan ke ruangan pak Robert, yuk siap-siap kita pulang.” Ujar Adam, Anissa mengangguk dan menyimpan file-file materi yang tadi di presentasekan, Anissa menyimpan laptopnya ke dalam tas.

Mereka berdua meninggalkan ruang rapat, dan turun ke lobbi. “Kamu tunggu disini ya, saya ambil mobil dulu.” Ujar Adam setelah mereka sampai di lobbi, Anissa mengangguk, Adam pun bergegas pergi mengambil mobil.

Anissa melihat ruangan lobbi kantor ini, ada beberapa satpam tengah bertugas shif malam, ruangan lobbi ini cukup luas, ada kolam dengan air mancur di tengah lobi. Tiba-tiba Anissa merasa kepalanya berputar, keringat dingin sebesar biji jagung menyembul di pori-porinya, Nissa meringis memegang perutnya, pandangan matanya semakin buram dan gelap, tanpa disadarinya Nissa terjatuh, samar-samar telinganya mendengar suara-suara tak jelas.



***


Nissa membuka matanya, penglihatannya sesaat kabur, namun tak lama semuanya menjadi jelas, Nissa kebingungan dengan susana sekeliling, “Loh dimana aku..” Batinnya bertanya, Nisa melihat sesosok pria menelungkupkan wajah di samping ranjangnya.

Nisa mengenali sosok itu, “Aduhh apakah aku tadi pingsan? Ya ampun aku udah nyusahin pak Adam.” Nisa memperhatikan sosok pria yang sedang telungkup itu, tangannya refleks hendak membelai rambut pria itu, namun belum sempat menyentuh pria itu menggeliat dan terbangun, duh…Nisa malah berdebar melihat pria itu memandanginya.

“Nis…kamu sudah sadar..” Adam menyentuh kening Anissa untuk merasakan suhu tubuh gadis itu, namun apa yang dilakukan Adam, malah membuat gadis itu menjadi demam, suhu tubuh Nissa menghangat karena pengaruh detak jantungnya yang lebih cepat.

Nissa memejamkan mata membiarkan pria itu meraba keningnya, perasaan nyaman menyergap di relung sukma gadis manis itu, “Nis…kamu baik-baik saja kan.” Suara lembut Adam semakin membuat hati Nisa berdebar tak karuan.

Nisa membuka matanya, duh..wajah tampan pria itu begitu dekat dengannya, wajah Nisa merona merah, Nisa tak mampu mengeluarkan suara, hanya menjawab dengan anggukan.

Tiba-tiba lamunan Nisa buyar, Bulik Harti tergopoh-gopoh datang ditemani Sekar, “Ya ampun Nduk, kamu gak apa-apa kan..” Bu harti sibuk meraba kening Nisa.

“Anissa baik-baik saja bu, dia kayaknya lupa makan siang..” Adam bangun dan memperkenalkan diri pada bulik Harti.

Bu harti mengangguk dan bersalaman dengan Adam, “Tuh kamu kan kebiasaan gitu, kalo udah asik kerja malah lupa makan.” Bu Harti mengomel karena cemas, sedangkan Sekar memperhatikan Nisa dan Adam, seketika Sekar sudah tahu kalau cowok ganteng itu yang membuat wajah kakak sepupunya merona merah.

“Mohon maaf ya bu, saya kurang memperhatikan kondisi Anissa.” Adam membungkuk meminta maaf pada Bu Harti.

“Gak kok pak, bukan salah bapak, saya aja yang lupa waktu, tadi saya antusias membuat materi, jadi nunda makan siang.” Nissa mencoba membela Adam. Sekar tersenyum geli melihat tingkah kakak sepupunya.

“Jangan gitu toh pak, saya yang harusnya terima kasih, bapak udah bawa Anissa ke sini, emang bocah ini yang ndablek.” Bu Harti mencubit gemas pipi Nissa.

“Bulik eh bunda kok tahu Nissa disini.” Tanya Anissa.

“Tadi saya yang memberitahu beliau Nis, saya minta no kontak darurat kamu ke bagian HRD.” Jawab Adam.

“Selamat malam..” seorang dokter ditemani perawat datang memeriksa Nissa, dokter jaga memeriksa dan menulis sesuatu di sebuah kertas yang dipegangnya.

“Dari pemeriksaan, pasien hanya dehidrasi ringan, dan ada tekanan gas lambung sehingga perutnya terasa perih dan panas, keseluruhan gak ada yang perlu di khawatirkan, ibu bisa langsung pulang, ini saya tulis resep, nanti diambil sama perawat ya..”

“Baik dok terima kasih ya..” jawab Adam, dokter dan perwat kemudian meninggalkan mereka.

“Sebentar ya bu, saya akan mengurus administrasinya..” Adam berpamitan dan menuju meja perawat, Nisa memperhatikan Adam yang sedang berbincang dengan perawat, tak lama perawat itu memberikan selembar kertas berwarna merah pada Adam.

“Kamu tuh ya bikin bunda cemas saja, hari pertama kamu kerja sudah pingsan koyo gini nduk..lagipula kenapa sih sampe lupa makan.” Bulik Harti mengusap-usap lengan Nisa.

“Yo maaf bund, Nisa sampai lupa makan, saking asik bikin materi tadi.” Nisa balas mengelus tangan buliknya.

“Kalau bapakmu tahu, bisa dimarahi bunda ini, kamu bisa-bisa disuruh pulang, tau sendiri watak bapakmu.” Ujar Bulik Harti.

“Jo ngomong ke bapak yo bun..” Nisa mengenggam erat tangan buliknya.

“Yoo..” sahut Bulik kesal.

“Bund…kak nisa tuh lupa makan karena mikirin bosnya yang ganteng heheeh..” Sekar menimpali

“Sok tau nih..kamu masih smp kok tau-tauan orang ganteng..” Ucap Nissa.

“Yee…emangnya aku gak punya mata?...liat aja bund, pipi ka Nisa merah gitu tersipu-sipu di temani bos ganteng hahahaha.” Sekar semakin menggoda sepupunya.

“Ahhh sekarrrrrrrrrrr..” jerit Anissa pelan, bulik harti hanya tersenyum melihat candaan dua putrinya itu.



***


“Ini pak tagihannya..” Seorang petugas di ruangan administrasi menyerahkan secarik kuitansi pada Adam.

Adam menyerahkan kartu kreditnya kepada petugas tersebut, “Sebentar ya pak..” Petugas itu mengambil kartu kredit Adam.

“Ini pak kartu kreditnya dan ini bukti pembayaran, terima kasih atas kepercayaan bapak pada Rumah Sakit kami.” Petugas tadi tersenyum ramah, Adam membalas ucapan terima kasih dan kemudian berlalu menuju apotik yang berada di sebelah ruang administrasi.

“Mau tebus resep ini pak.” Adam menyerahkan resep dokter pada petugas loket apotik.

“Baik pak, ditunggu sebentar ya kami hitung dulu..” Petugas itu memeriksa resep dan melakukan penghitungan biaya penebusannya.

“Jadi semuanya sekian pak.” Tak lama petugas tadi menyebutkan total nominal yang harus dibayar Adam, kembali Adam menyerahkan kartu kreditnya.

“Ini tanda terimanya pak, nomor antrian bapak, kami siapkan dulu obatnya ya, harap menunggu.” Adam mengangguk.

Adam duduk di ruang tunggu di depan apotik, diambilnya hp di saku celananya, “Aduh mati ternyata.” Adam memasukkan kembali hpnya, dilihatnya jam tangan waktu sudah hampir jam 8 malam.

“Loh Mas Adam..” Suara wanita mengejutkan Adam.

“eh Milla, kamu di sini juga?” Tanya Adam.

“Iya aku tadi mau bayar kamarnya Fajar, sama mau tebus obat, trus kok liat kayak mas Adam, eh bener Mas Adam.” Jawab Milla.

“Ohh..ya..gimana kabar Fajar Mil.” Tanya Adam lagi.

Milla menjawab kalau ia dan suami memutuskan untuk menginap di rumah sakit, karena rupanya pemeriksaan Fajar akan berlangsung malam nanti, karena dokter yang menangani Fajar mendadak harus operasi pasien.

“Mas Adam sendiri ngapain disini?” Tanya Milla kemudian.

“Aku ngantar asisten aku Mil, tadi abis presentase, dia pingsan, eh gak taunya dia lupa makan siang, tapi sekarang sudah boleh pulang sama dokter.” Jawab Adam.

“Ohh gitu..” Milla manggut-manggut.

“Eh ya, Maya masih disini?” Tanya Adam.

“Maya?” Milla seperti kebingungan mendapat pertanyaan Adam itu.

“Tadi dia bilang ke aku, mau temanin kamu antar Fajar.” Ujar Adam.

“Ohhh,, ehmmm..” Milla bingung menjawab apa.

“Lha malah ooh ehmmm, eh bentar ya..” Adam menghentikan pembicaraannya saat nama Anissa dipanggil oleh petugas apotik.

Milla memandang punggung Adam, “Sepertinya Maya berbohong lagi pada Mas Adam, sebenarnya kemana sih tuh anak..semakin hari semakin aneh, apa jangan-jangan, ahh gak lah, gak mungkin…” Milla memutuskan untuk menutupi kebohongan Maya sekali lagi, biar bagaimanapun Maya adalah sahabatnya.

Milla melihat Adam telah selesai mengambil obat, dan kembali berjalan menghampirinya, “eh ya, Maya masih disini gak Mil?” Tanya Adam kembali.

“Ehmmm, Maya tadi sudah kusuruh pulang mas, pas Bang Andi datang,” Jawab Milla.

“Ohh gitu, Mill, sabar ya, aku yakin Fajar baik-baik saja, aku pulang dulu ya, maaf gak sempet ke atas liat fajar.” Ujar Adam.

“Gak apa-apa mas, ada bang Andi kok diatas, minta doa aja mas ya..” Ucap Milla.

“Pasti Mil, ya udah aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kabarin ya, salam aja buat bang Andi.” Ujar Adam.

“Ya mas, hati-hati di jalan..”

Adam kemudian berlalu meninggalkan Milla, Hati Milla tiba-tiba kesal dengan Maya, sahabatnya itu memaksanya untuk berbohong, Milla mengambil hpnya dalam saku, Milla menulis chat pada Maya, namun tak lama dihapusnya lagi.

“Mending gue telpon langsung aja si Maya!”

--------------------------------------------------------------------------

Bersambung
 
Selamat malam dan selamat istirahat, untyk pelanggan setia silahkan di cek sudah update part 31 dan 32, terima kasih atas perhatiannya
 
Diary Seorang Istri
Part 28—Kejadian Tak Terduga



Maya menggeliatkan tubuhnya, seluruh tulangnya terasa linu, khususnya bagian kakinya yang begitu lama mengangkang tadi, Perlahan Maya membuka matanya, susana kamar terlihat temaram, Maya melihat suasana luar di jendela juga mulai gelap, sesaat Maya kebingungan dimana dirinya sekarang, namun tak lama Maya tersenyum, dia kembali teringat persetubuhan hotnya beberapa saat lalu, matanya celingukan mencari sosok pria yang menidurinya tadi.

Telinga Maya mendengar suara pintu di buka, tak lama sosok yang dicarinya muncul di balik pintu kamar, “Wah bidadari baru bangun…” Ujar Anto tersenyum, Maya hanya tersipu mendengarnya.

“Ini aku belikan makanan, aku ingat dek Maya tadi gak jadi makan, kebetulan di sebelah apartemen ada restoran nasi padang.” Ujar Anto sambil meletakkan bungkusan nasi padang di meja.

Anto mendekati Maya yang masih terbaring, dia duduk disisi Maya, tangannya membelai rambut Maya dengan lembut, Maya menatap Anto lembut, dibiarkan tangan pria perkasa itu membelai rambutnya.

“Jam berapa sekarang mas..?” tanya Maya lirih.

“Hmmm jam enam sore dek, tuh..” Anto menunjuk ke jam dinding yang ada di kamar.

“Haaa..” Maya langsung bangkit dan duduk di ranjang, “Waduh..gimana nih, nanti mas Adam pulang, aku gak di rumah, duhh mau alasan apa, ehh sebentar..bukannya tadi dia bilang mau rapat lagi..” Maya kemudian menghela napas lega.

“Kenapa dek, kok kayaknya bingung?” tanya Anto.

“Gak kok mas, cuman kaget aja udah sore gini..” jawab Maya.

“Pasti takut ketauan suami dek Maya ya..” Ujar Anto.

“Gak kok, tadi dia bilang ada rapat di kantor, paling dia pulang malam..” sahut Maya.

“Pasti rapat ke spa lagi hehehe..” Ujar Anto, Nada bicaranya tedengar sinis.

Maya menoleh ke Anto, “Maaf ya dek, mas gak bermaksud membuat dek Maya terkenang kejadian menyakitkan itu lagi.” Anto duduk disamping Maya, dibelainya jemari lentik wanita cantik itu.

Air wajah Maya berubah, apa yang dikatakan Anto sama seperti yang ada dalam pikirannya, tatapan Maya kosong, dan Anto melihat peluang untuk terus memojokkan suami perempuan itu, sehingga harapannya suatu saat sosok pria itu akan terpojok dan terlempar dari hati sang bidadari.

“Sudahlah gak usah terlalu dipikirkan, nanti dek Maya sakit, bukankah semuanya sudah terbalas kelakuan suami dek Maya..” Anto meremas jemari lentik wanita cantik itu.

Anto menyentuh lembut pipi Maya, “Apapun yang terjadi ke depannya, mas akan selalu ada untuk dek Maya, Mas tahu dek Maya sangat mencintai suami dek Maya itu, meski dek Maya hanya menganggap mas sebagai pelampiasan dendam pada suami dek Maya, mas rela, sungguh..walau mas sangat menyayangi dek Maya, namun mas tak akan memaksakan diri, selama dek Maya masih membutuhkan mas, selama itu pula mas akan selalu ada.”

Maya menatap lembut pria disampingnya ini, tiba-tiba Maya memeluk Anto dengan erat, hanya memeluk tanpa berbicara sepatah katapun.

Anto tersenyum dibalik pelukan Maya, senyumnya terlihat aneh, “Dah yuk makan dulu..abis itu kita pulang udah malem juga..” Ujar Anto.

Maya melepaskan pelukannya, “aku mandi dulu ya mas, baru abis itu makan.”

“Hmmmm kamar mandinya ada bathtube loh dek, mau mandi berdua?” Ujar Anto sambil tersenyum.

Maya membalas dengan senyum malu-malu, “Hmmm boleh juga tuh..yukk..”

Anto langsung berdiri dan menyodorkan tangannya yang langsung digapai Maya, saat berdiri selimut yang menutup tubuh Maya terlepas, tubuh telanjang Maya terlihat indah menantang, Anto tiba-tiba menunduk dan menghisap putting Maya..

“Ahh mas…katanya mau mandi…kok malah nenen sih..” rengek Maya

“Bisnya nenen kamu bagus banget dek..” Anto mendesis sambil memelintir putting maya dengan gemas.

“Lanjutin di bathtube yuk mas…” Maya tersenyum nakal, Anto mengangguk.

“Duh si bobi ini tegang terus ya…bikin gemes aja..” Maya berjalan melewati Anto sambil meremas kontol pria itu.

“Duh dek…..kamu kok jadi nakal sih…” Ucap Anto

“Siapa yang ngajarin weeee.” Maya menjulurkan lidahnya, lalu berlari kecil menuju kamar mandi.

“Awas kamu ya dek…..” Anto tertawa sambil mengejar Maya.



***


“Demikianlah yang saya bisa sampaikan, semoga para bapak dan ibu para pengambil kebijakan dapat melihat kesungguhan kami memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini.” Adam menyelesaikan presentasenya didepan para direksi perusahaan kliennya.

Para direksi yang hadir di ruang rapat saling melihat dan mengangguk satu sama lain, salah seorang direksi yang menjadi juru bicara perusahaan mengatakan akan melakukan rapat internal untuk membahas proposal yang ditawarkan perusahaan Adam.

Anissa yang duduk di dekat projektor presentase hanya melongo dan kagum melihat kemampuan bosnya dalam melakukan presentase, cara bicara Adam yang sistematis serta intonasi suara yang mengalir merdu di telinga membuat semua yang hadir di ruangan rapat ini memperhatikan apa yang disampaikan bosnya itu.

Anissa semakin kagum dengan Adam, selain tampan dan penampilannya yang menawan, Adam juga sangat menguasai materi, Anissa tak bisa membayangkan jika dia harus memberikan presentase di depan para direksi seperti ini, mungkin lidahnya akan kelu, “Gak heran jika Pak Adam di gaji tinggi, sepertinya beliau ini adalah tulang punggung perusahaan.” Batin Anissa teringat dengan perkataan rekan sekantornya yang mengatakan bahwa Adam adalah karyawan dengan gaji tertinggi.

“Hebat mas Adam, tenang aja, rapat internal hanya formalitas aja, pasti pak CEO akan menyetujui proposal anda ini, kalau saya yang berwenang sudah langsung saya tanda tangani kontrak kerja sama hehehe..” seorang direksi menghampiri Adam dan menyalaminya.

“Terima kasih pak Agung..kami tunggu kabar baiknya..” Balas Adam. Nisa pun ikut berdiri dan tersenyum hormat pada direksi tersebut.

Satu persatu para direksi meninggalkan ruang rapat, Adam menyalami mereka satu persatu, setelah semuanya meninggalkan ruangan rapat, Adam kemudian membereskan beberapa dokumen dan disimpan di dalam tasnya.

“Nisa besok kamu bikin resume rapat ini ya, kalau sudah selesai, langsung kamu serahkan ke ruangan pak Robert, yuk siap-siap kita pulang.” Ujar Adam, Anissa mengangguk dan menyimpan file-file materi yang tadi di presentasekan, Anissa menyimpan laptopnya ke dalam tas.

Mereka berdua meninggalkan ruang rapat, dan turun ke lobbi. “Kamu tunggu disini ya, saya ambil mobil dulu.” Ujar Adam setelah mereka sampai di lobbi, Anissa mengangguk, Adam pun bergegas pergi mengambil mobil.

Anissa melihat ruangan lobbi kantor ini, ada beberapa satpam tengah bertugas shif malam, ruangan lobbi ini cukup luas, ada kolam dengan air mancur di tengah lobi. Tiba-tiba Anissa merasa kepalanya berputar, keringat dingin sebesar biji jagung menyembul di pori-porinya, Nissa meringis memegang perutnya, pandangan matanya semakin buram dan gelap, tanpa disadarinya Nissa terjatuh, samar-samar telinganya mendengar suara-suara tak jelas.



***


Nissa membuka matanya, penglihatannya sesaat kabur, namun tak lama semuanya menjadi jelas, Nissa kebingungan dengan susana sekeliling, “Loh dimana aku..” Batinnya bertanya, Nisa melihat sesosok pria menelungkupkan wajah di samping ranjangnya.

Nisa mengenali sosok itu, “Aduhh apakah aku tadi pingsan? Ya ampun aku udah nyusahin pak Adam.” Nisa memperhatikan sosok pria yang sedang telungkup itu, tangannya refleks hendak membelai rambut pria itu, namun belum sempat menyentuh pria itu menggeliat dan terbangun, duh…Nisa malah berdebar melihat pria itu memandanginya.

“Nis…kamu sudah sadar..” Adam menyentuh kening Anissa untuk merasakan suhu tubuh gadis itu, namun apa yang dilakukan Adam, malah membuat gadis itu menjadi demam, suhu tubuh Nissa menghangat karena pengaruh detak jantungnya yang lebih cepat.

Nissa memejamkan mata membiarkan pria itu meraba keningnya, perasaan nyaman menyergap di relung sukma gadis manis itu, “Nis…kamu baik-baik saja kan.” Suara lembut Adam semakin membuat hati Nisa berdebar tak karuan.

Nisa membuka matanya, duh..wajah tampan pria itu begitu dekat dengannya, wajah Nisa merona merah, Nisa tak mampu mengeluarkan suara, hanya menjawab dengan anggukan.

Tiba-tiba lamunan Nisa buyar, Bulik Harti tergopoh-gopoh datang ditemani Sekar, “Ya ampun Nduk, kamu gak apa-apa kan..” Bu harti sibuk meraba kening Nisa.

“Anissa baik-baik saja bu, dia kayaknya lupa makan siang..” Adam bangun dan memperkenalkan diri pada bulik Harti.

Bu harti mengangguk dan bersalaman dengan Adam, “Tuh kamu kan kebiasaan gitu, kalo udah asik kerja malah lupa makan.” Bu Harti mengomel karena cemas, sedangkan Sekar memperhatikan Nisa dan Adam, seketika Sekar sudah tahu kalau cowok ganteng itu yang membuat wajah kakak sepupunya merona merah.

“Mohon maaf ya bu, saya kurang memperhatikan kondisi Anissa.” Adam membungkuk meminta maaf pada Bu Harti.

“Gak kok pak, bukan salah bapak, saya aja yang lupa waktu, tadi saya antusias membuat materi, jadi nunda makan siang.” Nissa mencoba membela Adam. Sekar tersenyum geli melihat tingkah kakak sepupunya.

“Jangan gitu toh pak, saya yang harusnya terima kasih, bapak udah bawa Anissa ke sini, emang bocah ini yang ndablek.” Bu Harti mencubit gemas pipi Nissa.

“Bulik eh bunda kok tahu Nissa disini.” Tanya Anissa.

“Tadi saya yang memberitahu beliau Nis, saya minta no kontak darurat kamu ke bagian HRD.” Jawab Adam.

“Selamat malam..” seorang dokter ditemani perawat datang memeriksa Nissa, dokter jaga memeriksa dan menulis sesuatu di sebuah kertas yang dipegangnya.

“Dari pemeriksaan, pasien hanya dehidrasi ringan, dan ada tekanan gas lambung sehingga perutnya terasa perih dan panas, keseluruhan gak ada yang perlu di khawatirkan, ibu bisa langsung pulang, ini saya tulis resep, nanti diambil sama perawat ya..”

“Baik dok terima kasih ya..” jawab Adam, dokter dan perwat kemudian meninggalkan mereka.

“Sebentar ya bu, saya akan mengurus administrasinya..” Adam berpamitan dan menuju meja perawat, Nisa memperhatikan Adam yang sedang berbincang dengan perawat, tak lama perawat itu memberikan selembar kertas berwarna merah pada Adam.

“Kamu tuh ya bikin bunda cemas saja, hari pertama kamu kerja sudah pingsan koyo gini nduk..lagipula kenapa sih sampe lupa makan.” Bulik Harti mengusap-usap lengan Nisa.

“Yo maaf bund, Nisa sampai lupa makan, saking asik bikin materi tadi.” Nisa balas mengelus tangan buliknya.

“Kalau bapakmu tahu, bisa dimarahi bunda ini, kamu bisa-bisa disuruh pulang, tau sendiri watak bapakmu.” Ujar Bulik Harti.

“Jo ngomong ke bapak yo bun..” Nisa mengenggam erat tangan buliknya.

“Yoo..” sahut Bulik kesal.

“Bund…kak nisa tuh lupa makan karena mikirin bosnya yang ganteng heheeh..” Sekar menimpali

“Sok tau nih..kamu masih smp kok tau-tauan orang ganteng..” Ucap Nissa.

“Yee…emangnya aku gak punya mata?...liat aja bund, pipi ka Nisa merah gitu tersipu-sipu di temani bos ganteng hahahaha.” Sekar semakin menggoda sepupunya.

“Ahhh sekarrrrrrrrrrr..” jerit Anissa pelan, bulik harti hanya tersenyum melihat candaan dua putrinya itu.



***


“Ini pak tagihannya..” Seorang petugas di ruangan administrasi menyerahkan secarik kuitansi pada Adam.

Adam menyerahkan kartu kreditnya kepada petugas tersebut, “Sebentar ya pak..” Petugas itu mengambil kartu kredit Adam.

“Ini pak kartu kreditnya dan ini bukti pembayaran, terima kasih atas kepercayaan bapak pada Rumah Sakit kami.” Petugas tadi tersenyum ramah, Adam membalas ucapan terima kasih dan kemudian berlalu menuju apotik yang berada di sebelah ruang administrasi.

“Mau tebus resep ini pak.” Adam menyerahkan resep dokter pada petugas loket apotik.

“Baik pak, ditunggu sebentar ya kami hitung dulu..” Petugas itu memeriksa resep dan melakukan penghitungan biaya penebusannya.

“Jadi semuanya sekian pak.” Tak lama petugas tadi menyebutkan total nominal yang harus dibayar Adam, kembali Adam menyerahkan kartu kreditnya.

“Ini tanda terimanya pak, nomor antrian bapak, kami siapkan dulu obatnya ya, harap menunggu.” Adam mengangguk.

Adam duduk di ruang tunggu di depan apotik, diambilnya hp di saku celananya, “Aduh mati ternyata.” Adam memasukkan kembali hpnya, dilihatnya jam tangan waktu sudah hampir jam 8 malam.

“Loh Mas Adam..” Suara wanita mengejutkan Adam.

“eh Milla, kamu di sini juga?” Tanya Adam.

“Iya aku tadi mau bayar kamarnya Fajar, sama mau tebus obat, trus kok liat kayak mas Adam, eh bener Mas Adam.” Jawab Milla.

“Ohh..ya..gimana kabar Fajar Mil.” Tanya Adam lagi.

Milla menjawab kalau ia dan suami memutuskan untuk menginap di rumah sakit, karena rupanya pemeriksaan Fajar akan berlangsung malam nanti, karena dokter yang menangani Fajar mendadak harus operasi pasien.

“Mas Adam sendiri ngapain disini?” Tanya Milla kemudian.

“Aku ngantar asisten aku Mil, tadi abis presentase, dia pingsan, eh gak taunya dia lupa makan siang, tapi sekarang sudah boleh pulang sama dokter.” Jawab Adam.

“Ohh gitu..” Milla manggut-manggut.

“Eh ya, Maya masih disini?” Tanya Adam.

“Maya?” Milla seperti kebingungan mendapat pertanyaan Adam itu.

“Tadi dia bilang ke aku, mau temanin kamu antar Fajar.” Ujar Adam.

“Ohhh,, ehmmm..” Milla bingung menjawab apa.

“Lha malah ooh ehmmm, eh bentar ya..” Adam menghentikan pembicaraannya saat nama Anissa dipanggil oleh petugas apotik.

Milla memandang punggung Adam, “Sepertinya Maya berbohong lagi pada Mas Adam, sebenarnya kemana sih tuh anak..semakin hari semakin aneh, apa jangan-jangan, ahh gak lah, gak mungkin…” Milla memutuskan untuk menutupi kebohongan Maya sekali lagi, biar bagaimanapun Maya adalah sahabatnya.

Milla melihat Adam telah selesai mengambil obat, dan kembali berjalan menghampirinya, “eh ya, Maya masih disini gak Mil?” Tanya Adam kembali.

“Ehmmm, Maya tadi sudah kusuruh pulang mas, pas Bang Andi datang,” Jawab Milla.

“Ohh gitu, Mill, sabar ya, aku yakin Fajar baik-baik saja, aku pulang dulu ya, maaf gak sempet ke atas liat fajar.” Ujar Adam.

“Gak apa-apa mas, ada bang Andi kok diatas, minta doa aja mas ya..” Ucap Milla.

“Pasti Mil, ya udah aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kabarin ya, salam aja buat bang Andi.” Ujar Adam.

“Ya mas, hati-hati di jalan..”

Adam kemudian berlalu meninggalkan Milla, Hati Milla tiba-tiba kesal dengan Maya, sahabatnya itu memaksanya untuk berbohong, Milla mengambil hpnya dalam saku, Milla menulis chat pada Maya, namun tak lama dihapusnya lagi.

“Mending gue telpon langsung aja si Maya!”

--------------------------------------------------------------------------

Bersambung
Teng kyu banget updetannya mas bro @pujangga2000
 
Bimabet
Apakah Maya akan ketahuan?hiiiii
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd