Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Diary Seorang Istri
Part 63 - Kerinduan Yang Terlampiaskan


Kabar tentang musibah yang dialami Adam, menjadi berita yang mengejutkan bagi setiap rekan-rekan kerjanya, mereka tak menyangka kalau Adam yang selama ini mereka kenal sebagai pria baik dan ramah, bisa mengalami kejadian yang tragis seperti itu, Pak Roberts dan Edwin juga tak lepas tangan, mereka mengerahkan semua yang bisa mereka lakukan untuk memastikan Adam mendapat perawatan yang baik, Di tangani oleh Tim yang dipimpin oleh Profesor Suharso membuat kedua big boss itu yakin Adam bakalan pulih seperti sedia kala.

“Ini sudah 36 jam sejak proses Hibernasi dilakukan, tadi saya sudah memeriksa secara menyeluruh, perkembangan pasien cukup baik, dan sudah sesuai yang saya harapkan.” Ujar Profesor Suharso pada Maya yang terus cemas mendampingi suaminya.

Adam kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dan Maya memutuskan untuk menginap di ruangan perawatan Adam ketimbang di hotel, apalagi ruang perawatan Adam berada di kelas VVIP, hampir mirip dengan kamar hotel.

“Terima kasih prof.” Ujar Maya singkat.

“Mengingat kondisi Pak Adam yang stabil setelah 36 jam ini, saya merekomendasikan beliau untuk dipindahkan ke Jakarta, saya sudah bicarakan dengan kolega saya di Jakarta, kebetulan di sana peralatannya lebih lengkap..”

Maya memandang profesor Suharso, wajahnya terlihat gembira, “Benarkah Prof? apa nanti tidak menganggu proses pemulihan suami Saya? Tapi apa…duh gimana ya, jarak Surabaya dan Jakarta kan cukup jauh Dok, apa gak apa-apa?”

“Ya ndak pakai kendaraan darat toh bu, sekarang kan ada namanya ambulance udara, Pak Edwin pasti tahu soal itu, jadi nanti sesampainya di rumah Sakit pak Adam langsung ditangani seperti disini, meskipun Rumah Sakit ini juga punya peralatan memadai untuk pemulihan Pak Adam, namun peralatan yang ada di Jakarta lebih canggih, dan Insya Allah membuat Pak Adam lebih cepat pulih.” Ujar Profesor Suharso.

“Apalagi kan ibu juga bekerja, kalau pak Adam di jakarta, ibu kan bisa memantau pak Adam sepulang kerja, apalagi kondisi beliau juga sebenarnya tak perlu di tunggui, tapi semuanya berpulang ke Ibu untuk memutuskan, sebagai Dokter saya merekomendasikan seperti itu.” Lanjut Profesor Harso.

“Baik Prof, saya ikut saja dengan saran Profesor, tapi saya gak paham gimana caranya nyari apa tadi , Ambulance Udara.” Maya agak bingung.

“Sebenarnya tadi saya sudah bicara dengan Pak Edwin, beliau bilang terserah dengan keputusan ibu sebagai wali pasien, kalau ibu menyetujui transfer ke Jakarta, maka beliau akan persiapkan semua yang diperlukan, ibu tenang saja biar pihak Kantor Pak Adam yang mengurus semua.” Ucap Profesor Harso ramah.

“Profesor sepertinya kenal baik dengan pak Edwin ya.” Tanya Maya.

“Bukan kenal lagi bu, ibaratnya saya ini dokter keluarganya, dari mulai bapaknya dulu, ahh panjang ceritanya, baiklah kalau ibu sudah menyetujui kami akan persiapkan pasien, sekaligus juga koordinasi dengan pihak Rumah Sakit disana, kami permisi dulu.” Profesor Harso dan anggota Tim meninggalkan kamar perawatan Adam.

Kebetulan saat hendak keluar, Santoso tiba di ruangan tersebut, Profesor Harso menyapa dan bersalaman dengan Santoso, Maya hanya tersenyum melihat kedatangan Santoso, namun Maya juga sedikit gak nyaman denga kehadiran Santoso, Maya merasa Santoso seolah bersikap sinis padanya.

Santoso berjalan dan melihat kondisi sahabatnya yang terbaring tak berdaya, Santoso duduk di dekat Adam sambil menundukkan kepala, sepertinya pria itu sedang berdoa untuk kesembuhan sahabatnya.

Maya duduk di sofa tamu kamar perawatan tersebut, dia merasa risih berdekatan dengan Santoso, hatinya selalu berdesir tak enak, karena Maya merasa pria ini begitu dingin terhadapnya, Maya juga bingung dengan sikap Santoso yang terasa kurang bersahabat padanya, padahal Maya baru saja ketemu dengan pria itu lagi setelah beberapa tahun lalu, Maya tak menyadari kalau Santoso mengetahui perbuatan Nistanya berselingkuh dengan Anto.

“Tadi Pak Edwin telah bicara dengan saya, soal pemindahan Adam ke Jakarta, bagaimana menurut mbak Maya, apakah Mbak Maya menyetujui hal tersebut?” Nada dingin terdengar dari ucapan Santoso.

“Iya, barusan Profesor Harso mengutarakan hal tersebut, dan saya sudah menyatakan setuju.” Jawab Maya.

“Baiklah kalau gitu, saya permisi dulu.” Santoso kemudian meninggalkan ruangan perawatan Adam, saat telah diluar Santoso menghela napas, “Semakin lama berada didekat perempuan itu darahku terasa mendidih, kalau saja..” Santoso menangkupkan kedua gerahamnya pertanda emosinya mulai naik.

Ya Santoso merasa kesal dengan perilaku Maya, dia merasa canggung di dekat istri sahabatnya itu, melihat Maya, luka lama Santoso seolah kembali menganga, luka yang mulai mengering kini terasa perih kembali, Namun Santoso tak bisa berbuat apa-apa terhadap Maya, Santoso sudah bertekad ingin membuat perhitungan dengan Anto, ya pria itu kembali membuat kacau rumah tangga orang lain, dan kini korbannya adalah sahabatnya sendiri. Begitu banyak rencana berseliweran di benaknya untuk membalas perbuatan Anto, namun dia tak ingin gegabah seperti dulu, dia ingin pembalasan dendam yang begitu menyakitkan namun halus terhadap pria itu, sedangkan soal Maya, biarlah suaminya yang nanti menghukumnya, Santoso merasa Maya bukanlah urusannya.

***

Olivia membuka matanya perlahan, tangannya terlentang keatas, tubuhnya mengulet, diluar terlihat langit mulai temaram, Olivia mengucek matanya, lalu celingukan mencari seseorang.

“Halo cantik…udah bangun kamu beb.” Ucap Anto tersenyum manis, sambil menghampiri Olive.

“Kamu darimana beb..” Tanya Olivia.

“Aku dari tadi disini aja, gak kemana-mana, Aku kangen ama kamu, makanya aku dari tadi liatin kamu tidur, kamu cantik sekali saat tidur.” Anto naik kekasur dan berbaring di sebelah Olivia, keduanya berbaring saling menatap.

“Ciyus? Gombal ah..”” Ujar Olivia sambil tersenyum.

“Suer, sejak aku jemput di bandara tadi pagi, kamu langsung tidur, keliatannya kamu capek banget.” Ucap Anto sambil membelai lembut rambut Olivia.

“Ya ampun aku tidur berapa jam? Udah jam berapa sekarang beb??” Tanya Olivia, lalu berusaha mengambil handphonenya.

“Sekarang jam setengah 7 waktu Indonesia Barat. Sayang…” Jawab Anto.

“Aduhh hampir 8 jam berarti aku tidur, aku kayaknya Jetleg deh beb, di New York kan sekarang pagi, maaf ya aku jadi cuekin kamu.” Olivia menguap lebar sambil mengangkat tangannya, tiba-tiba dia menjerit saat Anto merangsek mencium ketiaknya, “Beb…geli ahhh..” Olivia terkikik kegelian.

“Aku kangen aroma tubuh kamu sayang…” Anto memegang kedua tangan Olivia yang terangkat ke atas, tubuh Anto kini berada diatas tubuh Olivia, keduanya saling menatap, entah kenapa di pandangan Anto wajah Olivia berubah menjadi wajah Maya, wajah Cantik Maya tersenyum manja kepadanya, Anto berusaha menghilangkan bayangan Maya, dia tak ingin Olivia tahu apa yang sedang dipikirkannya.

Olivia mengernyitkan keningnya saat melihat Anto sedikit ragu melanjutkan aksinya, “Beb kenapa?” Tanya Olivia.

Bukan Anto sang don juan ulung jika dia tak mampu berkelit, “heheeh maaf yank…aku jadi kelewatan gini, kamu kan lagi capek.” Ujar Anto lalu merebahkan kembali tubuhnya di samping Olivia.

“Hmmm…ya udah aku mandi dulu ya beb..rasanya badanku lengket semua, bentar ya beb..” Olivia bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.

Sepeninggal Olivia ke kamar mandi, Anto menepuk jidatnya berkali-kali, sungguh dia kesal dengan pikirannya, kenapa saat-saat seperti ini malah wajah Maya yang terbayang, “bagaimana jika Olivia menyadari perubahan sikapku, duh sialan..” Anto mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Olivia sebenarnya perempuan yang sempurna secara fisik, wajahnya juga sensual, pria manapun pasti akan menjadikan Olivia sebagai bahan colinya, namun jika dibandingkan dengan Maya yang jauh lebih muda, Olivia memang sedikit kalah, ada sesuatu di diri Maya yang membuat Anto begitu bernapsu menyetubuhinya, mungkin karena kulit Maya yang begitu mulus sempurna, atau sikap manjanya, atau mungkin juga karena statusnya sebagai binor? Entahlah, Anto merasa dia harus menjaga sikap dihadapan Olivia, dia tak ingin Olivia mencurigainya, Anto tahu Olivia adalah perempuan cerdas yang bisa membaca bahasa tubuh orang lain.

Anto mengambil hpnya, dicarinya nama Maya di kontak, nama itu dirubahnya menjadi Ahmad, entah kenapa nama itu dipilih olehnya, lalu kemudian Anto menyeting nomor Maya menjadi daftar hitam, dengan demikian Maya tak bisa menghubunginya baik melalui chat ataupun menelpon langsung, Anto benar-benar menjaga agar Olivia tak mengetahui perbuatannya.

***

“Beb……” Anto menoleh kearah suara lirih yang memanggilnya, Olivia bersandar di dinding hanya mengenakan handuk, posenya begitu menantang dan sensual, Anto teringat ketika Maya datang ke apartemen ini, posisinya sama seperti Olive saat ini, Dalam pandangannya Anto melihat sosok Olive sebagai Maya, perempauan itu memandangnya dengan pandangan horni sambil menggigit bibir, Anto segera tersadar kalau yang berdiri didepannya itu bukanlah Maya, tapi Olive.

Olive mendekati Anto yang sedang duduk di ranjang, jalannya perlahan sambil mengibaskan rambutnya yang masih basah, lelaki normal manapun akan bangkit birahinya melihat keadaan Olive yang begitu sensual, kulit putihnya begitu cerah, gundukan payudara yang membusung dibalik handuk, duh handuk itu juga pendek sekali hanya beberapa centi dari gundukan tembem di selangkangan perempuan seksi tersebut.

Anto berdiri dan memegang tangan Olive, diciuminya punggung tangan jenjang dengan jari lentik tersebut, “Kamu seksi banget beb..” Ujar Anto lirih.

Olive duduk di ranjang membelakangi Anto, perlahan Anto melepaskan handuk yang dikenakan Olive, dengan penuh kelembutan Anto mengeringkan rambut Olive, lalu Anto membuang handuk itu kelantai, Anto membungkuk dan mulai mengendusi tengkuk jenjang Olive, “Harum banget sayang..” Anto menciumi leher jenjang Olive, bibir Anto terus menyusuri hingga bahu, bulu halus Olive meremang akibat perlakuan Anto, Olive menggapai kepala Anto yang sedang terbenam di pundak mulusnya.

Anto meremas payudara Olive yang menggantung, dipilinnya putting berwarna kecoklatan itu, “Dah lama aku gak nenen ini sayang..tambah indah sekali duhh..” ujar Anto gemas.

“Kamu bisa nenen sepuasnya sekarang sayang…payudara aku kendor ya sayang..?” Tanya Olive.

“Hmmm, payudara kamu gak kalah sama perempuan dua puluh tahunan kok, seksi dan menggiurkan.” Ujar Anto, terang saja Anto berkata begitu, karena dia kini malah membayangkan meremas dan memilin putting milik Maya.

Walau Anto membayangkan Maya, namun Anto masih bisa menjaga sikapnya agar tak ketahuan oleh Olive, sambil memilin putting Olive, Anto membisikkan kata-kata cabul yang sepertinya disukai oleh Olive, terlihat dari responnya yang kadang tertawa geli.

Olivia membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Anto, ditariknya Anto agar naik keranjang, Anto beringsut naik dan kini berhadapan dengan wajah Olivia, keduanya tersenyum sambil menatap satu sama lain, wajah Olive maju mendekati Anto, bibirnya mengecup pelan bibir tebal Anto.

Anto menatap Olive tanpa bereaksi, dibiarkannya perempuan cantik itu menciumi wajahnya, pipi, kening, leher, semua tak luput dari ciuman Olive, hingga akhirnya Anto memegang pipi Olive dengan kedua tangannya, tak ada lagi senyum di bibir keduanya, api birahi menyala dari mata keduanya, mereka saling menatap tajam, Anto kemudian melumat bibir olive dengan penuh napsu, perempuan cantik itu juga tak mau kalah, dilayaninya kuluman dan lumatan kekasihnya itu tak kalah bernapsu pula, liur saling berkecipak bagaikan melodi birahi yang mulai menjalar di sekujur tubuh keduanya, lumatan , rabaan, saling berpacu dalam syahwat yang menggelora.

Olive melepaskan bibirnya, matanya menyala-nyala, olivia bagaikan singa betina yang dahaga kepuasan birahi, didorongnya tubuh pejantannya hingga berbaring, Olivia melompat menelungkupi tubuh Anto, dengan histeris diciuminya leher kekar kekasihnya itu, Olivia menjilati sekujur leher, bahu, dada, dan kemudian melumat putting Anto dengan penuh napsu, napas Olive mulai tersengal akibat hasrat birahi yang semakin menggelora. Tangannya mulai melucuti celana jeans yang dikenakan Anto, pria bertubuh kekar dan gelap itu membantu Olivia membuka celananya, olivia begitu tak sabaran segera melucuti satusatunya kain yang tersisa di tubuh Anto.

Mata Olive terbelalak berbinar melihat batang Anto yang tegak mengacung, Olivia membelai batang penuh urat tebal itu dengan histeris, olivia mendesis bagaikan ular yang lapar sambil mengocok kontol Anto, pria itu hanya tengadah menikmati perlakuan betinanya yang mulai binal, matanya terpejam dan sesekali menyeringai saat telunjuk Olive dengan nakal mengusap lubang kencingnya yang penuh precum.

Anto berbaring telentang sambil tersenyum, kedua tangannya diangkat keatas dan menjadi penyangga kepalanya, Olivia menggigit bibirnya menatap Anto, perempuan cantik itu kemudian beringsut sedikit kebelakang lalu menungging tepat dihadapan kontol Anto yang semakin tegak mengacung.

Olivia memegang kontol berwarna kecoklatan dengan urat-urat tebal di sekelilingnya, kontol itu agak sedikit bengkok, jemari halus Olivia membelai urat-urat tebal itu dengan gemas, Olivia mulai membuka mulutnya, lidahnya mencoba mengorek air bening yang menyembul di lubang kencing Anto, lalu kemudian mulutnya menghisap dalam kepala kontol Anto, pipi Olive terlihat mengempit pertanda hisapannya yang kuat, seolah Olivia ingin menghisap seluruh precum dari dalam kontol besar itu.

Olivia menyusuri batang kontol itu dengan lidahnya, memang Anto harus mengakui kehebatan Olivia dalam memanjakan kontol lelaki, setiap gerakan lidah perempuan itu mampu menggetarkan syaraf-syaraf birahinya, jilatan dan hisapan Olivia pada buah pelir pertanda Olivia tahu titik sensitif dari kontol lelaki, Rasa ngilu dan geli menjadi perpaduan yang begitu nikmat bagi Anto, Andai Anto bukan lelaki berpengalaman, pastilah sejak tadi dia tak tahan, namun Anto adalah gigolo pengalaman, dia mampu mengontrol emosi birahinya, Anto membiarkan perempuan cantik itu berbuat semaunya pada kontol besarnya, Olivia yang seorang diplomat dan juga seorang perempuan yang disegani para koleganya, kini bagaikan seorang hamba sahaya yang sedang memuja sang dewa, tanpa jijik lidahnya menyusuri anus sang pejantan lalu naik ke buah pelir yang menggelendot, dan dengan gemas perempuan itu menghisap buah pelir sang pejantan.

Anto kini mulai membalas semua perlakuan Olivia tadi, kini balik Olivia yang terlentang, sepasang kaki jenjangnya mengangkang naik keatas, Anto telungkup, wajahnya tepat berada didepan memek sang betina, Anto membuka bibir memek Olivia, lendir terlihat mengkilapkan dinding memek Olivia, Jari Anto mencungkil pelan lendir kental itu, bagaikan tali benang lendir itu terlihat sangat kental, Anto menghisap telunjuknya yang dipenuhi lendir, Olivia menyaksikan sambil tersenyum, “Enak sayang rasanya?” Tanya Olivia, Anto memberikan telunjuknya pada Olivia yang langsung dihisap dengan penuh napsu oleh Olivia.

Lidah Anto mulai menjalankan aksinya, lidah yang telah di bubuhi gel jagoan Anto itu kini mulai membelai sisi dalam memek Olivia, lidah Anto terus mengorek luvbang memek Olivia, dengusan napas Anto terasa membelai lembut klitoris Olivia, perempuan cantik itu terlihat bagaikan orang kesurupan, perlakuan lidah Anto ditambah reaksi gel pada memeknya membuat Olivia histeris, kedua tangannya meremas kencang payudaranya sendiri.

Anto semakin menyerang syahwat Olivia, sambil menghisap klitoris Olivia, Anto mengocok memek Olivai dengan kedua jarinya, olivia semakin belingsatan, diremasnya apapun yang bisa dijangkaunya, kocokan jari besar Anto terasa perih namun begitu nikmat, ada rasa gatal yang terpuaskan saat jemari itu menghujam masuk ke memeknya, saat gelombang orgasmenya semakin naik dan hampir mendekati puncak, Anto tiba-tiba menghentikan semua, tak Cuma sekali tapi hingga berulang kali, dan tentu saja Olivia menjadi sedikit kesal, orgasmenya yang terbangun seolah buyar.

Anto tak mempedulikan rengekan kesal Olivia, Kini Anto beringsut mendekati Olivia, tubuhnya kini sejajar disamping Olivia, dengan kasar Anto mengangkat sebelah kaki Olivia, lalu Anto mulai mengarahkan kontolnya pada lubang nikmat perempuan cantik itu, memek Olivia terlihat semakin bengkak dan meleber.

Anto menuntun batang kontolnya ke dalam lubang Olivia, setelah mulai masuk, Anto segera menghentakkan pantatnya hingga kontol besarnya masuk kedalam, Olivia melenguh, sesaat dia merasa nyawanya seolah lenyap saat kontol besar itu masuk menerobos kedalam lubang memeknya.

Anto menghunjamkan kontol besarnya dengan gerakan kasar, pantatnya menghentak kencang dan membuat kontolnya semakin ambals lenyap menjadi penghuni lubang gelap yang becek itu, suara kecipak lendir terdengar erotis, Kontol Anto mulai dipenuhi krim putih lendir Olivia yang semakin mengental, perempuan cantik itu mengerang, melenguh dan tenggelam dalam kenikmatan yang diberikan oleh kontol pejantannya, Kontol Anto semakin cepat menumbuk dan memompa memek Olivia, hingga beberapa menit kemudian, Anto merasa ada sesuatu yang mendesak didalam lubang Olivia, Anto mencabut kontolnya, diiringi jeritan, air pipis Olivia memancur kuat dari memeknya, napas Olivia tersengal-sengal, matanya yang tadi mendelik kini terpejam erat, tubuhnya masih gemetar, Olivia melipat dengkulnya yang gemetaran, napasnya memburu, Anto mengelap butir keringat dari dahi sang betina sambil tersenyum.

--------------

Bersambung
end part 63
 
Thread keren, gaya penulisan luar biasa, alur runtut, mengundang emosi pembaca.
Jam terbang tinggi tak bisa boong.
 
pingin lihat kena karma dr perbuatannya...apakah maya akan mengakui kehamilannya ke adam atau akan memberitahu ke anto...kaya nya maya akan kebingungan karena anto sdh memblokir nomor hp maya...semakin seru dan penasaran dg maya gmn akan menyembunyikan kehamilannya
Ya mungkin aja hu. Si maya bisa boong ke Adam. Dengan Lihai. Tapi lihata aja saksi hidup Santoso, Rebon sama Anisa. Belum lagi rekaman cctv di resort waktu itu. Kalo Adam nekat bisa juga cek kartu Atm Maya terakhir digunakan di mana. Sangat mudah sebenarnya kalo maya ke Gep, keterangan Mama Fajar juga bisa jadi halangan maya hu karena kan bilang waktu itu ke adam kalo ke rumah sakit buat nemenin si fajar berobat.

Dari runtutan cerita kebohongan itu. Entah sengaja atau tidak, Sikap Maya udah ga bisa di tolerir hu kalo saya Pribadi ya. Apalagi saat ini maya hamil anak si kecoa kampung.. Makin rumit kan hu.

Dari runtutan sandiwara maya itu ke Adam kalo misalkan maya tau si kecoa kampung cuma anggap dirinya Sex Toys dampak negatif yang besar bisa terjadi kan hu. Mulai dari Maya keguguran sampe depresi karena kebodohannya.

Di sinilah peran Adam menentukan sikap ke Maya. Memaafkan sebagai kesempatan kedua atau meninggalkan Maya dengan rasa sakit hati yang dalam banget..

Maaf hu. Ini persepsi amatiran dari ane aja. Sekali lagi kalo ane pribadi Maya ga bisa di maafkan untuk saat ini.



Hu @pujangga2000 monggo dilanjut
 
Bimabet
Diary seorang Istri
Part 64 - Rencana Maya


Proses pemindahan Adam ke Jakarta berjalan lancar, tanpa ada kendala berarti, pengaruh uang dan kekuasaan sangat berperan dalam hal ini, pihak rumah sakit PadaMaya telah siap menyambut kedatangan pasien, setibanya di rumah sakit, Adam langsung dimasukkan ke ICU untuk memantau kondisinya, Tim Dokter ingin memastikan proses hibernasi Adam tak terganggu akibat perjalanan dari Surabaya ke Jakarta.

Maya, Anisa dan Santoso yang ikut dalam helikopter berlari kecil mengikuti gerakan paramedis yang sangat lincah dan sigap membawa Adam ke ruangan ICU.

Selama perjalanan dan kini menyusuri lorong rumah sakit, tak henti-hentinya Dokter dan Perawat memantau fungsi vital Adam melalui monitor, dokter yang ikut mendampingi terus berkomunikasi dengan profesor Suharso untuk melaporkan parameter yang tertera di monitor, profesor Suharso sendiri tidak ikut menemani ke Jakarta, beliau telah mempercayakan penanganan Adam pada koleganya di jakarta, kapanpun dibutuhkan profesor Suharso siap ke Jakarta.

Maya duduk menunduk di depan ruang ICU, terlihat mulutnya komat Kamit seperti membaca doa, begitu juga Nissa,walaupun terlihat tenang, namun jelas sekali gadis cantik itu gelisah. Sedangkan Santoso berdiri mondar mandir wajah Santoso terlihat tegang, walau perangainya keras, namun apa yang menimpa sahabatnya membuat hatinya sedih, apalagi dia memergoki sendiri istri sahabatnya itu malah asyik bersenang-senang dengan pria lain, kesal, marah, geram dan cemas tergambar dari raut wajahnya yang tegang.

Terdengar di kejauhan suara langkah sepatu semakin mendekat, Maya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan sahabatnya Milla, perempuan itu datang ditemani suaminya, Maya berdiri dan menunggu Milla, segera mereka berpelukan, tangis Maya tumpah di pelukan sahabatnya itu. Milla hanya mengelus punggung sahabatnya itu, setelah reda tangis Maya, mereka duduk menjauh dari depan ruang ICU.

“Makasih ya Mil, udah dateng..” Ujar Maya sambil menggenggam jemari sahabatnya itu.

“Gue pasti datang say, baru aja gue mau cari tiket ke Surabaya, gimana keadaan Mas Adam.” Tanya Milla, Maya menjelaskan mengenai prosedur yang dilakukan oleh tim medis, Milla hanya mengangguk, walau tak mengerti istilah yang diucapkan Maya, namun dia tahu kalau kondisi Adam sangat serius.

“Lu sabar ya say, gue yakin Mas Adam akan kembali pulih kayak semula, pokoknya jangan putus doa, gak ada yang kita bisa lakuin secara medis, tapi kita bisa berdoa untuk kesembuhan orang yang kita cintai say.” Ujar Milla mengusap punggung tangan sahabatnya itu.

“Thanks ya Mil, oh ya gimana kabar Fajar, sori banget gue gak bisa nemenin lo..” Ucap Maya.

“Alhamdulillah Fajar baik-baik saja, ternyata apa yang di prediksi dokter salah, dokter juga bingung, tapi gue rasa itu jawaban dari setiap doa yang gue panjatkan May, dan gue yakin Mas Adam bakalan baik-baik saja.” Jawab Milla.

Milla melihat wajah sahabatnya ini sangat pucat dan letih, lingkaran hitam samar terlihat di bawah kelopak mata Maya, “May..lu juga harus mikirin diri sendiri juga, kalau lu ikutan sakit kan malah berabe, muka lu tuh pucet banget.” Ujar Milla lagi.

Sebagai wanita yang sudah berpengalaman, Milla menangkap sesuatu sedang terjadi dengan sahabatnya ini, letih dan pucat dari pancaran wajah Maya, bukan hanya karena kondisinya yang letih menunggui suaminya, namun Milla mulai curiga kalau Maya sedang hamil.

“May, apa lu lagi isi?” Tanya Milla.

Maya sedikit terkejut mendengar pertanyaan sahabatnya itu, sebenarnya Maya tak ingin membicarakan kehamilannya ini, dia juga bingung bagaimana Milla bisa menduga seperti itu, “Gak tau Mil, gue sih emang udah terlambat, gue cek pake alat tes kehamilan emang garis dua, tapi gue belum periksa ke dokter, mungkin setelah Mas Adam dipindahkan ke ruang perawatan, gue bakalan periksa ke dokter.”

Milla tersenyum, “Nah kan, tebakan gue bener, duh selamat ya say, akhirnya…pokoknya gak usah banyak pikiran ya, serahkan aja semua sama dokter, gue yakin para Dokter aka benrusaha maksimal buat memulihkan kondisi Mas Adam, lu harus banyak istirahat, jangan stress, demi bayi yang lu kandung, selamat ya May…gue seneng banget dengernya.” Milla memeluk sahabatnya itu.

Andai lo tahu siapa yang menghamili gue Mil, lu mungkin gak bakalan memeluk gue kayak gini, mungkin lo akan jijik ama gue.” Ucap Maya dalam hati.

“Makasih ya Mil..” Ucap Maya singkat.

“Eh ya tadi di jalan gue beli ini, makan ya say.” Milla memberikan sebuah Kotak berwarna hijau bertuliskan Subway, Milla kemudian membuka kotak tersebut, ternyata isinya adalah beberapa roti Sandwich berukuran besar, “Ntar aja Mil gue makan, mulut gue pahit.” Ujar Maya.

“Jangan lupa makan ya, inget kehamilan lu juga musti diperhatikan.” Ucap Milla.

Setelah bercakap-cakap sebentar, Milla memohon diri untuk pulang, dia dan suaminya tak bisa berlama-lama karena fajar saat ini dititipkan ke tetangga, mereka kemudian saling berpelukan, tak henti-hentinya Milla mengingatkan Maya untuk Makan, Maya mengantar Milla hingga ke lift. “Thanks ya say.” Ujar Maya kembali memeluk Milla.

“Inget ya May, jangan stress, makan tuh ya yang tadi gue bawa.” Ujar Milla.

“Ya Mil, makasih ya bang Andi.” Ujar Maya kepada suami Milla, Andi tersenyum dan mengangguk, pintu lift telah terbuka, mereka berdua masuk kedalam Lift, Milla melambaikan tangan pada Maya sebelum kemudian pintu lift menutup.

Maya masih terpekur di pintu lift, dia berjalan gontai menuju ruang tunggu ICU, Pintu Lift kembali terbuka, Maya menoleh dan melihat seorang ibu dan seorang gadis remaja berjalan terburu-buru, kedua orang itu ternyata adalah kerabat dari Nissa, ya mereka adalah Bulik Hari dan Sekar.

Maya melihat mereka langsung berbincang dengan Nissa, Saat Maya mendekat, Bulik Harti menoleh padanya lantas berdiri dan bersalaman dengannya, wanita paruh baya itu menyampaikan rasa simpatinya atas apa yang menimpa Adam, Maya mengucapkan terima kasih atas kedatangan dan rasa simpati bulik Harti tersebut, “Maaf bu, saya tinggal dulu mau ke toilet.” Maya tiba-tiba merasakan perutnya sungguh sakit, rasa sakit diperutnya bagai orang yang sedang kebelet buang air besar.

Maya bergegas menuju toilet, namun rasa sakit ini terus menyerangnya, perutnya bagai diremas oleh sesuatu, sungguh perih, Maya tertunduk memegang perutnya, keringat dingin mengucur dari tubuhnya, “kayaknya aku masuk angin ini..” Maya meringis menahan perih, Maya mencari obat penahan nyeri yang selalu dibawanya di dalam tas, setelah ketemu, dengan terburu-buru maya menelan sebutir obat. Maya masuk ke bilik toilet dan duduk diatas toilet, perlahan rasa perih diperutnya mulai mereda.



Saat keluar dari toilet, Maya melihat Anissa rupanya hendak berpamitan pulang, “Maaf bu, saya pulang dulu ya, besok Insya Allah saya akan kembali ke sini, Ibu juga sebaiknya pulang, karena gak banyak yang bisa kita kerjakan disini, saya pamit ya Bu.” Anissa menjabat tangan Maya, begitu juga Bulik Harti ikut berpamitan pada Maya.

Sepeninggal mereka, Maya kembali duduk di ruang tunggu ICU, Maya sedikit heran dengan sikap Anissa, walau terkesan ramah, namun Maya melihat Anissa agak canggung dan berusaha menghindar dari dirinya, semenjak di surabaya, tak sekalipun gadis itu berbicara langsung dengannya, Sikap Anissa sama persis seperti Santoso, keduanya hanya berbicara yang perlu saja, seperti pamit pulang atau menyuruhnya pulang untuk istirahat, tak ada sepatah katapun dari mereka mengucapkan simpati atau kesedihan pada dirinya.

Maya juga bisa merasakan kalau perhatian gadis itu pada suaminya terkesan berlebihan, ya memang gadis itu diperintahkan oleh Big Boss untuk memantau kondisi suaminya, namun Maya merasa Gadis itu terlihat begitu khawatir dengan kondisi Adam, dan Maya bisa merasakan kalau gadis cantik itu memiliki perasaan lebih terhadap suaminya, dan Maya mulai sedikit kesal terhadap gadis itu, lebih tepatnya Maya mulai merasa terancam dengan kehadiran Nissa.

“Mbak Maya…” Suara seorang pria mengejutkannya.

Maya menoleh, dilihatnya Santoso berdiri di samping tempat duduknya, “Mbak, sebaiknya mbak Maya pulang saja, istirahat di rumah, tadi saya bicara dengan dokter, kata mereka, Adam baru bisa dipindahkan besok siang setelah 24 jam masa observasinya, tak ada yang bisa kita lakukan disini, mari saya antar pulang.” Ujar Santoso.

Maya menatap Santoso, apa yang dikatakan pria ini ada benarnya, tubuhnya juga mulai lelah setelah beberapa hari kurang tidur, entah mengapa Maya merasa tubuhnya sangat lesu belakangan ini, Maya kemudian mengangguk dan menyetujui saran dari Santoso.

***​

Pagi berikutnya

Maya terbangun agak siang, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, pengaruh obat pereda nyeri yang diminumnya mampu membuat tidurnya sedikit pulas, Maya terduduk di ranjang, rasanya semua ini adalah mimpi, dan dia memang berharap ini hanya mimpi, Maya menoleh ke sisi ranjangnya, tak ada Adam suaminya disana, tak ada suara merdu yang menyapanya dengan senyum pagi itu, Maya melipat lututnya dan mulai menundukkan wajahnya, tangisnya mulai terdengar kembali, hatinya terasa sakit, bukan karena disakiti, tapi Maya merasa hatinya sakit karena dia telah berbuat keji terhadap suaminya, lelaki tampan yang selalu memanjakan dirinya, yang selalu memeluknya saat petir menggelegar, yang selalu mengecup keningnya sebelum tidur, namun kini lelaki itu terbaring tak berdaya, Maya kembali terisak hebat saat menyadari kalau dia tengah hamil benih pria lain.

Maya terpekur di ruang tamu, ditatapnya foto besar dalam figura indah di dinding, foto pernikahannya, Maya melihat dirinya begitu bahagia dalam foto itu, raut wajah berseri-seri, rona kebahagiaan tergambar jelas di kedua wajah dalam foto itu.

“Apa aku masih berhak menjadi istrimu yank?” Ucap Maya lirih sambil mengelus foto Adam, kini Maya menyadari apa yang dilakukannya semua adalah kesalahan, namun semua telah terjadi, dan Maya tak bisa kembali untuk merubahnya, “Aku telah melakukan kesalahan besar yank, aku tak pantas berada di sisimu lagi, bukan karena aku tak lagi mencintaimu, tapi aku yang gak berhak lagi mencintaimu yank, aku gak berhak lagi mendampingimu, aku gak berhak lagi mendapat kasih sayangmu…aku…aku…” Maya terisak hebat.

Maya terjatuh duduk bersimpuh, Maya menangis hebat untuk beberapa saat, setelah reda maya meletakkan foto Adam kembali di tempatnya, “Ya…ini adalah jalan terbaik yank, aku akan pergi jauh, aku gak sanggup lagi bertemu denganmu yank, karena aku kotor dan hina, kini aku akan melakukan baktiku sebagai istri untuk yang terakhir kali, aku akan merawat dan memastikan kamu sadar kembali, setelah itu aku akan pergi…aku tak mungkin bisa berhadapan denganmu dan berkata jujur tentang apa yang terjadi, karena aku tak sanggup melihat wajah kekecewaanmu yank, tapi aku harus menjelaskan kepadamu tentang perbuatan nistaku ini, dan aku berharap kamu akan paham alasan kenapa aku pergi, aku sungguh berharap kamu akan membenciku yank, agar kamu tak mengingatku lagi, itu yang berhak aku dapatkan darimu…Benci!!!”

Tiba-tiba Maya mengeram, perutnya terasa perih seolah ada sesuatu yang meremas kuat di dalam sana, keringat Maya mulai bermunculan bagai biji jagung, Maya berusaha bangkit dan mencari obat pereda nyeri, dengan tangan gemetar dan wajah meringis, Maya meraba-raba kotak obat, dan akhirnya menemukan obat yang dicarinya, dengan tangan gemetar menahan perih, Maya segera meminum beberapa butir obat tersebut, lalu berjalan tertatih menuju kamar.

***​

Setelah berbaring sesaat, serta pengaruh obat nyeri, Maya mulai merasa lebih baik, rasa perih yang tadi terasa hebat diperutnya mulai hilang, Maya beranggapan kalau rasa perihnya karena pengaruh kandungannya, memang sejak mengetahui dirinya positif hamil, Maya belum memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan, Maya berencana jika ada kesempatan nanti dia akan memeriksakan diri di rumah sakit tempat Adam dirawat.

Mata Maya menatap langit-langit kamarnya, dia sedang memikirkan jalan keluar dari permasalahan ini, “Yank maafin aku, mungkin ini saatnya kita berpisah, ini jalan terbaik bagi kita, aku tak bisa terus-menerus membohongimu, kamu gak pantas diperlakukan seperti itu yank, aku merasa tak ada jalan keluar terbaik selain berpisah, semakin lama kandunganku ini akan semakin besar, dan semua ini akan semakin menyakitimu, sungguh aku tak sanggup lagi menyakitimu yank, aku sangat mencintaimu yank, terlalu mencintaimu hingga aku merasakan sakit teramat perih jika harus melihatmu kecewa, semua ini telah terjadi, kesalahan yang aku mulai tak mungkin aku bisa hapus begitu saja, jika kamu telah sadar aku akan mengajukan cerai yank, maafkan aku, nanti aku akan menjelaskan semua kepadamu, hingga kamu tau alasanku, mungkin nanti kamu membenciku yank, biarlah aku memang pantas di benci, aku juga benci diriku sendiri kenapa bisa seperti ini, tapi semua tak bisa lagi kubah yank…maafin aku..”

Maya bangkit dari ranjang, dinyalakan laptopnya, sambil menunggu laptopnya loading, Maya seperti memikirkan sesuatu, “aku akan memberitahu mas Anto soal kehamilanku ini, mungkin takdirku seperti ini, aku dan mas Anto mungkin bisa bersama dan memulai hidup baru di tempat lain jauh dari semua kenangan yang indah ini, aku gak tahu apa aku bisa hidup bahagaia bersama dia seperti aku bahagia bersama mas Adam, tapi jika itu memang takdirku, aku harus terima semuanya, apalagi benih mas Anto yang ada dirahimku sekarang, mungkin itu tanda langit aku harus hidup bersamanya.”

Maya mulai membuka aplikasi word di laptopnya, dengan memilih dokumen baru, Maya menggunakan template surat resmi sebagai pengaturan dokumennya, Maya mulai mengetik kata-kata sebagai pembuka suratnya, SURAT PENGUNDURAN DIRI!!!

****

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd