Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

buat para pecibta diary seorang istri, kita akan lanjutkan cerita ini hari minggu mendatang, maklum libur lebaran, ditunggu aja minggu besok
 
Diary Seorang Istri
Part 68 - Kenyataan Yang Terkuak


“Sebenarnya aku masih penasaran tentang perempuan yang tempo hari datang, kamu yakin gak kenal sama dia.” Tanya Olivia sambil mengeringkan rambut panjangnya dengan hair dryer.

“Kok bahas itu lagi sih beb, aku kan udah bilang kalau aku tuh gak kenal sama cewek itu, kamu gak percaya ama aku beb?” Jawab Anto yang berbaring di ranjang sambil memainkan hpnya, di layar hpnya Anto sedang melihat last seen activity dari Maya.

Olivia menoleh sebentar ke Anto, lalu berpaling lagi memperhatikan dirinya di cermin, sungguh Olivia tak cemburu dengan kehadiran perempuan lain, selama beberapa tahun dia bisa menjaga emosionalnya dalam hubungan ini, dan Olivia hanya memandang hubungan ini secara take and Give, walau memiliki sedikit sayang di perasaannya, namun perasaan itu tak kuat untuk membuatnya cemburu, dia hanya penasaran dan berharap kalau perempuan yang datang kemarin bukan berstatus istri dari seseorang. Sebagai wanita matang dan penuh pengalaman berhadapan dengan berbagai manusia, Olivia sangat tahu kalau Anto sedang berbohong padanya, namun Olivia adalah seseorang yang realistis, selama tak ada bukti, dia tak bisa menuduh atau mengambil tindakan apapun terhadap Anto, dan Olivia juga tak ingin mencari tahu siapa perempuan yang datang kemarin, baginya suatu saat jika memang kecurigaannya benar, semua akan terungkap begitu saja.

Anto berjalan mendekati Olivia, dipeluknya wanita cantik itu dari belakang, bibir tebalnya menyusuri leher jenjang Olivia, “Aku sedang gak mood, aku ada pertemuan penting di kementerian nanti.” Ujar Olivia berusaha menghindar dari sentuhan Anto.

“Hmmm kamu harum banget beb, aku pengin jilatin sekujur kulit kamu ssss…” goda Anto sambil terus menciumi tengkuk Olivia.

“Please..beb…aku gak mood, paham gak.” Tiba-tiba Olivia berdiri sambil menepis wajah Anto.

“Beb, kok kamu marah..kenapa sih..” Anto berusaha mendekati Olivia.

“Please..Dont Touch me oke! I’m Not in the fuckin mood, aku gak mau berantakan lagi, karena nanti aku akan bertemu menteri paham gak sih kamu!!” hardik Olivia gusar.

Anto terkejut melihat reaksi Olivia yang begitu kasar, tak biasanya Olivia bersikap seperti ini, “sepertinya gara-gara kedatangan Maya kemarin nih, Olive jadi marah.” Anto terdiam salah tingkah.

Sebenarnya Anto salah, Olivia tak marah karena itu, sedikitpun kehadiran perempuan di hidup Anto tak berpengaruh pada emosionalnya, Cuma saat itu Olivia sedang sensitif karena tiba-tiba mendapat teguran dari pejabat kedubes.

Anto duduk di sisi ranjang sambil memperhatikan Olivia yang sedang berpakaian, “Nanti kunci titip aja di resepsionis, aku ingin sendiri malam ini, oke!” Ujar Olivia sambil berjalan mengambil tasnya.

Anto bangun dan mengikuti Olivia, “Aku antar ya beb.” Ujar Anto.

“Gak usah! aku pergi sendiri, ingat nanti kunci kasih ke resepsionis, aku pergi!” Olivia bergegas keluar dari kamar, Anto hanya termangu menatap pintu yang tertutup.

Anto berdiri dan berjalan mondar-mandir, sikap Olivia yang kasar membuatnya sedikit gusar, dan kegusarannya bertanbah saat mengetahui kalau Maya terakhir online saat hari dimana dia tiba di apartemen ini, Kegusaran Anto karena dia begitu cemas dengan keadaan Maya, sungguh Anto mencemaskan Maya, dia juga merasa menyesal telah memperlakukan Maya begitu buruk saat itu, walau bagaimanapun telah tumbuh benih sayang di hati Anto pada Maya.

Anto kemudian memberanikan menelpon Maya, hanya tulisan memanggil tanda handphone Maya sedang tak aktif, kecemasannya muncul lagi, Anto takut terjadi sesuatu dengan Maya, “Apa terjadi sesuatu dengan Maya, apa dia begitu sedih kemarin, ahhh kenapa aku harus mendorong Maya seperti itu, astaga!! Apa jangan-jangan Maya bunuh diri karena itu?” Hati Anto berdegup tak karuan, dia kemudian bangkit dan memakai bajunya, di ambilnya jaket di lemari, Anto kemudian bergegas pergi.

***

“Ada apa Mas? Saya jadi deg-degan.” Ujar Maya pelan, hatinya memang terus bergemuruh.

“Kenapa kok harus deg-degan, ini mbak.” Santo menyerahkan sesuatu, Maya menerima dan melihatnya, sebuah Foto berukuran post card, Maya melihat sejenak ke arah Santoso, lalu kembali melihat foto ditangannya, di dalam foto itu ada dirinya dan Adam sedang berfoto bersama Santoso dan seorang wanita cantik, sepertinya foto ini diambil saat pesta pernikahan Maya dan Adam.

“Ini foto pernikahan saya mas?” Tanya Maya, Santoso mengangguk sambil tersenyum, walau tak mengerti kenapa lelaki itu memberikan foto tersebut, Maya menyangka kalau Santoso sedang mencoba menghiburnya, atau mengingatkannya terhadap masa-masa bahagia dirinya dulu.

“Perempuan yang disebelah Adam itu adalah istri saya mbak.” Ucap Santoso, Maya melihat seorang perempuan chinese berwajah cantik, penampilannya terlihat glamour.

“Tepatnya Mantan istri saya mbak.” Lanjut Santoso, Maya sedikit terkejut mendengarnya, namun Maya mulai tertarik dengan arah percakapan ini.

“Kami bercerai setahun setelah foto tersebut diambil, apa mbak Maya ingin tahu kenapa saya ceraikan perempuan yang telah memberikan seorang anak cantik pada saya?” Tanya Santoso, sungguh Maya semakin tertarik dengan percakapan ini, ada sesuatu yang mengarah padanya yang membuat Maya penasaran.

“Saya bingung jawabnya mas.” Ujar Maya sambil tersenyum.

“Karena istri saya itu selingkuh mbak..” Santoso kemudian bercerita panjang lebar tentang perselingkuhan istrinya dari pertama mulai, hingga akhirnya pria yang menjadi pebinor itu dihajar hingga kabur dari Surabaya.

Maya Tersentak, seolah Santoso sedang menyindirnya, tatapan mata serta gestur wajah lelaki itu terlihat sinis memandangnya saat bercerita tentang perselingkuhan istrinya, “Apa dia tahu sesuatu?” Tanya Maya dalam hati, Maya hanya diam tanpa merespon, lelaki didepannya ini terlihat begitu semangat dan berapi-api saat menceritakan perselingkuhan istrinya, begitu terasa kemarahan yang besar dari intonasi suaranya.

“Lelaki itu sangat pro dalam memikat wanita, dia adalah seorang trainer istri saya di gym dan sebelumnya dia adalah gigolo dari seorang wanita kaya yang sudah paruh baya, dan entah apa lagi yang dilakukan bajingan itu sebelumnya, kata-kata manis, serta kemampuan ranjang yang hebat yang membuat bajingan itu sukses memperdaya wanita korbannya.” Santoso menghentikan ucapannya, dia melihat Maya gelisah mendengar ceritanya, ya memang Maya sangat gelisah dan merasa serba salah, dia merasa seolah lelaki ini sedang membicarakan perselingkuhan dirinya sendiri.

“Apa mbak Maya baik-baik saja?” Tanya Santoso.

Maya sedikit terkejut dan tersadar dari lamunannya, “Saya baik-baik saja mas.”

“Kelihatannya Mbak Maya gelisah, apa cerita saya ini membuat Mbak Maya tak nyaman? Apa boleh saya teruskan cerita ini? Harus boleh dong, saya gak peduli lagi mbak Maya nyaman atau tidak.” Ujar Santoso tersenyum sinis.

Maya terkejut melihat perubahan sikap Santoso, “Maksud Mas apa?”

“Saya ingin bercerita tuntas mbak, dan mbak harus mendengar cerita ini dengan seksama, tak peduli mbak nyaman atau tidak mendengarnya, itu maksud saya.” Ucap Santoso

“Saya gak ngerti..” ujar Maya bertambah bingung sekaligus tegang.

“Bagian Mana yang mbak tak ngerti?”

“Kenapa saya harus mendengar cerita hidup mas? Dan kenapa mas ngomong seperti tadi.”

“Ya karena mbak harus mendengar semua ini. Mau tau kenapa?” tanya Santoso, suaranya terdengar pelan namun tegas, matanya menatap tajam Maya, Santoso kemudian berdiri dan berjalan mondar mandir, Maya hanya diam dan semakin bingung melihat sikap Santoso seperti itu.

Santoso sedang bimbang apakah ini saatnya yang tepat untuk membuka semua, apa nanti tidak berpengaruh pada kesehatan Maya, dia ingin sekali membuka semua perselingkuhan Maya saat ini juga, namun disisi lain dia juga cemas dengan keadaan mental perempuan ini, bertubi-tubi kejadian yang menimpanya, apa dia sanggup menerima pukulan di mentalnya sekali lagi, namun Santoso telah mengambil sikap.

“Ini Mbak.” Santoso menyerahkan kantung coklat berukuran persegi panjang pada Maya.

Maya menerima dan memegang amplop tersebut dengan heran, Santoso menganggukan kepalanya meminta Maya melihat isi amplop tersebut, hati Maya semakin berdegup, tangannya terlihat gemetar saat membuka Amplop tersebut, wajahnya tiba-tiba pucat saat melihat foto-foto didalamnya.

Didalam amplop tersebut terdapat beberapa foto berukuran postcard, dan Maya mengenal betul wajah yang ada di foto, wajah Anto!! Walau wajah lelaki itu terlihat lebih muda namun senyum Anto tak berubah, Maya melihat foto-foto itu dengan bola mata terbuka lebar, ada sebuah foto yang ditatapnya tajam, di foto terlihat Anto sedang berlutut dengan raut wajah ketakutan, “Itu saat di ketangkap basah di hotel bersama istri saya, lihat wajahnya yang agak memar kan.” Ujar Santoso menjelaskan foto yang tengah dilihat Maya.

“Mbak Maya kenal dengan dia?” Tanya Santoso.

“Eghh aaa, engga, maksudnya?” Ujar Maya gugup.

“Mbak Maya pasti kenal bajingan itu dengan baik kan?” santoso melemparkan amplop kedua, Maya mengambil amplop tersebut, lalu membukanya, isi amplop tersebut sama dengan sebelumnya, beberapa foto berukuran postcard.

Maya terbelalak melihat foto-foto itu, ada foto saat dia sedang membungkuk mengambil sesuatu di lobi, ada foto-foto saat dia berjalan menuju pintu keluar lobi, dan ada foto tangkapan CCTV mobilnya yang terlihat jelas lengkap dengan plat nomornya, Maya melotot dan melihat kearah santoso.

“Apa ini mas? Apa mas memata-matai saya.” Tanya Maya.

“Secara gak sadar kita ternyata menginap ditempat yang sama mbak, lihat tanggal tertera di foto, saya juga berada ditempat sama yaitu resort x, dan satu lagi Mbak Maya mungkin tak tahu, tapi anak buah saya memergoki mbak Maya bergandengan dengan bajingan tengik itu di mal, saya sudah menahan diri untuk mengungkap ini mbak sejak malam saya jemput mbak Maya.”

Maya tertunduk, seluruh tubuhnya terasa lunglai dan lemas, “Andai saya tak memikirkan kondisi Adam, ingin rasanya……” Santoso tak meneruskan ucapannya, namun kepalanya yang kencang dan bergetar menunjukkan betapa geramnya dia dengan semua ini.

Tiba-tiba Maya mendengar suara benturan, Santoso meninju dinding kamar dengan kuat, tangannya mengeluarkan darah segar, maya mulai terisak ketakutan, Santoso duduk didekat Maya sambil menatap tajam perempuan didepannya.

“Kenapa mbak? Kenapa semua ini terjadi? Saya gak ngerti bagaimana bajingan yang dulu menghancurkan rumah tangga saya, bisa-bisanya berbuat hal yang sama terhadap sahabat saya, mbak lihat Adam tengah bertarung nyawa disana, dan mbak malah menghampiri lelaki itu lagi kemarin? Apa tempik jenengan sangat gatal sekali?” Santoso kehilangan kontrol emosinya.

Hp yang berada dalam saku Santoso bergetar, Santoso lalu mengambil hpnya, panggilan dari Murad bodyguardnya, “Oke kerja yang bagus Rad..kalian tunggu disana, jangan berbuat apapun tanpa perintah saya paham? Saya akan menemui seseorang terlebih dahulu.” Santoso berjalan meninggalkan Maya tanpa berpamitan,

Maya terus terisak tanpa bisa melawan sepatah katapun makian Santoso tadi, dia bahkan tak mampu lagi menjelaskan atau sekedar mengkonter ucapan Santoso, kata-kata Santoso begitu tajam menusuk rasa bersalahnya, Maya terus menangis, kini pagar besi emosi Maya terbuka lebar, tangis Maya pecah meratap penyesalannya, Santoso telah pergi meninggalkan ruangan Maya, tinggal Maya sendiri di ruangan VVip ini, perempuan itu tengah berbaring menyamping, sengukannya terdengar seirama dengan isak tangisnya.

***


Bersambung
 
Terima Kasih perhatiannya, sampai jumpa lagi di episode akan datang
 
Lanjutkan hu
Kalau bisa jgn lama"
Jgn biarkan para fansmu mati penasaran.... Hahahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd