Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DINA - SOCIAL EXPERIENCE OF SEX

Ini cuma cerita yang update tipis - tipis .. Apakah kalian menyukai karakter Dina dan pak.Parmin


  • Total voters
    1.091
SOSIAL EXPERIENCE 8

Setelah mengikuti berbagai tes dan seleksi pencalonan CPNS, akhirnya aku resmi menjadi pegawai negeri sipil pada Dinas Sosial. Pekerjaan yang sangat diidamkan oleh banyak orang tentunya. Berutung banget bagi ku, dengan usia yang baru 23 Tahun aku sudah memilki pekerjaan yang terbilang sangat bagus. Tentunya dengan pekerjaan ku saat ini, banyak lelaki baik yang seusia maupun yang lebih tua dan perjaka hingga duda datang mendekati bahkan ada yang ingin menikahi ku. Tapi semuanya aku tolak, karena aku masih ingin meningkatkan karir ku dan juga masih ingin hidup bebas dengan kehidupan ku saat ini.

Bekerja sebagai PNS memberikan ku banyak waktu luang, karena jam kerja hanya senin sampai jumat dan sabtu minggu libur. Mumpung libur dihari sabtu, aku berencana ingin merapikan rumah karena baru beberapa hari yang lalu kedua orang tua datang dan jumat pagi harus kembali berangkat keluar kota. Aku pun bangun tepat saat adzan subuh berkumdang, lalu aku bergegas menjalan kewajiban ku. Pukul 05.25 setelah selesai menjalankan kewajiban sholat subuh ku, aku pun berencana untuk membuang sampah. Karena didapur sudah banyak sampah yang harus aku buang, untungnya tadi malam sudah aku rapikan ke dalam kantor besar yang tinggal aku bawak kedepan.

Didepan rupanya sudah menunggu seorang lelaki yang memang bertugas untuk mengumpulkan sampah di area RT dan RW tempat ku tinggal. Aku melihat bapak tersebuh sedang duduk disamping gerobak sampahnya untuk beristirahat. Melihatnya pun aku mulai mendekati untuk menyerahkan sampah yang ingin aku buang.

Dina : Permisi pakk… maaf lama menunggu pak.. tadi masih ada sampah yang belum dibereskan .. (ucapku sambil menyerahkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan sampah, lalu diambil sama bapak tersebut dan dimasukan kedalam gerobaknya)

Marno : Iyaaa neng, gak papa… Lagian bapak tadi kecepatan juga ngangkutnya… (ucap bapak itu setelah memasukkan kantong berisikan sampah didalam gerobaknya)

Dina : Ohhh iyaa nama bapak siapaa ?? (tanya ku kembali)

Marno : Saya Sumarno neng.. biasa dipanggil Marno.. Kalau neng sendiri namanya siapa ?? (ucap Marno menanyakan nama ku. Marno ini berperwakan hitam dengan otot yang dimiliki oleh para pekerja keras. Memiliki badan yang atletis dan kumis yang tebal)

Dina : Saya Dina pakk… Kalau boleh tau umur bapak berapa ?? (tanya ku kembali kepada pak Marno)

Marno : Saya umur 40 tahun neng.. kalau neng sendiri umur berapa ?? (pak Marno pun juga bertanya umur ku.)

Dina : Masih muda rupanya,, Dina panggil mas aja gak papa kan ?? kalau Dina umur 23 mas.. hehehe, udah kelihatan tua yaaa… (ucap ku menjawab pertanyaan mas Marno)

Marno : Terserah neng Dina aja mau manggil apaa… gak kokk,, masih muda kayak gini… (heheheh ucap mas Marno menjawab pertanyaan ku). Ya udah neng, saya jalan dulu yaaa.. takut kesiangan..

Kemudian mas Marno pun mulai menarik gerobak sampahnya menjauh, sedangkan aku kembali masuk kedalam rumah. Karena hari ini libur, aku pun memutuskan untuk melanjutkan tidur ku. Aku pun terbangun siang menjelang dzuhur, dikarenakan perut ku yang lapar. Ya berhubung males keluar, aku hanya memesan makanan online dan menonton film sambil menikmati makanan yang ku pesan.

Seperti sebelumnya, malam minggu pun tidak ada yang istimewa. Apa karena aku yang jomblo, jadi ya malam minggu terasa seperti malam biasanya. “Apa aku pergi kerumah pak Parmin ajaa.. Bosan kalau dirumah sendiri seperti ini” ujar ku… “Tapii gak lah, nanti yang ada aku diajakin ngentot lagi.. walaupun enakk… tapiii gakk lahh” batin ku lagi yang masih ragu untuk mengunjungi pak Parmin. Setelah gejolak dengan diri ku, akhirnya aku memutuskan untuk jalan – jalan aja keliling kota. “Kayaknya jalan – jalan mutarin kota enak juga kali” ujar ku. Aku pun memutuskan memakai daster dengan belahan dada rendah yang dikombinasikan dengan jaket. Namun kali ini aku tidak menggunakan jilbab, tapi menggunakan Helm untuk menutupi kepala dan rambut ku. Namun terbesit ide gila dalam pikiran ku “Hummmppp kalau gak pakai dalaman seru kali yaaa…” ujar ku. Akhirnya aku pun melepas BH dan celana dalam ku. “Toh aku pernah juga pulang tanpa pakaian dalam setelah disetubuhi pak Parmin hehehe.” Batin ku dengan senyum – senyum sendiri karena tingkah ku yang semakin hari semakin aneh, terlebih lagi syahwat ku mudah sekali bangkit. Untung saja banyak kerjaan yang menumpuk sehingga aku bisa memalingkan sedikit syahwat ku.

Pagi minggu ini, karena tidak ada aktivitas besok senin dan selasa juga libur karena tanggal merah dan cuti nasional, jadi dari pada aku tidak ada kerjaan maka lebih baik beberes rumah, membersihkan halaman rumah ku dan gudang yang banyak sekali barang – barang tidak terapakai. Dari pada ku bosan tanpa ada kegiatan, mau liburan pun tanggung cuma 3 hari dan waktu pasti habis diperjalanan. Jadi ya sudahlah aku memutuskan untuk membereskan rumah aja. Apalagi ayah dan ibu ku sudah beberapa minggu yang lalu meminta ku untuk membereskannya. Pesannya sih kalau ada yang tidak bisa digunakan dibuang aja, kalau ada dibagikan ke orang - orang. Karena tidak mungkin aku kerjakan sendiri, rencananya aku meminta bantuan mas Marno, karena selain bekerja sebagai pengangkut sampah. Mas Marno juga dikenal sebagai orang yang rela membantu warga seperti membersihkan halaman dan gudang.

“Hallo Assalamualaikum mas, ini Dina.. Mas Marno hari ini sibuk gakk… OOoohhh lagi gak sibuk yaa….. bisa Bantuin Dina beberes gudang gak mas. ???.... ohh Ya udah kalau gitu, Dina tunggu yaaa…” begitu lah bunyi percakapan ku dengan mas Marno. Karena aku meminta bantuan tenaganya untuk membereskan gudang. Lalu aku pun bergegas mandi dan siap – siap untuk sarapan. Hari ini aku hanya menggunakan kaos dengan belahan leher yang cukup lebar dan didalamnya ada BH berwarna cream dipadukan dengan celana pendek beserta celana dalam senada dengan warna BH yang aku gunakan.

Pukul 07.00 WIB aku pun memulai aktivitas ku dari membereskan rumah dari piring kotor hingga pakaian yang belum aku jemur. Tepat pukul 08.00 WIB aku mulai membersihkan halaman rumah dan beberapa menit kemudian ada orang yang mengetuk pagar rumah ku.

Marno : Assalamualaikum neng Dina…. (ucap suara yang berada diluar pagar, aku mengenal suara itu siapa lagi kalau bukam mas Marno yang pagi ini ingin membantu ku membereskan gudang)

Dina : Waalaikumsalam mas… Sebentar mas.. Dina bukain pagarnya… (jawab ku sambil berjalan mendekati pintu pagar dan membukanya)

Marno : Jadi beberesnya neng ??? (tanya mas Marno kepada ku)

Dina : Jadi mas, mari masuk… (ajak ku kepada mas Marno,

Aku pun mengarahkan mas Marno menuju ke gudang belakang. Sesampainya digundang, aku dan mas Marno langsung membereskan gudang agar tidak membuang waktu lama. Aku memilih barang – barang yang masih digunakan dan barang – barang yang sudah tidak digunakan. Namun yang tidak digunakan ini banyak yang masih layak pakai terutama pakaian. Karena banyak sekali ternyata pakaian ku yang sudah tidak aku gunakan lagi didalam gudang. Mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 akhirnya pekerjaan selesai juga di beberapa bagian.

Dina : Alhamdullilah, akhirnya semua selesai jugaa… terima kasih ya mas, sudah bantuin Dina… (ucapan ku kepada mas Marno sambil menebar senyum…)

Marno : Iyaa neng Dina sama – sama, hehehe karena neng Dina jadi mas ada tambahan uang untuk bayar kontrakan.. (balas mas Marno, sambil tersipu malu karena melihat senyuman ku)

Dina : Hehehehe iyaa mas anggap aja rejeki untuk hari ini… barang – barang nya semua nya sudah dimasukkan kedalam gerobak kan mas.. (ujar ku kembali menanyakan semua barang sudah dibawak atau belum)

Marno : Sudah semua kok neng, semua nya sudah mas masukin gerobak.. sudah mas pisahkan juga, mana yang bisa digunakan dan mana yang akan dibuang…. (balas mas Marno kembali)

Dina : Hehehhe… ya udah mas… sekali lagi terima kasih yaaa..

Marno : Iyaa neng Dina, kalau gitu mas pamit pulang dulu yaa…

Dina : Buru – buru mas,, kita minum dulu yukk…. (ajakan ku kepada mas Marno) ya udah mas duduk dulu di sana (aku menunjukkan kursi yang ada di bawah pohon) Dina kedalam dulu, mau buatin mas minuman dan cemilan… ohhh iyaaa mas mau minum apaa ??? (tanya ku kembali)

Marno : Baik neng terima kasih banyak, saya tungggu disana,, kalau bisa kopi yaa neng….

Dina : Ya udah mas,, sebentara yaaa.. Dina masuk kedalam dulu.. buatin kopi buat mas, sama cemilan..

Aku pun berlalu menuju kedalam rumah untuk membawakan minuman dan beberapa makanan. Mungkin karena kelelahan, mas Marno pun sampai ketiduran dikursi halaman belakang rumah ku yang terletak dibawah pohon yang sangat rindang. Aku pun berjalan menuju tempat mas Marno yang sedang tertidur dikursi, dengan pelan aku meletakkan minuman dan makanan di meja. Aku pun memperhatikan fisik mas Marno yang masih kekar sedang tertidur, lama aku memandang hingga pandangan ku berhenti di sebuah tonjolan yang berada di balik celana mas Marno. Tonjolan yang membentuk gundukan, membuat perasaan ku berkecambuk dan ada getaran di dalam tubuh ku. Aku sedikit merinding saat memperhatikan gundukan tersebut dan berusaha untuk menghilangkan pikiran ku dengan pelan pelan membangun kan mas Marno dari tidurnya.

Dina : Mas…. Maaassss… Bangun massss… (panggil ku membangunkan mas Marno yang masih terlelap, mungkin karena kelelahan karena pagi mengangkat sampah warga dan langsung bekerja membantu membersihkan rumah ku. Memang sebagiannya sudah kelihatan rapi dan bersih.) Maass… mas Marnoo… bangun Masss.. (kembali aku membangun mas Mrno dengan pelan, hingga mas Marno mulai membuka matanya dan terbangun dari tidurnya)

Marno : maag nengg, mas ketiduran... hehehe (ucap mas Marno sambil cengengesan saat terbangun dari tidurnya)

Dari pandangan ku melihat kalau mas Marno sedikit grogi saat melihat ku, apa ada yang salah dengan penampilan ku. Perasaan aku memakai baju yang biasa aku gunakan sehari – sehari…

Dina : Ini diminum dulu mas kopinya, sama ada beberapa cemilan… mas pasti laparkan.. (ujar ku sambil menyerahkan kopi dan cemilan kepada mas Marno)

Marno : Iyaa neng, terima kasihh.. mas minum ya kopinyaa… (ucapnya kepada ku)

Sambil menikmati kopi dan cemilan, kami pun mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal dari bagaimana keluarga ku dan kehidupan mas Marno yang sampai saat ini belum menikah.

Dina : Jadi mas belum menikah ?? Dina kira mas udah nikah, sampai kerja keras kayak gini.. maaf yaa mas, Dina gak tau.. (ujar ku saat mengetahui kalau mas Marno merupakan seorang perjaka tua yang belum menikah)

Marno : Iyaa neng gak papa kok, yaa mau gimana mas udah cari tapi banyak yang gak mau.. mungkin karena mas jelek dan miskin yaa … hehehehe.. (jawab mas Marno dengan sedikit tersenyum)

Dina : Aaaahhh mas bisa aja, gak lah mas…. Jodoh kan sudah diatur, mungkin nanti pasti dikasih kok.. jadi mas jangan lupa doa teruss… (balas ku kembali setelah mendengar cerita kehidupan mas Marno)

Hingga tidak terasa kami mengobrol cukup lama dan hari pun semakin siang, terdengar suara adzan Dzuhur sudah berkumandang.

Dina : Sudah siang pak, esok aja mas dilanjutkan lagi beberesnya.. Masih ada beberapa yang dipisahkan dulu, mumpung besok Dina masih libur.. Mas masih mau kan bantuin Dina ?? (tanya ku kembali kepada mas Marno)

Marno : Siiippp neng,, besok kabarin ajaa.. mas bisa kok bantuin neng.. dari pada mas dirumah gak ngapa – ngapain.. kalau ada kerjaan, mending mas kerja.. hehehhe (jawab mas marno kembali)

Dina : Iya mas,, yaa esok Dina tunggu kayak tadi yaaa…

Marno : Baik neng kalau begitu, mas mohon pamit dulu.. terima kasih ya neng Dina minuman dan cemilannya.

Aku pun mengantar mas Marno sampai pintu gerbang dengan menarik gerobak nya yang berisikan banyak barang. Sembari aku memandang kanan dan kiri terlihat tidak ada orang yang keluar. Yah begitulah lingkungan perumahan ku, cuek dan kurangnya bersosial karena kesibukan masing – masing, lalu aku menutup kembali gerbang rumah ku dan menguncinya. Dengan buru – buru aku masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamar mandi untuk melaksanakan kewajiban ku.

Keesokan harinya, pukul 08.30 terdengar bunyi bel dari pagar rumah ku.. terdengar suara dari luar pagar yang ku tebak pasti itu mas Marno. Karena hari ini, mas Marno datang untuk kembali membantu ku membereskan gudang yang kemarin belum selesai semua. “Permisi neng Dina… Permisi…..” aku pun menghentikan sejenak kegiatan menyapu rumah ku, lau berjalan menuju pintu pagar depan dengan perlahan.. Saat aku membuka pintu pagaru dan terlihat wajah dari mas Marno berdiri termenung dihadapan ku. Dengan wajah bengongnya, mas Marno memandang ku sampai tidak berkedip. Astaga aku lupa, kalau aku hanya menggunakan rok pendek mengembang dan kaos longgal berwarna putih..

Dina : Masuk mas….(aku pun mempersilahkan mas Marno untuk masuk, tentunya suara ku langsung membuayarkan lamunan mas Marno)

Marno : eehhh … eehh.. iii yaa neng…. Teeerrimaa kasiih.. (sambil terbata – bata menjawab dan kemudian mas Marno masuk, mengikuti perkataan ku) Tapi kedatangan mas kesini mau menyampaik sesuatu neng.. soalnya mas tidak enak menyampaikan lewat telepon. (ujar mas Marno kepada ku)

Dina : Memangnya mas mau bilang apa sama Dina .. (ucap ku kembali, sambil melirik mas Marno yang sedari tadi tidak berhentinya memandang ku.. Dasar perjaka tua gak bisa liat pemandangan indah ketus ku dalam hati) .. mas … mass.. (panggil ku karena mas Marno kembali termenung..)

Marno : eehh.. neng… begini.. apa boleh mas bantuin neng besok.. soal nya hari ini saya dipanggil pak RT buk untuk memberikan laporan tentang sampah warga.. (ujar nya kepada ku)

Dina : Ohhh begitu mas… ya udah gak papa mas… esok Dina juga masih libur kok.. (balas ku kembali, sambil terus menatap mas Marno yang sedari tadi tidak berhenti terus memandang ku)

Marno : Terima kasih yaa neng… kalau gitu mas mohon pamit ya neng.. esok mas datang lebih pagi, biar bisa selesai semuanya… (ujar nya kepada ku, sambil mohon pamit karena sudah ditunggu oleh pak RT)

Sepanjang pertemuan, aku terus mengamati mas Marno yang tidak berhentinya memandang ku. Tentunya hal ini membuat ku sedikit rasa bangga, namun aku malah menjadi penasaran apakah mas Marno lebih berani selain memandang ku.. hummmppppp aku pun berguman, kemudian aku menutup pagar dan masuk kedalam untuk melanjutkan kegiatan ku membereskan rumah. Aku pun buru buru masuk, sesampainya dikamar rasa malas pun melanda dan kemudian membaringkan tubuh ku dikasur. Entah apa yang merasuki ku, tiba tiba rasa nafsu muncul yang membuat puting susu ku terasa gatal, dari luar kaos yang aku gunakan pelan pelan tangan ku mulai meraba setiap lekuk payudara ku.

Setiap rangsangan yang aku dapatkan, membuat ku semakin kepikiran wajah mas Marno yang mematung saat memandang tubuh ku. Aku mulai membayang wajah mas Marno yang membuat nafsu ku kembali meningkat. “Apa aku kerjain aja mas Marno, hehehhehe” gumam ku. Aku kembali masuk kedalam rumah dan terus menuju kamar ku. Aku pun langsung masuk kedalam kamar mandi untuk menuntaskan birahi ku dengan membayangkan pak Marno sedang mencumbu ku… ahhhhh aaaaahhhh aaahhhh paaaakk…. Desahan ku… saat jari jemari ku bermain di memek ku, yang kemudian aaahhh aaaahhh aaahhh cccrritttt… ccrriittt… semburan cairan membasahi tangan ku, aku pun mencapai orgasme ku hari ini dan melepaskan semua birahi yang sedari tadi melanda pikiran ku. Rasa nikmat yang mulai reda pelan pelan menyadarkan ku, apa yang terjadi dalam diri ku. Apakah aku menyukai apabila ada orang lain memandang dan menikmati tubuh ku ?? Atau aku menjadi seorang wanita eksibisionis yang ingin memamerkan setiap lekuk tubuh kepada orang lain ?? Apa aku sangat menyukai dipandangi oleh mas Marno ?? Begitu banyak pertanyaan yang barada dikepala aku.

Malam harinya aku terus memikirkan pak Marno yang tadi terus memandang ku hingga aku bergumam “apa aku kerjain aja ya mas Marno… hihihih” batin ku. Tapi bagaimana cara nya untuk menggoda mas Marno…” ujar ku dengan berbagai pikiran pikiran kotor sudah merasuki ku.. “hhihih tapi lucu juga kalau aku bisa menggoda mas Marno, jadi penasaran yaa.. gimana ekspresi wajahnya, apalagi kan dia masih perjaka” Gumam ku sambil tersenyum sendiri membayang kan kejadian esok menggoda mas Marno. “Tidak apalah kalau aku lakukan, toh juga mas Marno orangnya baik.. gak mungkin dia akan berbuat macam – macam kepada ku … hihihihih”. Karena kesan pertama kali aku mengobrol dengannya, mas Marno begitu sangat ramah, lucu dan sopan.

Pagi pun tiba, aku yang masih libur memulai aktvitas ku dengan mencuci beberapa pakaian kotor yang beberapa hari yang lalu aku gunakan, sedangkan mas Marno yang sudah datang sejak pagi mulai melaksanakan pekerjaannya dari mengangkat kayu dan kardus – kardus yang tidak dipakai kemudian mengangkatnya keluar pagar untuk mempermudahkan pengangkut sampah mengangkat kardus – kardus dan kayu yang sudah tidak terpakai. Hingga kini keadaan luar sudah sudah rapi, tinggal gudang yang akan dibersihkan. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan yang berada diluar, pak Marno pun kini membantu ku membereskan kardus – kardus yang berisikan pakaian – pakaian ku serta suami ku yang banyak. Karena aku sudah duluan digudang untuk memisahkan beberapa barang yang layak dan tidak layak digunakan.

Hari ini aku memakai pakaian yang sangat minim hanyak menggunakan tanktop hitam dengan belahan yang rendah sehingga memperlihat belahan payudara ku bila aku duduk dan orang didepan ku sedang berdiri sedangkan bawahannya aku menggunakan celana pendek yang berwarna pink muda, dibalik tangtop yang ku gunakan terlihat bra berwarna cream yang terlihat dari tali bra yang kontras dengan tali tangtop yang ku gunakan. Saat ku lirik, terlihat wajah mas Marno yang tertegun melihat penampilan ku. Keseharian ku menggunakan pakaian tertutup bila bertemu orang lain, kini aku berpakaian sangat menggoda yang membuat orang akan termenung saat melihat ku. Betapa beruntungnya mas Marno menjadi orang kedua yang bisa melihat lekukan tubuh ku. ‘Huuummppppp hhihihihihih” berhasil juga ide ku untuk menggoda mas Marno gumam ku didalam hari.

Dina : Mas ohh maasss.... kok diam aja… nanti mas kesambet lohhh, melamun terus kayak gitu.. (ujar ku yang memudarkan lamunan dari mas Marno yang masih menatap ku dengan mata yang tajam)

Marno : Maaf nengg….. (sambil mengusap matanya yang sedari tadi tidak berhenti memandangi ku, melihat mas Marno yang gugup membuat ku tersenyum. Karena saat ini aku yang merupakan seorang wanita berpendidikan dengan pekerjaan sebagai Abdi Negara yang keseharian memakai pakaian yang menutup aurat, sedang berada dihadapan seorang laki - laki hanya menggunakan pakaian minim dan memperlihatkan lekuk tubuh ku sampai membuat celana mas Marno dibagian depan terlihat menggembung) apa yang bisa mas bantu lagi neng..?? (ujar mas Marno setelah tersadar dari lamunannya)

Dina : Ini mas, banyak pakaian Dina sudah pisah – pisahkan antara yang masih digunakan dan tidak.. Soalnya banyak banget mas… (ucap ku menjawab pertanyaan mas Marno)

Marno : Tapi ini masih banyak pakaian yang bagus – bagus neng, apa tidak sayang kalau dibuang.. (balas mas Marno kembali)

Dina : Sayang sih mas kalau dibuang, tapi mau bagaimana lagi.. sudah tidak muat kalau diletakkan dalam lemari.. Lagian diletakkan digudang juga gak mungkin, udah menumpuk… (jawaban ku dengan jelas)

Marno : Ohhh kalau gitu yang masih layak dipakai dikasih orang aja neng, gimana ?? soalnya didekat rumah mas banyak tu orang – orang yang kurang mampu.. Siapa tau pakaiannya bisa digunakan.. (ujar mas Marno kepada ku)

Dina : Bener juga ya mas, ya udah kalau gitu bantuin Dina pisah – pisahkan ya mas. Ini banyak kok, ada baju Ayah, Ibu dan Dina juga… kalau mas ada yang cocok sama pakaian Ayah, ambil aja yaa mas… (ucap ku sambil mulai kembali memisahkan pakaian yang bisa digunakan dan tidak digunakan tapi bisa diberikan kepada orang lain)

Marno : Baik neng, nanti bisa mas bawak di kontrakan untuk dibagi – bagi dengan warga disana.. Pasti warga disana senang dapat pakaian bagus – bagus kayak gini.. (ujar mas Marno yang membantu ku)

Sambil memisah – misahkan setiap pakaian yang layak dan tidak layak digunakan, mas Marno tidak henti nya mencuri – curi pandangan kepada ku. “Hihihih lucu juga ya melihat perjaka tua yang sedang mencuri pandang kepada wanita muda” gumam ku dalam hati sambil berusaha menahan ketawa. Bukannya marah, tetapi aku malah senang saat ada orang lainnya yang berusaha memandang ku dengan wajah mupengnya. Sambil memisahkan pakaian, aku masih sempat melirik mas Marno yang tetap saja mencuri pandang kepada ku..

Dina : Maaasss…… itu loh yang diliat pakaian mana yang bisa digunakan.. malah matanya liatan Dina… Jelalatan iihhhhh … (ujar ku kepada mas Marno dengan sedikit memasang mimik wajah agak jutek)

Marno : Hehehehh maaf neng.. habisnya neng pagi ini keliatan cantik.. (ucap mas Marno dengan wajah kaget dan malu saat aku mengetahui kalau sedari tadi mas Marno memperhatikan ku).

Dina : Huuuuuuusssshh… dasar mas Marno.. ya udah selesaikan dulu beres beresnya…. Biar cepat selesai..

Marno : Siap neng…

Kami pun melanjutkan kegiatan berberes – beres, namun sepanjang acara beres – beres mas Marno masih saja terus melirik – lirik pada ku. Ya sudah lah, biarkan saja mungkin rejeki untuk mas Marno hehehehe batin ku dalam hati. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB dimana waktu Dzuhur semakin mendekat, namun belum semua pekerjaan terselesaikan.

Dina : Pak kita istirahat dulu yaa… nanti aja lagi disambung, Dina capek … mau sholat dulu… mas istirahat dulu aja… nanti capek loh mas… (ucap ku kepada mas Marno)

Marno : Mas masih kuat kok.. apalagi kalau ditemanin sama neng Dina.. jadi pekerjaannya gak terasa neng… hehehe … (ujar mas Marno dengan senyum suminggrahnya membalas pertanyaann ku)

Dina : Hahahaha ada ada aja mas Marno, memang Dina vitamin… huuuuuu (ujar ku sambil mengeluar lidah meledek mas Marno)

Namun terlintas dalam pikiran ku untuk menggoda perjaka tua itu, aku pun mengangkat tubuh ku dan berjalan merangkak untuk mengambil sesuatu yang membuat belahan payudara ku semakin memanjakan mata masMarno.. adegan ini tentunya membuat mas Marno sampai meneguk ludah dan bola matanya tidak berkedip melihat tingkah ku. Aku pun sempat melirik tonjolan dibagian selangkangan mas Marno yang semakin membesar, karena pertunjukkan nakal ku ini.)

Anehnya, yang lakukan tidak mambuat ku malu, malah semakin membuat ku senang saat aku berhasil menggoda mas Marno. Beruntungnya mas Marno hari ini, berhasil melihat sedikit aurat ku yang seharusnya aku jaga dengan baik. Pertunjukan yang aku sugukan pastinya membuat burung mas Marno semakin terhimpit didalam celananya itu, karena aku sempat melirik tonjolannya semakin membengkak yang membuat mas Marno menjadi gelisah. “Lucu juga melihat perubahan ekspresi wajah dari pak Marno hehehhe…” ujar ku didalam hati.

Aku pun menyudahi pertunjukan erostis untuk mas Marno “dasar laki - laki mesum, hihihi dikasih pertunjukan sedikit malah bengong lagi” gumam ku lagi. Tapi jujur, kehadiran mas Marno membuat ku sedikit terbantu ku membereskan gudang rumah ku yang sangat berantakan, selain itu dalam bekerja mas Marno terlihat sangat ulet dan rapi.

Selain karena pekerjaannya yang bagus, ternyata mas Marno juga enak diajak ngobrol walaupun pandangan mesumnya tidak hentinya menatap ku. Menurut ku wajar, karena pak Marno sudah hidup sendiri sepanjang umurnya tentunya melihat wanita pasti ada pikiran – pikiran kotor yang hadir dikepalanya. Semenjak kehadiran dengan mas Marno, kini aku memiliki seseorang yang bisa aku ajak bercanda setelah pak Parmin waktu itu. Perbedaannya, mas Marno 25 tahun lebih muda dari pak Parmin, tapi apakah tenaga mas Marno sekuat pak Parmin. “Aku jadi penasaran dengan tenaga perjaka tua yang belum berpengalaman…” gumam ku kembali sambil senyum – senyum sendiri.

Dina : Ya udah mas,, kita lanjutkan dikit lagi udah siang juga.. (aku pun memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana yang hening)

Kami pun mulai membereskan setiap kardus yang sudah dirapikan, mas Marno bertugas mengangkat setiap kardus keluar rumah agar mudah saat akan dibawah. Sedangkan aku memasukkan satu per satu pakaian dan memasukkan nya ke dalam kardus untuk diikat. Setelah selesai, kini hanya tinggal satu kardus lagi yang belum terbuka.

Dina : mas, aku tinggal sholat dulu yaa.. mas istirahat aja dulu.. (kemudian aku masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamar, sedangkan mas Marno masih membereskan barang – barang yang masih berserakan dan menumpuknya kedalam kardus yang akan dibawak keluar untuk diberikan kepada tetangganya).

Marno : Ok buk neng, biar mas bereskan dikit lagi…

30 menit kemudian, aku pun keluar dari kamar ku setelah selesai melaksanakan kewajiban ku. Aku terkejut karena ku lihat pak Marno dari belakang sedang memandang BH milik ku yang diangkatnya dari kotak pakaian yang tidak digunakan. Aku lupa kalau ada satu kardus lagi yang berisikan pakaian dalam ku. Melihat kelakuan mas Marno yang membuat ku sedikit tersipu malu karena ada orang lain yang sedang memandang pakaian dalam ku.

Dina : Hayoooo mas,, lagi mikirin apaa… (dari belakang suara ku mengejutkan mas Marno yang sedang memandang BH ku)

Marno : Aduhh neng, bikin kaget aja… ini lagi cek cek mana tau ada yang rusak neng.. hehehehe (ucapnya yang langsung meletakkan kembali BH ku didalam kotak)

Dina : Huuuuu alasan ajaaaa… bilang aja lagi mandangin BH Dina kan.. hayooo ngakuuu…. (ujar ku dengan memasang wajah yang menggoda)

Marno : Maaf neng,,, hehehehehheheh.. mas gak sengaja liat.. maaf yaa neng… (ujar nya meminta maaf kepada ku)

Dina : Huuuussss… dasar laki - laki… yaa udah dibawak aja semua mas, itu sudah gak Dina pakai lagi.. mana tau ada yang bisa cocok sama tetangga mas..

Sembari mas Marno mengikat kardus terakhir, aku pun duduk bersender di lantai sambil bersandar di dinding gudang sambil merenggangkan badan dengan kaki menyilang sambil memijat pundak ku sendiri bergantian.

Marno : Neng Dina kenapa ?? capek yaa… Istirahat ajaa kalau neng capekk… biar mas bereskan sisanya… (ujarnya melihat ku yang sedang merenggangkan badan)

Dina : Gak kok mas,, cuma capek aja sedikit, soalnya tadi malam ada kerjaan yang harus diselesaikan jadi kurang tidur deh.. hehehe (jawab ku kembali)

Marno : Apa mau mas pijitin neng… biar enakan badannya…(ucap mas Marno menawarkan pijitannya kepada ku)

Dina : Mas bisa mijit emangnya…..?? (aku kembali bertanya kepada mas Marno)

Marno : Kalau pijat biasa bisa neng kalau yang kayak pjit terapi gak bisa… (dengan bangga mas Marno menjelaskan kemampuannya dalam memijit)

Dina : Kalau begitu boleh dong mas,, kebetulan badan Dina lagi pegel – pegel nihh… Tapi selesaikan dulu ya mas beres – beresnya, nanti Dina tunggu didalam sambil buatkan mas minum dan cemilan.

Aku meninggal mas Marno yang masih membereskan sisa – sisa sampah dan satu kotak lagi yang akan diangkutnya kedalam gerobak, sedangkan aku berjalan masuk kedalam rumah untuk membuatkan minum dan makanan. Selesai membuat minum dan beberapa makanan, aku pun membawa ke meja ruang tamu dan menunggu mas Marno disofa sambil melihat media sosial.

Marno : Tok.. Tokkk… Assalamualaikum neng… permisi… (suara mas Marno dari depan pintu dengan kepalanya yang nongol)

Dina : Iyaa mas… Waalaikumsalam, masuk aja mas.. gak ada orang kok… (ucap ku menyuruh mas Marno masuk)

Marno : Terimakasih neng,, (ucap mas Marno yang mulai berjalan masuk kedalam ruang tamu rumah ku)

Dina : Duduk sini mas, ini Dina udah buatkan minum dan makanan… silahkan mas.. (tawar ku kepada mas Marno)

Mas Marno pun langsung meminum minuman yang sudah aku sediakan serta memakan beberapa cemilan. Sambil kami terus berbincang – bincang ringan.

Marno : Gimana neng, jadi pijitnyaa ?? kalau gak jadi mas mau izin pamit … (tanyanya kepada ku)

Dina : Ohhh jadi mas,,, ayok mas dimulai sekarang aja.. (jawab ku dari pertanyaan mas Marno)

Aku pun merubah posisi duduk ku miring agak kedepan hingga tidak lagi menyender di Sofa, untuk memberikan ruang kepada mas Marno yang duduk di Sofa. Aku membelakangi mas Marno. Aku mengikat rambut ku hingga kini memperlihatkan leher dan tengkuk belakang ku yang kuharapkan dapat menggoda iman dari mas Marno yang berada dibelakang ku.

Dina : Ternyata, enak juga ya pijitan mas Marno.. kalau kayak gini Dina bakalan ketagihan dipijit…. (ucap ku menikmati pijitan ringan dari mas Marno)

Marno : Ohhh jelas dong neng, Marno.. orang yang serba bisa… (jawabannya mas Marno membuat ku tertawa, dasar laki – laki haus pujian.. pantang dikasih pujian langsung bangga batin ku dalam hati)

Aku pun menikmati setiap pijitan mas Marno di pundak ku, karena cuaca panas aku pun menghidupkan AC sambil menikmati setiap pijitan yang lembut dari mas Marno. Pijitan mas Marno pun kini sudah beralih dari pundak ke leher ku dan kembali lagi ke pundak ku yang terkadang jari – jari nya secara sengaja atau tidak sengaja menggelitik bagian belakang telinga ku yang membuat ku sedikit merinding dan mengeluarkan sedikit desahan… sssssshhhhhhhhhhh….

Marno : Kenapaa neng… enakk yaaaa… (ujarnya melihat ku yang menikmati setiap pijitannya dileher dan pundak ku bergantian)

Dina : Iyaa masss,, pijitan mas enak bangett… terusin mass agak kuat dikit… ssssssssssshhhhhhh (kembali aku berdesis dan sedikit mendesah) Ssstttthhh…. Teruss masss….. (ucap ku meminta mas Marno untuk terus memijit ku)

Tentunya hal ini membuat mas Marno pun semakin bersemangat memijit ku, namun yang tidak ku sangka.. Sambil terus memijit ku, mas Marno juga sedari tadi berusaha mencari celah untuk mengintip payudara ku dari atas. Kalau dalam posisi ini tentunya mas Marno pasti dapat melihat belahan payudara ku dengan leluasa dari celah belahan tangtop ku yang longgar, biar lah dalam hati ku anggap saja ini bonus yang aku berikan karena mas Marno sudah membantu ku menyelesaikan dan membereskan setiap peralatan yang berantakan di rumah ku. Tiba – tiba aku merasakan ada nya perubahan pijitan dari pak Marno, karena sudah tidak beraturan dan ntah kemana – mana, namun yang membuat ku terkejut adalah saat aku merasakan ada tonjoloan yang seakan akan mendorong punggungku … “Dasar laki - laki, otak nya kotor dan mesum.. baru dikasi jalan untuk curi – curi pandang aja burungnya bangun.. hehehhe” gumam ku dalam hati.

Dina : Mas.. itu nya jangan sampai kenak ke punggung Dina dong… (ucap ku karena sedari tadi mas Marno secara sengaja atau tidak sengaja tonjolan dicelananya selalu mengenai punggung ku)

Marno : Maaf nengg,, mas tidak sengaja … maaf yaaa neng.. (ucapnya kepada ku)

Dina : Iyaa mas,, gak papa kok, santai aja…. Pijitin yang kuat dikit lagi dong mas, udah mulai enakan ni pundak Dina.. (jawab ku mulai mencairkan suasana yang sempat sedikit agak canggung)

Mendapat respon dari ku yang tidak marah, malah membuat perbuatan mas Marno semakin menjadi – jadi.. Mungkin sekarang mas Marno secara sengaja mulai berani menggesekkan tonjolan celananya di punggung ku…

Dina : Mass…….. (hanya itu jawaban yang keluar dari mulut ku yang tidak dihiraukan oleh pak Marno, kerena tetap saja pak Marno masih menggesekkan tonjolannya di punggung ku. Ahh sudah lah gumam ku…)

Pijatan – pijatan dari mas Marno semakin lama membuat tubuh ku semakin rileks, karena pijitan yang begitu sangat nikmat hingga rasa lelah dipundak ku perlahan – lahan mulai hilang. Mas Marno semakin berani memainkan pijitannya dileher dan pundak ku yang membuat ku menjadi merinding sampai - sampai bulu kuduk ku juga ikut berdiri, ditambah lagi adanya gesekan – gesekan di punggung ku dari penis mas Marno yang masih terhalang oleh celananya membuat ku sedikit mendesis “sssssshhhhhhhhh”….

Mengetahui respon ku yang sama sekali tidak marah dengan perbuatannya membuat mas Marno mulai berani mengelus lengan ku. Mas Marno pasti dapat merasakan bagaimana mulusnya kulit lengan ku yang putih dan terawat. Aku yang terbawa suasana pun hanya bisa menikmati setiap perlakukan dari mas Marno, ternyata seorang perjaka juga memiliki insting yang buas untuk memancing hasrat seorang wanita gumam ku. Ditambah lagi kini gesekannya mulai semakin intens di punggung ku, sebenarnya aku menikmati perlakuan dari mas Marno tetapi tidak mungkin secepat itu aku menyerahkan nafsu ku kepadanya. Untuk menghindari perlakuan yang lebih jauh, aku pun membalikkan tubuh ku dan langsung menatap mata mas Marno.

Dina : Mass resekk bangettt sihh…. Liat tu… (nada ku sambil menunjuk tonjolan di celananya) sana keluarin dulu… biar gak nonjol lagi….

Marno : Maaf buk,, boleh saya pinjam kamar mandinya.. saya sudah tidak tahan bukk…

Dina : Ya sudah pergi sana duluu…. Hummpppp (rengek kuuu sedikit memasang wajah yang agak kesal, padahal didalam hati aku berusaha menahan tawa karena lucunya wajah mas Marno) kamar mandi yang dibelakang sana aja mas,, jangan lupa disiram sampai bersih.. (ujar ku kembali)

Mas Marno pun buru – buru menuju kamar mandi yang aku tunjukkan, pada dasarnya aku tidak marah sama sekali dengan perbuatan mas Marno tapi aku tidak mau secepat itu kalah, hehehhehe tapi lucu juga kalau liat perjaka tua yang mupeng.. 15 menit kemudian, mas Marno kembali muncul dengan wajah yang lega dan senyum yang lebar..

Aku : Gimana mas, sudah puas kan.. (celutuk ku saat melihat mas Marno berjalan kembali ke ruang tamu)

Marno : Heheheh iyaa neng,, sudah lega… maaf ya neng… mas sudah tidak sopan sama neng Dina.. (ucapnya dengan nada yang rendah dengan wajah yang malu)

Aku : iya mas,, sudah gak papa…. Ya udah, ayok kita bereskan sisanya.. keburu sore, Dina juga sudah capek pak, mau istirahat mas… (ajak ku kembali untuk membereskan beberapa barang yang masih harus dirapikan)

Kami pun melanjutkan membersihkan dan membereskan semua kardus yang tersisa, hingga pukul 15.30 WIB semua selesai.. tinggal area dibelakang gudang yang belum diselesaikan.. mas Marno pun berpamitan pulang karena dia juga mau beristirahat karena karena esok pagi juga harus mengangkat sampah masyarakat selain pada RT tempat tinggal ku juga membantu RT sebelah. Sebelum pulang, aku memberikan 3 lembar uang seratus ribu untuk mas Marno. Mandapatkan uang dari ku membuat mas Marno begitu sangat senang, karena selain mendapatkan uang, mas Marno juga mendapat kesempatan melihat tubuh ku hingga hajatnya berhasil dikeluarkan.

Karena hari rabu aku mulai kembai beraktivitas, tentunya di hari sabtu ini aku kembali melanjutkan membereskan gudang dirumah ku. Karena sudah banyak perabot yang akan dipindahkan lantaran sudah tidak terpakai lagi. Untung saja beberapa hari yang ada mas Marno yang meringankan pekerjaanku.

Sabtu pagi ini pun ini aku masih harus membereskan barang – barang yang berada didalam gudang, tentunya dibantu oleh mas Marno. Saat aku sedang sibuk berberes tiba – tiba “tiiiinggg” bunyi ponsel ku karena ada sebuah pesan yang masuk, saat ku lihat itu adalah pesan dari mas Marno “neng Dina, mas sudah didepan pagar nih…” isi pesan dari mas Marno. Lalu aku langsung menuju ke depan untuk membukakan pagar. Pada saat pintu terbuka, lagi – lagi aku melihat mas Marno yang kembali termenung melihat penampilan ku karena kali ini aku menggunakan daster seperti tangtop dengan panjang selutut. Tentunya pakaian yang aku gunakan memperlihat BH ku yang berwarna hitam dari talinya.

Melihat penampilan ku yang terlihat lebih seksi membuat pandangan mas Marno tidak berpaling pada tiap jengkal tubuhku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mas Marno tak percaya kalau aku yang seorang wanita Muslimah kini berpenampilan terbuka dihadapan laki – laki lain. Pada dasarnya gaya pakaian ku ini biasa saja kalau dirumah, tetapi kalau diluar tentunya aku menggunakan pakaian yang tertutup. Hanya keluarga ku yang melihat penampilan sedikit terbuka, mungkin selama hidup ku hanya pak Parmin yang berhasil melihat tubuh telanjang ku dan kini betapa beruntungnya mas Marno, yang bukan siapa – siapa ku malah dapat menyaksikan lekuk tubuh.

Aku : Masss… Masss Marnoooo, ihhhh kok malah bengong lagi sihh…. Kayak lagi ngeliatin apa cobaa… (panggil ku membuyarkan lamunan dari mas Marno)… ya udah,, ayo mas masukkk…. (ajakan ku kepada mas Marno untuk masuk kedalam rumah ku)

Marno : Iyaaa neng marii….…. (kemudian mas Marno pun masuk sambil membawa gerobak untuk mengangkut sisa – sisa barang dan sampah yang masih sedikit berserakan di area gudang tentunya pekerjaan ini harus selesai hari ini karena esok aku berencana akan pergi bersama rekan kerja ku).

Aku pun menutup gerbang dan menguncinya, kemudian aku mengajak mas Marno menuju gudang melalui jalan samping. Aku menyadari sepanjang perjalan menuju gudang, mas Marno pun tidak henti – hentinya memandang tubuh ku dari belakang. Tatapan mas Marno pada tubuh belakang ku membuat timbul sebuah ide nakal dalam pikiran ku untuk berjalan sambil menggoyangkan patat ku sehingga daster ku sedikit terangkat hingga memperlihatkan paha mulus bagian belakang ku. Pemandangan ini membuat mas Marno semakin melotot dan tidak berpindah pandangan … “heheheh makan tu,, hehehehehe” batin ku. Aku pun tetap membiarkan mas Manor memandang tubuh ku, yang membuat ku tersenyum dengan tingkah mas Marno saat memandang dengan tatapan mupeng (muka pengen) pada lenggokan tubuh ku saat berjalan didepannya.

Sesampainya digundang, aku dan mas Marno langsung membereskan gudang agar tidak membuang waktu. Yaa namanya juga lelaki yang dikasih sekali malah ngelunjak, lagian siapa juga yang tidak mupeng melihat didepannya seorang wanita yang berpakaian cukup minim sedang berlenggak lenggok dan sesekali merunduk yang memperlihatkan dengan jelas belahan payudara yang indah dan membuat mata menjadi tertegun. Aku tetap saja cuek dengan apa yang aku lakukan, toh aku juga senang melakukannya. Pukul 10.15 WIB tak terasa pekerjaan pun sudah selesai, dan kini semua sampah, kardus yang tidak terpakai dan peralatan sisa pembangunan pun sudah semuanya masuk kedalam gerobak yang dibawak oleh mas Marno.

Dina : Alhamdullilah, akhirnya semua selesai jugaa… terima kasih ya mas sudah bantuin Dina… (ucapan ku kepada mas Marno sambil menebar senyum…)

Marno : Iyaa neng Dina sama – sama, hehehe karena neng Dina juga mas ada tambahan uang.. (balasnya, sambil tersipu malu karena melihat senyuman ku)

Dina : Hehehehe iyaa mas rejeki gak boleh ditolak yaaa hehehehe… semua nya sudah dimasukkan kedalam gerobak kan mas.. (ucap ku kembali)

Marno : Sudah neng Dina, semua nya sudah mas masukin kedalam gerobak …. (balas mas Marno menjawab pertanyaan ku)

Dina : Hehehhe… ya udah mas… sekali lagi terima kasih yaaa mas beberapa minggu ini bantuin Dina …. Akhirnya semua beres yaa mas.. (ujar ku kepada mas Marno)

Marno : Iyaa neng Dina, kalau butuh bantuan kabarin mas lagi yaaa lumayan uangnyaa,, kalau gitu mas pamit pulang dulu yaa neng… (jawab mas Marno kembali)

Dina : Kok buru – buru mas,, kita minum dulu yukk…. (ajakan ku kepada mas Marno) Dina kedalam dulu, mau buatin bapak minuman dan cemilan… ohhh iyaaa mas mau minum apaa ??? (tanya ku kembali)

Marno : Ohh terima kasih neng,,, seperti biasa aja neng.. kalau ada kopi.. hehehe (jawabnya sambil cengengesan dihadapan ku)

Dina : Okaayy mas,,, Dina masuk dulu yaa mas, mau buatkan kopinya.. (ucap ku yang berjalan menuju kedalam rumah)

Akupun lansung menuju kedalam rumah kearah dapur untuk membuat minuman dan mengambil beberapa cemilan, tetap seperti tadi saat aku berjalan kedalam rumah menjadi pemandangan yang mahal bagi pak Marno karena bisa menatap lenggokan tubuh ku. Aku pun kembali menggoyang gerakan pantat ku dengan sengaja. Jujur saja, banyak orang yang mengatakan kalau aku memiliki paras yang lumayan cantik, dengan tinggi sekitr 168cm dan bentuk tubuh yang proporsional. Tubuh ku didukung dengan ukuran payudara yang tidak kecil dan tidak juga terlalu besar dan pantat yang semok, hal ini lah yang membuat pandangan pak Marno tidak berpindah saat menatap ku. Tentunya tingkah pak Marno dengan wajah mupengnya membuat ku senyum sendiri dan tertawa kecil. 15 Menit kemudian, aku pun kembali berjalan keluar menuju tempat mas Marno duduk sambil membawa minuman dan cemilan.

Dina : Maaf ya pak,, Dina lama … Soalnya tadi manasin air dulu… (ucapan ku kepada mas Marno)

Marno : Tidak apa apa kok neng… malahan saya yang minta maaf karena sudah membuat neng Dina menjadi repot membuatkan minuman untuk mas.

Aku meletakkan minuman dan makanan diatas meja, yang membuat tubuh ku secara otomatis harus menunduk. Hal ini tentunya memberikan sebuah pemandangan yang indah lagi bagi mas Marno yang berada dihadapan ku.. Aahhh masa bodoh lah pikir ku.. Dengan sedikit gerakan akhirnya aku pun menunduk dihadapan mas Marno yang tentu saja membuatnya menjadi terkejut dan melotot saat melihat bulatan payudara ku yang sedang menggantung dengan indah dihadapan wajahnya. Walaupun masih terbungkus oleh BH, tetapi tetap saja, mas Marno dapat memandang kulit putih dari payudara ku.. “hehehehehehe Dasar mata jelalatan… laki – laki kalau udah lihat yang bening malah lupa diri….” Gumam ku dalam hati saat melihat ekspresi mas Marno yang terbengong.

Dina : Mari mas silahkan diminum kopinya, cemilannya juga dimakan yaaa..

Marno : Makasih ya neng.. udah repot – reppottt (Mas Marno pun tanpa sungkan langsung mengambil kopi yang sudah ku disajikan dihadapannya)

Dina : Ohh iyaa mas,, Dina tinggal bentar dulu yaaa.. mau mandi.. soalnya gerah dan panas.. gak papa kan mas, Dina tinggal sebentar… (ujar ku kepada mas Marno)

Marno : Iya neng,, gak papa kok… Tapi mas boleh numpang istirahat disini ya neng, tempatnya adem banyak angin.. (ujarnya kepada ku)

Aku : Boleh kok mas, silahkan… kalau gitu Dina tinggal bentar yaa mas.. (sambil tersenyum kemudian langsung menuju rumah)

Setelah selesai mandi aku kembali ketempat mas Marno yang sedang duduk dikursi taman dibawah pohon, kali ini aku memakai celana pendek dan tangtop berwarna pink dengan BH dan celana dalam berwarna putih didalamnya. Tak lupa aku pun sedikit berias dengan lips pada bibir agar tidak kelihatan kering. Aku pun sempat bercermin dan memandang diri ku yang mulai nakal dengan pakaian yang seharusnya tidak aku gunakan didepan seorang laki – laki yang bukan muhrim ku. Kali ini aku ingin mencoba lebih sedikit nakal untuk menggoda mas Marno dengan pesona dan kecantikan paras ku serta keseksian fisik ku. “heheheheh… pasti mata perjaka tua itu tidak akan berkedip lagi….” hehehhe gumamku dengan percaya diri melangkah menuju tempat mas Marno yang sedang beristirahat.

Saat aku keluar dari rumah dari kejauhan terlihat mas Marno sedang tertidur pulas dibawah pohon yang rindang dengan sepoi sepoi angin, mungkin karena lelah. Aku pun mulai berjalan mendekati mas Marno dengan langkah yang ringan. Sesampainya ditempat mas Marno yang tertidur pulas, aku pun memandang wajahnya yang tua sedang tertidur dengan nyenyaknya seperti orang yang kehidupannya tanpa beban. Namun walaupun sudah berumur, fisik mas Marno masih terlihat bagus, selain itu tenaganya juga masih kuat bekerja. Dengan senyum, aku mulai berani membangunkan mas Marno.

Dina : Mass…. ohhh mass…. bangunnn masss… (panggil ku membangunkan mas Marno) mass… bangunnnn masss… hehehehehhe

Marno : aahhhh neng Dina… maaaff nengg,, mas ketiduran.. habis enak banget banyak angina.. (ucap mas Marno yang terbangun dengan wajah terkejut, sambil mengucek matanya, hinggga saat matanya terbuka pak Marno semakin tertegun melihat ku yang berada dihadapannya)

Sejenak suasana kembali menjadi hening, aku melihat tatapan mas Marno yang masih terbengong melihat dandanan ku yang sangat menggoda. “Rasain…. Pandang sampai puas.. hehehehehe” gumam ku didalam hati. Tentunya ada rasa puas dalam diriku, karena aku masih bisa menggoda laki – laki yang ada dihadapan ku sampai termenung dengan mata yang melotot memandang seksinya pakaian ku. Untuk mencairkan suasana aku pun memulai obrolan yang membuat lamunan mas Marno kembali buyar seketika…

Dina : Kalau capek istirahat didalam aja mas,, gak enak kalau dilihat orang, kalau mas tiduran disini… (ucap ku)

Marno : Iyaa neng, terima kasih….. gak papa disini aja sudah cukup kok.. lagian adem jugaa banyak angina neng… (ujar nya menjawab kalimat ku)

Dina : Ya udah, aku buatkan minuman dingin yaa… cuaca sudah mulai panas.. ayok mas masuk kedalam… (ajakan ku yang berjalan menuju kedalam rumah)..

Marno : Baik neng kalau begitu… (bagaikan seorang yang sedang terhipnotis, mas Marno pun berjalan dibelakang mengikuti masuk kedalam rumah.. Tentunya aku tidak ingin orang – orang yang lewat curiga kalau aku sedang berduaan dengan lelaki lain, lebih baik aku mengajak mas Marno masuk kedalam rumah biar lebih aman)

Dina : Kekamar mandi dulu sana mas, bersih – bersih… kan kotor selesai berberes kan.. kamar mandinya masih ingat kan mas.. hehehehhehehe… (canda ku kepada mas Marno mengenai kemar mandi, karena kemaren mas Marno juga menggunakan kamar mandi yang sama untuk mengeluarkan pejunya yang sudah diujung tanduk saat sedang memijit ku)

Marno : Ahhhhh neng bisa aja, mas jadi malu hehehehe… (dengan langkah ringan mas Marno pun menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sedangkan aku ke dapur untuk membuatkan air minum dingin yang manis)

Setelah selesai, aku kembali menuju ruang tamu dan duduk disofa sambil bermain Handphone membalas pesan dari suami ku dan melihat – lihat media sosial sambil menunggu mas Marno keluar dari kamar mandi. Akhirnya mas Marno pun menunjukkan batang hidungnya setelah dari kamar mandi untuk bersih – bersih.

Dina : Duduk dulu mas… Dina udah buatkan es jeruk nih.. biar seger habis kerja mas.. Mari mas diminum dulu.. (ujar ku mempersilahkan mas Marno)

Marno : Terima kasih neng…. (sambil duduk di Sofa lain yang berhadapan dengan ku, tentunya posisi ini sangat menguntung bagi mas Marno yang dapat memandang ku dengan wajah mupengnya)

Dina : Mas Marno kenapa sih… dari kemarin mandangin Dina kayak gitu… memangnya ada yang aneh yaa dengan pakaian Dina … kayak risih gitu liatinnya… (celoteh ku, sambil melihat kearah mas Marno yang masih terus menatap ku)

Marno : Maaf neng, mas gak bermaksud apa – apa kok …. Mas Cuma kagumnya sama neng Dina yang cantik hehehhe… (Ucap mas Marno membalas perkataan ku).. Mas gak risih kok neng.. hehehehe… (jawabnya lagi)

Dina : Kalau gitu Dina ganti pakaian aja yaa… kalau mas Marno merasa risih dengan pakaian Dina… (ucap ku dengan nada sedikit mengancam, padahal Cuma gertakan aja sih.. Sejujurnya aku malh senang kalau dipandangin sama mas Marno dengan muka mesumnya hehehehhe)

Marno : Gak usah neng… hehehehe pakai baju itu aja gak papa kok… malah lebih cantik neng Dina pakaian baju itu.. hehehehehe (ucap mas Marno dengan cengengesan yang mulai berani menggombal ku, reaksi mas Marno inilah yang ku tunggu – tunggu. Keberanian seorang lelaki yang mulai nakal dengan gombalan – gombalan membuat ku sampai melayang dengan pujian yang dilontarkan mas Marno kepada ku.)

Dina : Beneran gak papa mas ?? tapi mas terus liatin Dina kayak gitu.. kayak mau nerkam aja, mana matanya tajam lagi huuuuuuuuu… (ujar ku kembali sambil menatap mata mas Marno yang berada dihadapan ku)

Marno : Hehehehe, gimana gak tajam neng… kalau didepan mas ada bidadari yang cantik. Pastinya mata mas tidak mungkin melewatkan setiap detik pemandangan yang indah dan jarang mas jumpai neng… hehehehheeh (ucap mas Marno lagi sambil terus menggombali ku. Walaupun hanya gombalan yang simpel, tapi sudah cukup membuat melayang – layang dengan pujiannya).

Dina : Ahhh mas Marno bisa ajaaa ngegombalnya… udah tua tapi masih juga menggombal… hhuuhuhu … itu tu es jeruknya diminum biar seger mas, biar mas gak bayangin yang aneh – anehh…. Atau mas mau minum susu.. (tawar ku dengan sedikit nada yang menggoda)

“Gleeekkkkk…..” suara yang keluar saat mas Marno menelan ludah ditenggorokkannya saat mendengar suara ku yang menawarkan susu kepadanya, hampir saja air yang ada dimulutnya keluar.. “hehehehehhe…. Baru dengar kata susu aja udah panik.. mas Marno… mas Marno…” gumam ku didalam hati…

Marno : Aduh neng Dina bikin mas kaget ajaa… lagian mana berani mas minum susunya neng Dina …. (ucap mas Marno saat membalas perkataan ku)

Dina : Dasar pikiran mas Marno aja tuh yang mesumnya gak ketuliungan, lagian Dina kan belum ada susu… orang belum punya anak… huuuuuuuuu… maksud Dina tu, susu yang ada didapur mas… Dasar iiihhhh pikirannyaaaa jorookk teruss.. (balas ku dengan tersenyum melihat reaksi mas Marno)

Marno : Hehehehe neng Dina bisa aja godainnya, kiraen mas susu neng Dina.. Rupanya susu didapur… heehehe .. Maaf yaa neng, mas salah paham. (ujar mas Marno kembali sambil meminum jus jeruk yang ada ditangganya, sementara matanya tak berhenti mencuri pandang kepada ku)

Mas Marno yang mengetahui respon ku yang tidak marah dengan sikapnya, membuat mas Marno semakin berani untuk lebih terang – terangan memandang ku sambil tersenyum sendiri. Tentunya aku mengetahui aksi yang dilakukan mas Marno, pasti didalam pikirannya kini sudah ada bayang – bayang mesum tentang diri ku.

Dina : Tu kan … Mas ihhhh, dari tadi terus liatin Dina… emang apa sih yang mas pikirkan sambil memandang Dina… sampai itu nya bangun tuhh…. Huuuuhhhh pasti mas Marno mikirin yang jorok – jorok yaa tentang Dina.. (jawab ku dengan sedikit memasang wajah cemberut)

Marno : Maafkan mas ya neng…. Sudah tidak sopan, dari tadi terus curi pandang ke neng Dina.. (ucap mas Marno sambil berusaha mengindari pandangan ku dan menutupi tonjolan celananya dengan tangan).. sekali lagi maaf kan mas ya neng, sudah lancang dan tidak sopan sama neng Dina… (Sambil menundukkan wajahnya dari pandangan ku yang menatapnya)

Melihat tingkah mas Marno, tentunya membuat ku senyum – senyum sendiri. Untungnya mas Marno adalah orang yang baik, kalau saja dia adalah orang jahat pasti aku sudah diperkosa dari kemaren. Aku jadi tidak tega dengan mas Marno yang terlihat merasa sangat bersalah karena mencuri pandang ke arah ku yang menggunakan pakaian yang menunjukkan aurat, sehingga memancing syahwat pada kaum lelaki yang melihatnya seperti apa yang dilihat oleh mas Marno saat ini.

Dina : Lagian mas Marno.. dari tadi liatin Dina terus samapi matanya gak berkedip… emang apa yang menariknya dari Dina sih mas… udah banyak lemak kayak gini.. (ucapan ku dengan sedikit menebar senyuman kepada mas Marno yang masih merunduk karena malu).

Marno : Hehehehehe, siapa coba yang gak berkedip liat neng Dina kayak gini.. Mana kulitnya putih mulus, cantik juga heheheh.. apalagi body nya udah kayak artis – artis idalam lah neng.. (Ujar mas Marno sambil kembali cengengesan dan mulai berani kembali menatap ku, tentunya keberanian mas Marno karena respon dari ku yang menunjukkan wajah yang tidak marah kepadanya).

Dina : Dasar laki – laki emang buayaaa… hehehheh gombal terus ihhhhh udah tuaaa pandai juga ngegombal yang muda…. Weekksss.. (ucap ku sambil meledek dengan menjulurkan lidah)

Marno : Lahh beneran kok neng… Hehehehhe… Apalagi belahan dada neng yang putih gitu.. Gimana mas tidak tergoda untuk mandangin neng, biasanya mas cuma bisa liat di film – film jepang gitu.. Sekarang ada didepan mas, heheheh maklum neng… (ujarnya kembali sambil cengengesan)

Dina : Waahhhhhh … dasarnyaaa…. Rupanya dari kemaren mas berani curi – curi padang ke dada Dina yaaa… Dasar isshhh ingat mas,, udah tuaa hehehehehhehe.. banyak – banyakin ibadah … ini malah mesum teruss…. (timpal ku kembali membalas perkataan mas Marno) emangnya mas sering ya liatin dada wanitaa… haaaa jangan – jangan bapak sering liat dada cewek – cewek komplekan haaayooooooo ngakuuuu (gertak ku sedikit kepada mas Marno, yang membuatnya menjadi salah tingkah dan grogi)

Marno : eeeehhhh aaaaa … aaa… nuuuuu gaak gitu neng…. (ujar mas Marno dengan gelagapan) mas cuma sering liat di film – film aja kok neng.. mana berani mas curi – curi pandang sama warga disini… yang ada nanti mas di pecat pak RT.. hehehe (jawab mas Marno kembali)

Dina : Gak papa kok mas, lagian wajar kalau kan laki laki liatin perempuan tandanya normal, yang bahaya tu kalau laki – laki curi – curi pandang sama laki – laki juga kan lebih bahaya mas… atau jangan – jangan mas Marno suka liatin bepak – bapak komplek sini juga yaaa… hayooo hihihihi (Ujar ku sedikit menggoda mas Marno yang semakin tersipu malu)

Marno : Aaahhhh neng Dina,, gini – gini mas masih normal hehehhee… (jawabnya dengan muka yang menahan rasa malu)

Aku hanya tertawa melihat tingkah dar mas Marno yang salah tingkah, sampai – sampai bagian dada ku naik turun karena nafas berat setelah tertawa, tentunya hal ini menjadi tambahan pemandangan yang sangat erotis bagi mas Marno sampai - sampai membuat tonjolan dari dalam celanannya semakin membesar yang membuat mas Marno sedikit meringis.. “Rasain,, siapa suruh curi – curi pandang terus.. sakit – sakit tu burung.. hihihihihih” batin ku saat melihat perubahan sikap dan wajah dari mas Marno yang menahan sakit karena burungnya yang semakin berontak dari balik celananya).

Aku menyadari kalau mas Marno sangat begitu gelisah dari gerak gerik tubuhnya, pasti sangat begitu tersiksa, aku bisa memahami pasti saat ini kontol dari balik celana kain yang digunakannya sedang terjepit sesak. Beberapa kali aku perhatikan tangan mas Marno berusaha memperbaiki posisi kontolnya yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi didalam celananya.

Dina : Hayoooo,,, itu tangannya mau ngapain mas…. Mau aneh – aneh nih pasti kan … (ujar ku saat melihat tangan mas Marno yang mulai berani memasukkan satu tangannya masuk kedalam celanan untuk memperbaiki posisi kontolnya tepat berada dihadapan ku)

Marno : Maaf neng,,, mas beneran gak aneh – aneh kok… Cuma lagi betulin posisinya aja… sakit banget neng… ketekan … (ucap mas Marno yang memberikan penjelasan kenapa tanggannya masuk kedalam celanannya)

Dina : Hihihhhhi,,, memangnya sesakit apaa mas…. ?? (tanya ku kembali dengan rasa penasaran) lagian mas juga sih, burungnya dibangunin sampai tegang gitu…. Hehehehehe (Ujar ku kembali, sedikit menggoda dan memancing mas Marno. Berharap mas Marno bisa berbuat yang lebih dari hanya memasukkan tangannya kedalam celananya yang menggembung)

Marno : Sakitt neng, berasa ditekan gitu, serasa tulangnya mau patah.. ngilu banget neng pokoknya…. (ujar mas Marno menjawab pertanyaan ku), lagian gimana gak bangun buk burung mas neng… ada bidadari yang cantik dan seksi kayak neng Dina gini hehehehehe … boleh gak buk saya keluarin burungnya.. soalnya ngeganjel dan sakit bukk…. Boleh yaaa… (Ujar mas Marno yang semakin berani, sesuai harapan ku ternyata si perjaka tua ini semakin tidak bisa dikendalikan kalau di kasih kesempatan)

Dina : Iihhhhh gak boleh keluarin sembarangan dong mass… maluuu.. hihihi (jawaban ku menggapi permintaan mas Marno yang ingin mengeluarkan burungnya dari celana yang dia gunakan didepan ku. Padahal dalam hati aku sangat penasaran dengan burung dan kenekatannya, kalau dilihat dari tonjoloannya pasti burung mas Marno ini lebih besar dari punya pak Parmin.)

Marno : Hummmpppp kalau gitu mas pulang aja yaa neng… sakit banget rasanya gak tahan lagi neng… hehehe (ujarnya kepada ku dengan wajahnya yang meringis menahan rasa sesak dibalik celananya.)

Dina : Loh kok buru buru sih mas Marno…. (balas ku yang sebenarnya masih mau berlama – lama dengan mas Marno sambil menggodanya. “Tapi masak aku harus memperbolehkan mas Marno mengeluarkan burungnya dihadapan ku sih…. Ahhhhh gimana yaaa,, apa aku bolehkan sajaa… hihihih” gumam ku dalam hati. Tentunya ada keraguan didalam diri ku, pertama gak mungkin aku memberikan kesempatan yang lebih kepada mas Marno dan kedua aku juga sangat penasaran untuk menggoda mas Marno lebih jauh. Apalagi sekarang aku juga mulai terangsang dengan pikiran – pikiran nakal ku sendiri)

Marno : Yaah mau bagaimana lagi neng,, mas sih pengen nya lama – lama.. tapi yang bawah ini gak bisa diajak kompromi neng.. malah bangun terus, jadi mas udah gak kuat nahan sakitnya… (Ujar mas Marno sambil melenguh menahan sesak dibalik tonjolan dari balik celananya)

Dina : Hummmppppp… Sebenarnya Dina masih butuh teman mengobrol, soalnya kalau mas Marno jadi rumah gak sepi.. ya udah dehh… dikeluarkan aja mas burungnyaa… tapi ingat ya mas… jangan bilang – bilang orang… kalau ada yang tau, Dina gak mau lagi kenal sama bapak.. dan satu lagi jangan aneh – aneh… hihihih (ujar ku akhirya memberikan izin kepada mas Marno yang ingin mengeluarkan burungnya)

Aku juga tidak mengerti lagi tentang diri ku saat ini, dulu aku menolak melakukan seks karena alasan latar belakang dan ajaran orang tua ku serta larangan didalam agama ku. Semenjak pak Parmin menaklukkan tubuh dan nafsu ku. Sekarang aku malah ingin mengeksplore hal yang lebih jauh dari dalam diri ku. Apakah aku sebinal itu sebagai wanita selayaknya lonte yang ingin menjajahkan tubuhnya untuk mendapatkan uang dan kenikmatan. Aaaaahh entahlah yang pasti aku hanya ingin menikmati suasana yang terjadi saat aku ini.

Marno : Beneran nih neng, mas boleh buka celana saya… (ujar mas Marno yang diikuti dengan anggukan kepalaku memberikan pesertujuan kepada mas Marno yang ingin membebaskan burungnya dari siksaan celananya sendiri. Lalu aku pun dan berjalan menuju pintu) mau kemana neng Dina, kok malah pergi..?? (tanya mas Marno kepada ku yang sudah beranjak dari tempat duduk ku untuk berjalan mendekati pintu yang masih terbuka.)

Aku tidak menjawab pertanyaan mas Marno, namun hanya memandangnya sambil tersenyum. Kemudian aku pun menutup pintu dan gorden jendela hingga kini ruang tamu hanya dihiasi oleh cahaya yang minim dan agak sedikit gelap.. Aku pun berbalik badan dengan tersenyum sambil menatap mas Marno yang sedang duduk terheran dengan apa yang aku lakukan.

Dina : Tapi mas Marno mau keluarin itunya, nanti kalau ada yang lewat kan bahaya. Maknya Dina tutup dulu biar gak ada yang curiga hihihi .. Mana tau ada orang lewat kan, bisa bahaya kalau tiba – tiba tetangga lewat dan memergoki kita hehehehehe (Ujar ku saat kembali berjalan mendekati mas Marno yang masih duduk termenung melihat ku dihadapannya.)

Mendapat respon ku yang tidak sama sekali menunjukkan gestur marah, mas Marno pun mulai mengambil kesempatan untuk menurunkan celananya turun sampai ke lutut. Aku bisa melihat celana dalam mas Marno yang sangat lusuh dan longgara dengan tonjolan yang sangat besar didalamnya, hingga akhirnya mas Marno pun turut menurunkan celana dalamnya dan keluarlah sebuah batang yang besar dan panjang sedang berdiri tegak dengan gagahnya yang seakan – akan seperti pentungan yang siap memukul apapun yang beradan dihadapannya.

Melihat bentuknya yang luar biasa membuat ku terkejut, apalagi dengan ukuran yang berbeda dengan punya pak Parmin membuat ku menjadi agak sedikit grogi. Karena ini adalah kemaluan lelaki kedua secara nyata yang aku lihat selain punya pak Parmin. Kontol dengan ukuran yang lebih besar dan panjang sedikit dari punya pak Parmin, serta berwarna gelap dengan bulu yang lebat diarea pangkalnya membuat ku tidak berkedip untuk memandangnya. Sekarang gantian, aku yang termenung kaku saat melihat kemaluan mas Marno.

Aku pun mulai berjalan mendekat ke arah mas Marno yang duduk disofa yang panjang, aku pun memilih duduk disebelahnya sehingga membuat mas Marno menjadi salah tingkah didepan ku yang sedang duduk disebelahnya.

Dina : Kenapa mas, kok jadi grogi gitu…. Hehehehehehe (tanya ku saat aku melihat wajah mas Marno yang menjadi sedikit malu karena posisi ku sekarang duduk disampingnya)

Marno : Hehehehehe iyaa neng,, mas grogi.. kiraen mas, neng akan marah karena ucapan mas tadi… heheheh.. kan mas takut kalau nanti neng teriak dan mas digebukin sama warga.. (Ucap mas Marno agak – agak menunduk didepan ku)

Dina : Emangnya Dina sejahat itu mas, huuuusssss…. Lagian mas Marno mikirin apa sihhhh … hayooo jawab jujur …. (tekan ku kembali sambil terus memandang mas Marno, aku sangat ingin tau apa yang sebenarnya ada didalam kepalanya saat ini tentang ku)

Marno : Maaf yaa neng,, kalau mas sudah lantang… Lagi mikiran neng Dina, apalagi tadi pas nawarin susu.. mas kira neng mau ngasih susu yang itu.. hihihi (ujarnya menjawab pertanyaan ku sambil memandang payudara ku dari balik daster yang atasnya berbentuk tangtop yang ku kenakan)

Dina : Ihhhhh dasar tua tua mesum.. yaa gak boleh lahhh.. lagian Dina belum ada susunya juga kali mas… weekksss (ledek ku menjulurkan lidah dihadapan mas Marno) Awas tu jangan sampai burungnya terbang, karena sudah keluar dari sarangnya.. hihihih (ujar ku melihat burung mas Marno yang semakin berdiri dengan urat – uratnya yang melingkar disepanjang batangnya yang keras seperti pentungan)

Marno : Hehehehe… kalau terbangnya ke sarang neng Dina mah gak masalah, mas rela – rela aja hihihihi mana tau betah disana neng…hehehhe (jawab mas Marno dengan senyum cengengesannya yang jeleknya saat melihat ku)

Dina : Huuhhssss mulai deh ngomong joroknya nihh… lagian gak boleh… sarang Dina udah diisi burung lain hehehehhehhe… lagian sarang Dina kecil gak muat sama burung mas yang besar gitu hehehehe takut rusak kalau burung mas Marno yang masuk… hehehehehehehe (ujar ku membalas candaan nakal dari mas Marno dengan sedikit lebih menggoda)

Marno : hehehehe gak usah takut neng, kan burun mas gak gigit.. paling Cuma mampir bentar, kalau bisa bersarang malah enak.. hehehhehe soalnya burung mas belum punya sarang neng dari dulu jadi pengen punya sarangnya…. (ujar mas Marno yang juga mulai berani membalas candaan mesum dari ku)

Dina : hhihihihi liat tu mas, burungnya makin tegang cobaa… mana ujungnya hitam kayak warna pantat kuali… hehehehhe keriput kayak yang punya.. (ledek ku saat melihat burung milik mas Marno yang hitam, tegang, keras dan berurat sedang berdiri menantang)

Marno : Jangan salah neng,, keriput gini masih tahan lama loh… (kini mas Marno mulai berani memainkan tangannya untuk membelai dan mengocok penisnya yang sudah sangat tegang)

Dina : Hehehehhehe sok – sok’an tahan lama kayak pernah aja….ihhh itu kenapa tangannya… tadi katanya cuma dikeluarin aja… kok malah dimainin gituu… (ujar ku dengan wajah yang cemberut saat melihat mas Marno mulai mengocok kontolnya dengan pelan)

Marno : Hehehehehe nanggung neng… udah diujung, bolehkan mas ngocok sambil nemanin neng Dina. Lagian mas sering ngocok sendiri terus, sekarang ngocoknya ada teman hehehhe… bolehh yaaa neng…. (tanpa jawaban dari ku mas Marno tetap melakukan aksi mengocok kontolnya dihadapan ku. Saat ini aku hanya menatap wajah mas Marno dengan senyumanm sebagai kode persetujuan kalau mas Marno boleh memainkan kontolnya didepan ku)

Sungguh aku sudah gila saat ini, karena sudah memberikan ruang kepada seorang laki – laki yang bukan muhrim ku mempertontonkan auratnya didalam rumah ku, tentunya rumah yang mengajarkan ku banyak larangan dan norma – norma agama. Namun kali ini aku sudah menentang semua larangan yang diajarkan, malah aku sudah tergila – gila dengan rasa penasaran dan sekarang sedang menikmati posisi ku yang sedang menemani seorang lelaki tua sedang melampiaskan hasratnya.. Jujur saja, aku sangat tergiur dengan bentuk dan ukuran dari penis mas Marno yang sangat keras dan berurat yang berwarna hitam tersebut.

Dina : Ingat yaa mass…. Cuma boleh ngocok dan jangan lakukan yang aneh – aneh… (ujar ku menatap mas Marno yang sedang aktif – aktifnya memainkan kontolnya sendiri)

Marno : Hehehehehe neng Dina.. tapi kalau neng mau ngasih yang lebih mas bakalan terima kok…(ujarnya kembali sambil menatap ku dengan wajah yang mesumnya)

Karena sudah mendapat izin dari ku, kini mas Marno semakin intens mengocok penisnya sendiri sambil sesekali mencuri pandang kepada ku, terutama pada belahan dada ku yang sedikit terlihat. Aku bisa melihat kalau kocokan tangan mas Marno pada penisya semakin cepat yang membuat kini batang penis hitam berurat itu semakin keras dan membesar dari sebelumnya. Melihat perubahan pada penis mas Marno membuat ku sedikit merinding dan mulai membayangkan penis mas Marno sedang keluar masuk didalam memek ku. Namun rasa penasaran akan bayangan ku sendiri membuat ku sedikit takut dengan ukuran penis mas Marno yang besar itu.

Marno : Oooougggghhhhh neng Dinaa.. aaahhhhh ooouggggghhhh… (Suara desahan mas Marno, sambil memandang ku dengan tatapan kosong yang sedang berfantasi menikmati kocokan pada penisnya sendiri)

Dina : Hayoooo… mas Marno lagi bayangin apaa sampai manggil - manggil nama Dina… asik banget ngocoknya sampai merem melek gitu hehehehe…. (ucap ku sambil menggoda mas Marno yang sedang menikmati kocokan pada penisnya sendiri sampai matanya merem melek)

Marno : Mas lagi bayangin neng Dina… (ucapnya kepada ku sambil terus memainkan burungnya sendiri)

Dina : Memangnya pak Marno lagi bayangin apaa cobaa… sampai melihat Dina gak berkedip…. (Aku semakin penasaran dengan apa yang sedang dihayalin oleh pak Marno tentang diriku).

Marno : Hehehe neng jangan marah nyaa.. kalau mas sampain khayalan mas.. (ucap mas Marno yang masih terus memainkan penisnya)

Dina : Hayooo cobaa… mas bayangin apaaa… (goda ku kembali menatap mas Marno yang semain mupeng menatap ku)

Marno : Semenjak pertama kali jumpa sama neng Dina, mas terpesona dengan cantiknya neng Dina… Setiap malam mas terbayang terus, makanya setiap kali neng Dina minta bantuan mas selalu meluangkan waktu, biar bisa ketemu sama neng Dina… (ucap mas Marno sambi kini tangannya mulai menurunkan tempo kocokannya untuk menikmati sensasi yang mungkin tidak akan terjadi lagi)

Dina : Haaaa pantasan aja mas selalu curi – curi pandang ke Dina yaa… hihi udah singa kayak mau nerkam mangsanya… hehehehe, jadi mas Cuma hayalin Dina segitu.. kiraen ada yang lebih wow lagi ihihiihihi… (ujar ku lagi sambil sedikit cengengesan menggoda mas Marno)

Marno : Maafin mas yaa neng,, tapi mas juga sering bayangin kalau lagi ngentot dengan neng Dina.. pasti memeknya neng Dina sempit dan hangat… pengen banget burung mas masuk rasanya aaahhh… aaahhhh….. (ucap mas Marno tentang hayalannya sambil mengeluarkan beberapa desahan dari nikmatnya kocokan tangannya sendiri)

Dina : Ihhh mas Marno …. Omongan jorok ihhh, masa ngentotnya sama Dina yang bukan istri mas hehehhe…. (dengan sedikit mengomel, aku tetap saja tersenyum dan tidak menghentikan aktivitas mas Marno yang terus mengocok kontolnya sendiri. Aku yang melihatnya pun hanya tertawa sambil sedikit menunjukkan wajah genitt dan nakal).. iihhhh dasar tua tua omongannya ngentot ngentottt hehehehhehehehe…

Marno : aahhhhh oouugghhhhhh neeennggg Dinaa……. Ngeeeennttottt yooookkk… aaahhh aaahhh aahhhh.. mas relaa perjaka mas untuk neng Dina.. Aaaahh…. Aaahhh…. (desahan desahan yang terus keluar dari mulut mas Marno saking menikmati aktivitas ngocoknya) burung mas udah gak tahan pengen ngentottt neng…. Bolehh yaa neng, mas mau entotin memeknyaaa.. aahhh aaaaahhh ooouughhhhh….

Kata kata vulgar yang keluar dari mulut mas Marno membuat ku dorongan gairah mulai muncul dari dalam diri ku, aku mulai menikmati saat – saat mas Marno semakin asik mengocok kontolnya sendiri sambil matanya terus memandangi ku. Tentunya sebagai wanita, dipandangi sedemikian rupa menjadi hal yang membanggakan diri ku. Aku seperti seorang wanita yang paling seksi saat ini dimata mas Marno malam ini. Aku semakin dibuat melayang saat dikagumi oleh seorang lelaki yang bukan muhrim ku. Walaupun kini aku bisa merasakan mulai munculnya benih – benih gairah didalam diriku, namun tidak mungkin semudah itu aku memberikan tubuh ku untuk mas Marno. Memang dulu, aku dengan mudah merelakan tubuh ku untuk memuaskan nafsu pak Parmin. Tapi kali ini aku masih ingin mempermainkan mas Marno dengan terus memprovokasi dan memancing hasratnya semakin besar untuk menyetubuhi ku. Meskipun didalam pikiran ku saat ini, ingin sekalimencoba penis besar dan panjang milik mas Marno untuk bisa masuk kedalam memek ku. Memikirkan nya saja sudah membuat memek ku mulai basah dan jantung ku berdegup semakin cepat.

Marno : Neng Dina kenapa ?? kok malah melamun gitu hehehehe (Ujar mas Marno yang melihat ku sedang melamun dihadapannya, tentunya hal ini mengagetkan ku sampai membuat pikiran ku buyar dan kembali menatap mas Marno yang terus sibuk mengocok kontolnya)

Dina : Gak papa kok mas.. ehehehehehe… Dina cuma kagum sama mas Marno, karena masih bisa menahan perjaka sama sekarang… (jawaban ku dengan senyum manis kepada mas Marno)

Marno : Hehehe… kiraen neng juga pengen dimainin…. hehehhe (Ucap mas Marno, sambil terus mengocok kontolnya). Neng Dina aahhh, boleh gak mas masukin burung mas ke dalam memeknya neng Dina… (Ucap mas Marno yang masih terus merayu ku. Kelihatan dari raut wajah mupengnya saat melihat ku)

Dina : Weekksss gak mau ahhhh,, kontol mas Marno besar hihihih… Dina takuttt hehehehehe nanti kontolnya jadi betah di memek Dina … (ujar ku yang sudah tidak malu – malu lagi meladeni kalimat – kalimat vulgar dari mas Marno yang masih terus merayu ku sambil terus mengocok kontolnya)

Marno : Boleh yaaa neengg.. Aaaahhh… Aaaaaahhhh… Mas bolehnya ngentot sama neng, sekali ajaaa… aahhh.. oouggghh.. aahh…. (ucap mas Marno kembali. Bisa terlihat dari wajahnya yang sudah sangat bernafsu untuk menikmati tubuh ku)

Jujur saja, saat ini tubuh ku sangat ingin menikmati kontol mas Marno. Sudah lama juga aku tidak berhubungan badan, karena yang terakhir saat bersama pak Parmin waktu itu. Walaupun pun mas Marno terus merayu ku, namun akal ku masih bisa mengusai nafsu ku. Meskipun dilain sisi, aku menjadi sangat penasaran bagaimana rasanya ngentot dengan perjaka yang belum berpengalaman. Apakah sekuat dan senikmat saat bersama pak Parmin. Namun aku masih bisa untuk berpikir dengan waras agar nafsu tidak mengalahkan ku. Tapi satu hal yang tidak bisa aku hindari adalah rasa penasaran terhadap kontol mas Marno yang sedang berada dihadapan ku. Aku pun berniat untuk memberikan sesuatu yang lebih, namun tentu saja aku belum siap memberikan tubuhku untuk digagahi oleh mas Marno.

Dina : Mas beneran mau ngentot sama Dina… yakin mauu… memek Dina udah gak perawan loh mas.… hehehehhehe (ujar ku dengan nada sedikit nakal dan menggoda kepada mas Marno. Aku pun kemudian aku pun berdiri tepat dihadapan mas Marno, kemudian aku meminta mas Marno merubah posisinya berhadap dengan ku. Lalu aku pun meminta mas Marno untuk dudu sedikit mengangkang. Lalu aku pun berjongkok hingga membuat wajah ku tepat dihadapan kemaluan milik mas Marno yang sudah tegang dengan urat – urat nya)

Marno : Beneran neng…. Mas bisa berharap perjaka mas hilang bersama neng Dina… mas udah gak tahan neng, bolehnya mas ngentot sama neng Dina.. Memek neng Dina juga udah gak perawan kan… (ujarnya memelas dihadapan ku)

Dina : Tapi memek Dina maunya sama kontol yang tahan lama mas… hehehhe (aku pun kembali menggoda mas Marno sambil menjilati jari telunjuk ku)

Marno : Hehehehehe sudah pasti kontol mas tahan neng, walaupun mas belum pernah ngentot,, mas jamin neng bakalan puas… ayook neng kita ngentottt sekarang (ucap mas Marno yang langsung menghentikan kocokan pada kontolnya dan menatap ku).

Mendengar jawaban percaya diri mas Marno, tentunya membuat ku hanya bisa tersenyum, sambil beranjak menuju kamar ku. Tentunya aksi ku ini membuat mas Marno menjadi kebingungan karena dalam keadaan horni malah ditinggal sendirian. Sekitar 10 menit kemudian aku kembali keluar, kini aku hanya menggunakan BH berwarna Hitam dengan rok pendek ala pemain tenis yang mengembang dengan celana dalam berwarna putih didalamnya.. Aku mulai berjalan mendekati mas Marno kembali dengan berlenggak lenggok dan berhenti dihadapannya yang masih dalam keadaan duduk mengangkang dengan kontolnya yang tegak, keras dan menantang ku untuk segera memainkannya.

Rok pendek yang aku gunakan, tentunya memperlihatkan paha mulus ku yang putih karena selalu ku rawat, pastinya siapa pun yang melihat paha putih ku pasti menjadi kagum karena saking putih dan mulusnya. Aksi ku ini membuat mas Marno sangat kegirangan yang terlihat dari sinaran matanya, karena bisa melihat perut rata ku dan gundukan payudara ku yang masih tertutup BH. Pemandangan yang membuat mas Marno tidak berkedip dan sedikit melongo hingga air liurnya jatuh seakan takjup dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Karena saat ini sedang berdiri seorang wanita idamannya yang hanya menggunakan BH dan rok pendek dengan celana dalam berwarna putih, yang tentunya membuat mas Marno ingin segera menangkap dan menjilati bagian perut bidadari yang berada didepannya saat ini.

Marno : Boleh peluk gak neng… (ucap mas Marno kepada ku dengan tangannya seperti orang yang ingin minta pelukan)

Dina : Gak bolehhh …… (aku berusaha menahan mas Marno yang ingin mendekatkan tubuhnya ke tubuh ku) Gak boleh meluk - meluk… tadi janji nyaa apaa… mau entotin memek Dina kan… (sambil ku angkat rok ku dan memperlihatkan gundukan memek ku yang masih tertutup celana dalam putih yang membuat mata mas Marno menjadi terbelalak hingga menelan ludah) bapak mau memek Dina kan… bapak diam ajaa.. gak boleh macam – macam yaa… (ujar ku kembali)

Aku pun kembali menurunkan rok ku lalu membungkuk dengan kedua tangan ku menopang pada senderan sofa, sehingga membuat wajah ku dan wajah mas Marno saling berhadapan.

Dina : Mas udah pernah ciuman sama cewek ?? (tanya ku diantara selingan tatapan mata mas Marno kepada ku)

Marno : Belum pernah neng, kan mas udah bilang.. boro – boro pacarana neng.. yang dekatin juga gak ada.. (jawab mas Marno dengan nada yang sedikit sedih)

Dina : Jangan sedih dong mas hehehhe… jadi nanti Dina dong yang dapatin ciuman pertamanya mas Marno… hehehhehe…. (ujar ku sambil sedikit tersenyum melihat mas Marno)

Aku pun mulai mendekatkan wajah ku ke wajah mas Marno, aku mulai menempelkan bibir ku di bibir hitam tua mas Marno. “Mas udah pernah ciuman atau belum ??” tanya ku sambil menatap mata mas Marno, sambil sedikit menggoda dengan menempelkan tangan ku di dadanya.

Marno : Belum pernah neng, maklum dari dulu mas gak punya pacar. Gak ada yang mau sama lelaki jelek kayak mas dan pekerjaan mas… (jawab mas Marno dengan wajah yang agak sedih)

Dina : Jadi kalau kita ciuman, Dina dapat ciuman pertama mas Marno dong.. hihihi (ejek ku sambil menjulurkan sedikit lidah)

Marno : Heheheheh kalau sama neng Dina gak papa kok… hehehe (balas mas Marno dengan cengengesan)

Dina : Huuuuuuuu…. Dasar laki – laki, dengan kata cium langsung senang.. (ledek ku melihat ekspresi mas Marno)

Sebelum mas Marno menjawab, aku dengan cepat langsung melumat bibir hitam mas Marno. Aku bisa merasakan nafas bauk rokoknya di hidung ku, namun sensasi nya malah membuat ku semakin ingin bereksplorasi dengan perjaka seperti mas Marno. “Slluuuurrrppss… Ssllluurrrppp… Ssllluurrrppp…” bunyi ciuman antara aku dan mas Marno. Kami berdua berciuman seperti sepasang kekasih yang dilanda birahi, seperti yang ada di film porno. Mas Marno dengan cepat menyedot lidah ku hingga kami sampai bertukar liur hingga menetes.

Dina : Tapi katanya belum pernah ciuman mas, kok jago banget sih… sampai ludah nya nentes kayak gini.. (ujar ku melepas ciuman dari mas Marno).

Marno : Hehhehehe mas Cuma hayalin yang adi film porno yang sering ditonton neng, ternya ciuman enak juga yaaa… (balas mas Marno kembali)

Beberapa detik aku dan mas Marno pun saling bertatapan mata, dengan sedikit godaan aku mulai memajukan wajah ku seperti orang yang ingin berciuman. Tentunya melihat tingkah ku membuat mas Marno pun tidak tinggal diam dan ikut juga memajukan wajahnya. Hingga membuat bibir ku dan bibir mas Marno sudah berada ditempat yang sama dan saling berpangut mesra untuk beberapa saat. Aku pun bisa merasakan aroma mulut mas Marno yang khas perokok pun yang membuat ku semakin bergairah.. hampir 2 menit kami berciuman, aku pun melepaskan bibir ku dari pengutan pak Marno.

Dina : Udah kan mas ciumannya hihihih (ucap ku setelah melepas pangutan bibir mas Marno dari bibir ku…) katanya kontol mas mau masuk ke memek Dina… kok malah mas cium bibir Dina sihhh… dasar nakall ihhhhhh… (bisikan ku ditelinga mas Marno, sambil tangan kanan ku bergerak turun untuk meraih kontol miliknya yang sudah sangat tegang dan keras dengan urat – urat yang bisa kurasakan didalam genggaman ku… dengan pelan aku mulai membelai kontol mas Marno yang sudah didalam genggaman ku… Tentunya genggaman ku membuat badan mas Marno sedikit menegang dan beberapa kali melenguh kenikmatan saat merasakan genggaman tangan ku yang sedang naik turun di batang kejantanannya)….Mas mau kontolnya masuk ke memek Dina atau mau coba di mulut Dina,, tapi mas gak boleh nakal yaa.. biar Dina aja yang arahin… kalau mas gak mau, sampai disini ajaa.. bagaimana.. ?? (ucap ku menjelaskan sambil terus mengurut kontolnya dan sesekali meremas buah pelirnya yang ditumbuhi bulu – bulu lebat)

Marno : “eeeemmmmmpphhhh aaaahhhh… nikmat banget neng kocokannyaa… aaaahhgggg… terusss… nengg… oouuugghhhhh… (desahan mas Marno sambil menikmati genggaman dan kocokan dari tangan ku pada kontolnya)

Masih dalam keadaan membungkuk, aku pun mulai melancar aksi ku untuk mengocok kontol milik mas Marno.. Gila besar dan panjang batin ku saat tangan ku menggenggamnya.. ku lihat kini mas Marno sudah menyandarkan kepalanya di Sofa sambil memejamkan matanya untuk menikmati permainan tangan ku pada kontolnya. Aku pun menambah sensasi dengan sesekali menjilat telinga pak Marno yang membuatnya menjadi semakin tarangsang dan melenguh.

Marno : ooooogghhhhhh.. terusinn nengg Dinaaaaa…. Aahhhhh…. Tangan neng halusss…..ooouugghhhhhhhh (desahan mas Marno yang semakin menjadi – jadi menikmati kocokan tangan ku)

Karena posisi ku yang berada dihadapan mas Marno tentu saja memberikan tontonan yang begitu indah, apalagi dalam posisi yang membungkuk memperlihatkan indahnya payudara ku yang menggantung dengan bebas walaupun sedang terbungkus BH. Sambil tangan ku terus mengocok kontol mas Marno sehingga tubuh ku juga ikutan bergerak. Terutama pada payudara ku yang sedang menggantung dan terbungkus BH pun ikut bergoyang naik turun mengikuti irama gerakan tubuh ku. Sungguh binalnya diri ku saat ini, tanpa ada rasa malu memberikan kocokan dan tontonan kepada laki – laki paruh baya yang berada dihadapan ku saat ini.

Dina : Sssssstttthhhhhhh….. gimana mas Marno… enak gak kocokan tangan Dina ?? (bisik ku pada telinga mas Marno sambil beberapa kali lidah ku menjilati daun telinganya yang membuat mas Marno kegelian)

Marno : aaahhhhh…. Aaahhhh…. oooouuuuggghhhh aahhhhh enakkk banget neng…. Nikmat pokoknya, lebih mantep dari pada ngocok pakai tangan sendiri neng.. aahhh… aahh…. Baru pertama kali kontol mas dikocokin sama tangan halus kayak tangan neng Dina… aaaaaahhh….. aarrrgghhh… teruss….aahhhh…. aarrrgghhh aahhh.. (desahan dari mas Marno)

Suara desahan yang keluar dari mulut mas Marno atas nikmatnya kocokan tangan ku, sampai matanya terpejam menikmati layanan tangan ku pada kontolnya, aku yang mendengar desahan dan lenguhan mas Marno semakin membuat ku tersenyum puas hingga aku menambah tempo kocokan tangan ku.

Marno :aaaarrggghhhh nenggg.…. Ooohhhh …. Terusss… Niiiiikkkkkmmmmaaaattt nengg… ohhhhhh.. (Suara desahan dari mas Marno yang semakin menjadi – jadi tak karuan hingga tangannya yang sedari mengelus tangan ku pun secara reflex langsung meremas payudara ku yang langsung dengan cepat aku tepis)

Aku : Gak bolehhh pegang – pegang… (Kata ku pada pak Marno dengan nada yang sedikit agak meninggi sambil memelototkan mata)… Gimana pak,, udah siap kontolnya masuk dalam memek Dina….?? (bisik ku kembali ke telinga pak Marno)

Marno : Iyaa neng, kontol mas sudah siap kok… aahhhh masukin… mas sudah tidak tahaaaaannn.. aahhhh aaaaahhhh ooouuggghhhh…. (lenguhan dan desahan mas Marno memenuhi ruang tamu ku)

Tentunya mendapat godaan dan rangsangan dari ku secara terus menerus membuat mas Marno sudah tidak kuat lagi menahan birahinya hingga dengan satu kali kesempatan, akhirnya mas Marno berhasil menangkap kedua payudara ku yang sedang menggantung yang langsung dengan gemas diremas oleh tangan kekarnya…

Dina : aawwwwww…… massss… ssstttttsss… (Jerit ku saat mas Marno sekarang berhasil meremas kedua payudara ku yang masih terbungkus BH, toh ini juga salah ku juga sekalipun aku menolak, pada akhirnya mas Marno juga akan meremas payduara ku dengan paksa. Dari pada ada kekerasan dan paksaan, lebih baik aku membiarkan nya saja. Toh aku juga sudah kepalang tanggung jadi biarkan saja mas Marno dengan nafsunya memainkan payudara ku) aahhhh aahhh jangan keran keras dong mas remesnyaa… aawwww…. Sakitttss.. aahh.. aahhh.. (saat ini aku hanya bisa membiarkan apa yang dilakukan pak Marno, malahan dengan remasan di payudara ku membuat ku semakin bersemangat untuk mengocok kontol pak Marno semakin cepat)

Beberapa detik kemudian, aku mulai menikmati setiap remasan – remasan tangan mas Marno di payudara ku yang sedang menggantung. Tentunya remasan – remasan nakal di payudara ku semakin membuat ku terbang melayang dengan bebas didalam birahi sehingga berdampak pada kocokan tangan ku yang semakin cepat pada kontol mas Marno.

Dina : oouggghhhhhhhh…. Nikmaaatt mass…. oouggghhhhhhhh…. Remas yang kuat mass… aaahh… (desahan yang keluar dari mulut ku karena menikmati setiap remasan mas Marno di payudara ku) kontolnya mau dimasukin kemana masss … ooouughhhh ssstththhhhh ?? (diantara desahan, aku berbisik ke telinga mas Marno yang juga ikut mendesah karena kocokan tangan ku)

Marno : aaahhhhh masukinnnn neng… Masukin ke memek neng Dinaaa… aahhhhhh ooouughhh masukin sekarang yaaa … (ucap mas Marno membalas bisikan ku)

Dina : Apanya masss yang mau dimasukin ke memek Dinaaa.. (bisi ku kembali ditelinga mas Marno yang semakin memancing birahinya terhadap tubuh ku)

Aku yang semakin menikmati remasan – remasan tangan mas Marno pada payudara ku membuat birahi ku semakin lama semakin sampai di ubun – ubun kepala ku, ditambah lagi kontol mas Marno didalam genggaman ku yang semakin besar membuat ku semakin sulit mengendalikan nafsu didalam diri ku. Hingga aku bisa merasakan adanya sesuatu yang mulai basah di area memek ku.

Marno : Kontollll…. Kontolll mas neng..…. Kontol mas yang mau masuk kedalam memek neng Dina… (jawab mas Marno yang kini mulai semakin berani kepada ku. Tangan kanannya pun kini sudah berpindah dari payudara ku untuk meremas pantat ku)

Dina : ooouuhhhhh iyaaa mas Marno sayanggg…. Terusss remeesss nenen Dinaa mass… pantat Dina diremas masss…… aaahhhh aahhh sssshhhhh ooouuugghhhh…. (aku pun ikut mendesah didekat telinga mas Marno yang membuat suasana semakin panas hingga tubuh kami sudah bermandingan keringat)

Marno : ooouughhhh nengggg….. enaaaakkk nenggg…. (desahan mas Marno semakin tak terkendali karena aku mempercepat kocokan tangan ku pada kontolnya)

Tentunya birahi yang semakin tinggi membuat pertahanan ku runtuh, tanpa sadar pak Marno berhasil menurunkan resleting rok ku dan melepaskan pengaitnya hingga kini aku hanya menggunakan celana dalam dan BH.. “aahhh masa bodoh lah… “ dalam pikiran ku… yang penting aku menikmati yang terus mempercepat kocokan tangan ku dan membuat mas Marno semakin mendesah – desah serta aku dapat merasakan bahwa kontolnya semakin mengeras… tentunya koncokan ku yang semakin cepat membuat kontol pak Marno terasa berdenyut yang aku tau ini adalah akhir dari semua..

Karena sudah merasa sampai pada akhirnya, aku pun mulai mempercepat irama kocokan ku di kontol mas Marno, selagi aku berkonsentrasi memberikan kocokan pada kontol mas Marno… aku juga harus bisa menahan birahi ku yang semakin memuncak, tentunya aku masih belum ingin merelakan tubuh ku terutama memek ku untuk dijamah oleh kontol mas Marno. Walaupun di satu sisi, aku sangat ingin merasakan kontol mas Marno bersarang didalam memek ku. Kali ini, aku harus berperang dengan diri ku, nafsu, keyakinan dan mental ku.

Disaat aku sedang berperang dengan diri ku sendiri, menjadi momen bagi mas Marno yang dengan sekali sentakan langsung mengangkat cup BH ku yang secara otomatis kedua payudara ku pun sudah terbebas dari bungkusnya. Payudara yang berukuran sedang dengan puting hitam kecoklatan yang sudah mengeras pun muncul dihadapan mas Marno yang langsung diremasnya dengan sekuat tenaga.

“Aaaahhhh aahhhh aahhhh ooouugghhhh aahhhh ssssstthhhhh…” desahan yang kembali keluar dari mulut ku menikmati remasan tangan mas Marno pada payudara ku. Kini aku tidak hanya merasakan remasan, tetapi juga dikombinasikan dengan pilinan pada puting payudara ku yang membuat tempo kocokan semakin cepat… Aku menggenggam kontol mas Marno dengan tangan kanan ku semakin kuat, sedangkan kini tangan kiri ku memainkan ujung pentil mas Marno yang membuat pak Marno semakin mendongakan kepalanya keatas karena rasa nikmat yang luar biasa. Ini adalah tanda – tanda bahwa mas Marno akan mencapai klimaksnya, karena sekarang pinggulnya sudah mulai menghentak – hentak dengan kuat akhiirrrnyaaa…… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… beberapa semburan sperma mas Marno akhirnya keluar dan membasahi tangan ku.

Kini tangan kanan ku penuh dengan sperma mas Marno yang langsung aku usapkan pada buah pelirnya dan sisanya aku lap dengan tisu. Aku memandang mas Marno yang masih terpejam menikmati orgasmenya, sedangkan tangan nya masih terus memegang payudara ku.

Marno : hhaahhh…. Hhaaahh…. Hhaaaahhhh (suara nafas berat dari mas Marno yang ngos – ngosan setelah mencapai klimaknya…)

Hingga mas Marno pun mulai melepas cengkraman tangannya dipayudara ku, dan tubuh tuanya kini lunglai tidak bertenaga sedang bersandar di Sofa.. Aku pun langsung memperbaiki BH dan kembali menggunakan menaikkan rok ku yang sempat terjatuh dilantai.. sambil berbisik ditelinganya “mas Marno jahat, tangannya nakallll … berani pegang – pegang nenen Dina…. hihihi“.

Kemudian aku pun kembali berdiri dan melangkah meninggal mas Marno di ruang tamu, lalu menuju kamar untuk membersihkan diri. Sementara mas Marno masih menyandarkan badannya di Sofa, menikmati sisa – sisa orgasme yang barusan didapatkannya dengan bantuan ku. Sedangkan aku menuju masuk kedalam kamar ku dan langsung kekamar mandai untuk membersihkan diri. Didalam kamar mandi aku pun menyempatkan bermasturbasi untuk melampiaskan nafsu yang sudah diubun – ubun. Karena kurang lebih 2 jam aku memacu birahi bersama mas Marno, walau tanpa bersetubuh. Setelah nafsu ku terpuaskan setelah mendapatkan orgasme ku, aku pun melanjutkan mandi karena azan dzuhur sudah berkumandang. Akhirnya aku pun membersihkan diri untuk menjalankan kewajiban ku.

Hampir 30 menit kemudian aku keluar hanya mengunakan mukenah yang didalamnya tidak lagi menggunakan dalaman, karena aku habis melaksanakan kewajiban ku. Saat aku keluar dari kamar, aku tidak melihat mas Marno yang tadi berada diruang tamu, kemudian aku mencarinya diluar dan melihat pak Marno sedang membereskan kardus yang akan dibawaknya didalam gerobak.

Dina : Ternyata mas Marno ada disini rupanya, Dina cariin didalam gak ada.. (ujar ku dari saat melihat mas Marno kembali melaksanakan pekerjaannya merapikan kardus sampah yang akan dibawaknya ke dalam gerobak)

Marno : Iyaa neng, tadi mas pangil neng gak jawab… tadi saya mau pamitan sama neng, karena neng Dina lagi dikamar, mungkin lagi sholat… karena gak ada jawaban.. (ujarnya mas Marno sambil menatap kea rah ku)

Dina : Udah mau pulang yaa mas… ohh iyaaa, ini upah nya mas.. karena mas udah bantuin Dina… (ucap ku kembali sambil menyerahkan beberapa lembar uang 100 ribu ke arah mas Marno)

Marno : Iyaa neng, udah siang juga.. hehehhe capek mau istirahat neng.. segan istirahat dirumah neng.. heheheh (Ujar mas Marno kepada ku) banyak kali neng.. ini mah berlebihan uangnya neng.. (jawab mas Marno kembali). Mana tadi udah dapat enak – enak jugaa… hehehe (sambil menatap ku.. padahal kali ini aku menggunakan pakaian tertutup walaupun didalamnya tidak menggunakan apa – apa lagi. Tapi tetap saja risih dipandangin tajam seakan – akan ditelanjangi)

Dina : huusshhh matanya itu loh… (ucap ku menegur mas Marno karena tatapannya) kan tadi udah liat masih belum puas jugaa… (jawab ku lagi dengan nada yang agak ketus).. Iyaa mas gak papa, ambil aja.. karena mas bantun Dina jugaa.. Anggap aja yang tadi bonus spesial.. hihihi

Marno : hehehehe Maaf neng,,, habis neng tampilan nya berubah.. (ujar mas Marno kembali setelah menatap ku)

Dina : Ya udah ini, ambil uangnya.. jangan ditolak rezekinya mas.. Kalau mas gak mau ambil, Dina gak mau lagi manggil mas… (ucap ku dengan sedikit mengancam mas Marno)

Marno :Iyaa neng,, terima kasih yaa.. mas udah banyak ngerepotin neng Dina.. (ucap mas Marno sambil mengambil yang aku berikan)

Dina : Nah gitu dong… iyaa mas sama – sama… Dina senang kok bisa bantuin mas nambah penghasilan.. (jawab ku kembali)

Marno : hehhehehe iyaaa neng, mas juga makasih sebanyak – banyaknya yaa.. (ujarnya sambil memasukkan uang yang aku berikan kedalam celananya)

Dina : Bapak mau sesuatu gak… (ucap ku sambil menawarkan sesuatu yang spesial kepada mas Marno)

Marno : Mau lah neng… siapa juga yang gak mau dikasih hadiah kan.. ehehhhe (jawab mas Marno dengan cengengesan)

Dina : Hehehehe,,, tapi ingat ini ya mas.. semua yang terjadi adalah rahasia kita. Awas aja kalau mas sampai bocorin sama orang – orang.. (ujar ku kembali mengingatkan mas marno)

Marno : Baik neng, pokoknya rahasia pasti aman dehh….hehehehehe (aku pun menarik tangan pak Marno untuk masuk sebentar)… Ini mau ngapain neng…. Kok tangan mas ditarik.. (ucap mas Marno dengan nada terkejut saat tangan ku menarik tangannya masuk kedalam rumah)

Dina : Ssstttttttttttt……. (aku pun menahan bibir mas Marno dengan jari telunjuk ku) mas diam aja… nikmatin aja apa yang Dina kasih …. Okk… (lalu aku menarik bawahan mukenah ku keatas hingga kedua payudara ku pun kembali terekpos dihadapan mas Marno) Mas tadi belum sempat nenen kan, sekarang mas.. tolong hisap nenen Dina yaaa, putingnya gatel banget mas… sampai Dina gak konsen sholat jadinya… mas Mau kan isepin nenen Dina… (ucap ku dengan nada sedikit nakal sambil tangan ku meremas payudara ku sendiri dan mamainkan putingnya yang kembali menegang)

Tanpa basa basi mas Marno pun langsung melahap puting payudara ku, dengan gemas pak Marno menghisapnya seperti seorang bayi yang sedang kelaparan… aaaaaaahhhhh oooouuggghhhh aahhhh sssssttthhhh … aku pun mendesah menikmati setiap sedotan mulut pak Marno pada payudara ku.. untuk beberapa menit akhirnya aku mendorong tubuh pak Marno lalu menutup kembali payudara ku.

“Ssssttttt…. Isepin yang kiri juga mas, jangan yang kanan aja..” ujar ku karena saat ini baik puting susu kanan dan kiri ku sama – sama teras begitu sangat gatal. Ketika mas Marno mengisap puting yang kanan, kini puting yang kiri yang gatal. Rasanya aku pengen kedua puting susu ku dihisap bersamaan, karena saking gatelnya.

Sungguh pemandangan yang sangat terasa lain dari pada yang lain, saat ini ada seorang wanita dengan mukenah sedang menyusui seorang lelaki paruh baya dalam kondisi berdiri tepat didepan pintu. “Nikmat banget mas,, isep nenen Dina kenceng mas… Oouugggghhh.. nikmatnya luar biasa mas…” ucap ku yang menikmati setiap isapan mulut hitam mas Marno pada payudara ku. Hampir 10 menit mas Marno terus menghisap payudara ku kanan dan kiri secara bergantian, karena aku mulai merasa lelah menyusui dalam keadaan berdiri maka aku pun langsung mencabut puting susu kanan ku dari dalam mulut mas Marno.

Dina : Hehehe udah ya mas, Dina capekkk…. Udah puas kan… hehehh (ucap ku sambil kembali menurunkan mukenah ku untuk menutup payudara ku)

Marno : hehehhee makasih ya neng Dina…. Mas puas banget, baru pertama kali mas nyusu di nenen wanita. Apalagi wanitanya cantik kayak neng Dina… (ucap mas Marno dengan senyum malu – malunya.)

Dina : Pokoknya ingat ya mas, ini rahasia kita jangan sampai orang lain tau yaaa… (ucap ku dengan nada yang agak lebih tegas) yaa udah mas mau pulang kan… terima kasih yaa mas, untuk tenaga nya yang sudah bantuin Dina.. (ujar ku dengan senyam – senyum dihadapan mas Marno)

Marno : iyaa neng, mana berani bapak cerita ke orang – orang.. kalau gitu bapak pamit dulu ya neng udah siang… mau singgah ke tukang loak dulu mana tau ada barang yang bisa dijadikan uang.. (ujar nya kembali)

Aku pun kembali mengantar mas Marno keluar pagar dan menguncinya, selama perjalan pulang pasti mas Marno merasa puas karena berhasil mendapatken pelayanan dari ku.. begitu juga dengan ku, ini adalah pengalaman yang tidak aku duga namun membuat ku merasa lebih senang .. dalam hati aku memikirkan apa aku akan melanjutkan atau sampai disini.. aahh sudah lah liat nanti … aku pun kini berjalan masuk kedalam rumah untuk beristirahat, namun sebelumnya aku makan terlebih dahulu.
 
Seminggu berlalu setelah kejadian dengan mas Marno dikala itu. Seperti biasa, setiap malam minggu pasti aku hanya dirumah saja. Karena jomblo dan belum menikah aku pun hanya bisa meratapi kehidupan ku. Padahal banyak sekali laki – laki yang datang kepada ku, apalagi orang tua ku juga menjodohkan ku dengan anak dari temannya. Aku tetap saja menolak dengan berbagai alasanTentunya lebih baik aku mencari laki – laki yang sesuai dengan harapan ku dan mau menerima kekurangan ku, apalagi kalau tau saat ini aku sudah tidak lagi perawan. Mungkin banyak lelaki yang akan meninggalkan ku.

Aku pun iseng – iseng melihat Story di Whatsapp ku, banyak sekali teman – teman ku yang mengupload foto malam mingguan bersama pacar dan suaminya yang sedang menikmati makanan dan suasana dimalam minggu. Melihat foto – foto teman ku membuat ku menjadi sangat iri. Namun aku melihat sebuah story dari kontak mas Marno “Malam minggu ku sepi huhuhuhu”, status mas Marno yang sangat galau seperti yang aku rasakan malam ini. Aku pun membalas status mas Marno, “Sini main kerumah mas, dari pada sepi sendiri… hhihhi” isi pesan ku yang langsung ku kirim ke mas Marno. Hingga beberapa saat kemudian, HP ku pun berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Marno : Memangnya boleh neng, mas main kesana… (isi pesan dari mas Marno kepada ku)

Dina : Boleh kok mas, main ajaa.. dari pada sendirian mas.. (jawab ku membalas pesan dari mas Marno)

Marno : Kalau gitu mas otw kesana yaaa… nanti sampai depan mas kabarin.. (balas pesan mas Marno yang kembali masuk ke HP ku)

Dina : Okkk mas, Dina tunggu yaaa… (jawab ku kembali)

Malam ini aku tidak menggunakan pakaian yang terbuka, hanya menggunakan piyama berlengan pendek dan celana selutut. Sedangkan dalamam ku menggunkan BH dan Celana dalam berwarna cream agak berenda. Pukul 20.00 WIB, tiba – tiba HP ku berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Setelah ku lihat, itu adalah pesan dari mas Marno.

Marno : Neng,, mas udah didepan pagar nih… (isi pesan mas Marno yang masuk kedalam HP ku)

Dina : Iyaa mas sebentar yaaa, Dina bukain dulu pintu pagarnya.. (aku pun membalas pesan dari mas Marno untuk memintanya menunggu sebentar.)

Setelah membalas pesan dari mas Marno, aku pun langsung keluar kamar dan menuju pagar depan. “Cekleekk..” pintu pagar pun terbuka. Aku pun melihat mas Marno dengan dandanan yang rapi tidak seperti biasanya. Aku pun sedikit tertawa geli melihat mas Marno yang datang menggunakan kemeja kuning dengan celanan kain berwarna hitam plus sepatu pantofel yang senada dengan warna celananya. Tak lupa rambut krimisnya yang mengkilat karena terlalu banyak menggunakan minyak.

Dina : Tumben mas, datang kerumah Dina rapi… hehehe.. (ujar ku kepada mas Marno)

Marno : Kan malam minggu neng, biar mas kayak orang pergi ngapel kerumah pacar.. (jawab mas Marno kembali)

Dina : Makanya dicari dong mas… Ayok mas masuk… (ajak ku kepada mas Marno untuk masuk kedalam rumah)

Marno : Iyaaa neng… (jawab mas Marno membalas ajakan ku)

Setelah mas Marno masuk kedalam pagar, aku kemudian mengunci kembali pintu pagar dan berjalan mengajak mas Marno masuk kedalam rumah. Sesampainya diruang tamu, aku kemudian menyilahkan mas Marno untuk duduk.

Dina : Duduk dulu mas, Dina mau buatin mas minum dulu didapur yaa… Ohh iyaa mas mau minum apa nih… ??? (tanya ku kepada mas Marno, menawarkan ingin minum apa.)

Marno : Minum yang dingin aja neng soalnya panas banget hari ini hehehehe (ucapnya kepada ku yang meminta ku membuatkan minuman dingin.)

Dina : Baik mas, ditungggu dulu yaaa.. Dina buatkan dulu minumannya.. (ujar ku sambil menebar senyum kepada mas Marno)

Aku pun berjalan menuju dapur sambil melenggak lenggokkan tubuh ku menuju dapur untuk membuatkan minuman dan makanan untuk mas Marno. Di dapur aku membuat segelas jus jeruk dingin dengan beberapa biscuit coklat yang ku letakkan di nampan untuk kemudian aku bawak dan hidangkan. Aku kemudian berjalan membawa nampan ke ruang tamu dimana mas Marno sedang menunggu ku. Lalu aku hidangkan lah minuman dan makanan yang aku bawak dari dapur.

Dina : Mari mas silahkan diminum dan dimakan cemilannya.. (ucap ku kepada mas Marno)

Marno : Terima kasih neng…. (ujarnya yang langsung meminum jus jeruk yang ku bawak, mungkin karena panasnya hawa.. setengah gelas jus jeruk pun habis diminum oleh mas Marno)

Dina : Segeerrr yaaa mas…. Serius banget minumnyaa… hehehehe (ledek ku kepada mas Marno yang sedang menenggak jus jeruk ditangannya)

Marno : Haaaaaahhh… iyaa neng.. seger… habis panas bangettt… (ucap mas Marno selesai meminum jus jeruk bikinan ku)

Dina : Gimana gak panas, mas dandanan nya kayak gitu.. hahahaha (ujar ku kembali meledek mas Marno dengan dandanannya)

Marno : Hehehehe kan mas bilang mau malam mingguan, mau ngapelin cewek.. hehehehe (jawab mas Marno kepada ku. Juju raku merasa lucu melihat seorang lelaki tua berdandan seperti anak muda)

Dina : Gaya – gayaan mas… mas… lagian cewek mana yang mau apelin hehehehe.. kan kemaren mas bilang jombloo… (ujar ku kembali.)

Marno : Neng Dina lahh… kan mas lagi apelin neng Dina ehehehhe.. (jawabnya mas Marno dengan penuh keyakinan)

Kami pun mengobrol panjang lebar, aku menanyakan asal usul mas Marno sampai akhirnya bisa bekerja dibawah naungan pak RT. Aku menanyakan latar belakang keluarga mas Marno, ternyata alasan mas Marno merantau karena keluarganya sudah tidak ada lagi. Orang tuanya sudah meninggal dan kakak nya pun sudah memiliki keluarga sendiri. Sehingga hidup dikampung juga mau ngapain, maka mas Marno memilih untuk merantau ke kota. Dari latar belakang pendidikan, mas Marno cuma sampai tingkat sekolah dasar. Karena alasan ekonomi lah yang membuat mas Marno harus memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan.

Mendengar cerita mas Marno tentunya ada haru yang bisa aku rasakan, tapi ada juga kebahagian dari lelucon khas bapak – bapak yang sering dilontarkan oleh mas Marno. Hingga tak terasa waktu pun berlalu, satu setengah jam tidak terasa karena obrolan yang menarik dari mas Marno yang rupanya jago juga dalam bercerita. Saat ini pukul 21.45 WIB, dimana malam pun semakin larut. Tentunya semakin malam, cerita pun semakin memanas.

Marno : Neng Dina kok gak pakai pakaian yang seksi lagi kayak kemaren … hehehe (ujar mas Marno yang membuka obrolan semakin menjurus)

Dina : Heheheh lagi malas mas, takut nanti ada yang nerkam… (jawab ku dengan sedikit bercandaan) soalnya kemaren ada buaya tua yang sering mencuri pandang sama Dina teruss.. makanya Dina takut kalau pakai baju yang seksi lagi.. hehehee (lanjut ku menambahkan)

Marno : Hehehehe,, neng Dina bisa ajaa.. kan mas gak sengaja… (ujar mas Marno dengan wajah yang malu – malu)

Dina : Gak sengaja tapi keterusan… sampai – sampai kebablasan lagi…. (ucap ku lagi kepada mas Marno)

Marno : Hehehehe, neng juga mancing – mancing.. kucing mah dikasih ikan yaa langsung nangkap neng hehehe…

Dina : Huuhhsss.. makanya Dina malas pakai baju seksi lagi.. nanti kucing tuanya semakin nakal.. hihhihihi (balas ku dengan sedikit menggoda) kalau kucingnya masih muda sih gak papa… ini kucing tua yang belum pernah kawin.. hahahaha (ledek ku kembali kepada mas Marno)

Marno : Hehehehe walaupun belum pernah kawin, tapi sekali diajak kawin bisa tahan lama neng…

Dina : Ahh masak iyaaa.. paling 1 menit celup langsung keluar .. wweekksss.. (ucap ku sambil menjulurkan lidah kepada mas Marno)

Marno : Neng Dina gak percayaa… kalau neng kasih 1 kesempatan gimana… neng pasti nagihh… hehehhe

Dina : Ahhhhh masak sihhh…. (ucap ku dengan sedikit kedipan mata(

Marno : Hehehehe… ayuk neng kita cobbaa… tapi neng ajarin mas yaaa.. kan mas belum pernah… kalau neng Dina pasti udah jago… (ujar mas Marno kepada ku)

Dina : Jago gimana mas… hihihhi

Marno : Iyaaa jagoo,, pakai tangan aja udah nikmat.. apalagi pakai itu.. hehehe

Dina : Itu apa mass.. yang jelas dong kalau ngomong … hhihihih

Marno : Pakai memeknya neng Dina … heheheheh

Dina : emang mas beneran mau ngentott… hehehehhe (ucap ku sambil sedikit menantang mas Marno)

Marno : Mau lah neng… Hehehheh tapi mau ngentot sama siapa neng, mas istri aja gak ada.. mau nyewa pelacur nya gak punya duit.. hehehhe.. paling yaa ngocok neng.. (ucap mas Marno) makanya mas mau ajak neng Dina ajaa.. neng kan baik orang baik.. hehehehe

Dina : Jadi kalau ngentot sama Dina mau gak mas ?? hehehehe (tanya ku kembali sambil mawarkan tubuh ku)

Marno : Hehehhe,,, yaa kalau beneran, pasti mau lah neng.. hehehe, siapa juga yang gak mau diajak ngentott… apalagi yang ngajak neng Dina yang cantikk (ucap mas Marno dengan sedikit menggombalin ku yang membuat pipi ku sedikit memerah)

Dina : Beneran mas mau…. Hehehehe (goda ku kembali dengan sedikit kedipan mata.) Tapi bayar yaaa.. Soalnya Dina lonte kelas kakap loh mas, sekali main 2juta.. mas sanggup… hehehhe (ucap ku kepada mas Marno)

Marno : Yaahh neng Dina, kalau uang sebanyak itu mas mana punya… heheheh kalau pun ada untuk bayar hutang makan di warung nasi paling.. boro – boro untuk ngentot neng.. (ucap mas Marno dengan pandangan yang lesu saat mendengar ucapan ku)

Dina : Hehehehhe,,, Dina bercanda kok mas.. mana mungkin Dina bekerja sebagai lonte.. (ucap ku lagi kepada mas Marno) Mana ada PNS kerja sampingan jadi lonte.. eeehh tapi mungkin ada yaa mas.. hahahaha enak juga kali yaaa.. kerja sampingan jadi lonte.. bisa dapat duit juga dapat nikmat… hehehe (ujar ku yang semakin gak karuan)

Marno : Hehehehe memangnya neng Dina udah gak perawan yaa… (tanya mas Marno kepada ku sambil matanya terus melihat tubuh ku yang seakan – akan aku sedang telanjang dihadapannya)

Dina : Udah gak mas.. hihihihi kecelakaan tapi enakk.. (ujar ku dengan nada yang manja)

Marno : Waaahhh beruntung banget yang bisa perawanin neng Dina.. Kalau gini perjaka mas bisa hilang karena neng Dina …. (ucap mas Marno kepada ku)

Dina : Ayuukk mas, kita belajar ngentot.. biar Dina jadi gurunyaa yaa…. (ucap ku sambil menarik tangannya untuk duduk disofa bersama ku)

Marno : Siap buk guru… hehehehehe (mas Marno pun merapatkan tubuhnya duduk disamping ku)

Untuk sesaat aku dan mas Marno pun saling berpandangan, mungkin malam ini adalah malam yang dimimpikan oleh mas Marno karena selama hidupnya yang sudah 40 tahun belum pernah sekalipun membelai wanita dan aku dengan senang hati merelakan tubuh ku untuk melepas perjaka tua mas Marno.

Dina : Sini mas dekat Dina.. (pinta ku kepa mas Marno untu berpindah duduk ke Sofa yang lebih panjang)

Tak ada kata yang terucap dari mulut mas Marno yang hanya manut saja mengikuti perkataan ku untuk berpindah duduk lebih dekat dengan ku hingga kini aku dan mas Marno sudah dalam satu tempat duduk yang sama. Aku pun menatap mas Marno yang sedang berusaha untuk tenang dan nyaman saat berada didekat ku. Seharusnya aku sebagai wanita yang lebih gugup, mungkin karena situasi sekarang bukan yang pertama bagi ku sehingga perasaan ku lebih sedikit tenang. Sedangkan berbeda dengan mas Marno yang kelihatan sedikit gugup. Aku sempat sedikit melirik tonjolan dari balik celana mas Marno. “Gede bangettt tonjolannyaa.. hihihi… pasti tersiksa banget tu..” ujar ku.

Dina : Kok makin gedek sihhh mas… Ini beneran kontol mas yaa yang didalam celana… udah kayak pentungan satpam.. hehehehe (goda saat mulai meremasi tonjolan dari balik celana mas Marno.)

Belum sempat mas Marno menjawab, bibir ku langsung menangkap bibir nya untuk kulumat habis. Tangan kanan ku masih mengusap dan meremas tonjolan mas Marno sambil bibir ku dan bibir mas Marno masih terus bersilahturahmi. Walaupun mas Marno belum terlalu berpengalaman dalam ciuman, tapi dari cara nya mencumbu bibir ku sepertinya pengetahuannya dalam berciuman lumayan memancing gairah ku.

Marno : Neng, boleh kah mas menyukai neng Dina… (ucap mas Marno yang tiba – tiba melepaskan pangutan bibir nya dari bibir ku)

Dina : Hehehehe gak boleh mas,, Dina gak suka pacarana dan belum mau menikah… Jadi mas nikmatin aja yaaa… (ujar ku menjawab pertanyaan mas Marno dan langsung ku lumat lagi bibir hitamnya)

“Mmmmpphh.. Mmmmpphh.. Slluurrppss… Sssllurrppss… Mmmmphh…” suara yang kaluar dari kami berdua. Mas Marno dengan cekatan mulai memainkan lidahnya didalam mulut ku dan sesekali lidahku pun dihisapnya untuk ditarik keluar. Permain lidah kami tidak hanya didalam mulut ku, tetapi juga didalam mulut mas Marno dan sesekali beradu diluar mulut kami berdua. Mataku terpejam menikmati setiap serangan dari mulut mas Marno, namun kali ini serangan mas Marno tidak selembut sebelumnya tapi lebih kasar karena dorongan nafsu yang semakin membara. Bibir kami pun sudah sangat basah akibat air liur yang menetes sampai ke dagu karena cumbuan kasar mas Marno pada bibir ku.

Sungguh tak kusangka, seorang yang belum berpengelaman bisa sehebat ini memancing nafsu ku. Hampir sama dengan pak Parmin yang memang sudah berpengalaman. Cumbuan – cumbuan dari mas Marno membuat ku semakin bergairah, sampai keringat pun semakin banyak mulai membasahi wajah dan tubuh ku. Bahkan air liur mas Marno pun sudah sangat membasahi bibir ku, tentunya keganasan cumbuan mas Marno karena tidak ingin melewatkan setiap inci dari bibir ku. Hingga sesuatu yang basah mulai terasa di area selangkangan ku.

Aku pun melepas pangutan bibir mas Marno dan membuka mata ku, tentunya hal ini membuat kami sejenak terdiam. Aku mulai mengatur nafas ku, sambari berpindah posisi duduk bersimpuh diantara kedua kaki mas Marno yang aku lebarkan. Tentunya posisi ku saat ini sudah berhadapan langsung dengan tonjolan dari balik celana mas Marno. “Kok makin gedek sihh,, ini beneran kontol atau pentungan .. hehehhe” batin ku yang semakin penasaran dengan benda yang berada dibalik celana tersebut.

Marno : Neng penasaran yaaa dengan kontol mas…. Hehehhehe (ujar mas Marno yang mengejutkan ku saat sedang melamun menatap tonjolan dari balik celana mas Marno)

Dina : Ehehehehhe enggak kok mas… masak penasaran.. kan kemaren udah pernah liat… hihihih.. tapi sekarang kok makin besar yaa mas… (jawab ku kembali dengan deg – degkan)

Marno : Neng, boleh gak mas lepasin celanannya… sesak neng.. rasa nya kontol mas mau patahh… (ucap mas Marno sambil menatap ku)

Dina : Eeehhh… mas mau telanjang ??? (tanya ku sambil menatap mata mas Marno)

Marno : Kalau neng bolehin,, biar neng Dina gak penasaran dengan isinya …. Mas buka yaa neng… (ucap mas Marno sambil berdiri yang hendak melorotkan celananya didepan mata ku)

Dina : Taappiiii……. (jawab ku yang berdebar saat mas Marno mulai menanggalkan ikat pinggang dan melorotkan celananya berserta celana dalamnya)

Jatuhnya celana berserta celana dalam yang digunakan mas Marno memunculkan tonjolan yang membuat mata ku sampai tidak berkedip, secara reflek tangan ku langsung menutup wajah ku karena sangat terkejut. Aku tidak menyangka, kalau ukuran kontol mas Marno lebih besar dari apa yang ku bayangkan. “Gedeekkk bangeettt…” bisik hati ku saat memandang kontol mas Marno yang sudah berdiri dihadapan ku dengan jarak yang saat ini begitu sangat dekat. Penis panjang dan besar dengan warna hitam memiliki otot dari urat yang mengelilinginya. Ditambah lagi saat ini, bulu – bulu jembutnya pun sudah dicukur pendek, tidak seperti waktu itu yang lebih panjang. Aroma khas yang keluar pun semakin merangsang nafsu birahi ku.

Aku melepas menurunkan tangan yang menutup wajah ku dan menatap bentuk dan ukurannya yang sangat menggairahkan. Aku hanya bisa terpaku dan membuat semakin penasaran bagaimana rasanya. “Kontol sebesar ini apa bisa masuk dalam rahim ku, ukurannya lebih besar dari punya pak Parmin..” ujar ku dalam hati.

Marno : Gimana neng,, suka gakkk… ?? hehehe semenjak kenalan sama neng Dina, mas kalau ngocok pasti bayangin neng.. apalagi tempo hari bisa dikocokin, sampai masih belum bisa mas lupakan lembutnya tangan neng Dina.. Mas jadi kebayang kalau tawaran bisa ngentot sama neng Dina bakalan terwujud.. (ucap mas Marno malu – malu sambil membelai kontolnya yang berada dihadapan wajah ku)

Dina : Hihihih kalau ngentot dengan kontol mas, bisa muat gak yaa memek Dina… besar banget mas.. Takut gak muat mas.. gak jadi lah kita ngentot yaa mas… hihih.. (ucap ku yang mulai melayani obrolan mesum dari mas Marno)

Marno : Aaahhh masak gak muat neng,, tapi mas yakin muat kok.. mas sering nonton film porno yang kontolnya besar – besar muat masuk ke memek ceweknya.. hehehehehe (ucap mas Marno lagi sambil menatap ku dengan penuh nafsu sambil membelai kontolnya yang semakin memancing birahi ku karena penasaran dengan rasanya kontol mas Marno keluar masuk di liang memek ku)

Melihat mas Marno memainkan kontolnya dihadapan ku membuat perasaan ku semakin tidak karuan, tubuh ku semakin sangat terangsang membuat hati ku semakin gelisah. Memek ku pun semakin basah dan gatal.

Dina : Gak mungkin muat mas, memek Dina kecil dan sempit lohh… baru 1 kontol yang pernah masuk…hihih itupun gak sebesar kontolnya mas.. (ucap ku kembali menimpali obrolan mesum dari mas Marno yang terus – menerus menggoda ku)

Marno : Neng mau megang kontol mas gakk…hehehe (ucap mas Marno yang mulai mendekati kontolnya diwajah ku. Hal ini tentunya membuat ku sedikit terkejut dengan keberanian mas Marno malam karena secara sengaja mas Marno semakin mendekatkan kontolnya yang semakin tepat didepan wajahnya)

Tindakan mas Marno semakin menjadi – jadi bahkan secara sengaja menyodorkan kontolnya sampai mengenai wajah ku. “Keraass bangeett…” batin ku sambil memengangi pipiku sendiri. “Maaf yaa neng,, kesenggol… hihhihih” ucap mas Marno sambil tersenyum cengengesan. Aku hanya terdiam sambil menatap wajah mas Marno, walaupun dengan usia 40an mas Marno masih memiliki tubuh yang kekar karena pekerjaannya yang keras dengan kulit hitam yang semakin membuat ku bernafsu.

Dina : Kerasss baangeett. !!!! (Bantin ku kembali saat mulai memberanikan diri untuk menggenggam kontol milik mas Marno. Sambil menatap mas Marno yang tersenyum puas karena berhasil menggoda ku untuk menggenggam kontolnya didalam tangann ku)

Marno : Aaaahhhh.. enaakk banget neng, tangan neng Dina haluss… (desah mas Marno merasakan halusnya tangan ku yang sedang menggenggam kontolnya)

Dina : Masaakkk iyaaa masss… hehehhe (ujar ku yang semakin hilang kendali karena besarnya kontol mas Marno didalam genggaman tangan ku)

Marno : Aaahhh.. kocokin lagi neng kayak malam itu.. heheh.. mas pengen ngerasain lagi kocokan tangan neng Dina… (ucap mas Marno dengan wajah mupeng nya meminta ku untuk kembali memberikan pelayanan tangan ku pada kontolnya)

Dina : Kayak gini yaaa mass… hehehe (ucap ku menuruti keinginannya yang mulai menaik turunkan genggaman ku pada kontolnya)

Marno : Aaaahh… iyaaaa neng.. iyaaaahh aahhhhh.. terusss… (desah mas Marno yang semakin terangsang dengan kocokan tangan ku pada kontolnya)

Dina : Gimana mas.. enak gak kocokan Dina… (tanya ku yang begitu sangat penasaran dengan apa yang dirasakan oleh mas Marno dari kocokan tangan ku)

Marno : Aaaahhhh… sumpaahhhh neng.. aaahhh…. Nikmat bangett… Terusss nengg… OOuughhh…. Mmpppph… (Ujar mas Marno disela – sela desahannya yang semakin membuat jantung ku berdegub kencang)

Mas Marno pun langsung menjatuhkan pantatnya kembali di Sofa dan menyenderkan kepalanya. Sehingga dalam posisi ini, kontolnya mas Marno seperti tiang bendera yang sedang menjulang keatas. Tangan kanan ku pun mulai perlahan – lahan mengocok kontol mas Marno secara naik – turun.

Marno : Ouughhhh…nengg…. Terusss.. aahhhh…. Nikmaatt bangett… (desahan mas Marno menikmati kocokan tangan ku)

Karena ukurannya yang panjang dan besar tentu saja satu tangan ku tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Lalu tangan kiri ku pun ikut menggenggam kontol hitam milik mas Marno. Kini kedua tangan ku sudah siap naik turun, hingga mas Marno semakin menikmati layanan tangan ku.

Marno : Aaaahhhh… lagiii nengg…. Aaahhhh… terussss… nikmaatt bangett nengg…. (desah mas Marno sambil menatap ku dengan senyum penuh kegembiraan)

Dina : Mmmmpphhh…. (desah ku sambil tangan ku tidak berhenti mengocoki kontol mas Marno. Tanpa malu – malu aku pun memberikan kocokan ternikmat dalam hidup mas Marno)

Semakin lama aku mengocok kontol mas Marno, semakin membuat nafsu ku tidak lagi bisa ku kendalikan. Aku ingin melakukan hal yang lebih dari sekedar kocokan, aku ingin menjilati batangnya dan mengulum kepalanya didalam mulut ku. Aku sudah tergila – gila dengan nafsu, apalagi saat ini digenggaman ada kontol yang sanggat menggairahkan yang ingin segera aku nikmati.

Marno : Aaahhhh… nengg… terusss. .. enaakk bangeett neng… (desah mas Marno kembali menikmati variasi kocokan tangan ku yang tidak hanya pada batangnya sesekali aku memainkan lubang kencingnya)

Dina : Enaaakk kan mass…. hihihi.. (goda ku kembali kepada mas Marno)

Marno : Ouughh nikmat banget neng… terusss… aaahhh… (desah mas Marno menikmati permainan tangan ku pada kontolnya)

Ketika tangan kanan ku mengocok batang kontolnya, tangan kiri ku memainkan buah pelirnya yang membuat mas Marno semakin kelojotan kenikmatan. Aku berusaha memberikan variasi – variasi kocokan pada kontol mas Marno dengan segala pengetahuan dan pengalaman ku saat bersama pak Parmin dulu. Sesekali aku juga menekan lubang kencingnya. Tentunya semakin lama aku bermain dengan kontol mas Marno, semakin besar pula hasrat ku untuk melakukan hal yang lebih.

Kini tidak hanya kedua tangan ku, sekarang lidah ku pun mulai menjilati kepala kontol mas Marno yang seperti jamur yang membuat mas Marno semakin mengerang nikmat. Kini lidah ku semakin liar bermain di ujung kepala kontol mas Marno, bahkan sesekali batangnya juga aku jilati seperti sedang menjalat ice cream yang membuat kontol mas Marno menjadi basah karena liur ku saat menjilati batang kontolnya menyusul tidak lama kemudian aku yang sudah penuh dengan nafsu pun langsung melahap kontol mas Marno masuk kedalam mulutku.

Marno : Ouughhh… nenggg…. Hangatttnya mulut neng… aahhh… aahh… (desah mas Marno yang menikmati kontolnya sedang aku hisap didalam mulut ku)

Dorongan nafsu didalam diri ku membuat ku ingin merasakan kontol milik mas Marno didalam mulut ku, karena sudah sangat lama aku tidak mengulum kontol yang biasanya cuma jari jemari yang kujadikan pelampiasan. Aku bisa merasakan betapa kerasnya kontol mas Marno didalam mulutku yang bergerak naik turun, sambil kedua tangan ku memegangi paha mas Marno. Kontol yang keras dan besar itu pun tidak semuanya muat didalam mulut ku karena panjangnya sampai menyodok kerongkongan ku. Bukan hanya aku keluar masukkan didalam mulut ku, tetapi sesekali aku juga menjilati sekujur batangnya sampai basah dengan air liur.

Marno : Ouughhhh…. Nengg… teruss nengg… Aahhh.. mas gak sangka kalau neng.. aahhh… sebinal ini juga rupanyaa… aahh.. aahhh… hisap lagi neng… (ucap mas Marno yang mulai ketagihan dengan kuluman mulut ku pada kontolnya)

Dina : Mmmmpppp… mmmmpphhh….. (desah ku yang kembali mengulum kontol mas Marno layaknya sedang mengulum lollipop yang berukuran jumbo)

Marno : Aaahhh… aaahhhh terusss neng…. Nikmatt banget… aahhhh jadii… aahhh.. gini enaknya disepongin yaaa.. Ouughh…. (ocehan mas Marno diantara desahan yang keluar dari mulutnya. Wajah saja mas Marno menikmati, karena ini merupakan hal pertama didalam hidupnya mendapatkan sepongan dari seorang wanita yang sangat dikaguminya)

Dina : Mmmmppphhh.. mass… kerasss bangett kontolnyaa.. hehehehe…. Ggllokkss…. Glookkss…. Mmmphh…. Mmmpphhh… ssluuurrppss…. Gglookkss.. ggllokksss.. (desah ku sambil mengulum kembali kontol milik mas Marno didalam mulut ku yang sedang naik turun)

Marno : .Aaahhh …. Aahhh… lagi neng,, teruss.. aahh… aahh… terusss….

Dina : Iyaaahhh maas…. Ggllokksss… sluurrppss… mmmpphhh… gllokkss… glllookkss… (desah ku sambil terus mengulum kontol milik mas Marno didalam mulut ku)

Aku tidak bisa berhenti menikmati kontol mas Marno didalam mulut ku, nafsu sudah mengendalikan semua tubuh dan pikiran ku. Sekarang aku sedang menikmatu tugas ku memberikan pelayanan kepada mas Marno untuk terus mengemut kontolnya didalam mulut dan sesekali aku jilat dari buah pelir sampai lubang kecingnya sebelum kembali aku masukan didalam mulut ku.

Mas Marno hanya menikmati sepongan ku pada kontolnya, rasa nikmati yang melanda tubuhnya semakin menjalar sampai matanya merem melek merasakan kenikmatan dari mulut dan lidah ku yang bermain pada batang kejantananya. Aku pun sempat melirik mas Marno dengan senyum, sementara mas Marno menatap ku dengan mata yang sudah penuh dengan nafsu yang mulai membangkitkan dirinya untuk berdiri dihadapan ku. Kini bukan kepala ku yang naik turun, tapi sekarang pinggul mas Marno yang sedang maju mudur menghujamkan kontolnya didalam mulut ku sambil kedua tangannya menahan kepala ku. Aku pun meletakkan tangan ku di kedua pahanya agar tidak terlalu dalam menyodokkan kontolnya didalam mulut ku.

Marno : Aaahhh.. nengg… mass… masss… udah gak kuattt lagii…. (desah mas Marno yang semakin cepat menggerakkan pinggulnya maju mundur yang membuat ku semakian kuwalahan karena kebrutalan mas Marno seperti kesetanan sedang memperkosa mulut ku)

Dina : Mmmphh….. gllookss… gllookss… Mmppph…… masss….. (desah ku yang tertahan) masss… mmmpphh… pellllaann… maass… mmpphh.. (ucap ku yang tidak lagi bisa berbuat apa – apa karena kalah tenaga dengan mas Marno yang sedang diburu oleh nafsu)

Pinggul mas Marno semakin cepat bergerak maju mundur menyodok mulut ku dengan kontolnya sembari tangannya terus memegangi kepala ku seakan – akan tidak membiarkan kepala ku untuk pindah dari tempatnya. Dengan nafsu yang semakin tinggi membuat mas Marno terus memaksa kontolnya masuk didalam mulut ku yang terus didorongnya masuk walaupun hanya bisa masuk hampir ¾ dari panjang kontol miliknya didalam mulut ku sebelum akhirnya mas Marno menarik kembali keluar kontolnya dari mulut ku sampai membuat ku terbatuk – batuk.

Dina : Uhukkk…. Uuhhhuukkk…. Maasss… uhhuukkkhh… (ucap ku merengek karena sodokan kontol mas Marno didalam mulut ku yang sampai membuat ku terbatuk – batuk, namun ada rasa yang berbeda dimana aku sangat menyukai kekasaran yang dilakukan mas Marno kepada ku)

Marno : Aaahhh… maaaffin mas yaa neng,,, hehehehh…. Habis mas nafsu banget… neng masih mau kan kocokin kontol mas lagi… tanggung neng …. (ucap mas Marno yang sedang mengocok kontolnya sendiri)

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tangan ku kembali menggenggam kontol mas Marno yang sudah sangat licin dan basah karena air liur dari mulut ku dan liurnya sendiri. Aku semakin menikmati genggaman tangan ku pada kontolnya yang mulai perlahan – perlahan genggaman ku mulai maju mundur mengocok kembali kontol mas Marno.

Dina : Iyaaa masss… Ini Dina kocokin lagi yaaaa… (ucap ku yang semakin mempercepat kocokan tangan ku pada kontolnya)

Marno : Aaaahhh…. Aaahhh… terusss nengg… nikmaattt… teruss.. aahhhh…. (desahan – desahan dan rancauan dari mulut mas Marno menikmati kocokan tangan ku)

Dina : Iyaaa masss…. Nikmatin yaaaa mass… mmppphhh… mmppphhh…. (desah ku yang kenapa ingin membuat mas Marno untuk segera menuntaskan birahinya dengan menggunakan tangan ku)

Marno : Aaahh… lebih cepattt lagiii nengg.. aahhh… aahhh….

Dina : Iyaaa masss… enakkk mass……

Marno : Oughhhh…. Nengg….. sebentar lagi… masss… mass.. aahhh… aahh.. terusss… (desah mas Marno yang mulai merasakan gelombang syahwat yang sudah mendekati ujungnya)

Dina : Aaaahhhh….. beneraaannn mass…. (ucap ku yang semakin berdebar menantikan ujung dari kepuasa yang sedang dirasakan oleh mas Marno dengan kocokan tangan ku)

Karena banyaknya air liur pada batang kejantanan mas Marno membuat ku semakin cepat memaju mundurkan tangan ku yang sedang mengocok kontolnya, hingga aku bisa merasakan kalau kontol mas Marno mulai berdenyut didalam genggamannya.

Marno : Aahhhh.. teruss neng…. Dikit lagiii….. aahhh… ahhhh…. (ucap mas Marno yang sudah mendekati puncaknya yang terlihat dari tubuhnya yang semakin menegang dan tanggannya yang semakin kuat memegang kepala ku)

Dina : Mmmpphhh…. Mmmppphhh…. (desah ku sambil menutup mata takut kalau semburan spermanya bisa masuk kedalam mata ku)

Marno : Iyaaa nenggg… aahhhh…. Nenggg…. Neenggg.. ooooughhh.. mass… maassss…. Keluarr… aahhhh… (desah mas Marno yang langsung mengabil alih kontolnya dan mengarahkan nya tepat didepan mulut ku, dengan kocokan yang semakin cepatt)

“Cccrroottt…. Cccrroottt… Cccrroottt….” Beberapa kali semburan spermas mas Marno membasahi mulut ku, sampai meleleh membasahi dagu ku dan jatuh kelantai. Tubuh mas Marno pun sampai kelojotan saat melepas birahinya, sampai matanya merem melek menikmati orgasmenya. Mas Marno masih terus mengocok kontolnya hingga seluruh spermas keluar sampai pada tetesan terakhir yang membuat tubuh mas Marno pun ambruk kembali di sofa sambil menyandarkan kepalanya menikmati sisa – sisa orgasmennya.

Marno : Aaaaaahhh…. Puasss… (ucap mas Marno dengan nafas yang ngos – ngosan sambil menatap ku dengan mulut yang belepotan sperma miliknya yang banyak) Maafin masss yaaa neng.. (ucapnya lagi menyadari kesalahannya dan mengambil tisu lalu mulai mengelap sperma nya yang ada dimulut ku)

Dina : Gak papa mas… (jawab ku, karena aku membuka mulut tentunya beberapa tetesan sperma akhirnya masuk didalam mulut ku yang mau tidak mau terpaksa aku telan. Rasanya asin yang bercampur pahit)

Dengan bantuan mas Marno, aku pun membersihkan sisa spermas di mulut ku dengan tisu. Kemudian beranjak ke kamar untuk membersihkan dengan air sebelum kembali lagi keluar dengan wajah yang sudah bersih dari sperma yang tadi sempat belepotan. Sedangkan mas Marno membersihkan sisa – sisa sperma yang ada dilantai.

Aku pun mulai berjalan keluar dari kamar mendekati mas Marno yang masih dalam keadaan setengah telanjang duduk disofa sambil merasakan nikmatnya orgasme yang belum pernah dirasakannya selama ini. Aku pun kembali duduk disampingnya, kembali tatapan mata kami pun bertemu.

Dina : Sekarang gantian dong mas, soalnya ada yang basah nih hehehehe (kata ku kepada mas Marno, tentunya pertanyaan yang aku keluarkan membuat mas Marno sedikit terheran)

Marno : Apanya yang basah neng, biar mas bantu bersihkan.. (ujar mas Marno sambil melihat – lihat kearah lantai mencari jejak yang basah.)

Dina : Yang ini mas basah.. Tapi mas berdiri dulu.. biar Dina tunjukkan… (ucapku ke mas Marno dan memintanya untuk berdiri senjenak)

Lalu aku merubah posisi duduk ku menghadap mas Marno yang sedang berdiri dihadapan ku. Aku pun turun dari sofa kemudian melepaskan celana dalam putih ku dan meloloskan melewati kedua kaki yang membuat mas Marno terheran - terheran, kemudian aku kembali menyandarkan diri di sofa dalam posisi mengangkangkan kaki hingga memperlihatkan memek ku yang sudah mulai becek dihadapan mas Marno yang hanya terpaku melihat tubuh setengah telanjang ku. Dalam posisi duduk yang mengangkang sambil kepala ku menyandar di sofa, tanpa rasa malu aku pun memperlihatkan kemaluan ku yang ditumbuhi bulu – bulu tipis. yang sudah basah. Tentunya apa yang aku lakukan membuat mas Marno menjadi kaget, sampai matanya tidak berkedip seperti tidak percaya kalau sekarang dihadapannya ada seorang wanita dalam keadaan setengah telanjang sedang menunjukkan kemaluannya.

Dina : Ini mass… yang basah… hiihi… mas mau kan bantuin bersihkan memek Dina…. (ujar ku yang mengangkangkan kaki sambil menunjuk memek ku kearah mas Marno yang terdiam membeku. “Dasar perjaka tua, dikasih liat memek malah bengong hehehehe” ujar ku puas menggoda mas Marno.)

Tentunya apa yang aku lakukan membuat mas Marno kaget dan terdiam, matanya terbelalak tanpa kedipan melihat tingkah binal ku. Mas Marno hanya terdiam dengan mulut sedikit menganga yang terus menatap memek ku. Tentunya kebinalan ku ini merupakan hal – hal yang diinginkan oleh seorang lelaki dewasa, apalagi mas Marno lelaki dewasa yang masih perjaka. Mas Marno yang meliha

Dina : Sini mass… bersihkan pakai lidah mas.. udah basah banget hehehhe… (ucap ku sambil tangan ku sesekali memainkan bibir memek ku yang basah dan sangat licin oleh banyaknya cairan yang keluar dari liang memek ku)

Marno : Mmmmm…. Iiiiyyaaaa neeenngg… tappiiii masss gaaakk tauu caranyaa… (jawab mas Marno agak gugup mendengar permintaan ku)

Dina : Nanti Dina ajarin mas,, ayokk duduk dibawah sini depan memek Dina… (ujar ku meminta mas Marno mendekat. Dengan malu – malu mas Marno pun mulai menghampiri ku dan duduk dibawah sofa tepat dihadapan memek ku). Dekatkan mas kepalanya, lalu jilat pakai lidah…. (kemudian mas Marno pun mulai mendekat kepalanya, lalu dengan lidah kasarnya mulai menjilati bibir memek ku yang membuat ku melenguh nikmat dan geli, karena sudah sangat lama memek ku tidak dijilat dan dimainkan dengan lidah) Ooouuggghhhh…. Maasssss….. Ouughhhh… jilaattt terussss…. Mmmmppphhhhh (desahan ku karena jilatan lugu mas Marno di memek ku)

“Sssshhhh…. Aaahhh… masss….. jilat terusss… mmmpphh… Sssshhh… Oouuhhh…. Terusss.. enaakkk mass…. Sssshhh…..” desah ku saat menikmati jilatan mas Marno di belahan memek ku. “Mas jilat yang ini nya tolong mass..” pinta ku sambil menunjukkan klitoris ku. “Mas jilat dan hisap yaa mas…” pinta ku kembali kepada mas Marno yang langsung dilaksanakan nya.

“Ssssshhh…. Iyaaa maasss… gituuu… Sssshhhh….. Oouugghhh… mass….. terusss….. jilaaattt.. Aaaahhh……. “desahan yang keluar dari mulut ku karena saking nikmatinya jilatan lidah mas Marno bermain di kemaluan ku yang sudah sangat basah selain karena cairan ku juga karena liur mas Marno yang terus menjilati belahan memek ku.

Marno : Baru pertama kali mas jilatin memek neng, sumpah enak … memek neng Dina manis dan wangi… Slluurrpppss… (ucap mas Marno yang kembali menjilati memek ku. Namun kali ini terasa berbeda bahkan lebih nikmat dari jilatan sebelumnya)

Dina : Iyaaa masss… Aaaahhh…. Ssssshhhhh… jilattinnn terusss… nikmatt… Aaaahhh.. aahhh… (aku hanya bisa mendesah dan meracau tidak jelas karena nikmati jilatan lidah mas Marno di memek ku) Mas masukin jarinya satu didalam memek ku, tapi pelan – pelann.. yaaa… masss… (pinta ku kembali kepada mas Marno)

Lidah mas Marno pun menjelajah setiap belahan memek ku dan sambil sesekali mencium aromanya. “Hhmmmmmssshh…. Ssssshhh.. Ckckckckck… Slluurrppsss…. Slluurrppsss…. “ Suara yang keluar dari mas Marno yang sedang menjilati memek ku dengan geram, karena hal momen ini bagi mas Marno adalah momen yang sangat dinantikan dalam hidupnya

“Aaaahhhh….. masss… Aaahhh… Aaaauuuwwwhhh….. terusssss maaassss…. Terussss…. “ jeritan ku dengan nada manja pun terus keluar dari mulut ku saat mas Marno dengan gemasnya mengecup dan menjilati memek ku yang semakin basah.

Cairan lendir pun mengalir terus keluar dari lubang memek ku yang menyebabkan kini memek ku sudah sangat becek dan basah. Aku hanya bisa menggigil kenikmatan karena jilatan mas Marno yang membuat kepala ku sampai geleng ke kiri dan kanan. Sungguh aku sudah tidak lagi bisa mengendalikan diri ku sediri, saat ini aku hanya bisa merintih menikmati permainan lidah mas Marno yang membuat memek ku semakin menjadi gatal yang ingin rasanya untuk segera dipuaskan. Aku tidak tau lagi, apakah aku saat ini masih seorang wanita berpendidikan dan abdi negara dari keluarga yang terpandang atau sekarang aku menjadi seorang wanita yang ingin dipuasi seperti wanita murahan yang menjual tubuhnya. Tapi aku malah memberikan tubuh ku dengan sukarela.

Walaupun mas Marno bukan lah lelaki yang berpengalaman dalam bercinta, karena baru pertama kali melakukannya tapi cukup membuat jiwa ku melayang karena jilatannya di memek ku. Kemampuan mas Marno muncul dari totonannya yang dipraktekkan nya kepada ku. Karena saking nikmatnya, aku memegang kepala mas Marno seakan – akan tidak ingin lidahnya berhenti menjilati memek ku.

Tubuh ku pun mulai basah karena keringat, bukan karena hawa yang panas tapi karena nafsu yang semakin bergelora. Aku pun melepaskan tangan ku di kepala mas Marno, kemudian mulai membuka satu per satu kancing piyama ku dari atas hingga kebawah. Setelah semua kancing piyama ku lepas, kini bisa terlihat BH yang menutup payudara ku yang kemudia cup nya aku angkat keatas. Hingga kini payudara ku pun kembali terpampang dihadapan mas Marno untuk kesekian kalinya.

“Puting susu Dina gatal mas,, hisapin mas yang ini..” ucap ku sambil memegang payudara ku dan meminta mas Marno menghisapnya. Tanpa sepatah kata yang terucap, mas Marno pun dengan sigapnya langsung melumat habis puting susu ku sebelah kanan, sementara tangannya meremas payudara ku yang sebelah kiri.

Marno : Mas suka neng sama nenennya… montok dan bulat neng… beruntung banget mas malam ini, baru pertama udah dapat nenen bagus kayak punya neng.. Selama ini mas cuma bisa liat di film porno aja… Sluurrpsss…. Sluurrpsss…. Muaacchhh… Sluurrpsss…. Sluurrpsss…. (ucap mas Marno sambil terus menghisap dan menjilati payudara ku, hingga kini putingnya pun sudah sangat basah karena banyaknya liur mas Marno)

Dina : Iyaa mass.. aahhh… hisappp teruss mass… gantel putingnya mas… aahhh.. aahhh… (desah ku menikmati hisapan mulut mas Marno di payudara ku secara silih berganti)

Marno : Sluurrpsss…. Mmmpphh.. Sluurrpsss……. Cckkkckckkckcc… Sluurrpsss…. Sluurrpsss….Mmmpppp… nenen neng Dina kenyal dan kenceng… (gumam mas Marno yang terus menyedot payudara ku yang belum mengeluarkan air susunya. Sambil menindih ku yang menyandar di Sofa, mas Marno tidak henti – hentinya terus menyedot susu ku, menjilati putingnya hingga meremas – remasnya sampai kulit payudara ku yang putih kini mulai memerah)

Hisapan – hisapan pada payudara ku membuat rasa gatal pada memek ku semakin tidak tertahan, diam – diam aku menggesekkan kedua paha ku untuk menahan rasa gatal pada memek ku namun apa yang aku lakukan bukan mengurangi rasa gatal yang ada tetap malah membuat nafsu semakin sampai ke ubun – ubun kepala. Susah payah aku menahan nafsu yang melanda sampai nafas ku menjadi ngap – ngap, ditambah lagi serangan mas Marno pada payudara ku menambah sensasi yang membuat ku semakin membutuhkan pelampiasan untuk menggaruk rasa gatal didalam liang memek ku.

Karena nafsu yang menyerang membuat kini tidak hanya memek ku yang merasa gatal, bahkan sampai ke payudara pun juga merasakan gatal yang luar biasa. Namun payudara ku mendapat pelampiasan dari jilatan, emutan dan hisapan dari mas Marno sedangkan memek ku belum mendapatkan pelampiasan. Ingin rasanya aku menyudahi permainan mas Marno di payudara ku dan berharap kontolnya bisa menggaruk liang memek ku untuk menghilangkan rasa gatal didalamnya.

Dina : Mas…. Masukin sekarang yaaa… memek Dina udah gatel banget nih… (ucap ku melepas kepala mas Marno dari payudara ku)

Marno : Beneran neng,, mas boleh masukin ke memek neng.. (ujar nya kembali sambil menatap ku)

“Mmphhh…” aku hanya mengangguk. Kemudian mas Marno pun merubah posisinya setengah berdiri diantara kedua kaki ku yang mengangkang.

Dina : Gesekin dulu kontolnya sini mas ke memek Dina... Mau belajar ngentot kan.. (perintah ku kepada mas Marno, aku yang sudah dalam kondisi mengangkang).

Marno : Beneran neng Dina, mas boleh ngentot sama neng.. (ucap mas Marno mengikuti arahan ku yang mulai mengarahkan kontolnya di bibir memek ku. Dari gesekannya memang benar kalau mas Marno ini belum berpengalaman)

Dina : Ooughh…. Mass bener belum pernah ngentot yaa… Oughhh… (tanya ku sambil sesekali mendesah karena kontol mas Marno yang bergesekan dengan bibir memek ku yang sudah mulai basah)

Marno : Benneerrrr…. Aaahhh… geliii nengg… mas belum pernah… aaacchhh.. Boro – boro ngentot neng, kan mas bilang pacar aja gak punya… aaahhh… nikmaattt neng.. lebih nikmat dari ngocok sendiri.. aahhh… (ujar mas Marno menikmati kontolnya yang bergesekan dengan memek basah ku dan sesekali mendesah karena ada sensasi geli.)

Dina : Oouughh. Aahhh…. Kenapa gak… Aaahh… nyari pelacur ajaa mass… Aaahhh… (tanya ku lagi disela – sela desahan nikmat dari permaian kontol seorang perjaka di memek ku.)

Marno : Aaaahhh… Aaaah…. Untuk biaya hidup aja kurang neng… gimana mau nyewa pelacur.. Ahhh… memek neng Dina makin basahh…. (ucapnya menikmati licinnya memek ku yang banyak mengeluarkan cairan pelumas)

Dina : Ayooo mas… Sekarang dorong pelan – pelan masuk yaa… (ucap ku mengarahkan mas Marno untuk mendorong kontolnya masuk ke liang memek ku yang sudah basah dan begitu gatal didalamnya)

Marno : Beneran neng, mas boleh masukin ke memeknya… (ujar mas Marno tidak percaya dengan apa yang aku katakana)

Dina : Iiiyyaaa mas…. Masukin ajaa… Sini Dina bantuin.. (ucap ku sambil membantu mas Marno untuk mengarahkan ujung kontolnya ke arah lubang memek ku. Sambil mulai digesek terlebih dahulu, hingga ujungnya dirasa pas)

Marno : Mas dorong yaa neng…. (ucapnya mulai mendorong masuk ujung kepala kontolnya ke liang memek ku)

Dina : Iiyyaaaa Masss… Oouugghhhh … saakkittt…. Tekan pelan – pelan aja mas… kontolnya mas besar… OOughhh…. (ucap ku sambil sedikit meringis saat mas Marno mulai mendorong masuk kontolnya ke dalam memek ku, walaupun aku sudah tidak perawan tapi tetap aja terasa perih bercampur sakit saat kontol besar mas Marno mulai didorong masukk.)

Marno : Maaaffff nengg… mas belum pernah soalnyaa… (ujar mas Marno dengan raut muka bersalah.)

Posisi ku yang sedang mengangkang di sofa memberikan akses yang lebih muda bagi mas Marno untuk melakukan penetrasi, karena posisinya yang berdiri agak sedikit membungkuk agar posisi kontolnya pas diliang memek ku yang mulai didorong masuk pelan – pelan sesuai arahan ku. “Hummppp… kalau saja pak Parmin, pasti sudah bablas aku …” ucap ku dalam hati mulai merasakan sedikit nikmat diantara perih dan sakit dari penetrasi masuknya kontol mas Marno)

Dina : Tekaannn mas… Oooougghhhhh… teekaaann lalu dorongg… Ouuuhhh… Aaaaahhh… Teruss maass… OOuugghhh…. (desah ku saat mas Marno semakin mendorong kontolnya masuk ke liang memek ku semakin dalam)

Marno : Aaaahhh…. Seemppiitt neengg….. Aaaaaahhhhh…. (ucap mas Marno didalam desahannya)

Dina : Iyaaa masss…. Aaahhh…. Kontolnya mas besar bangeettt.. Aaahhhhh… Taahhhaannn masss…. (ucap ku meminta mas Marno untuk menahan sejenak kontolnya didalam memek ku, aku bisa merasakan otot – otot memek ku mulai meremas kontol mas Marno didalam liang memek ku)

Marno : Nengg… angett banget memeknyaa… ngejepiittt kontol mas.. (ucap mas Marno merasakan nikmatnya jepitan memek ku yang mulai meremas – remas kontolnya)

Dina : Iyaaa masss, kontol mas jugaaa besar bangett… memek Dina jadi sesak.. (ucap ku sambil tersenyum) sekarang mas tarik terus dorong pelan – pelan yaa mas.. (perintah ku lagi, yang diikuti dengan anggukan mas Marno)

“Ooouughhh…. Iiyyaaa maasss… tarriikkkk…. Aaaccchhh…. Dorrroonggg lagii mass… oougghhhh…. Tarriikkk… pelaaann – peellaaannnn…. Oouggghh.. “ desahan ku seiring dengan keluar dan masuknya kontol mas Marno ke liang memek yang semakin basah karena cairan pelumas semakin banjir keluar. Aku bisa melihat mengkilatnya batang kejantanan mas Marno karena cairan pelumas dari memek ku yang semakin memperlicin jalan keluar masuknya kontol mas Marno yang pelan – pelan mulai memiliki tempo.

Marno : Beruntung banget mas malam ini neng, seumur hidup mas belum pernah nikmatin memek.. Aaahhh…. Aahhhh… rasanya mantep neng, apalagi neng Dina cantik kayak gini.. aahhh…. (racau mas Marno yang mulai menambah kecepatan tempo genjotan kontolnya keluar masuk dalam memek ku)

Dina : Aaahhh.. Ouughh… iyaaa masss…. Aaahhh… genjott maass…. Aaahhh… (balas ku menjawab racauan mas Marno)

Marno : Aaaahhh apalagi nenen nya neng Dina besar.. kayak bokep Jepang … Aaahh .. aaaahhh… nikmat neng memeknyaa.. aahh.. aahhhh…

Dina : Tapi enaak kann mas… aahhh.. oouughh.. entoot memek Dina mass… aahhh… gateelll dalamnyaa… (ucap ku menikmati genjotan mas Marno yang mulai berirama, kontolnya yang panjang dan besar pun bergesekan dengan dinding memek ku sesekali mentok dipintu rahim ku.) Oouughhhh.. maassss…. Terusss… aaaccchhh….. (desah ku lagi)

Marno : Enak neng, mas beruntung… Aahhh…. Bisa ngentot sama neng Dina… Aaahhh.. (ucap mas Marno yang terus menggempur memek ku dengan kontolnya.)

Dina : Gimanaa mass… Aaaacchhh….. enaaakk gaakkk ngee…. Aaahh.. ngentottt… (ucap ku yang terbata – bata menikmati sodokan kontol besar mas Marno sedang keluar masuk didalam memek ku)

Marno : Iiiyaaaa neeengg…. Aaahhh… aahhhh…. Enaaakk bangeettt… aahh.. aaahhh kontol mas terasa dijepittt sama memek neng Dinaa… aaaahhh.. aahhh

Dina : Aaahhh… kontol mass nyaa besarrr bangettt…. Aaaahhhh…. Paaannjjaaangggg… meeennttookkk masss…. Aaahhhh… aahhhhh terussss masss…. Doroongg.. Terusss… (ujar ku yang semakin menikmati persetubuhan dengan mas Marno.)

Marno : OOuughhh…. Kalauuu ginii… aahhh… kapaann… kaappaannn.. aahhhhhh….. mass bolehhh .. ngentoti samaa neng Dinaaa lagiii yaaa…. Aahhhh (racau mas Marno didalam kenikmatan persetubuhan pertama dalam hidupnya)

Dina : Boleehhh mass… aahhh.. taapiiiii…. Jaangaaannn aaaddaa yaaangg taauu yaaa… aaahhh… (jawab ku lagi sambil terus mendesahh) teeerussss masss… yang kencceengg… aahhh.. aahhh…

Aku yang sudah menyerah dengan nafsu pun mulai merasakan kalau goyangan mas Marno belum mampu melepaskan syahwat ku. Karena sudah tidak tahan lagi menahan, akhirnya aku pun mendorong tubuh mas Marno hingga kontolnya tercabut keluar dari liang memek ku. Aku pun berdiri dan mendorong tubuh atletis mas Marno dan memintanya untuk menyandar. Aku kemudian naik ke kembali ke Sofa dan berjongkok tepat diatas kejantanan mas Marno yang sudah berdiri menantang. Kini posisi liang memek ku sudah pas berhadapan dengan ujung kontol mas Marno dibawah ku. Sambil menatap matanya, aku pun mulai menurunkan pantat ku hingga kontol mas Marno yang berdiri pun masuk dan membelah liang senggama ku.

“Aaaaaahhhhh…….” Desahan yang keluar dari mulut ku saat kontol mas Marno mulai masuk kedalam memek ku seiring dengan tubuh ku yang semain turun kebawah. Aku yang sudah lama tidak merasakan adanya kontol didalam memek ku, malam ini kembali terisi yang siap untuk menggaruk liang memek ku yang sudah gatal karena dari tadi terus mendapat cumbuan dari mas Marno pada tubuh ku.

Memek ku yang sudah sangat basah dan becek pun memberikan jalan yang mudah bagi kontol mas Marno untuk masuk membelah memek ku. Aku bisa merasakan batang kejantanan mas Marno yang begitu keras, besar dan panjang pun mulai menusuk dengan kejam didalam memek ku. Kini kontol yang sangat tegang itu pun mulai menikmati jepitan pada dinding memek ku yang sedang menyundul masuk terus lebih dalam lagi sampai menyentuh pintu rahim ku didalam sana. Aku tidak langsung menggerakkan tubuh ku, tetapi melepas dulu piyama dan BH yang masih melekat pada tubuh ku sehingga kini aku sudah berjongkok dalam keadaan telanjang bulat.

Dina : Ooouuuggghhh…… massss… (desahan ku dengan kepala mendongan keatas menatap langit – langit rumah ku karena begitu nikmatnya tusukan dari kontol mas Marno yang sudah sepenuhnya memenuhi liang memek ku)

Marno : Nikmatnyaa neng… Aaahahhh… kontol mas terasa dijepit neng… (ucap mas Marno sambil menatap ku yang saat ini sudah berada di pangkuannya)

Tubuh telanjang ku yang sedang berjongkok diatas kemaluan mas Marno pun sudah termpang dihadapannya. Lekuk tubuh ku pun menjadi pemandangan yang sangat erotis, dimana seorang wanita mudah sedang menunggangi seorang lelaki tua yang memiliki warna kulit yang sangat kontras bagai putih diatas hitam. Tidak hanya itu, tangan ku pun kini sedang memainkan pentil susu mas Marno sambil merasakan jepitan memek ku sedang memijit kontol mas Marno yang sedang berada didalamnya.

Aku mulai menggerakan tubuh telanjang ku naik turun dengan lembut, disaat tubuh ku bergerak keatas kontol mas Marno pun tertarik keluar tapi hanya sampai kepalanya. Aku mengatur agar kontolnya tidak sepenuhnya keluar, kemudian saat tubuh ku kembali turun membuat kontol mas Marno kembali masuk kedalam memek ku. Awalnya semua pergerakan tubuh ku sangat pelan untuk membiasakan keberadaan kontol mas Marno didalam memek ku, hingga lambat laun kini temponya aku tingkat. Semakin cepat gerakan tubuh ku naik turun, tentunya membuat payudara ku yang menggantung pun mengikuti irama tubuh ku. Ayunan payudara ku menjadi tontonan bagi mas Marno yang menyandar di Sofa menikmati hangatnya liang memek ku menjepit kontolnya.

“Aaaahhh…. Aaaahhh…. Aaaahhh….Ouughhh.. Aaaahhh….” Jeritan ku dan mas Marno mendesah, kami sama – sama menikmati persetubuhan ini. “Aaaahhh…. Aaaahhh…. Masss….. Maaaaasssssss… Aaaahhh…. OOuh…” Jeritan ku menikmati kontol mas Marno yang mengobrak – ngabrik memek ku. Aku pun sesekali membuka mata ku melihat mas Marno yang mulutnya seperti berkomat – kamit menikmati kontolnya yang sedang terjepit didalam liang memek ku. Tangannya pun kini memegang pinggang ku untuk menjaga tubuh ku agar tidak goyah sehingga membuat goyangan naik turunnya tubuh ku semakin menggila.

Dina : Aaahh… Ooughhhhh… Masssssss… Aaaahhh…. Aaaahhh….Ouughh…. Massss…. Koooooonnnntooooool muuuuuu…. Aaaahhh….Masss….. Aaaahhh…. (jerit ku semakin menjadi – jadi, menikmati kontol mas Marno yang sedang keluar masuk didalam memek ku.)

Marno : Aaaahhh…. Nengg…. Nikmaaaattt Aaaahhh……. Baaarrruu taaauuuu enaknya ngentoooott neng.. Aaaahhh…. Aaaahhh…. Terusss Aaaahhh…. Aaaahhh….(desah mas Marno semakin menambah riuh suara diruang tamu rumah ku)

Dina : Aaaahhh…. Oouughhhhhh…. Remas susu Dina mass…. (Desah ku sambil mengambil kedua tangan mas Marno menuntun ke arah payudara ku yang sedang bergoyang naik turun)

Dengan penuh gairah tangan mas Marno pun meremas payudara ku dengan sekuat tenaganya sehingga membuat kulitnya yang putih kini menimbulkan bekas merah akibat remasan mas Marno yang semakin kuat. Remasan – remasan mas Marno pun semakin menambah gairah yang membuat memek ku menjadi sangat basah dan becek. “Aaaahhh…. Aaaahhh…. Aaaahhh….” Desah ku yang semakin bersemangat bergoyang diatas kontol mas Marno. Aku yang terlalu bernafsu tidak bisa berhenti menikmati sodokan kontol mas Marno keluar masuk didalam liang ku.

Luapan – luapan birahi sudah membuat ku lupa akan status ku, kini aku semakin menjadi wanita liar yang hanya ingin mendapatkan kenikmatan. Tubuh ku pun semakin bersemangat bergoyang naik turun diatas pangkuan mas Marno sambil payudara ku terus menerus diremasnya. Tidak hanya naik – turun, kini aku mencoba memberikan goyangan yang lebih dengan maju mundur dan bergoyang memutar membuat kontol mas Marno semakin teraduk didalam memek ku.

“Aaaahhh…. Aaaahhh…. Enaakkkkk…. Masss….. (kenapa rasanya begitu nikmat, aku seperti bisa berhenti bergoyang) Aaaahhh….Ouughhhh…. Masssss…. Kontol mu enakkkk masss… Aaaahhh…. (desah ku sambil menatap mas Marno yang sedang menahan rasa nikmat dari goyangan ku)

Dina : Aaaahhh…. Oouughhhh… Massss… enak gaakkk ngeeennttottt maass… ??? (tanya ku kepada mas Marno disela – sela goyangan ku)

Marno : . Aaaahhh…. Ueenaaakkk tenan neng,,, baru pertama Aaaahhh…. kali ngentot dapat yang bening kayak neng Dina… Aaaahhh…. Aaaahhh…. Mimpi apa mas semalam bisa kayak Aaaahhh…. bisa ngentot sama neng Dina… Aaaahhh…. Aaaahhh…. Aaaahhh…. (ucap mas Marno dengan desahan – desahannya sambil menjawab pertanyaannya ku)

Aku hanya tersenyum menggoda mendengar jawaban mas Marno, sambil menatap wajahnya yang sedang menikmati jepitan memek ku pada kontolnya. Aku pun kembali menggerakan tubuh ku naik turun yang membuat payudara ku pun mengikuti arah tubuh ku. Tentunya payudara ku yang bergoyang menjadi santapan mata mas Marno yang tidak lagi terpejam.

“Aaaahhh…. Aaaahhh…. Oouughhhh…. Masssss… Aaaahhh…. Aaaahhh….” Desah ku sambil tersenyum melihat mata mas Marno yang tertuju pada payudara ku yang bergoyang – goyang.

Marno : Susu neng Dina baguss.. Aaaahhh…. Aaaahhh…. Mantepp neng, kayak susu cewek jepang Aaaahhh…. Aaaahhh…. Aaaahhh…. (ucap mas Marno yang meremas payudara ku)

Dina : Aaaahhh…. Aaaahhh….Teruss remasss masss… Aaaahhh…. Aaaahhh…. eeennaaaakkkk Aaaahhh…. Aaaahhh…. (desah ku kembali dipenuhi dengan gairah..)

Tidak hanya meremas, kini mas Marno pun menegakkan kepalanya yang awalnya bersender di Sofa untuk mendekat kepada ku. Tanpa izin, mas Marno pun langsung mengarahkan mulutnya ke puting susu ku yang langsung dilumatnya habis didalam mulutnya. Bukan hanya hisapan, tapi juga jilatan bahkan sesekali gigitan kecil mendarat di puting susu ku baik kanan maupun kiri. “Aaaahhh…. Aaaahhh…. maassss…..” ucap ku yang sedikit merinding menikmati hisapan mas Marno di payudara ku.

Mas Marno pun menyeruput puting susu ku dengan penuh nafsu. Lidahnya pun menjilati sampai membuat basah ujung dari payudara ku. Perlakukan mas Marno pada payudara ku membuat semakin bersemangat bergoyang untuk merasakan kenikmatan dari kontol mas Marno didalam memek ku.

Dina : Mass,, Dina capekk.. Aaaahhh…. Aaaahhh…. Gantian mass… (ucap ku kepada mas Marno, sambil mengangkat tubuh ku untuk berdiri sehingga kontol mas Marno keluar dari liang memek ku. Terlihat kontol yang masih tegang keras dan mengkilat itu masih berdiri dengan urat – uratnya yang membesar)

Aku pun berpindah dudu menungging menghadap sofa. Sehingga tangan ku kini bertumpu pada sandarannya. Aku yang sudah bernafsu pun mengharapkan mas Marno kembali menyodok ku dari belakang. Aku sudah sangat tidak sabar ingin merasakan kontol mas Marno kembali mengisi liang memek ku.

Dina : Mas masukin lagi kontolnyaa sini… (ucap ku sambil menunjukkan memek ku ke mas Marno..)

Mas Marno pun mengikuti permintaan ku dan mulai menggesekkan kontolnya pada belahan memek ku untuk menemukan posisi yang pas pada lubangnya. “Oooughhh… Massss…. Aaaahhh…. Aaaahhh…. Ouughhhh…” lolongan ku saat mas Marno kembali mendorong masuk kontolnya. Awalnya penetrasinya berjalan pelan, namun tiba – tiba dengan sekali sentakan “OOughh…… Maasssssssssssss…. Saaaakkittttttt OOughh…… peeelllaann ajaaaaa” Jeritt ku, karena sentakan pinggul mas Marno yang mendorong masuk sampai aku bisa merasakan kepala kontolnya mentok di pintu rahim ku. Tentunya sentakan mas Marno membuat tubuh ku sampai terdorong maju kedepan. Beruntungnya ada sandaran Sofa yang menahan tubuh ku.

Aku merasakan kini tangan mas Marno mulai mendekap pinggang ku disaat benda tumpul sudah mulai keluar masuk didalam memek ku. Aku sampat melirik kebelakang, melihat mas Marno dengan penuh nafsu mulai memaju mundurkan pinggulnya untuk menyetubuhi ku. “Aaaaahhhhh… OOughh…… mentok banget nih kontol….” Ujar ku didalam hati.

Marno : . OOughh…… Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. Memek neng Dina nikmat … ngejepit kontol mas… (desah mas Marno saat kini mulai bergoyang memaju mundurkan pinggulnya dengan begitu cepat yang diburu oleh nafsu)

Dina : Aaahhhhh…. Aaahhhhh….Maasss… Aaahhhhh…. Peeelll… Aaahhhhh…. Aaahhhhh….Peeelllaaannnnn maasssss… Aaahhhhh…. Pelaaann diikkittt…. Masss.. Aaahhhhh…. Aaahhhhh….(desah ku karena goyangan mas Marno yang begitu cepat)

Teringat perkataan mas Marno yang belum pernah bercinta sebelumnya, namun karena naluri laki – lakinya membuat dorongan nafsu untuk langsung bergerak cepat menikmati persetubuhannya dengan ku. Walapun mas Marno dengan tergesa – gesa melakukannya tetap saja aku bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa, mesikipun dengan susah payah harus mengimbangi nafsu mas Marno yang semakin begitu liar. Aku semakin kewalahan mencoba mengimbangi permainan mas Marno karena nafsunya, sampai – sampai mulutku terbuka karena getaran kenikmatan sampai didalam sanubari ku.

Kedua tangan ku yang bertumpu di sandaran Sofa berusaha sekuat tenaga untuk menahan dorongan tubuh ku kedepan, karena beringasnya mas Marno menggenjot ku dari belakang sampai beberapa kali wajah ku harus bertubrukan dengan sandaran Sofa. Ditambah lagi tangannya yang awalnya mendekap pinggang ku kini sudah beralih meremas – remas bongkahan pantat ku dengan begitu kuatnya.

Dina : Aaahhhhh…. Mmaassss… jangaann.. Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. Kerasss – keraaasss… (jerit ku merasakan sakit saat remasan tangan mas Marno semakin kuat di pantat ku)

Bukannya nya berhenti, kini mas Marno semakin gemas yang tidak lagi hanya meremas bahkan sesekali menampar pantat ku sampai menimbulkan jejak kemerahan, tentunya tamparan pada pantatku tidak hanya sekali sampai berulang kali sambil tidak berhenti terus menggenjot memek ku.

“Plaakkk… Plaaakkkk” beberapa tamparan hinggap pada pantat ku disertai dengan sentakan – sentakan kuat dari pinggul mas Marno membuat ku semakin tidak kuat menahan nafsu yang sudah mencapai puncaknya. Nafas ku pun sampai terengah – enggah karena sebentar lagi aku akan mencapai batas akhir dari syahwat ku. Kini aku sudah pasrah dan tidak lagi meronta, hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati rasa nikmat yang terus dan terus diberikan oleh mas Marno pada tubuh ku.

Dina : Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. Terusss massss.. Aaahhhhh…. Dinaaa maaaauuuu sammmm Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. Sampaiiiii… sodookkkk masss.. Aaahhhhh…. Lebih kencangg… Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. (ucap ku meminta mas Marno untuk semakin cepat menggenjot memek ku)

Marno : Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. Iyaaa neng… Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. Heennkkk… (desah mas Marno yang semakin mempercepat goyangannya kembali, bahkan lebih cepat dari sebelumnya)

Tangannya pun kini meremas payudara ku setelah puas meremas pantat ku. Payudara bulat ku yang menggantung menjadi sasaran bagi mas Marno yang semakin kuat meremas payudara ku, bahkan putingnya pun dipelintir dan sesekali ditarik yang memberikan sensasi nikmat bercampur perih yang aku rasakan. Rangsangan ini cukup membuat ku sudah tidak sanggup lagi menahan syahwat yang akan mencapai puncaknya. Sodokan – sodokan mas Marno didalam memek ku yang sampai mentok pun membuat pertahanan ku mulai terasa longgar hingga akhirnya cairan cinta pun keluar dengan deras membasahi kontol mas Marno yang masih menggenjot memek ku.

Dina : Aaahhhhh…. Masssss… Dinaaaaa.. Aaahhhhh…. Aaahhhhh…….. Diiinnaaa keluarrrr… massss… Aaahhhhh…. Aaahhhhh…. (jerit ku dengan suara yang agak kerasss…)

“Cccccccrttttt… Ccccrrttt….. cccrrrttt….. “ beberapa kali cairan cinta keluar dari memek ku, ketika mas Marno mencabut kontolnya membuat cairan itu menyembur keluar seperti pipis. Tentunya puncak dari syahwat ku akhirnya sampai dan membuat tubuh ku merinding hingga ambruk disofa. Mata ku sampai terpejam menikmati syahwat yang luar biasa dari dalam diri ku. Aku pun merasa sangat begitu puas, karena rasa gatal pada memek ku pun akhirnya hilang akibat genjotan nikmat dari mas Marno.

Marno : Aaahhhhh…. Sampai basah kontol mas Neng… hehehhehe enaakk yaaaa…. (ucap mas Marno yang takjub dengan ku, sambil tangannya masih memainkan kontolnya yang sudah sangat basah. Mas Marno masih mengocok kontolnya yang belum mendapatkan kepuasan seperti yang aku dapatkan)

Mas Marno masih menatap ku yang kini sudah ambruk dan duduk mengangkang di Sofa dengan memek yang berkedut menikmati orgasme ku barusan.

Marno : Neng, mas belum keluar nih… (ucap mas Marno kepada ku, sambil tanggan masih terus mengocok kontolnya sendiri. Yang membuat ku kembali sadar)

Dina : Mas udah mau keluar atau belum…. (tanya ku kembali, sambil mengangkat badan ku untuk bersender di Sofa.)

Marno : Sudah neng….. saya mau keluar sebentar lagi… bolehhh lanjut neng… (ucap mas Marno sambil mengurut kontolnya yang sudah sangat tegang)

Kini aku pun bersandar pada Sofa dengan duduk yang mengangkang dengan kaki membentu huruf M. “Sini mas,, masukin lagi…..” ucap ku dengan nada yang rendah karena lelah setelah menjerit kenikmatan. Mas Marno pun mulai mendekati ku dan mengarahkan kontolnya kembali didepan liang memek ku yang sudah basah.

Dina : Ayooo masss…. (ucap ku sambil memegangi paha ku untuk memberikan celah agar mas Marno bisa kembeli memasukkan kontolnya didalam memek ku)

Dengan buru – buru karena sudah sangat bernafsu mas Marno pun kembali menggesekkan ujung kontolnya di memek ku, sambil tangannya memegangi paha ku mas Marno mulai memposisikan kepala kontolnya tepat dihadapan lubang memek ku. Merasa posisi sudah pas, mas Marno pun mulai mendorong kontolnya untuk masuk kembali ke dalam memek ku. “Aaaaaahhhhh……….” Desah ku dan mas Marno bersamaan saat kontol mas Marno mulai melakukan penetrasi masuk ke dalam memek ku.

Namun mas Marno tidak langsung menggenjot ku, tetapi mendiamkan sejenak kontolnya didalam memek ku untuk menikmati sensasi jepitan dari dinding memek ku. Mata mas Marno pun melirik kepada ku yang membuat ku menjadi sangat malu. Mas Marno pun melirik ku dengan tersenyum. Aku sedikit agak malu ditatap oleh mas Marno sampai memalingkan wajah ku ke samping menghindari tatapannya.

Marno : Neng,, boleh mas selesaikan sekarang… Udah gak kuat, neng Dina nafsuin… (ucap mas Marno dengan mata yang tajam)

Aku hanya menganggukkan kepala ku memberikan persetujuan kepada mas Marno untuk kembali mengenjot ku. Melihat ku yang malu – malu membuat mas Marno semakin gemas untuk kembali menyetubuhi ku. Mas Marno pun mulai menggoyangkan tubuhnya dengan kedua tangannya sudah berada dipinggang ku yang dibekapnya. Mas Marno mulai menarik pinggulnya yang memberikan gesekan rasa nikmat kembali pada liang memek ku, sebelum dengan sekali sentakan kuat mas Marno membenamkan kembali kontolnya didalam memek ku yang memberikan rasa hangat pada kontolnya. Sentakan yang begitu kuat membuat tubuh ku tersentak ke atas.

Dina : Ooouughhh… massss…. Pelaaaannn… sakitttt masss…. Aaaahhh…. (jeritan ku kembali karena tusukan nikmat yang begitu keras kembali memberikan ngilu didalam memek ku)

Mas Marno pun mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan irama yang awalnya pelan namun semakin lama temponya semakin meningkat sampai payudara ku kini ikut bergoyang sesuai dengan gerakan mas Marno yang maju mundur. Tentunya gerakan pada payudara ku menjadi pemandangan yang sangat eksotis bagi mata mas Marno yang terus menggempur memek ku dengan kontol perkasanya. Semakin cepat gerakan genjotan mas Marno, maka semakin cepat pula goyangan pada payudara ku dengan puting susu hitam kecoklatan. Kini tangan mas Marno tidak lagi hanya membekap pinggang ku, tapi sudah menjalar merangsang paha ku, perut hingga meremas payudara ku yang bergoyang. Tentunya kesempatan bisa menikmati tubuh ku tidak disia – siakan mas Marno. Segala pengetahuannya pun dikeluarkannya untuk merangsang ku serta mencapai kenikmatan didalam liang memek ku.

Dina : Aaahhh…. Lebih cepat lagi massss… Aaahhh…. Aaahhh…. Masss…. Terusss… Aaahhh…. Aaahhh…. (ucap ku kembali yang ingin segera menyudahi persetubuhan ini)

Marno : Iyaaa neng.. Aaahhh…. Aaahhh…. Aaahhh….(balas mas Marno yang semakin memepercepat genjotannya pada memek ku)

“Plokk… pllokkk… plokk…” suara akibat beradunya paha dalam mas Marno dnegan paha ku karena genjotannya yang cepat sampai menyentak – nyentak sampai aku menjerit menahan hujaman kontol mas Marno didalam memek ku yang semakin basah. “Aaahhh…. Aaahhh…. Maaaaasssssss… Aaahhh…. Aaahhh…. Terrrrussssssss…….” Jeritan ku dengan nada manja kepada mas Marno.

Dengan desahan dan jeritan serta ekspresi wajah ku membuat nafsu mas Marno semakin menjadi – jadi, Mas Marno pun menundukkan tubuh setengah berdirinya hingga tangannnya memeluk ku. Sambil menindih tubuh ku sesekali mas Marno kembali mencium bibir ku tanpa mengurangi tempo genjotannya yang membuat kaki ku sampai melingkar pada pinggang nya.

Marno : Aaahhh…. Aaahhh…. Aaahhh…. Neng … Aaahh… Massss… Aaahhh…. Maasssss. Maau keluarrr…. Aaahhh…. (desah mas Marno sambil kembali menaikkan tubuhnya sambil menatap payudara ku yang terus bergoyang karena genjotannya tidak berhenti)

Dina : Cepaaat masss…. Aaahhhh….. genjot lagi yang kerassss… masss.. Aaahhh…. Aaahhh…. Aaahhh…. (aku hanya bisa menjerit karena sodokan mas Marno yang penuh tenaga terus – menerus menggempur memek ku sampai tangan ku mencengkram Sofa dengan begitu kuatnya)

Genjotan mas Marno yang semakin kuat membuat tubuh ku terdorong sampai maju mundur dengan kencang, payudara ku pun seperti ingin meloncat lepas dari tubuh ku karena kuatnya sodokan mas Marno. Sungguh ini lebih gila, sodokan mas Marno lebih bertenaga dari pada pak Parmin. Harus ku akui, sodokan mas Marno lebih nikmat dari pada pak Parmin. Tapi pak Parmin lebih beruntung karena lebih dulu menikmati tubuh perawan ku. Sambil terus mengempur memek ku, tangan mas Marno pun tidak henti – hentinya mengusapi tubuh ku. Paha, pinggang, perut sampai payudara ku pun menjadi sasarannya, aku bisa melihat kalau mas Marno sebentar lagi akan mencapai klimaksnya karena genjotannya yang semakin kuat dari sisa – sisa tenaga yang dimilikinya saat ini.

Dina : Aaahhh…… Oouughh… Aaahhh…… Terussss…. (aku yang hanya bisa mendesah dan menjerit menikmati genjotan mas Marno sampai tubuhku terangkat. Kecepatan sodokan mas Marno pun semakin membuat payudara ku bergoyang seperti benar – benar akan melompat dari tubuhku. Sungguh begitu dahsyatnya kekuatan mas Marno yang menyetubuhi ku saat ini)

“Pllookkk… Pllookkk… Pllookkk… Pllookkk… Pllookkk…” bunyi peraduan pinggul mas Marno dengan paha ku karena secara terus menerus mas Marno tanpa jeda menghujamkan kontolnya didalam memek ku. Suara hantaman yang semakin keras seiring dengan nafsu dari mas Marno yang semakin ganas, terlebih lagi saat ini tangan mas Marno kembali meremas – remas payudara ku dengan begitu kuuatnyaa.

Marno : Aaahhh……. Aaahhh…… Aaahhh.. memek neng Dina Aaahhh…….. Manteppp… (desah mas Marno yang menghentakkan pinggulnya semakin cepat)

Dina : Iiiiyaaaa…. Masss.. Aaahhh…. Terusss… Aaahhh…. Aaahhh.. Aaahhh… lebih cepat lagii… (desah ku kembali untuk mendorong mas Marno mempercepat genjotannya, karena aku bisa merasakan adanya kedutan dan denyutan dari kontol mas Marno yang berada didalam memek ku)

Mas Marno pun semakin cepat dan kuat menghujam memek ku, gerakannya juga semakin cepat memberikan gesekan – gesekan nikmat. Payudara kenyal dengan putingnya yang hitam kecoklatan milik ku ini pun tak luput dari sasaran remasan tangan mas Marno. Nafas mas Marno yang sesak menggambar kan kalau puncak kenikmatan akan segera tercapai.

Marno : Mass… Aaahhh……….. Mass mau keluarrrr…. Aaahhh… Aaahhh.. Aaahhh Aaahhh…… (desah mas Marno dengan genjotannya yang semakin cepat)

Dina : Iyaaa mass… terusss.. Aaahhh…. Aaahhh…… Dinaa jugaaa… Aaahhh.. mauuu….. Aaahhh…. Aaahhh… (ucap ku dengan terputus – putus kepada mas Marno)

Walaupun ini adalah persetubuhan pertamanya, aku akui mas Marno bisa mengendalikan nafsunya. Memek ku terus di sodoknya tanpa jeda… Temponya pun tidak menurun dan sesekali malah dipercepat, yang membuat denyut memek ku semakin mencapai batasnyaaa.. “aaaaaaahhh Diinnnaaa…. Masss… Aaaahhh.. lebih kencaaangg… Aaaaahhh… Dinaaaaaaaa saaaammpaaiii…. Ccrrrtttt…. Cccrrttt…. Ccccrrttttt…“ teriak ku dengan tubuh yang mengejang hebat karena orgasme kedua yang sudah tidak bisa lagi aku hindari oleh nikmatnya kontol mas Marno yang masih terus keluar masuk didalam memek ku dengan sodokan yang semakin cepat.

Marno : Masss.. Jugggaaaa nengg… Aaaaahhh……. Aaaah…. (ucap mas Marno yang semakin mempercepat genjotanya diliang memek ku)

Aku bisa merasakan tubuh mas Marno yang menenggang seakan – akan ada yang ingin keluar dari tubuhnya dan dengan buru – buru mencabut kontolnya lalu mengocoknyaa…

“Crroottt.. Crroottt.. Crroottt.. Crroottt.. Crroottt.. “ sebanyak lima kali semburan sperma mas Marno yang tumpah diperut ku.. Saking banyaknya sampai meluber jatuh membasahi sofa ruang tamu ku. Karena kelelahan, akhirnya mas Marno pun ambruk menindih tubuh ku. Kami berpelukan sambil menikmati sisa – sisa kenikmatan dari perzinahan yang terlarang.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB kurang lebih 4 jam kami bercinta dari foreplay hingga diakhir dengan masuknya benih cinta mas Marno didalam memek ku. Tenga ku pun mulai kembali bangkit untuk memungut pakaian ku, begitu juga dengan mas Marno yang kembali menggunakan pakaiannya satu persatu. Aku pun memasang kembali BH dan celana dalam ku, lalu diikuti dengan piyama ku. Setelah kami berpakaian lengkap, aku dan mas Marno berdiam diri sejenak untuk merasakan kepuasan setelah bercinta.

Dina : Masss udah malam,, sebaiknya mas pulang yaaa.. nanti gak enak sama tetangga… (ujar ku dengan nafas yang masih agak berat)

Marno : Iyaa neng.. mas pulang dulu yaaa… (ucap mas Marno dengan sisa tenaga nya mulai bangkit dari tempat duduknya. Begitu juga dengan ku yang dengan agak lunglai juga ikut bangkit dari tempat duduk untuk mengantar mas Marno keluar dari rumah ku)

Sebenarnya aku masih mengingin mas Marno berada dirumah ini, kehadiran mas Marno malam ini membawa suasana ramai meskipun diakhiri dengan persetubuhan. Kedatangan mas Marno setidaknya menghilangkan kesepian didalam diri ku. Tapi tidak mungkin aku menahan mas Marno lebih lama lagi, karena pasti ada resiko yang akan datang nantinya. Resiko yang dapat memberikan citra buruk kepada ku dan kedua orang tua ku.

Marno : Mass pulang dulu yaa neng, makasih untuk malam ini.. (ucap mas Marno setelah sampai di pintu pagar rumah ku. Walaupun badan yang masih lemas dengan memek yang terus berdenyut aku tetap mengantar mas Marno sampai dipintu pagar.)

Dina : Iyaa mas.. hati – hati yaa pulangnyaaa … (ucap ku dengan tersenyum, padahal aku masih berat hati untuk mengizinkan mas Marno pulang. Bukan karena aku menyukainya, tapi kehadirannya bisa menemani ku disaat sendirian dirumah.)

Mas Marno pun mengangguk pelan sambil berbalik badan, namun secara reflek aku pun memeluk mas Marno dari belakang. Mas Marno pun kembali membalikkan badan menghadap ku yang langsung ku dekap kembali bibir nya dengan bibir ku. Untuk sesaat kami pun saling berbalas ciuman, kami saling memangut bibir tanpa menghiraukan keadaan sekitar karena saat ini kami sedang berada diluar rumah hanya pagar yang membatasi kami dengan jalanan.

Dina : Sudah mas, hehehe nanti ada yang liat.. (ucap ku melepaskan ciuman ku dan menjauhkan badan ku dari mas Marno)

Kemudian mas Marno pun membuka pagar dan berjalan keluar, aku hanya memandang mas Marno dari pintu pagar rumah ku hingga beberapa saat untuk memastikan keadaan aman dan tidak ada orang yang melihat. Setelah kondisi aman, aku pun melangkahkan kaki ku kembali menuju kedalam rumah. Sebelumnya aku memastikan kalau semua pintu sudah terkunci baik pintu pagar dan rumah. Kini aku beranjak ke masuk kedalam kamar ku untuk membersihkan diri dari sisa keringat percumbuan dengan mas Marno untuk melanjutkan istirahat ku.



DINA KENALAN SAMA TEMAN REKAN MAS MARNO



Dua Minggu setelah kejadian persetubuhan dengan mas Marno, seperti biasa aku melewatkan hari – hari untuk bekerja. Hari ini terasa begitu sangat melelahkan, banyak sekali laporan yang harus aku kerjakan tapi untung saja besok libur jadi aku bisa beristirahat. Kerja jadi PNS memang enak, setiap sabtu dan minggu libur. Aku pun bergegas menyelesaikan laporan ku sebelum jam kerja selesai pada pukul 17.00 WIB. “Aaahhhhh… Akhirnya selesai juga, tinggal dirapikan dan pulang…” batin ku.

Dalam perjalanan pulang aku terus menyaksikan jalanan yang begitu padan dan macet jika sudah memasuki jam pulang kerja. Untung saja aku memilih memakai motor dari pada mobil, bisa – bisa aku pulang sampai malam. Dengan menaiki motor tentunya saja aku bisa sedikit menyelinap diantara kemacetan dan tiba dirumah pukul 18.00 WIB sebentar lagi waktu magrib.

Saat aku hendak masuk kedalam rumah tiba – tiba Hp ku berbunyi dan ternyata ada pesan dari mas Marno, namun aku tidak langsung membukanya tetapi lebih memilih masuk dulu kedalam rumah. Setelah menutup dan mengunci pintu, aku langsung menuju kamar untuk berganti pakaian untuk mandi. Tapi aku menyempatkan membalas pesan dari mas Marno,

Marno : Assalamualaikum neng Dina… hhihihih (isi pesan dari mas Marno)

Dina : Waalaikumsalam mas.. iyaaa, kenapa mas… (ketik ku pada papan layar HP ku membalas pesan dari mas Marno. Tak berapa lama, HP ku pun kembali berbunyi dan tertera notif pesan dari mas Marno.)

Marno : Mas nanti malam boleh main kerumah neng gakk… bosan dirumah.. (isi balasan pesan dari mas Marno kepada ku)

Semenjak kedekatan ku dengan mas Marno si pengangkut sampah, aku menjadi terbiasa dengan kehadirannya. Beberapa kali juga mas Marno datang kerumah ku dikala akhir pekan, tentunya kehadiran mas Marno setidaknya mengisi kesepian ku yang hanya tinggal sendirian dirumah, karena orang tua ku juga pulang hanya 2 kali dalam satu bulan.

Dina : Boleh kok mas, kayak gak pernah main kerumah Dina ajaa.. Tapi mas datangnya agak malam yaa.. Soalnya Dina ada acara sama teman – teman kantor dulu sampai jam 9.30 WIB.. Gak papa kan mas.. (balas pesan ku kembali, karena aku baru teringat kalau malam ini jam 19.00 WIB ada makan bersama dengan pegawai di Kantor)

Marno : Iyaaa neng,, mas nanti datang nya jam 22.00 WIB. Sekalian mau numpang nonton bola.. tapi neng… Annuu….. (Kembali balasan pesan dari mas Marno yang masuk ke HP ku)

Dina : Tapi kenapa mas… (balas ku kembali dengan singkat, karena penasaran dengan perkataan mas Marno)

Marno : Tapi mas mau ajak saudara mas neng.. bolehh ?? (tanya mas Marno didalam pesan yang dikirimkan ke aku)

Dina : Oohh.. boleh – boleh aja.. makan ramai makin seru obrolannya. Ya udah mas.. Dina mau mandi dulu… Mau siap – siapp…. Assalamualaikum mas. (balas ku, lalu aku meletakan HP ku dikasur dan langsung menuju kamar mandi)

Selesai mandi pun aku segera bersiap – siap menuju lokasi tempat jamuan makan malam bersama rekan kantor ku. Aku berencana menggunakan motor, namun karena cuaca agak gerimis jadi lebih baik aku mengunakan mobil biar tidak terkena hujan saat dijalan. Jam 19.15 aku akhirnya sampai di sebuah resto yang telah dijanjikan. Setelah memesan beberapa menu, kami pun mulai bercerita sambil menunggu makanan. Sesekali kami juga berfoto dokumentasi dan dishare di media sosial. Hingga tak terasa acara pun selesai pada pukul 21.00 WIB dan aku melanjutkan langkah menuju rumah karena malam mas Marno ingin datang berkunjung.

Pukul 21.40 WIB, aku telah sampai dirumah. Untung saja jalanan tidak macet jadi aku bisa sampai lebih cepat. Aku pun mengambil HP ku dan mengirimkan pesan kepada mas Marno yang isinya kalau aku sudah ada dirumah. Setelah memarkirkan mobil, aku pun berjalan masuk kedalam rumah. Sebentar lagi mas Marno datang, jadi aku lebih baik tidak mengganti baju dan tetap memaki baju gamis lengan pajang dengan beberapa kancing didada yang berwarna abu – abu senada dengan jilbab yang ku gunakan.

Puku 22.00 WIB, aku dikejutkan dengan ketukan pada pintu rumah. Aku yang sedang melihat media sosial pun menghentikan aktivitas ku lalu berjalan mendekati pintu. Terdengar suara dari luar pintu yang mengucapkan salam.

Marno : Assalamualaikum nengg… (suara mas Marno dari luar pagar rumah ku, memanggil nama ku sambil sesekali memencet bel yang ada dipintu pagar)

Dina : Waalaikumsalam…sebenar mas.. (ucap ku dari dalam rumah untuk membalas salam dari mas Marno)

“Cekleeekkk…” suara pintu terbuka, aku melihat didepan ku kini ada 3 orang laki – laki yang salah satunya adalah mas Marno. Sedangkan dua sisanya aku tidak mengenal, mungkin mereka adalah saudara mas Marno yang diceritakannya barusan.

Dina : Mari silahkan masuk… (ucap ku kepada mereka untuk mempersilahkan masuk kedalam rumah ku) Silahkan duduk mas dan bapak – bapak.. (ucap ku kembali menyuruh tamu ku untuk duduk di Sofa)

Ruang tamu ku memiliki 3 kursi kecil dan 1 Sofa panjang. Mas Marno duduk dikursi kecil sedangkan 2 orangnya lainnya duduk disofa panjang. Aku lebih memilih duduk di kursi yang berhadapan dengan mas Marno. Aku pun dikenalkan mas Marno dengan kedua saudaranya yang datang dari kampung mengunjunginya, nama nya Gimin yang berusia sama dengan mas Marno dan kedua pak Yansen yang kira – kira 48 tahunan lah..

Marno : Kenalkan neng, ini saudara mas dan temannya.. (ucap mas Marno memperkenalkan kedua orang yang diajaknya kerumah ku malam ini)

Gimin : Perkenalkan neng, abang Gimin saudaranya Marno dari kampung dan ini teman abang… (ucap bang Gimin kepada ku yang memperkenalkan temannya)

Yansen : Bapak Yansen neng.. (ucapnya sambil bersamalam dengan ku)

Dina : Bapak saudaranya mas Marno juga… (tanya ku kepada pak Yansen)

Yansen : Hehehe bukan neng… bapak temennya Gimin kebetulan bapak juga pengen ke Pekabaru, jadi sekalian barengan Gimin..

Dina : Ooohhh gitu, Dina pikir bapak Saudaranya mas Marno juga.. Oohh iyaaa mau minum apa ni mas, bang dan bapak… (tawar ku kepada mereka bersamaan)

Marno : Kopi susu aja neng kalau ada… (jawab mas Marno yang diikuti dengan anggukan bang Gimin dan pak Yansen)

“Tunggu sebentar ya… Dina buatkan dulu” ujar ku yang beranjak dari tempat duduk ku kemudian berdiri menuju dapur untuk membuatkan kopi susu pesanan dari tamu ku malam ini. Namun dari dapur aku bisa mendengar sayup – sayur suara dari Marno, Gimin dan pak Yansen, perlahan aku mulai berjalan mengendap untuk menguping apa yang sedang mereka bicarakan.

Yansen : Gillaaa.. mantep bener body neng Dina Nook.. gak sia – sia bapak malam ini ikut dengan kalian. Walaupun capek.. tapi kalau lihat yang kayak gini, sampai pagi mah ayookkkk… hehehehe (bisik pak Yansen kepada Marno dan Gimin)

Marno : Bener kan pak, apa saya bilang… udah cantik baek lagi neng Dina nya.. Saya yang hanya tukang angkut sampah aja bisa main kerumahnya yang bagus ini… (ucap mas Marno yang menyanjung ku, tentunya mendengar perkataan mas Marno sedikit membuat ku malu karena pujiannya)

Gimin : Sumpahh Noo.. pantas aja kamu gak mau balek kampung, rupanya ada yang bening kayak neng Dina… hahahaha kalau aku masih jomblo, udah aku pepet tu.. (ujar bang Gimin)

Yansen : Beneeerr min.. manteppp bangett liukan bodynyaa.. gak kayak bini bapak dirumah… hhehehe (lanjut pak Yansen mengomentari tubuh ku)

Mendengar obrolan mereka yang menilai ku, timbul sebuah ide gila dalam pikiran ku. Awalnya aku ingin membuat kopi susu, kemudian aku ganti jadi membuat 3 gelas susu saja. Lalu aku pun kembali berjalan kembali ke ruang tamu. “Maaf yaaa, kopinya habiss.. susu yang ada.. gak papa kan.. !! atau biar Dina beli dulu kopinya di minimarket depan… “ ucap ku dengan sedikit menebar senyum.

Marno : Iyaa neng, gak papa kok… udah dibuatin minum juga udah senang.. (ucap mas Marno sambil menatap ku)

Yansen : Iyaa neng, gak papa kok… mana tau susunya murni dari pabriknya hehehehe.. (lanjut pak Yansen dengan kalimat ambigunyaa. Aku yang memahaminya maksud perkataan pak Yansen hanya senyum – senyum)

“Diminum yah susu dari Dina.. jangan disisain lohh… udah capek buatnya ni… hehehehe” ucap ku sambil menaruk gelas dengan posisi yang agak menunduk. Sumpah ini adalah hal nekat ku, karena ketiga orang yang berada didepan ku saat ini bisa dengan leluasa melihat payudara ku yang putih sedang menggantung walaupun masih dibungkus dengan BH putih didalam gamis ku yang berbelahan leher agak lebar. Payudara ku yang menggantung dengan sempurna yang pastinya menjadi idaman banyak para lelaki. Tentunya pemandangan yang aku sugukan membuat ketiga lelaki depan ku ini menjadi bengong tidak berkedip.

“Lohhh kokkk pada bengong semuaa.. Lagi mikirin apa hayoooo…. Diminum dong susunya, kan Dina udah capek buat dibelakang..” Ujar ku menyadarkan lamunan ketiga orang dihadapan ku ini.

Dina : Diminum dong susunyaa… Malah bengong semua.. Ayooo bang, bapak… mas Marno jugaa… (ujar ku lagi untuk mempersilahkan Marno, Gimin dan Yansen meminum susu buatan ku)

Yansen : Iyaaa neng, hehehehe Cuma tadi kebayang aja kalau susunya asli dari neng Dina.. hehehehe… (ujar pak Yansen yang mulai berani sambil menyeruput susu buatan ku. Kalau dilihat, pak Yansen yang paling berani maju dari pada Marno dan Gimin. Mungkin dari usia dan pengalamannya, jadi lebih satu langkah maju untuk menggoda ku.

Dina : Eeehhhh… apaa paakkk.. hehehe.. bapak bilang apaaa.. ?? (tanya ku dengan nada yang sedikit menggoda sambil tersenyum, membuat pak Yansen menjadi sedikit salah tingkah karena tatapan ku.)

Yansen : hhehehhe nngg… nggaakk kok neng.. bapak cuma bercanda ajaaa… hehehehe (ucap pak Yansen sembil cengengesan menatap ku)

Dina : Iihhh pak Yansen aneehhh.. Kalau susunya asli dari Dina, ngapain juga Dina masukin dalam gelas.. Pasti lebih enak diminum langsung kan hehehehhe… (ucap ku lagi – lagi memancing. Tentunya ucapan ku barusan membuat Marno, Gimin dan Yansen kaget, sampai – sampai kembali melongo mendengar ucapan dari ku yang sangat memancing barusan)

Dina : Udahh dehh jangan dibayangin,, buruan dihabisin lohh… (ujar ku lagi mencairkan suasana yang sempat hening)

Gimin : Hehehhe.. neng Dina bisa aja mancingnyaa,, kalau gitu boleh dong abang minum dari sumbernya langsung ?? (tanya bang Gimin kepada ku)

Dina : Yaa gak lah bang,, mau abang remas pun sampai sekuat tenaga susu Dina, gak bakal juga kaluar ASI nya.. orang Dina belum punya anak.. hehehehe (jawab ku dengan enteng dan berani yang menantang, yang menunjukkan nakalnya diri ku dihadapan ketiga pria ini.)

Yansen : Seeriiuss ini neng ?? kan belum dicobaa… hehehe (ucap pak Yansen semakin berani menantang ku)

Dina : Iyaa lohh bapaakkk… memang bapak gak percaya sama Dinaa… (jawab ku mencoba semakin memancing. Pak Yansen dan bang Gimin semakin aktif menggoda ku, sementara mas Marno hanya duduk melihat keliaran ku dan teman – temannya)

Yansen : Yaa gak percaya lah neng,, mana ada tau memang ada Airnya ??? Yukkk neng, biar bapak coba perass.. hehehehe (ucap pak Yansen yang semakin menantang ku, ada rasa ingin aku menghentikan aksi ku ini tapi dilain sisi aku semakin tertantang dengan keberanian ketiga lelaki yang berada dirumah ku saat ini.)

Dina : Hihihihi gituuu yaaa, memang nya harus di praktekan ya pak ?? (tanya ku kepada pak Yansen yang memang dari tadi terus terusan menantang ku)

Yansen : Iyaa dong neng, kalau gak gimana coba bapak yakin kalau susu neng gak ada airnya… hehehehe… (ucap pak Yansen membalas candaan ku)

Dina : Coba tanya mas Marno pak,, kemaren mas Marno udah meremasin susu Dina lohhh… udah dihisapnya jugaaa … gimana mas ?? susu Dina ada airnya gakk.. hehehhe (tanya ku kepada mas Marno yang membuatnya langsung salah tingkah)

Marno : Hehehe gak ada neng… (jawab mas Marno dengan tersenyum malu)

Gimin : Assuuu koe No… hehehehe… (ujar bang Gimin dengan kata kasarnya kepada mas Marno. Mas Marno cuma diam tersipu malu karena ulah dari teman – temannya yang ikut datang kerumah ku malam ini)

Dina : Tapi susu Dina cuma ada dua putingnya, gak kayak sapi yang banyakk.. hehehe.. Sedangkan disini ada 3 orang, yang satu lagi harus ngalahh yaaa… hihihih.. (ujar ku dengan wajah genit dihadapan mas Marno, bang Gimin dan pak Yansen yang semakin mupeng melihat ku)

Gimin : Kalau gitu, Marno aja neng yang ngalah… yaa kan pak… (ucap bang Gimin yang diikuti dengan anggukkan pak Yansen)

Marno : Enak aja koe Min, wong aku yang ngajak kalian… malah aku yang ngalah… gak bisaa… (ucap mas Marno sedikit agak sewot)

Dina : Hehehe gaakk aahhh… Dina belum mau punya bayi, apalagi bayinya kayak bang Gimin sama pak Yansen.. bisa – bisa putus nanti puting susu Dina.. hihih (Goda ku kembali dengan lirikan mata yang nakal.)

Yansen : Heheheh,, gak sampai putus juga neng.. palingan nanti pentilnya jadi makin ngembang.. (ujar pak Yansen sambil meledek ku)

Dina : Hhihih liat tuh muka bapak, udah tua masak mau nenen juga… Gak bolehhh… (ucap ku kembali menimpali obrolan mesum dari mas Marno, bang Gimin dan pak Yansen)

Aku pun terus menimpali obrolan mesum dari ketiga laki – laki dihadapan ku ini. Kalau sebatas obrolan sih gak masalah buat ku, tapi kalau lebih aku juga takut. Aku bisa melihat mas Marno, bang Gimin dan pak Yansen beberapa kali mencuri pandang terhadap ku, terutama pada buah dada ku yang sedang bersembunyi dibalik gamis panjang ku. Aku pun memiliki ide untuk menggoda mereka.

Dina : Dina ke kamar bentar yaa.. mau ganti baju panas soalnya.. (ucap ku kepada mereka sambil berdiri dan berjalan menuju kamar ku dan meninggalkan mereka)

Beberapa saat kemudian aku kembali keluar kamar, namun kali ini sungguh berbanding terbalik dengan sebelumnya dimana aku menggunakan gamis lengkap dengan hijabnya. Sementara sekarang aku keluar dengan kaos terusan yang panjang, berlengan pendek dengan belahan leher yang lebar. Dibagian bawah aku menggunakan hotpants yang tertutup oleh baju kaos ku yang panjang sampi setengah lutut. Tentunya pak Yansen dan bang Gimin terpesona dengan penampilan ku yang memperlihatkan paha putih yang mulus, sedangkan mas Marno hanya bisa menelan ludah melihat penampilan ku. Padahal mas Marno sudah melihat ku telanjang, bahkan sampai bersetubuh dengan ku sebelumnya.

Tentunya kaos yang aku gunakan memiliki belahan leher yang lumayan lebar, sampai mununjukkan salah satu pundak ku kalau ditarik kesamping. Tentunya didalamnya aku tidak lagi menggunakan BH dan berharap kalau mereka tidak tau kalau saat ini payudara ku sedang menggantung dibalik kaos yang ku gunakan. Bisa bahaya sampai mereka tau aku tidak menggunakan BH. Kalau cuma mas Marno mah aku gak masalah, karena sudah jatuh cinta dengan kontolnya. Tapi kalau pak Yansen dan bang Gimin bisa – bisa aku diperkosa. Mudah – mudahan tidak sampai diperkosa lah, bisa malu aku nanti.

Dengan rambut dikuncir bagai ekor kuda sampai memperlihatkan leher jenjang ku serta kaos longgar yang aku gunakan tentunya memberikan pemandangan yang erotis bagi ketiga lelaki yang sampai termenung dihadapan ku. Mereka bisa melihat aurat – aurat yang seharusnya aku tutupi, tetapi malah aku umbar kepada laki – laki yang bukan suami ku. Tentunya penampilan ku membuat mas Marno, bang Gimin dan pak Yansen sampai menelan ludah berkali – kali yang mulai tergoda dengan penampilan ku.

Gimin : Wuihhh. Neng Dina ayu tenan pakk… (ucap bang Gimin duluan menyeletuk memuji ku)

Yansen : Iyooo Min… neng Dina wes ayu, bening dan seksi… ngaceng aku Min… (tmpal pak Yansen kemudian. Sementara mas Marno hanya termenung tidak berkedip melihat ku yang mulai mendekat dan kembali duduk dihadapan mereka semua)

Gimin : Waduhhh neng,,, cakep amat sihh neng… abang jadi pusing niih… hihihi (celetuk dari bang Gimin kepada ku)

Dina : Memangnya apa yang pusing bang, apa perlu Dina pijitaan.. eeeehh pijitin.. (goda ku kembali sambil menatap bang Gimin)

Gimin : Hehehehhe yang kepala bawah neng… yang pusing gegera liat neng Dina.. (ujar bang Gimin kembali)

Saat aku sedang mengobrol tiba – tiba HP yang ku pegang terjatuh ke Karpet alas sofa sehingga mau tidak mau aku harus menunduk untuk mengambilnya. Hasilnya adalah mas Marno, pak Yansen dan bang Gimin pasti bisa melihat dengan leluasa payudara ku yang menggantung dari balahan leher ku yang melebar kebawah saat aku menunduk. Ini adalah hal gila kesekian kalinya yang aku lakukan, terutama dalam kenekatan ku menggunakan pakaian – pakaian yang membuka aurat ku. Aku pun kembali ke duduk ku seperti semula dan melihat ketiga lelaki dihadapan ku saat ini hanya bisa termenung melihat pemandangan yang secara tidak sengaja aku sajikan.

Dina : Kok pada bengong sih, kayak liat setan aja… (ujar ku yang langsung membuyarkan lamunan mereka bertiga.)

Gimin : Hehehehe iyaa habis melihat setan gantung… (celetuk bang Gimin kepada ku)

Yansen : Iyaaa neng, Setan gantung yang bergoyaang… hehehhee (timpal pak Yansen dengan cengengesan)

Marno : Hehehehe maap neng, habis bagus bangett… (ucap mas Marno paling akhir. “Dasar mas Marno, padahal udah pernah lihat langsung juga..” ujar ku didalam hati)

Dina : Yaa udah habisin tuh minumannya,, tadi minta susu kan…harus habisin yaa… kalau gak habis, bakal Dina bungkus dan dibawak pulang… (ujar ku kembali memulai obrolan)

Gimin : Kalau susunya neng Dina mah, abang siap lah bungkus bawak pulang.. hehehe.. Bisa awet bertahun – tahun… hihihihi (ujar bang Gimin yang mulai semakin berani berkata kurang ajar kepada ku sambil tangganya mengangkat dan menyeruput susu yang berada dalam gelas di tangannya.)

Yansen : Hahah bener juga Min,, kalau Susu neng Dina mah sampai basi bakalan tak sedot sampai keriput hehehe.. (pak Yansen pun menimpali omongan mesum dari bang Gimin. Sementara mas Marno hanya bisa geleng – geleng kepala melihat kedua rekannya yang sudah tidak ada rasa malu lagi mengatakan hal – hal mesum.)

Dina : Ihh bang Gimin aneh – aneh aja.. Kalau susunya Dina yang dibungkus nanti punya Dina gimanaa… jadi rata gak bersisa lah… hehehehhe masak bang Gimin tega mutilasi susu Dina hehehe… (ujar ku lagi – lagi menimpali obrolan – obrolan mesum dari bang Gimin dan pak Yansen)

Gimin : Yaa kan bisa dibawak sekalin orangnya juga neng, yaa kan pak… (ucap bang Gimin sambil menatap pak Yansen)

Yansen : Hehehe bener Min, kalau orangnya sekalian dibawak kan bisa diisep langsung susunya… eheheheh (ujar pak Yansen yang omongan semakin lama – semakin menjurus, tentunya aku tidak mempermasalahkan kalau hanya sebatas obrolan hehehehe.)

Dina : Ihhh pak Yansen, udah dibilang juga susu Dina gak ada airnya.. mau diperas dan dihisap kuat – kuat pun gak bakal ada… hehehhehe.. tapi nanti kalau udah ada airnya Dina kasih pak Yansen dehh… (jawab ku dengan santainya yang memperlihatkan bahwa ada sisi nakal didalam diri ku yang mulai keluar)

Obrolan pun semakin lama semakin menjurus dan memanas hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB artinya dari pukul 22.00 sampai 23.45 sudah 1 jam 45 menit kemi mengobrol kesana – kesini. Tentunya baik mas Marno, pak Yansen dan bang Gimin merasa senang karena aku sama sekali tidak marah dengan obrolan mesum yang terus menerus dilancar kan untuk menggoda ku. Beberapa kali aku sampat melihat kalau mereka mengelus – ngelus selangkangannya yang dari tadi sudah menggembung. Pasti didalam celana mereka ada sesuatu yang sedang berontak ingin segera dilepaskan. Karena sudah malam dan aku juga sudah mulai mengantuk akhirnya aku mengkode untuk mengakhiri obrolan ini, kalau tidak lama – lama akan keblabasan.

Dina : Dina udah ngantuk nih, boleh Dina istirahat dulu yaaa.. (ucap ku mengakhiri obrolan yang semakin malam semakin tidak bisa dikondisikan)

Gimin : Yaahhh… padahal masih pengen lama – lama disini neng.. hehehe (ujar bang Gimin menatap ku)

Marno : Yoo wesss neng, kalau gitu kita pamit dulu yaaa.. maaf udah ganggu dan makasih untuk semuanya… hehehhee (ucap mas Marno kepada ku)

Dina : Iyaa mass.. gak papa.. kalau masih sore Dina sih gak masalah mau ngobrol lagi hehehe (kata ku sambil tersenyum)

Marno : Ayokk Min,, pak … kita balekk… kasian neng Dina mau tidur… (ujad mas Marno yang kemudian berdiri dan diikuti oleh pak Yansen dan bang Gimin dengan wajah yang agak sedikit kurang enak)

Akhirnya aku pun mengantar mereka ke depan pintu sampai keluar pagar, aku melihat mereka hanya berjalan kaki menyusuri gelapnya jalan ditengah malam. Aku hanya cengengesan melihat kepergian mereka. Sebenarnya aku masih ingin berlama – lama dengan mereka, terutama dengan bang Gimin dan pak Yansen yang begitu vulgar karena perkataan cabul mereka kepada ku yang membuat tubuh ku sampai panas dingin, kalau sempat kebablasan bisa habis aku digagahi mereka.

Aku yang menggunakan pakaian minim pun hampir saja mengundang srigala – srigala lapar yang siap menyantap tubuh seorang wanita yang keseharian nya alim, santun dan jauh dari bayangan negatif menjadi santapan lelaki – lelaki mesum dirumah ku sendiri. Melihat mereka yang sudah berjalan jauh dan tidak terlihat lagi membuat ku kembali masuk kedalam rumah. Tapi sebelumnya aku tidak lupa mengunci pintu pagar dan rumah ku. Sesampainya dikamar aku pun menelanjangi diri ku sendiri dan mengusap memek ku yang sedari tadi sudah sangat basah. Malam ini pun aku bercolmek hingga pukul 01.00 WIB yang membuat ku sangat begitu lemas hingga akhirnya aku tertidur.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd