SOSIAL EXPERIENCE 8
Setelah mengikuti berbagai tes dan seleksi pencalonan CPNS, akhirnya aku resmi menjadi pegawai negeri sipil pada Dinas Sosial. Pekerjaan yang sangat diidamkan oleh banyak orang tentunya. Berutung banget bagi ku, dengan usia yang baru 23 Tahun aku sudah memilki pekerjaan yang terbilang sangat bagus. Tentunya dengan pekerjaan ku saat ini, banyak lelaki baik yang seusia maupun yang lebih tua dan perjaka hingga duda datang mendekati bahkan ada yang ingin menikahi ku. Tapi semuanya aku tolak, karena aku masih ingin meningkatkan karir ku dan juga masih ingin hidup bebas dengan kehidupan ku saat ini.
Bekerja sebagai PNS memberikan ku banyak waktu luang, karena jam kerja hanya senin sampai jumat dan sabtu minggu libur. Mumpung libur dihari sabtu, aku berencana ingin merapikan rumah karena baru beberapa hari yang lalu kedua orang tua datang dan jumat pagi harus kembali berangkat keluar kota. Aku pun bangun tepat saat adzan subuh berkumdang, lalu aku bergegas menjalan kewajiban ku. Pukul 05.25 setelah selesai menjalankan kewajiban sholat subuh ku, aku pun berencana untuk membuang sampah. Karena didapur sudah banyak sampah yang harus aku buang, untungnya tadi malam sudah aku rapikan ke dalam kantor besar yang tinggal aku bawak kedepan.
Didepan rupanya sudah menunggu seorang lelaki yang memang bertugas untuk mengumpulkan sampah di area RT dan RW tempat ku tinggal. Aku melihat bapak tersebuh sedang duduk disamping gerobak sampahnya untuk beristirahat. Melihatnya pun aku mulai mendekati untuk menyerahkan sampah yang ingin aku buang.
Dina : Permisi pakk… maaf lama menunggu pak.. tadi masih ada sampah yang belum dibereskan .. (ucapku sambil menyerahkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan sampah, lalu diambil sama bapak tersebut dan dimasukan kedalam gerobaknya)
Marno : Iyaaa neng, gak papa… Lagian bapak tadi kecepatan juga ngangkutnya… (ucap bapak itu setelah memasukkan kantong berisikan sampah didalam gerobaknya)
Dina : Ohhh iyaa nama bapak siapaa ?? (tanya ku kembali)
Marno : Saya Sumarno neng.. biasa dipanggil Marno.. Kalau neng sendiri namanya siapa ?? (ucap Marno menanyakan nama ku. Marno ini berperwakan hitam dengan otot yang dimiliki oleh para pekerja keras. Memiliki badan yang atletis dan kumis yang tebal)
Dina : Saya Dina pakk… Kalau boleh tau umur bapak berapa ?? (tanya ku kembali kepada pak Marno)
Marno : Saya umur 40 tahun neng.. kalau neng sendiri umur berapa ?? (pak Marno pun juga bertanya umur ku.)
Dina : Masih muda rupanya,, Dina panggil mas aja gak papa kan ?? kalau Dina umur 23 mas.. hehehe, udah kelihatan tua yaaa… (ucap ku menjawab pertanyaan mas Marno)
Marno : Terserah neng Dina aja mau manggil apaa… gak kokk,, masih muda kayak gini… (heheheh ucap mas Marno menjawab pertanyaan ku). Ya udah neng, saya jalan dulu yaaa.. takut kesiangan..
Kemudian mas Marno pun mulai menarik gerobak sampahnya menjauh, sedangkan aku kembali masuk kedalam rumah. Karena hari ini libur, aku pun memutuskan untuk melanjutkan tidur ku. Aku pun terbangun siang menjelang dzuhur, dikarenakan perut ku yang lapar. Ya berhubung males keluar, aku hanya memesan makanan online dan menonton film sambil menikmati makanan yang ku pesan.
Seperti sebelumnya, malam minggu pun tidak ada yang istimewa. Apa karena aku yang jomblo, jadi ya malam minggu terasa seperti malam biasanya. “Apa aku pergi kerumah pak Parmin ajaa.. Bosan kalau dirumah sendiri seperti ini” ujar ku… “Tapii gak lah, nanti yang ada aku diajakin ngentot lagi.. walaupun enakk… tapiii gakk lahh” batin ku lagi yang masih ragu untuk mengunjungi pak Parmin. Setelah gejolak dengan diri ku, akhirnya aku memutuskan untuk jalan – jalan aja keliling kota. “Kayaknya jalan – jalan mutarin kota enak juga kali” ujar ku. Aku pun memutuskan memakai daster dengan belahan dada rendah yang dikombinasikan dengan jaket. Namun kali ini aku tidak menggunakan jilbab, tapi menggunakan Helm untuk menutupi kepala dan rambut ku. Namun terbesit ide gila dalam pikiran ku “Hummmppp kalau gak pakai dalaman seru kali yaaa…” ujar ku. Akhirnya aku pun melepas BH dan celana dalam ku. “Toh aku pernah juga pulang tanpa pakaian dalam setelah disetubuhi pak Parmin hehehe.” Batin ku dengan senyum – senyum sendiri karena tingkah ku yang semakin hari semakin aneh, terlebih lagi syahwat ku mudah sekali bangkit. Untung saja banyak kerjaan yang menumpuk sehingga aku bisa memalingkan sedikit syahwat ku.
Pagi minggu ini, karena tidak ada aktivitas besok senin dan selasa juga libur karena tanggal merah dan cuti nasional, jadi dari pada aku tidak ada kerjaan maka lebih baik beberes rumah, membersihkan halaman rumah ku dan gudang yang banyak sekali barang – barang tidak terapakai. Dari pada ku bosan tanpa ada kegiatan, mau liburan pun tanggung cuma 3 hari dan waktu pasti habis diperjalanan. Jadi ya sudahlah aku memutuskan untuk membereskan rumah aja. Apalagi ayah dan ibu ku sudah beberapa minggu yang lalu meminta ku untuk membereskannya. Pesannya sih kalau ada yang tidak bisa digunakan dibuang aja, kalau ada dibagikan ke orang - orang. Karena tidak mungkin aku kerjakan sendiri, rencananya aku meminta bantuan mas Marno, karena selain bekerja sebagai pengangkut sampah. Mas Marno juga dikenal sebagai orang yang rela membantu warga seperti membersihkan halaman dan gudang.
“Hallo Assalamualaikum mas, ini Dina.. Mas Marno hari ini sibuk gakk… OOoohhh lagi gak sibuk yaa….. bisa Bantuin Dina beberes gudang gak mas. ???.... ohh Ya udah kalau gitu, Dina tunggu yaaa…” begitu lah bunyi percakapan ku dengan mas Marno. Karena aku meminta bantuan tenaganya untuk membereskan gudang. Lalu aku pun bergegas mandi dan siap – siap untuk sarapan. Hari ini aku hanya menggunakan kaos dengan belahan leher yang cukup lebar dan didalamnya ada BH berwarna cream dipadukan dengan celana pendek beserta celana dalam senada dengan warna BH yang aku gunakan.
Pukul 07.00 WIB aku pun memulai aktivitas ku dari membereskan rumah dari piring kotor hingga pakaian yang belum aku jemur. Tepat pukul 08.00 WIB aku mulai membersihkan halaman rumah dan beberapa menit kemudian ada orang yang mengetuk pagar rumah ku.
Marno : Assalamualaikum neng Dina…. (ucap suara yang berada diluar pagar, aku mengenal suara itu siapa lagi kalau bukam mas Marno yang pagi ini ingin membantu ku membereskan gudang)
Dina : Waalaikumsalam mas… Sebentar mas.. Dina bukain pagarnya… (jawab ku sambil berjalan mendekati pintu pagar dan membukanya)
Marno : Jadi beberesnya neng ??? (tanya mas Marno kepada ku)
Dina : Jadi mas, mari masuk… (ajak ku kepada mas Marno,
Aku pun mengarahkan mas Marno menuju ke gudang belakang. Sesampainya digundang, aku dan mas Marno langsung membereskan gudang agar tidak membuang waktu lama. Aku memilih barang – barang yang masih digunakan dan barang – barang yang sudah tidak digunakan. Namun yang tidak digunakan ini banyak yang masih layak pakai terutama pakaian. Karena banyak sekali ternyata pakaian ku yang sudah tidak aku gunakan lagi didalam gudang. Mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 akhirnya pekerjaan selesai juga di beberapa bagian.
Dina : Alhamdullilah, akhirnya semua selesai jugaa… terima kasih ya mas, sudah bantuin Dina… (ucapan ku kepada mas Marno sambil menebar senyum…)
Marno : Iyaa neng Dina sama – sama, hehehe karena neng Dina jadi mas ada tambahan uang untuk bayar kontrakan.. (balas mas Marno, sambil tersipu malu karena melihat senyuman ku)
Dina : Hehehehe iyaa mas anggap aja rejeki untuk hari ini… barang – barang nya semua nya sudah dimasukkan kedalam gerobak kan mas.. (ujar ku kembali menanyakan semua barang sudah dibawak atau belum)
Marno : Sudah semua kok neng, semua nya sudah mas masukin gerobak.. sudah mas pisahkan juga, mana yang bisa digunakan dan mana yang akan dibuang…. (balas mas Marno kembali)
Dina : Hehehhe… ya udah mas… sekali lagi terima kasih yaaa..
Marno : Iyaa neng Dina, kalau gitu mas pamit pulang dulu yaa…
Dina : Buru – buru mas,, kita minum dulu yukk…. (ajakan ku kepada mas Marno) ya udah mas duduk dulu di sana (aku menunjukkan kursi yang ada di bawah pohon) Dina kedalam dulu, mau buatin mas minuman dan cemilan… ohhh iyaaa mas mau minum apaa ??? (tanya ku kembali)
Marno : Baik neng terima kasih banyak, saya tungggu disana,, kalau bisa kopi yaa neng….
Dina : Ya udah mas,, sebentara yaaa.. Dina masuk kedalam dulu.. buatin kopi buat mas, sama cemilan..
Aku pun berlalu menuju kedalam rumah untuk membawakan minuman dan beberapa makanan. Mungkin karena kelelahan, mas Marno pun sampai ketiduran dikursi halaman belakang rumah ku yang terletak dibawah pohon yang sangat rindang. Aku pun berjalan menuju tempat mas Marno yang sedang tertidur dikursi, dengan pelan aku meletakkan minuman dan makanan di meja. Aku pun memperhatikan fisik mas Marno yang masih kekar sedang tertidur, lama aku memandang hingga pandangan ku berhenti di sebuah tonjolan yang berada di balik celana mas Marno. Tonjolan yang membentuk gundukan, membuat perasaan ku berkecambuk dan ada getaran di dalam tubuh ku. Aku sedikit merinding saat memperhatikan gundukan tersebut dan berusaha untuk menghilangkan pikiran ku dengan pelan pelan membangun kan mas Marno dari tidurnya.
Dina : Mas…. Maaassss… Bangun massss… (panggil ku membangunkan mas Marno yang masih terlelap, mungkin karena kelelahan karena pagi mengangkat sampah warga dan langsung bekerja membantu membersihkan rumah ku. Memang sebagiannya sudah kelihatan rapi dan bersih.) Maass… mas Marnoo… bangun Masss.. (kembali aku membangun mas Mrno dengan pelan, hingga mas Marno mulai membuka matanya dan terbangun dari tidurnya)
Marno : maag nengg, mas ketiduran... hehehe (ucap mas Marno sambil cengengesan saat terbangun dari tidurnya)
Dari pandangan ku melihat kalau mas Marno sedikit grogi saat melihat ku, apa ada yang salah dengan penampilan ku. Perasaan aku memakai baju yang biasa aku gunakan sehari – sehari…
Dina : Ini diminum dulu mas kopinya, sama ada beberapa cemilan… mas pasti laparkan.. (ujar ku sambil menyerahkan kopi dan cemilan kepada mas Marno)
Marno : Iyaa neng, terima kasihh.. mas minum ya kopinyaa… (ucapnya kepada ku)
Sambil menikmati kopi dan cemilan, kami pun mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal dari bagaimana keluarga ku dan kehidupan mas Marno yang sampai saat ini belum menikah.
Dina : Jadi mas belum menikah ?? Dina kira mas udah nikah, sampai kerja keras kayak gini.. maaf yaa mas, Dina gak tau.. (ujar ku saat mengetahui kalau mas Marno merupakan seorang perjaka tua yang belum menikah)
Marno : Iyaa neng gak papa kok, yaa mau gimana mas udah cari tapi banyak yang gak mau.. mungkin karena mas jelek dan miskin yaa … hehehehe.. (jawab mas Marno dengan sedikit tersenyum)
Dina : Aaaahhh mas bisa aja, gak lah mas…. Jodoh kan sudah diatur, mungkin nanti pasti dikasih kok.. jadi mas jangan lupa doa teruss… (balas ku kembali setelah mendengar cerita kehidupan mas Marno)
Hingga tidak terasa kami mengobrol cukup lama dan hari pun semakin siang, terdengar suara adzan Dzuhur sudah berkumandang.
Dina : Sudah siang pak, esok aja mas dilanjutkan lagi beberesnya.. Masih ada beberapa yang dipisahkan dulu, mumpung besok Dina masih libur.. Mas masih mau kan bantuin Dina ?? (tanya ku kembali kepada mas Marno)
Marno : Siiippp neng,, besok kabarin ajaa.. mas bisa kok bantuin neng.. dari pada mas dirumah gak ngapa – ngapain.. kalau ada kerjaan, mending mas kerja.. hehehhe (jawab mas marno kembali)
Dina : Iya mas,, yaa esok Dina tunggu kayak tadi yaaa…
Marno : Baik neng kalau begitu, mas mohon pamit dulu.. terima kasih ya neng Dina minuman dan cemilannya.
Aku pun mengantar mas Marno sampai pintu gerbang dengan menarik gerobak nya yang berisikan banyak barang. Sembari aku memandang kanan dan kiri terlihat tidak ada orang yang keluar. Yah begitulah lingkungan perumahan ku, cuek dan kurangnya bersosial karena kesibukan masing – masing, lalu aku menutup kembali gerbang rumah ku dan menguncinya. Dengan buru – buru aku masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamar mandi untuk melaksanakan kewajiban ku.
Keesokan harinya, pukul 08.30 terdengar bunyi bel dari pagar rumah ku.. terdengar suara dari luar pagar yang ku tebak pasti itu mas Marno. Karena hari ini, mas Marno datang untuk kembali membantu ku membereskan gudang yang kemarin belum selesai semua. “Permisi neng Dina… Permisi…..” aku pun menghentikan sejenak kegiatan menyapu rumah ku, lau berjalan menuju pintu pagar depan dengan perlahan.. Saat aku membuka pintu pagaru dan terlihat wajah dari mas Marno berdiri termenung dihadapan ku. Dengan wajah bengongnya, mas Marno memandang ku sampai tidak berkedip. Astaga aku lupa, kalau aku hanya menggunakan rok pendek mengembang dan kaos longgal berwarna putih..
Dina : Masuk mas….(aku pun mempersilahkan mas Marno untuk masuk, tentunya suara ku langsung membuayarkan lamunan mas Marno)
Marno : eehhh … eehh.. iii yaa neng…. Teeerrimaa kasiih.. (sambil terbata – bata menjawab dan kemudian mas Marno masuk, mengikuti perkataan ku) Tapi kedatangan mas kesini mau menyampaik sesuatu neng.. soalnya mas tidak enak menyampaikan lewat telepon. (ujar mas Marno kepada ku)
Dina : Memangnya mas mau bilang apa sama Dina .. (ucap ku kembali, sambil melirik mas Marno yang sedari tadi tidak berhentinya memandang ku.. Dasar perjaka tua gak bisa liat pemandangan indah ketus ku dalam hati) .. mas … mass.. (panggil ku karena mas Marno kembali termenung..)
Marno : eehh.. neng… begini.. apa boleh mas bantuin neng besok.. soal nya hari ini saya dipanggil pak RT buk untuk memberikan laporan tentang sampah warga.. (ujar nya kepada ku)
Dina : Ohhh begitu mas… ya udah gak papa mas… esok Dina juga masih libur kok.. (balas ku kembali, sambil terus menatap mas Marno yang sedari tadi tidak berhenti terus memandang ku)
Marno : Terima kasih yaa neng… kalau gitu mas mohon pamit ya neng.. esok mas datang lebih pagi, biar bisa selesai semuanya… (ujar nya kepada ku, sambil mohon pamit karena sudah ditunggu oleh pak RT)
Sepanjang pertemuan, aku terus mengamati mas Marno yang tidak berhentinya memandang ku. Tentunya hal ini membuat ku sedikit rasa bangga, namun aku malah menjadi penasaran apakah mas Marno lebih berani selain memandang ku.. hummmppppp aku pun berguman, kemudian aku menutup pagar dan masuk kedalam untuk melanjutkan kegiatan ku membereskan rumah. Aku pun buru buru masuk, sesampainya dikamar rasa malas pun melanda dan kemudian membaringkan tubuh ku dikasur. Entah apa yang merasuki ku, tiba tiba rasa nafsu muncul yang membuat puting susu ku terasa gatal, dari luar kaos yang aku gunakan pelan pelan tangan ku mulai meraba setiap lekuk payudara ku.
Setiap rangsangan yang aku dapatkan, membuat ku semakin kepikiran wajah mas Marno yang mematung saat memandang tubuh ku. Aku mulai membayang wajah mas Marno yang membuat nafsu ku kembali meningkat. “Apa aku kerjain aja mas Marno, hehehhehe” gumam ku. Aku kembali masuk kedalam rumah dan terus menuju kamar ku. Aku pun langsung masuk kedalam kamar mandi untuk menuntaskan birahi ku dengan membayangkan pak Marno sedang mencumbu ku… ahhhhh aaaaahhhh aaahhhh paaaakk…. Desahan ku… saat jari jemari ku bermain di memek ku, yang kemudian aaahhh aaaahhh aaahhh cccrritttt… ccrriittt… semburan cairan membasahi tangan ku, aku pun mencapai orgasme ku hari ini dan melepaskan semua birahi yang sedari tadi melanda pikiran ku. Rasa nikmat yang mulai reda pelan pelan menyadarkan ku, apa yang terjadi dalam diri ku. Apakah aku menyukai apabila ada orang lain memandang dan menikmati tubuh ku ?? Atau aku menjadi seorang wanita eksibisionis yang ingin memamerkan setiap lekuk tubuh kepada orang lain ?? Apa aku sangat menyukai dipandangi oleh mas Marno ?? Begitu banyak pertanyaan yang barada dikepala aku.
Malam harinya aku terus memikirkan pak Marno yang tadi terus memandang ku hingga aku bergumam “apa aku kerjain aja ya mas Marno… hihihih” batin ku. Tapi bagaimana cara nya untuk menggoda mas Marno…” ujar ku dengan berbagai pikiran pikiran kotor sudah merasuki ku.. “hhihih tapi lucu juga kalau aku bisa menggoda mas Marno, jadi penasaran yaa.. gimana ekspresi wajahnya, apalagi kan dia masih perjaka” Gumam ku sambil tersenyum sendiri membayang kan kejadian esok menggoda mas Marno. “Tidak apalah kalau aku lakukan, toh juga mas Marno orangnya baik.. gak mungkin dia akan berbuat macam – macam kepada ku … hihihihih”. Karena kesan pertama kali aku mengobrol dengannya, mas Marno begitu sangat ramah, lucu dan sopan.
Pagi pun tiba, aku yang masih libur memulai aktvitas ku dengan mencuci beberapa pakaian kotor yang beberapa hari yang lalu aku gunakan, sedangkan mas Marno yang sudah datang sejak pagi mulai melaksanakan pekerjaannya dari mengangkat kayu dan kardus – kardus yang tidak dipakai kemudian mengangkatnya keluar pagar untuk mempermudahkan pengangkut sampah mengangkat kardus – kardus dan kayu yang sudah tidak terpakai. Hingga kini keadaan luar sudah sudah rapi, tinggal gudang yang akan dibersihkan. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan yang berada diluar, pak Marno pun kini membantu ku membereskan kardus – kardus yang berisikan pakaian – pakaian ku serta suami ku yang banyak. Karena aku sudah duluan digudang untuk memisahkan beberapa barang yang layak dan tidak layak digunakan.
Hari ini aku memakai pakaian yang sangat minim hanyak menggunakan tanktop hitam dengan belahan yang rendah sehingga memperlihat belahan payudara ku bila aku duduk dan orang didepan ku sedang berdiri sedangkan bawahannya aku menggunakan celana pendek yang berwarna pink muda, dibalik tangtop yang ku gunakan terlihat bra berwarna cream yang terlihat dari tali bra yang kontras dengan tali tangtop yang ku gunakan. Saat ku lirik, terlihat wajah mas Marno yang tertegun melihat penampilan ku. Keseharian ku menggunakan pakaian tertutup bila bertemu orang lain, kini aku berpakaian sangat menggoda yang membuat orang akan termenung saat melihat ku. Betapa beruntungnya mas Marno menjadi orang kedua yang bisa melihat lekukan tubuh ku. ‘Huuummppppp hhihihihihih” berhasil juga ide ku untuk menggoda mas Marno gumam ku didalam hari.
Dina : Mas ohh maasss.... kok diam aja… nanti mas kesambet lohhh, melamun terus kayak gitu.. (ujar ku yang memudarkan lamunan dari mas Marno yang masih menatap ku dengan mata yang tajam)
Marno : Maaf nengg….. (sambil mengusap matanya yang sedari tadi tidak berhenti memandangi ku, melihat mas Marno yang gugup membuat ku tersenyum. Karena saat ini aku yang merupakan seorang wanita berpendidikan dengan pekerjaan sebagai Abdi Negara yang keseharian memakai pakaian yang menutup aurat, sedang berada dihadapan seorang laki - laki hanya menggunakan pakaian minim dan memperlihatkan lekuk tubuh ku sampai membuat celana mas Marno dibagian depan terlihat menggembung) apa yang bisa mas bantu lagi neng..?? (ujar mas Marno setelah tersadar dari lamunannya)
Dina : Ini mas, banyak pakaian Dina sudah pisah – pisahkan antara yang masih digunakan dan tidak.. Soalnya banyak banget mas… (ucap ku menjawab pertanyaan mas Marno)
Marno : Tapi ini masih banyak pakaian yang bagus – bagus neng, apa tidak sayang kalau dibuang.. (balas mas Marno kembali)
Dina : Sayang sih mas kalau dibuang, tapi mau bagaimana lagi.. sudah tidak muat kalau diletakkan dalam lemari.. Lagian diletakkan digudang juga gak mungkin, udah menumpuk… (jawaban ku dengan jelas)
Marno : Ohhh kalau gitu yang masih layak dipakai dikasih orang aja neng, gimana ?? soalnya didekat rumah mas banyak tu orang – orang yang kurang mampu.. Siapa tau pakaiannya bisa digunakan.. (ujar mas Marno kepada ku)
Dina : Bener juga ya mas, ya udah kalau gitu bantuin Dina pisah – pisahkan ya mas. Ini banyak kok, ada baju Ayah, Ibu dan Dina juga… kalau mas ada yang cocok sama pakaian Ayah, ambil aja yaa mas… (ucap ku sambil mulai kembali memisahkan pakaian yang bisa digunakan dan tidak digunakan tapi bisa diberikan kepada orang lain)
Marno : Baik neng, nanti bisa mas bawak di kontrakan untuk dibagi – bagi dengan warga disana.. Pasti warga disana senang dapat pakaian bagus – bagus kayak gini.. (ujar mas Marno yang membantu ku)
Sambil memisah – misahkan setiap pakaian yang layak dan tidak layak digunakan, mas Marno tidak henti nya mencuri – curi pandangan kepada ku. “Hihihih lucu juga ya melihat perjaka tua yang sedang mencuri pandang kepada wanita muda” gumam ku dalam hati sambil berusaha menahan ketawa. Bukannya marah, tetapi aku malah senang saat ada orang lainnya yang berusaha memandang ku dengan wajah mupengnya. Sambil memisahkan pakaian, aku masih sempat melirik mas Marno yang tetap saja mencuri pandang kepada ku..
Dina : Maaasss…… itu loh yang diliat pakaian mana yang bisa digunakan.. malah matanya liatan Dina… Jelalatan iihhhhh … (ujar ku kepada mas Marno dengan sedikit memasang mimik wajah agak jutek)
Marno : Hehehehh maaf neng.. habisnya neng pagi ini keliatan cantik.. (ucap mas Marno dengan wajah kaget dan malu saat aku mengetahui kalau sedari tadi mas Marno memperhatikan ku).
Dina : Huuuuuuusssshh… dasar mas Marno.. ya udah selesaikan dulu beres beresnya…. Biar cepat selesai..
Marno : Siap neng…
Kami pun melanjutkan kegiatan berberes – beres, namun sepanjang acara beres – beres mas Marno masih saja terus melirik – lirik pada ku. Ya sudah lah, biarkan saja mungkin rejeki untuk mas Marno hehehehe batin ku dalam hati. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB dimana waktu Dzuhur semakin mendekat, namun belum semua pekerjaan terselesaikan.
Dina : Pak kita istirahat dulu yaa… nanti aja lagi disambung, Dina capek … mau sholat dulu… mas istirahat dulu aja… nanti capek loh mas… (ucap ku kepada mas Marno)
Marno : Mas masih kuat kok.. apalagi kalau ditemanin sama neng Dina.. jadi pekerjaannya gak terasa neng… hehehe … (ujar mas Marno dengan senyum suminggrahnya membalas pertanyaann ku)
Dina : Hahahaha ada ada aja mas Marno, memang Dina vitamin… huuuuuu (ujar ku sambil mengeluar lidah meledek mas Marno)
Namun terlintas dalam pikiran ku untuk menggoda perjaka tua itu, aku pun mengangkat tubuh ku dan berjalan merangkak untuk mengambil sesuatu yang membuat belahan payudara ku semakin memanjakan mata masMarno.. adegan ini tentunya membuat mas Marno sampai meneguk ludah dan bola matanya tidak berkedip melihat tingkah ku. Aku pun sempat melirik tonjolan dibagian selangkangan mas Marno yang semakin membesar, karena pertunjukkan nakal ku ini.)
Anehnya, yang lakukan tidak mambuat ku malu, malah semakin membuat ku senang saat aku berhasil menggoda mas Marno. Beruntungnya mas Marno hari ini, berhasil melihat sedikit aurat ku yang seharusnya aku jaga dengan baik. Pertunjukan yang aku sugukan pastinya membuat burung mas Marno semakin terhimpit didalam celananya itu, karena aku sempat melirik tonjolannya semakin membengkak yang membuat mas Marno menjadi gelisah. “Lucu juga melihat perubahan ekspresi wajah dari pak Marno hehehhe…” ujar ku didalam hati.
Aku pun menyudahi pertunjukan erostis untuk mas Marno “dasar laki - laki mesum, hihihi dikasih pertunjukan sedikit malah bengong lagi” gumam ku lagi. Tapi jujur, kehadiran mas Marno membuat ku sedikit terbantu ku membereskan gudang rumah ku yang sangat berantakan, selain itu dalam bekerja mas Marno terlihat sangat ulet dan rapi.
Selain karena pekerjaannya yang bagus, ternyata mas Marno juga enak diajak ngobrol walaupun pandangan mesumnya tidak hentinya menatap ku. Menurut ku wajar, karena pak Marno sudah hidup sendiri sepanjang umurnya tentunya melihat wanita pasti ada pikiran – pikiran kotor yang hadir dikepalanya. Semenjak kehadiran dengan mas Marno, kini aku memiliki seseorang yang bisa aku ajak bercanda setelah pak Parmin waktu itu. Perbedaannya, mas Marno 25 tahun lebih muda dari pak Parmin, tapi apakah tenaga mas Marno sekuat pak Parmin. “Aku jadi penasaran dengan tenaga perjaka tua yang belum berpengalaman…” gumam ku kembali sambil senyum – senyum sendiri.
Dina : Ya udah mas,, kita lanjutkan dikit lagi udah siang juga.. (aku pun memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana yang hening)
Kami pun mulai membereskan setiap kardus yang sudah dirapikan, mas Marno bertugas mengangkat setiap kardus keluar rumah agar mudah saat akan dibawah. Sedangkan aku memasukkan satu per satu pakaian dan memasukkan nya ke dalam kardus untuk diikat. Setelah selesai, kini hanya tinggal satu kardus lagi yang belum terbuka.
Dina : mas, aku tinggal sholat dulu yaa.. mas istirahat aja dulu.. (kemudian aku masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamar, sedangkan mas Marno masih membereskan barang – barang yang masih berserakan dan menumpuknya kedalam kardus yang akan dibawak keluar untuk diberikan kepada tetangganya).
Marno : Ok buk neng, biar mas bereskan dikit lagi…
30 menit kemudian, aku pun keluar dari kamar ku setelah selesai melaksanakan kewajiban ku. Aku terkejut karena ku lihat pak Marno dari belakang sedang memandang BH milik ku yang diangkatnya dari kotak pakaian yang tidak digunakan. Aku lupa kalau ada satu kardus lagi yang berisikan pakaian dalam ku. Melihat kelakuan mas Marno yang membuat ku sedikit tersipu malu karena ada orang lain yang sedang memandang pakaian dalam ku.
Dina : Hayoooo mas,, lagi mikirin apaa… (dari belakang suara ku mengejutkan mas Marno yang sedang memandang BH ku)
Marno : Aduhh neng, bikin kaget aja… ini lagi cek cek mana tau ada yang rusak neng.. hehehehe (ucapnya yang langsung meletakkan kembali BH ku didalam kotak)
Dina : Huuuuu alasan ajaaaa… bilang aja lagi mandangin BH Dina kan.. hayooo ngakuuu…. (ujar ku dengan memasang wajah yang menggoda)
Marno : Maaf neng,,, hehehehehheheh.. mas gak sengaja liat.. maaf yaa neng… (ujar nya meminta maaf kepada ku)
Dina : Huuuussss… dasar laki - laki… yaa udah dibawak aja semua mas, itu sudah gak Dina pakai lagi.. mana tau ada yang bisa cocok sama tetangga mas..
Sembari mas Marno mengikat kardus terakhir, aku pun duduk bersender di lantai sambil bersandar di dinding gudang sambil merenggangkan badan dengan kaki menyilang sambil memijat pundak ku sendiri bergantian.
Marno : Neng Dina kenapa ?? capek yaa… Istirahat ajaa kalau neng capekk… biar mas bereskan sisanya… (ujarnya melihat ku yang sedang merenggangkan badan)
Dina : Gak kok mas,, cuma capek aja sedikit, soalnya tadi malam ada kerjaan yang harus diselesaikan jadi kurang tidur deh.. hehehe (jawab ku kembali)
Marno : Apa mau mas pijitin neng… biar enakan badannya…(ucap mas Marno menawarkan pijitannya kepada ku)
Dina : Mas bisa mijit emangnya…..?? (aku kembali bertanya kepada mas Marno)
Marno : Kalau pijat biasa bisa neng kalau yang kayak pjit terapi gak bisa… (dengan bangga mas Marno menjelaskan kemampuannya dalam memijit)
Dina : Kalau begitu boleh dong mas,, kebetulan badan Dina lagi pegel – pegel nihh… Tapi selesaikan dulu ya mas beres – beresnya, nanti Dina tunggu didalam sambil buatkan mas minum dan cemilan.
Aku meninggal mas Marno yang masih membereskan sisa – sisa sampah dan satu kotak lagi yang akan diangkutnya kedalam gerobak, sedangkan aku berjalan masuk kedalam rumah untuk membuatkan minum dan makanan. Selesai membuat minum dan beberapa makanan, aku pun membawa ke meja ruang tamu dan menunggu mas Marno disofa sambil melihat media sosial.
Marno : Tok.. Tokkk… Assalamualaikum neng… permisi… (suara mas Marno dari depan pintu dengan kepalanya yang nongol)
Dina : Iyaa mas… Waalaikumsalam, masuk aja mas.. gak ada orang kok… (ucap ku menyuruh mas Marno masuk)
Marno : Terimakasih neng,, (ucap mas Marno yang mulai berjalan masuk kedalam ruang tamu rumah ku)
Dina : Duduk sini mas, ini Dina udah buatkan minum dan makanan… silahkan mas.. (tawar ku kepada mas Marno)
Mas Marno pun langsung meminum minuman yang sudah aku sediakan serta memakan beberapa cemilan. Sambil kami terus berbincang – bincang ringan.
Marno : Gimana neng, jadi pijitnyaa ?? kalau gak jadi mas mau izin pamit … (tanyanya kepada ku)
Dina : Ohhh jadi mas,,, ayok mas dimulai sekarang aja.. (jawab ku dari pertanyaan mas Marno)
Aku pun merubah posisi duduk ku miring agak kedepan hingga tidak lagi menyender di Sofa, untuk memberikan ruang kepada mas Marno yang duduk di Sofa. Aku membelakangi mas Marno. Aku mengikat rambut ku hingga kini memperlihatkan leher dan tengkuk belakang ku yang kuharapkan dapat menggoda iman dari mas Marno yang berada dibelakang ku.
Dina : Ternyata, enak juga ya pijitan mas Marno.. kalau kayak gini Dina bakalan ketagihan dipijit…. (ucap ku menikmati pijitan ringan dari mas Marno)
Marno : Ohhh jelas dong neng, Marno.. orang yang serba bisa… (jawabannya mas Marno membuat ku tertawa, dasar laki – laki haus pujian.. pantang dikasih pujian langsung bangga batin ku dalam hati)
Aku pun menikmati setiap pijitan mas Marno di pundak ku, karena cuaca panas aku pun menghidupkan AC sambil menikmati setiap pijitan yang lembut dari mas Marno. Pijitan mas Marno pun kini sudah beralih dari pundak ke leher ku dan kembali lagi ke pundak ku yang terkadang jari – jari nya secara sengaja atau tidak sengaja menggelitik bagian belakang telinga ku yang membuat ku sedikit merinding dan mengeluarkan sedikit desahan… sssssshhhhhhhhhhh….
Marno : Kenapaa neng… enakk yaaaa… (ujarnya melihat ku yang menikmati setiap pijitannya dileher dan pundak ku bergantian)
Dina : Iyaa masss,, pijitan mas enak bangett… terusin mass agak kuat dikit… ssssssssssshhhhhhh (kembali aku berdesis dan sedikit mendesah) Ssstttthhh…. Teruss masss….. (ucap ku meminta mas Marno untuk terus memijit ku)
Tentunya hal ini membuat mas Marno pun semakin bersemangat memijit ku, namun yang tidak ku sangka.. Sambil terus memijit ku, mas Marno juga sedari tadi berusaha mencari celah untuk mengintip payudara ku dari atas. Kalau dalam posisi ini tentunya mas Marno pasti dapat melihat belahan payudara ku dengan leluasa dari celah belahan tangtop ku yang longgar, biar lah dalam hati ku anggap saja ini bonus yang aku berikan karena mas Marno sudah membantu ku menyelesaikan dan membereskan setiap peralatan yang berantakan di rumah ku. Tiba – tiba aku merasakan ada nya perubahan pijitan dari pak Marno, karena sudah tidak beraturan dan ntah kemana – mana, namun yang membuat ku terkejut adalah saat aku merasakan ada tonjoloan yang seakan akan mendorong punggungku … “Dasar laki - laki, otak nya kotor dan mesum.. baru dikasi jalan untuk curi – curi pandang aja burungnya bangun.. hehehhe” gumam ku dalam hati.
Dina : Mas.. itu nya jangan sampai kenak ke punggung Dina dong… (ucap ku karena sedari tadi mas Marno secara sengaja atau tidak sengaja tonjolan dicelananya selalu mengenai punggung ku)
Marno : Maaf nengg,, mas tidak sengaja … maaf yaaa neng.. (ucapnya kepada ku)
Dina : Iyaa mas,, gak papa kok, santai aja…. Pijitin yang kuat dikit lagi dong mas, udah mulai enakan ni pundak Dina.. (jawab ku mulai mencairkan suasana yang sempat sedikit agak canggung)
Mendapat respon dari ku yang tidak marah, malah membuat perbuatan mas Marno semakin menjadi – jadi.. Mungkin sekarang mas Marno secara sengaja mulai berani menggesekkan tonjolan celananya di punggung ku…
Dina : Mass…….. (hanya itu jawaban yang keluar dari mulut ku yang tidak dihiraukan oleh pak Marno, kerena tetap saja pak Marno masih menggesekkan tonjolannya di punggung ku. Ahh sudah lah gumam ku…)
Pijatan – pijatan dari mas Marno semakin lama membuat tubuh ku semakin rileks, karena pijitan yang begitu sangat nikmat hingga rasa lelah dipundak ku perlahan – lahan mulai hilang. Mas Marno semakin berani memainkan pijitannya dileher dan pundak ku yang membuat ku menjadi merinding sampai - sampai bulu kuduk ku juga ikut berdiri, ditambah lagi adanya gesekan – gesekan di punggung ku dari penis mas Marno yang masih terhalang oleh celananya membuat ku sedikit mendesis “sssssshhhhhhhhh”….
Mengetahui respon ku yang sama sekali tidak marah dengan perbuatannya membuat mas Marno mulai berani mengelus lengan ku. Mas Marno pasti dapat merasakan bagaimana mulusnya kulit lengan ku yang putih dan terawat. Aku yang terbawa suasana pun hanya bisa menikmati setiap perlakukan dari mas Marno, ternyata seorang perjaka juga memiliki insting yang buas untuk memancing hasrat seorang wanita gumam ku. Ditambah lagi kini gesekannya mulai semakin intens di punggung ku, sebenarnya aku menikmati perlakuan dari mas Marno tetapi tidak mungkin secepat itu aku menyerahkan nafsu ku kepadanya. Untuk menghindari perlakuan yang lebih jauh, aku pun membalikkan tubuh ku dan langsung menatap mata mas Marno.
Dina : Mass resekk bangettt sihh…. Liat tu… (nada ku sambil menunjuk tonjolan di celananya) sana keluarin dulu… biar gak nonjol lagi….
Marno : Maaf buk,, boleh saya pinjam kamar mandinya.. saya sudah tidak tahan bukk…
Dina : Ya sudah pergi sana duluu…. Hummpppp (rengek kuuu sedikit memasang wajah yang agak kesal, padahal didalam hati aku berusaha menahan tawa karena lucunya wajah mas Marno) kamar mandi yang dibelakang sana aja mas,, jangan lupa disiram sampai bersih.. (ujar ku kembali)
Mas Marno pun buru – buru menuju kamar mandi yang aku tunjukkan, pada dasarnya aku tidak marah sama sekali dengan perbuatan mas Marno tapi aku tidak mau secepat itu kalah, hehehhehe tapi lucu juga kalau liat perjaka tua yang mupeng.. 15 menit kemudian, mas Marno kembali muncul dengan wajah yang lega dan senyum yang lebar..
Aku : Gimana mas, sudah puas kan.. (celutuk ku saat melihat mas Marno berjalan kembali ke ruang tamu)
Marno : Heheheh iyaa neng,, sudah lega… maaf ya neng… mas sudah tidak sopan sama neng Dina.. (ucapnya dengan nada yang rendah dengan wajah yang malu)
Aku : iya mas,, sudah gak papa…. Ya udah, ayok kita bereskan sisanya.. keburu sore, Dina juga sudah capek pak, mau istirahat mas… (ajak ku kembali untuk membereskan beberapa barang yang masih harus dirapikan)
Kami pun melanjutkan membersihkan dan membereskan semua kardus yang tersisa, hingga pukul 15.30 WIB semua selesai.. tinggal area dibelakang gudang yang belum diselesaikan.. mas Marno pun berpamitan pulang karena dia juga mau beristirahat karena karena esok pagi juga harus mengangkat sampah masyarakat selain pada RT tempat tinggal ku juga membantu RT sebelah. Sebelum pulang, aku memberikan 3 lembar uang seratus ribu untuk mas Marno. Mandapatkan uang dari ku membuat mas Marno begitu sangat senang, karena selain mendapatkan uang, mas Marno juga mendapat kesempatan melihat tubuh ku hingga hajatnya berhasil dikeluarkan.
Karena hari rabu aku mulai kembai beraktivitas, tentunya di hari sabtu ini aku kembali melanjutkan membereskan gudang dirumah ku. Karena sudah banyak perabot yang akan dipindahkan lantaran sudah tidak terpakai lagi. Untung saja beberapa hari yang ada mas Marno yang meringankan pekerjaanku.
Sabtu pagi ini pun ini aku masih harus membereskan barang – barang yang berada didalam gudang, tentunya dibantu oleh mas Marno. Saat aku sedang sibuk berberes tiba – tiba “tiiiinggg” bunyi ponsel ku karena ada sebuah pesan yang masuk, saat ku lihat itu adalah pesan dari mas Marno “neng Dina, mas sudah didepan pagar nih…” isi pesan dari mas Marno. Lalu aku langsung menuju ke depan untuk membukakan pagar. Pada saat pintu terbuka, lagi – lagi aku melihat mas Marno yang kembali termenung melihat penampilan ku karena kali ini aku menggunakan daster seperti tangtop dengan panjang selutut. Tentunya pakaian yang aku gunakan memperlihat BH ku yang berwarna hitam dari talinya.
Melihat penampilan ku yang terlihat lebih seksi membuat pandangan mas Marno tidak berpaling pada tiap jengkal tubuhku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mas Marno tak percaya kalau aku yang seorang wanita Muslimah kini berpenampilan terbuka dihadapan laki – laki lain. Pada dasarnya gaya pakaian ku ini biasa saja kalau dirumah, tetapi kalau diluar tentunya aku menggunakan pakaian yang tertutup. Hanya keluarga ku yang melihat penampilan sedikit terbuka, mungkin selama hidup ku hanya pak Parmin yang berhasil melihat tubuh telanjang ku dan kini betapa beruntungnya mas Marno, yang bukan siapa – siapa ku malah dapat menyaksikan lekuk tubuh.
Aku : Masss… Masss Marnoooo, ihhhh kok malah bengong lagi sihh…. Kayak lagi ngeliatin apa cobaa… (panggil ku membuyarkan lamunan dari mas Marno)… ya udah,, ayo mas masukkk…. (ajakan ku kepada mas Marno untuk masuk kedalam rumah ku)
Marno : Iyaaa neng marii….…. (kemudian mas Marno pun masuk sambil membawa gerobak untuk mengangkut sisa – sisa barang dan sampah yang masih sedikit berserakan di area gudang tentunya pekerjaan ini harus selesai hari ini karena esok aku berencana akan pergi bersama rekan kerja ku).
Aku pun menutup gerbang dan menguncinya, kemudian aku mengajak mas Marno menuju gudang melalui jalan samping. Aku menyadari sepanjang perjalan menuju gudang, mas Marno pun tidak henti – hentinya memandang tubuh ku dari belakang. Tatapan mas Marno pada tubuh belakang ku membuat timbul sebuah ide nakal dalam pikiran ku untuk berjalan sambil menggoyangkan patat ku sehingga daster ku sedikit terangkat hingga memperlihatkan paha mulus bagian belakang ku. Pemandangan ini membuat mas Marno semakin melotot dan tidak berpindah pandangan … “heheheh makan tu,, hehehehehe” batin ku. Aku pun tetap membiarkan mas Manor memandang tubuh ku, yang membuat ku tersenyum dengan tingkah mas Marno saat memandang dengan tatapan mupeng (muka pengen) pada lenggokan tubuh ku saat berjalan didepannya.
Sesampainya digundang, aku dan mas Marno langsung membereskan gudang agar tidak membuang waktu. Yaa namanya juga lelaki yang dikasih sekali malah ngelunjak, lagian siapa juga yang tidak mupeng melihat didepannya seorang wanita yang berpakaian cukup minim sedang berlenggak lenggok dan sesekali merunduk yang memperlihatkan dengan jelas belahan payudara yang indah dan membuat mata menjadi tertegun. Aku tetap saja cuek dengan apa yang aku lakukan, toh aku juga senang melakukannya. Pukul 10.15 WIB tak terasa pekerjaan pun sudah selesai, dan kini semua sampah, kardus yang tidak terpakai dan peralatan sisa pembangunan pun sudah semuanya masuk kedalam gerobak yang dibawak oleh mas Marno.
Dina : Alhamdullilah, akhirnya semua selesai jugaa… terima kasih ya mas sudah bantuin Dina… (ucapan ku kepada mas Marno sambil menebar senyum…)
Marno : Iyaa neng Dina sama – sama, hehehe karena neng Dina juga mas ada tambahan uang.. (balasnya, sambil tersipu malu karena melihat senyuman ku)
Dina : Hehehehe iyaa mas rejeki gak boleh ditolak yaaa hehehehe… semua nya sudah dimasukkan kedalam gerobak kan mas.. (ucap ku kembali)
Marno : Sudah neng Dina, semua nya sudah mas masukin kedalam gerobak …. (balas mas Marno menjawab pertanyaan ku)
Dina : Hehehhe… ya udah mas… sekali lagi terima kasih yaaa mas beberapa minggu ini bantuin Dina …. Akhirnya semua beres yaa mas.. (ujar ku kepada mas Marno)
Marno : Iyaa neng Dina, kalau butuh bantuan kabarin mas lagi yaaa lumayan uangnyaa,, kalau gitu mas pamit pulang dulu yaa neng… (jawab mas Marno kembali)
Dina : Kok buru – buru mas,, kita minum dulu yukk…. (ajakan ku kepada mas Marno) Dina kedalam dulu, mau buatin bapak minuman dan cemilan… ohhh iyaaa mas mau minum apaa ??? (tanya ku kembali)
Marno : Ohh terima kasih neng,,, seperti biasa aja neng.. kalau ada kopi.. hehehe (jawabnya sambil cengengesan dihadapan ku)
Dina : Okaayy mas,,, Dina masuk dulu yaa mas, mau buatkan kopinya.. (ucap ku yang berjalan menuju kedalam rumah)
Akupun lansung menuju kedalam rumah kearah dapur untuk membuat minuman dan mengambil beberapa cemilan, tetap seperti tadi saat aku berjalan kedalam rumah menjadi pemandangan yang mahal bagi pak Marno karena bisa menatap lenggokan tubuh ku. Aku pun kembali menggoyang gerakan pantat ku dengan sengaja. Jujur saja, banyak orang yang mengatakan kalau aku memiliki paras yang lumayan cantik, dengan tinggi sekitr 168cm dan bentuk tubuh yang proporsional. Tubuh ku didukung dengan ukuran payudara yang tidak kecil dan tidak juga terlalu besar dan pantat yang semok, hal ini lah yang membuat pandangan pak Marno tidak berpindah saat menatap ku. Tentunya tingkah pak Marno dengan wajah mupengnya membuat ku senyum sendiri dan tertawa kecil. 15 Menit kemudian, aku pun kembali berjalan keluar menuju tempat mas Marno duduk sambil membawa minuman dan cemilan.
Dina : Maaf ya pak,, Dina lama … Soalnya tadi manasin air dulu… (ucapan ku kepada mas Marno)
Marno : Tidak apa apa kok neng… malahan saya yang minta maaf karena sudah membuat neng Dina menjadi repot membuatkan minuman untuk mas.
Aku meletakkan minuman dan makanan diatas meja, yang membuat tubuh ku secara otomatis harus menunduk. Hal ini tentunya memberikan sebuah pemandangan yang indah lagi bagi mas Marno yang berada dihadapan ku.. Aahhh masa bodoh lah pikir ku.. Dengan sedikit gerakan akhirnya aku pun menunduk dihadapan mas Marno yang tentu saja membuatnya menjadi terkejut dan melotot saat melihat bulatan payudara ku yang sedang menggantung dengan indah dihadapan wajahnya. Walaupun masih terbungkus oleh BH, tetapi tetap saja, mas Marno dapat memandang kulit putih dari payudara ku.. “hehehehehehe Dasar mata jelalatan… laki – laki kalau udah lihat yang bening malah lupa diri….” Gumam ku dalam hati saat melihat ekspresi mas Marno yang terbengong.
Dina : Mari mas silahkan diminum kopinya, cemilannya juga dimakan yaaa..
Marno : Makasih ya neng.. udah repot – reppottt (Mas Marno pun tanpa sungkan langsung mengambil kopi yang sudah ku disajikan dihadapannya)
Dina : Ohh iyaa mas,, Dina tinggal bentar dulu yaaa.. mau mandi.. soalnya gerah dan panas.. gak papa kan mas, Dina tinggal sebentar… (ujar ku kepada mas Marno)
Marno : Iya neng,, gak papa kok… Tapi mas boleh numpang istirahat disini ya neng, tempatnya adem banyak angin.. (ujarnya kepada ku)
Aku : Boleh kok mas, silahkan… kalau gitu Dina tinggal bentar yaa mas.. (sambil tersenyum kemudian langsung menuju rumah)
Setelah selesai mandi aku kembali ketempat mas Marno yang sedang duduk dikursi taman dibawah pohon, kali ini aku memakai celana pendek dan tangtop berwarna pink dengan BH dan celana dalam berwarna putih didalamnya. Tak lupa aku pun sedikit berias dengan lips pada bibir agar tidak kelihatan kering. Aku pun sempat bercermin dan memandang diri ku yang mulai nakal dengan pakaian yang seharusnya tidak aku gunakan didepan seorang laki – laki yang bukan muhrim ku. Kali ini aku ingin mencoba lebih sedikit nakal untuk menggoda mas Marno dengan pesona dan kecantikan paras ku serta keseksian fisik ku. “heheheheh… pasti mata perjaka tua itu tidak akan berkedip lagi….” hehehhe gumamku dengan percaya diri melangkah menuju tempat mas Marno yang sedang beristirahat.
Saat aku keluar dari rumah dari kejauhan terlihat mas Marno sedang tertidur pulas dibawah pohon yang rindang dengan sepoi sepoi angin, mungkin karena lelah. Aku pun mulai berjalan mendekati mas Marno dengan langkah yang ringan. Sesampainya ditempat mas Marno yang tertidur pulas, aku pun memandang wajahnya yang tua sedang tertidur dengan nyenyaknya seperti orang yang kehidupannya tanpa beban. Namun walaupun sudah berumur, fisik mas Marno masih terlihat bagus, selain itu tenaganya juga masih kuat bekerja. Dengan senyum, aku mulai berani membangunkan mas Marno.
Dina : Mass…. ohhh mass…. bangunnn masss… (panggil ku membangunkan mas Marno) mass… bangunnnn masss… hehehehehhe
Marno : aahhhh neng Dina… maaaff nengg,, mas ketiduran.. habis enak banget banyak angina.. (ucap mas Marno yang terbangun dengan wajah terkejut, sambil mengucek matanya, hinggga saat matanya terbuka pak Marno semakin tertegun melihat ku yang berada dihadapannya)
Sejenak suasana kembali menjadi hening, aku melihat tatapan mas Marno yang masih terbengong melihat dandanan ku yang sangat menggoda. “Rasain…. Pandang sampai puas.. hehehehehe” gumam ku didalam hati. Tentunya ada rasa puas dalam diriku, karena aku masih bisa menggoda laki – laki yang ada dihadapan ku sampai termenung dengan mata yang melotot memandang seksinya pakaian ku. Untuk mencairkan suasana aku pun memulai obrolan yang membuat lamunan mas Marno kembali buyar seketika…
Dina : Kalau capek istirahat didalam aja mas,, gak enak kalau dilihat orang, kalau mas tiduran disini… (ucap ku)
Marno : Iyaa neng, terima kasih….. gak papa disini aja sudah cukup kok.. lagian adem jugaa banyak angina neng… (ujar nya menjawab kalimat ku)
Dina : Ya udah, aku buatkan minuman dingin yaa… cuaca sudah mulai panas.. ayok mas masuk kedalam… (ajakan ku yang berjalan menuju kedalam rumah)..
Marno : Baik neng kalau begitu… (bagaikan seorang yang sedang terhipnotis, mas Marno pun berjalan dibelakang mengikuti masuk kedalam rumah.. Tentunya aku tidak ingin orang – orang yang lewat curiga kalau aku sedang berduaan dengan lelaki lain, lebih baik aku mengajak mas Marno masuk kedalam rumah biar lebih aman)
Dina : Kekamar mandi dulu sana mas, bersih – bersih… kan kotor selesai berberes kan.. kamar mandinya masih ingat kan mas.. hehehehhehehe… (canda ku kepada mas Marno mengenai kemar mandi, karena kemaren mas Marno juga menggunakan kamar mandi yang sama untuk mengeluarkan pejunya yang sudah diujung tanduk saat sedang memijit ku)
Marno : Ahhhhh neng bisa aja, mas jadi malu hehehehe… (dengan langkah ringan mas Marno pun menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sedangkan aku ke dapur untuk membuatkan air minum dingin yang manis)
Setelah selesai, aku kembali menuju ruang tamu dan duduk disofa sambil bermain Handphone membalas pesan dari suami ku dan melihat – lihat media sosial sambil menunggu mas Marno keluar dari kamar mandi. Akhirnya mas Marno pun menunjukkan batang hidungnya setelah dari kamar mandi untuk bersih – bersih.
Dina : Duduk dulu mas… Dina udah buatkan es jeruk nih.. biar seger habis kerja mas.. Mari mas diminum dulu.. (ujar ku mempersilahkan mas Marno)
Marno : Terima kasih neng…. (sambil duduk di Sofa lain yang berhadapan dengan ku, tentunya posisi ini sangat menguntung bagi mas Marno yang dapat memandang ku dengan wajah mupengnya)
Dina : Mas Marno kenapa sih… dari kemarin mandangin Dina kayak gitu… memangnya ada yang aneh yaa dengan pakaian Dina … kayak risih gitu liatinnya… (celoteh ku, sambil melihat kearah mas Marno yang masih terus menatap ku)
Marno : Maaf neng, mas gak bermaksud apa – apa kok …. Mas Cuma kagumnya sama neng Dina yang cantik hehehhe… (Ucap mas Marno membalas perkataan ku).. Mas gak risih kok neng.. hehehehe… (jawabnya lagi)
Dina : Kalau gitu Dina ganti pakaian aja yaa… kalau mas Marno merasa risih dengan pakaian Dina… (ucap ku dengan nada sedikit mengancam, padahal Cuma gertakan aja sih.. Sejujurnya aku malh senang kalau dipandangin sama mas Marno dengan muka mesumnya hehehehhe)
Marno : Gak usah neng… hehehehe pakai baju itu aja gak papa kok… malah lebih cantik neng Dina pakaian baju itu.. hehehehehe (ucap mas Marno dengan cengengesan yang mulai berani menggombal ku, reaksi mas Marno inilah yang ku tunggu – tunggu. Keberanian seorang lelaki yang mulai nakal dengan gombalan – gombalan membuat ku sampai melayang dengan pujian yang dilontarkan mas Marno kepada ku.)
Dina : Beneran gak papa mas ?? tapi mas terus liatin Dina kayak gitu.. kayak mau nerkam aja, mana matanya tajam lagi huuuuuuuuu… (ujar ku kembali sambil menatap mata mas Marno yang berada dihadapan ku)
Marno : Hehehehe, gimana gak tajam neng… kalau didepan mas ada bidadari yang cantik. Pastinya mata mas tidak mungkin melewatkan setiap detik pemandangan yang indah dan jarang mas jumpai neng… hehehehheeh (ucap mas Marno lagi sambil terus menggombali ku. Walaupun hanya gombalan yang simpel, tapi sudah cukup membuat melayang – layang dengan pujiannya).
Dina : Ahhh mas Marno bisa ajaaa ngegombalnya… udah tua tapi masih juga menggombal… hhuuhuhu … itu tu es jeruknya diminum biar seger mas, biar mas gak bayangin yang aneh – anehh…. Atau mas mau minum susu.. (tawar ku dengan sedikit nada yang menggoda)
“Gleeekkkkk…..” suara yang keluar saat mas Marno menelan ludah ditenggorokkannya saat mendengar suara ku yang menawarkan susu kepadanya, hampir saja air yang ada dimulutnya keluar.. “hehehehehhe…. Baru dengar kata susu aja udah panik.. mas Marno… mas Marno…” gumam ku didalam hati…
Marno : Aduh neng Dina bikin mas kaget ajaa… lagian mana berani mas minum susunya neng Dina …. (ucap mas Marno saat membalas perkataan ku)
Dina : Dasar pikiran mas Marno aja tuh yang mesumnya gak ketuliungan, lagian Dina kan belum ada susu… orang belum punya anak… huuuuuuuuu… maksud Dina tu, susu yang ada didapur mas… Dasar iiihhhh pikirannyaaaa jorookk teruss.. (balas ku dengan tersenyum melihat reaksi mas Marno)
Marno : Hehehehe neng Dina bisa aja godainnya, kiraen mas susu neng Dina.. Rupanya susu didapur… heehehe .. Maaf yaa neng, mas salah paham. (ujar mas Marno kembali sambil meminum jus jeruk yang ada ditangganya, sementara matanya tak berhenti mencuri pandang kepada ku)
Mas Marno yang mengetahui respon ku yang tidak marah dengan sikapnya, membuat mas Marno semakin berani untuk lebih terang – terangan memandang ku sambil tersenyum sendiri. Tentunya aku mengetahui aksi yang dilakukan mas Marno, pasti didalam pikirannya kini sudah ada bayang – bayang mesum tentang diri ku.
Dina : Tu kan … Mas ihhhh, dari tadi terus liatin Dina… emang apa sih yang mas pikirkan sambil memandang Dina… sampai itu nya bangun tuhh…. Huuuuhhhh pasti mas Marno mikirin yang jorok – jorok yaa tentang Dina.. (jawab ku dengan sedikit memasang wajah cemberut)
Marno : Maafkan mas ya neng…. Sudah tidak sopan, dari tadi terus curi pandang ke neng Dina.. (ucap mas Marno sambil berusaha mengindari pandangan ku dan menutupi tonjolan celananya dengan tangan).. sekali lagi maaf kan mas ya neng, sudah lancang dan tidak sopan sama neng Dina… (Sambil menundukkan wajahnya dari pandangan ku yang menatapnya)
Melihat tingkah mas Marno, tentunya membuat ku senyum – senyum sendiri. Untungnya mas Marno adalah orang yang baik, kalau saja dia adalah orang jahat pasti aku sudah diperkosa dari kemaren. Aku jadi tidak tega dengan mas Marno yang terlihat merasa sangat bersalah karena mencuri pandang ke arah ku yang menggunakan pakaian yang menunjukkan aurat, sehingga memancing syahwat pada kaum lelaki yang melihatnya seperti apa yang dilihat oleh mas Marno saat ini.
Dina : Lagian mas Marno.. dari tadi liatin Dina terus samapi matanya gak berkedip… emang apa yang menariknya dari Dina sih mas… udah banyak lemak kayak gini.. (ucapan ku dengan sedikit menebar senyuman kepada mas Marno yang masih merunduk karena malu).
Marno : Hehehehehe, siapa coba yang gak berkedip liat neng Dina kayak gini.. Mana kulitnya putih mulus, cantik juga heheheh.. apalagi body nya udah kayak artis – artis idalam lah neng.. (Ujar mas Marno sambil kembali cengengesan dan mulai berani kembali menatap ku, tentunya keberanian mas Marno karena respon dari ku yang menunjukkan wajah yang tidak marah kepadanya).
Dina : Dasar laki – laki emang buayaaa… hehehheh gombal terus ihhhhh udah tuaaa pandai juga ngegombal yang muda…. Weekksss.. (ucap ku sambil meledek dengan menjulurkan lidah)
Marno : Lahh beneran kok neng… Hehehehhe… Apalagi belahan dada neng yang putih gitu.. Gimana mas tidak tergoda untuk mandangin neng, biasanya mas cuma bisa liat di film – film jepang gitu.. Sekarang ada didepan mas, heheheh maklum neng… (ujarnya kembali sambil cengengesan)
Dina : Waahhhhhh … dasarnyaaa…. Rupanya dari kemaren mas berani curi – curi padang ke dada Dina yaaa… Dasar isshhh ingat mas,, udah tuaa hehehehehhehe.. banyak – banyakin ibadah … ini malah mesum teruss…. (timpal ku kembali membalas perkataan mas Marno) emangnya mas sering ya liatin dada wanitaa… haaaa jangan – jangan bapak sering liat dada cewek – cewek komplekan haaayooooooo ngakuuuu (gertak ku sedikit kepada mas Marno, yang membuatnya menjadi salah tingkah dan grogi)
Marno : eeeehhhh aaaaa … aaa… nuuuuu gaak gitu neng…. (ujar mas Marno dengan gelagapan) mas cuma sering liat di film – film aja kok neng.. mana berani mas curi – curi pandang sama warga disini… yang ada nanti mas di pecat pak RT.. hehehe (jawab mas Marno kembali)
Dina : Gak papa kok mas, lagian wajar kalau kan laki laki liatin perempuan tandanya normal, yang bahaya tu kalau laki – laki curi – curi pandang sama laki – laki juga kan lebih bahaya mas… atau jangan – jangan mas Marno suka liatin bepak – bapak komplek sini juga yaaa… hayooo hihihihi (Ujar ku sedikit menggoda mas Marno yang semakin tersipu malu)
Marno : Aaahhhh neng Dina,, gini – gini mas masih normal hehehhee… (jawabnya dengan muka yang menahan rasa malu)
Aku hanya tertawa melihat tingkah dar mas Marno yang salah tingkah, sampai – sampai bagian dada ku naik turun karena nafas berat setelah tertawa, tentunya hal ini menjadi tambahan pemandangan yang sangat erotis bagi mas Marno sampai - sampai membuat tonjolan dari dalam celanannya semakin membesar yang membuat mas Marno sedikit meringis.. “Rasain,, siapa suruh curi – curi pandang terus.. sakit – sakit tu burung.. hihihihihih” batin ku saat melihat perubahan sikap dan wajah dari mas Marno yang menahan sakit karena burungnya yang semakin berontak dari balik celananya).
Aku menyadari kalau mas Marno sangat begitu gelisah dari gerak gerik tubuhnya, pasti sangat begitu tersiksa, aku bisa memahami pasti saat ini kontol dari balik celana kain yang digunakannya sedang terjepit sesak. Beberapa kali aku perhatikan tangan mas Marno berusaha memperbaiki posisi kontolnya yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi didalam celananya.
Dina : Hayoooo,,, itu tangannya mau ngapain mas…. Mau aneh – aneh nih pasti kan … (ujar ku saat melihat tangan mas Marno yang mulai berani memasukkan satu tangannya masuk kedalam celanan untuk memperbaiki posisi kontolnya tepat berada dihadapan ku)
Marno : Maaf neng,,, mas beneran gak aneh – aneh kok… Cuma lagi betulin posisinya aja… sakit banget neng… ketekan … (ucap mas Marno yang memberikan penjelasan kenapa tanggannya masuk kedalam celanannya)
Dina : Hihihhhhi,,, memangnya sesakit apaa mas…. ?? (tanya ku kembali dengan rasa penasaran) lagian mas juga sih, burungnya dibangunin sampai tegang gitu…. Hehehehehe (Ujar ku kembali, sedikit menggoda dan memancing mas Marno. Berharap mas Marno bisa berbuat yang lebih dari hanya memasukkan tangannya kedalam celananya yang menggembung)
Marno : Sakitt neng, berasa ditekan gitu, serasa tulangnya mau patah.. ngilu banget neng pokoknya…. (ujar mas Marno menjawab pertanyaan ku), lagian gimana gak bangun buk burung mas neng… ada bidadari yang cantik dan seksi kayak neng Dina gini hehehehehe … boleh gak buk saya keluarin burungnya.. soalnya ngeganjel dan sakit bukk…. Boleh yaaa… (Ujar mas Marno yang semakin berani, sesuai harapan ku ternyata si perjaka tua ini semakin tidak bisa dikendalikan kalau di kasih kesempatan)
Dina : Iihhhhh gak boleh keluarin sembarangan dong mass… maluuu.. hihihi (jawaban ku menggapi permintaan mas Marno yang ingin mengeluarkan burungnya dari celana yang dia gunakan didepan ku. Padahal dalam hati aku sangat penasaran dengan burung dan kenekatannya, kalau dilihat dari tonjoloannya pasti burung mas Marno ini lebih besar dari punya pak Parmin.)
Marno : Hummmpppp kalau gitu mas pulang aja yaa neng… sakit banget rasanya gak tahan lagi neng… hehehe (ujarnya kepada ku dengan wajahnya yang meringis menahan rasa sesak dibalik celananya.)
Dina : Loh kok buru buru sih mas Marno…. (balas ku yang sebenarnya masih mau berlama – lama dengan mas Marno sambil menggodanya. “Tapi masak aku harus memperbolehkan mas Marno mengeluarkan burungnya dihadapan ku sih…. Ahhhhh gimana yaaa,, apa aku bolehkan sajaa… hihihih” gumam ku dalam hati. Tentunya ada keraguan didalam diri ku, pertama gak mungkin aku memberikan kesempatan yang lebih kepada mas Marno dan kedua aku juga sangat penasaran untuk menggoda mas Marno lebih jauh. Apalagi sekarang aku juga mulai terangsang dengan pikiran – pikiran nakal ku sendiri)
Marno : Yaah mau bagaimana lagi neng,, mas sih pengen nya lama – lama.. tapi yang bawah ini gak bisa diajak kompromi neng.. malah bangun terus, jadi mas udah gak kuat nahan sakitnya… (Ujar mas Marno sambil melenguh menahan sesak dibalik tonjolan dari balik celananya)
Dina : Hummmppppp… Sebenarnya Dina masih butuh teman mengobrol, soalnya kalau mas Marno jadi rumah gak sepi.. ya udah dehh… dikeluarkan aja mas burungnyaa… tapi ingat ya mas… jangan bilang – bilang orang… kalau ada yang tau, Dina gak mau lagi kenal sama bapak.. dan satu lagi jangan aneh – aneh… hihihih (ujar ku akhirya memberikan izin kepada mas Marno yang ingin mengeluarkan burungnya)
Aku juga tidak mengerti lagi tentang diri ku saat ini, dulu aku menolak melakukan seks karena alasan latar belakang dan ajaran orang tua ku serta larangan didalam agama ku. Semenjak pak Parmin menaklukkan tubuh dan nafsu ku. Sekarang aku malah ingin mengeksplore hal yang lebih jauh dari dalam diri ku. Apakah aku sebinal itu sebagai wanita selayaknya lonte yang ingin menjajahkan tubuhnya untuk mendapatkan uang dan kenikmatan. Aaaaahh entahlah yang pasti aku hanya ingin menikmati suasana yang terjadi saat aku ini.
Marno : Beneran nih neng, mas boleh buka celana saya… (ujar mas Marno yang diikuti dengan anggukan kepalaku memberikan pesertujuan kepada mas Marno yang ingin membebaskan burungnya dari siksaan celananya sendiri. Lalu aku pun dan berjalan menuju pintu) mau kemana neng Dina, kok malah pergi..?? (tanya mas Marno kepada ku yang sudah beranjak dari tempat duduk ku untuk berjalan mendekati pintu yang masih terbuka.)
Aku tidak menjawab pertanyaan mas Marno, namun hanya memandangnya sambil tersenyum. Kemudian aku pun menutup pintu dan gorden jendela hingga kini ruang tamu hanya dihiasi oleh cahaya yang minim dan agak sedikit gelap.. Aku pun berbalik badan dengan tersenyum sambil menatap mas Marno yang sedang duduk terheran dengan apa yang aku lakukan.
Dina : Tapi mas Marno mau keluarin itunya, nanti kalau ada yang lewat kan bahaya. Maknya Dina tutup dulu biar gak ada yang curiga hihihi .. Mana tau ada orang lewat kan, bisa bahaya kalau tiba – tiba tetangga lewat dan memergoki kita hehehehehe (Ujar ku saat kembali berjalan mendekati mas Marno yang masih duduk termenung melihat ku dihadapannya.)
Mendapat respon ku yang tidak sama sekali menunjukkan gestur marah, mas Marno pun mulai mengambil kesempatan untuk menurunkan celananya turun sampai ke lutut. Aku bisa melihat celana dalam mas Marno yang sangat lusuh dan longgara dengan tonjolan yang sangat besar didalamnya, hingga akhirnya mas Marno pun turut menurunkan celana dalamnya dan keluarlah sebuah batang yang besar dan panjang sedang berdiri tegak dengan gagahnya yang seakan – akan seperti pentungan yang siap memukul apapun yang beradan dihadapannya.
Melihat bentuknya yang luar biasa membuat ku terkejut, apalagi dengan ukuran yang berbeda dengan punya pak Parmin membuat ku menjadi agak sedikit grogi. Karena ini adalah kemaluan lelaki kedua secara nyata yang aku lihat selain punya pak Parmin. Kontol dengan ukuran yang lebih besar dan panjang sedikit dari punya pak Parmin, serta berwarna gelap dengan bulu yang lebat diarea pangkalnya membuat ku tidak berkedip untuk memandangnya. Sekarang gantian, aku yang termenung kaku saat melihat kemaluan mas Marno.
Aku pun mulai berjalan mendekat ke arah mas Marno yang duduk disofa yang panjang, aku pun memilih duduk disebelahnya sehingga membuat mas Marno menjadi salah tingkah didepan ku yang sedang duduk disebelahnya.
Dina : Kenapa mas, kok jadi grogi gitu…. Hehehehehehe (tanya ku saat aku melihat wajah mas Marno yang menjadi sedikit malu karena posisi ku sekarang duduk disampingnya)
Marno : Hehehehehe iyaa neng,, mas grogi.. kiraen mas, neng akan marah karena ucapan mas tadi… heheheh.. kan mas takut kalau nanti neng teriak dan mas digebukin sama warga.. (Ucap mas Marno agak – agak menunduk didepan ku)
Dina : Emangnya Dina sejahat itu mas, huuuusssss…. Lagian mas Marno mikirin apa sihhhh … hayooo jawab jujur …. (tekan ku kembali sambil terus memandang mas Marno, aku sangat ingin tau apa yang sebenarnya ada didalam kepalanya saat ini tentang ku)
Marno : Maaf yaa neng,, kalau mas sudah lantang… Lagi mikiran neng Dina, apalagi tadi pas nawarin susu.. mas kira neng mau ngasih susu yang itu.. hihihi (ujarnya menjawab pertanyaan ku sambil memandang payudara ku dari balik daster yang atasnya berbentuk tangtop yang ku kenakan)
Dina : Ihhhhh dasar tua tua mesum.. yaa gak boleh lahhh.. lagian Dina belum ada susunya juga kali mas… weekksss (ledek ku menjulurkan lidah dihadapan mas Marno) Awas tu jangan sampai burungnya terbang, karena sudah keluar dari sarangnya.. hihihih (ujar ku melihat burung mas Marno yang semakin berdiri dengan urat – uratnya yang melingkar disepanjang batangnya yang keras seperti pentungan)
Marno : Hehehehe… kalau terbangnya ke sarang neng Dina mah gak masalah, mas rela – rela aja hihihihi mana tau betah disana neng…hehehhe (jawab mas Marno dengan senyum cengengesannya yang jeleknya saat melihat ku)
Dina : Huuhhssss mulai deh ngomong joroknya nihh… lagian gak boleh… sarang Dina udah diisi burung lain hehehehhehhe… lagian sarang Dina kecil gak muat sama burung mas yang besar gitu hehehehe takut rusak kalau burung mas Marno yang masuk… hehehehehehehe (ujar ku membalas candaan nakal dari mas Marno dengan sedikit lebih menggoda)
Marno : hehehehe gak usah takut neng, kan burun mas gak gigit.. paling Cuma mampir bentar, kalau bisa bersarang malah enak.. hehehhehe soalnya burung mas belum punya sarang neng dari dulu jadi pengen punya sarangnya…. (ujar mas Marno yang juga mulai berani membalas candaan mesum dari ku)
Dina : hhihihihi liat tu mas, burungnya makin tegang cobaa… mana ujungnya hitam kayak warna pantat kuali… hehehehhe keriput kayak yang punya.. (ledek ku saat melihat burung milik mas Marno yang hitam, tegang, keras dan berurat sedang berdiri menantang)
Marno : Jangan salah neng,, keriput gini masih tahan lama loh… (kini mas Marno mulai berani memainkan tangannya untuk membelai dan mengocok penisnya yang sudah sangat tegang)
Dina : Hehehehhehe sok – sok’an tahan lama kayak pernah aja….ihhh itu kenapa tangannya… tadi katanya cuma dikeluarin aja… kok malah dimainin gituu… (ujar ku dengan wajah yang cemberut saat melihat mas Marno mulai mengocok kontolnya dengan pelan)
Marno : Hehehehehe nanggung neng… udah diujung, bolehkan mas ngocok sambil nemanin neng Dina. Lagian mas sering ngocok sendiri terus, sekarang ngocoknya ada teman hehehhe… bolehh yaaa neng…. (tanpa jawaban dari ku mas Marno tetap melakukan aksi mengocok kontolnya dihadapan ku. Saat ini aku hanya menatap wajah mas Marno dengan senyumanm sebagai kode persetujuan kalau mas Marno boleh memainkan kontolnya didepan ku)
Sungguh aku sudah gila saat ini, karena sudah memberikan ruang kepada seorang laki – laki yang bukan muhrim ku mempertontonkan auratnya didalam rumah ku, tentunya rumah yang mengajarkan ku banyak larangan dan norma – norma agama. Namun kali ini aku sudah menentang semua larangan yang diajarkan, malah aku sudah tergila – gila dengan rasa penasaran dan sekarang sedang menikmati posisi ku yang sedang menemani seorang lelaki tua sedang melampiaskan hasratnya.. Jujur saja, aku sangat tergiur dengan bentuk dan ukuran dari penis mas Marno yang sangat keras dan berurat yang berwarna hitam tersebut.
Dina : Ingat yaa mass…. Cuma boleh ngocok dan jangan lakukan yang aneh – aneh… (ujar ku menatap mas Marno yang sedang aktif – aktifnya memainkan kontolnya sendiri)
Marno : Hehehehehe neng Dina.. tapi kalau neng mau ngasih yang lebih mas bakalan terima kok…(ujarnya kembali sambil menatap ku dengan wajah yang mesumnya)
Karena sudah mendapat izin dari ku, kini mas Marno semakin intens mengocok penisnya sendiri sambil sesekali mencuri pandang kepada ku, terutama pada belahan dada ku yang sedikit terlihat. Aku bisa melihat kalau kocokan tangan mas Marno pada penisya semakin cepat yang membuat kini batang penis hitam berurat itu semakin keras dan membesar dari sebelumnya. Melihat perubahan pada penis mas Marno membuat ku sedikit merinding dan mulai membayangkan penis mas Marno sedang keluar masuk didalam memek ku. Namun rasa penasaran akan bayangan ku sendiri membuat ku sedikit takut dengan ukuran penis mas Marno yang besar itu.
Marno : Oooougggghhhhh neng Dinaa.. aaahhhhh ooouggggghhhh… (Suara desahan mas Marno, sambil memandang ku dengan tatapan kosong yang sedang berfantasi menikmati kocokan pada penisnya sendiri)
Dina : Hayoooo… mas Marno lagi bayangin apaa sampai manggil - manggil nama Dina… asik banget ngocoknya sampai merem melek gitu hehehehe…. (ucap ku sambil menggoda mas Marno yang sedang menikmati kocokan pada penisnya sendiri sampai matanya merem melek)
Marno : Mas lagi bayangin neng Dina… (ucapnya kepada ku sambil terus memainkan burungnya sendiri)
Dina : Memangnya pak Marno lagi bayangin apaa cobaa… sampai melihat Dina gak berkedip…. (Aku semakin penasaran dengan apa yang sedang dihayalin oleh pak Marno tentang diriku).
Marno : Hehehe neng jangan marah nyaa.. kalau mas sampain khayalan mas.. (ucap mas Marno yang masih terus memainkan penisnya)
Dina : Hayooo cobaa… mas bayangin apaaa… (goda ku kembali menatap mas Marno yang semain mupeng menatap ku)
Marno : Semenjak pertama kali jumpa sama neng Dina, mas terpesona dengan cantiknya neng Dina… Setiap malam mas terbayang terus, makanya setiap kali neng Dina minta bantuan mas selalu meluangkan waktu, biar bisa ketemu sama neng Dina… (ucap mas Marno sambi kini tangannya mulai menurunkan tempo kocokannya untuk menikmati sensasi yang mungkin tidak akan terjadi lagi)
Dina : Haaaa pantasan aja mas selalu curi – curi pandang ke Dina yaa… hihi udah singa kayak mau nerkam mangsanya… hehehehe, jadi mas Cuma hayalin Dina segitu.. kiraen ada yang lebih wow lagi ihihiihihi… (ujar ku lagi sambil sedikit cengengesan menggoda mas Marno)
Marno : Maafin mas yaa neng,, tapi mas juga sering bayangin kalau lagi ngentot dengan neng Dina.. pasti memeknya neng Dina sempit dan hangat… pengen banget burung mas masuk rasanya aaahhh… aaahhhh….. (ucap mas Marno tentang hayalannya sambil mengeluarkan beberapa desahan dari nikmatnya kocokan tangannya sendiri)
Dina : Ihhh mas Marno …. Omongan jorok ihhh, masa ngentotnya sama Dina yang bukan istri mas hehehhe…. (dengan sedikit mengomel, aku tetap saja tersenyum dan tidak menghentikan aktivitas mas Marno yang terus mengocok kontolnya sendiri. Aku yang melihatnya pun hanya tertawa sambil sedikit menunjukkan wajah genitt dan nakal).. iihhhh dasar tua tua omongannya ngentot ngentottt hehehehhehehehe…
Marno : aahhhhh oouugghhhhhh neeennggg Dinaa……. Ngeeeennttottt yooookkk… aaahhh aaahhh aahhhh.. mas relaa perjaka mas untuk neng Dina.. Aaaahh…. Aaahhh…. (desahan desahan yang terus keluar dari mulut mas Marno saking menikmati aktivitas ngocoknya) burung mas udah gak tahan pengen ngentottt neng…. Bolehh yaa neng, mas mau entotin memeknyaaa.. aahhh aaaaahhh ooouughhhhh….
Kata kata vulgar yang keluar dari mulut mas Marno membuat ku dorongan gairah mulai muncul dari dalam diri ku, aku mulai menikmati saat – saat mas Marno semakin asik mengocok kontolnya sendiri sambil matanya terus memandangi ku. Tentunya sebagai wanita, dipandangi sedemikian rupa menjadi hal yang membanggakan diri ku. Aku seperti seorang wanita yang paling seksi saat ini dimata mas Marno malam ini. Aku semakin dibuat melayang saat dikagumi oleh seorang lelaki yang bukan muhrim ku. Walaupun kini aku bisa merasakan mulai munculnya benih – benih gairah didalam diriku, namun tidak mungkin semudah itu aku memberikan tubuh ku untuk mas Marno. Memang dulu, aku dengan mudah merelakan tubuh ku untuk memuaskan nafsu pak Parmin. Tapi kali ini aku masih ingin mempermainkan mas Marno dengan terus memprovokasi dan memancing hasratnya semakin besar untuk menyetubuhi ku. Meskipun didalam pikiran ku saat ini, ingin sekalimencoba penis besar dan panjang milik mas Marno untuk bisa masuk kedalam memek ku. Memikirkan nya saja sudah membuat memek ku mulai basah dan jantung ku berdegup semakin cepat.
Marno : Neng Dina kenapa ?? kok malah melamun gitu hehehehe (Ujar mas Marno yang melihat ku sedang melamun dihadapannya, tentunya hal ini mengagetkan ku sampai membuat pikiran ku buyar dan kembali menatap mas Marno yang terus sibuk mengocok kontolnya)
Dina : Gak papa kok mas.. ehehehehehe… Dina cuma kagum sama mas Marno, karena masih bisa menahan perjaka sama sekarang… (jawaban ku dengan senyum manis kepada mas Marno)
Marno : Hehehe… kiraen neng juga pengen dimainin…. hehehhe (Ucap mas Marno, sambil terus mengocok kontolnya). Neng Dina aahhh, boleh gak mas masukin burung mas ke dalam memeknya neng Dina… (Ucap mas Marno yang masih terus merayu ku. Kelihatan dari raut wajah mupengnya saat melihat ku)
Dina : Weekksss gak mau ahhhh,, kontol mas Marno besar hihihih… Dina takuttt hehehehehe nanti kontolnya jadi betah di memek Dina … (ujar ku yang sudah tidak malu – malu lagi meladeni kalimat – kalimat vulgar dari mas Marno yang masih terus merayu ku sambil terus mengocok kontolnya)
Marno : Boleh yaaa neengg.. Aaaahhh… Aaaaaahhhh… Mas bolehnya ngentot sama neng, sekali ajaaa… aahhh.. oouggghh.. aahh…. (ucap mas Marno kembali. Bisa terlihat dari wajahnya yang sudah sangat bernafsu untuk menikmati tubuh ku)
Jujur saja, saat ini tubuh ku sangat ingin menikmati kontol mas Marno. Sudah lama juga aku tidak berhubungan badan, karena yang terakhir saat bersama pak Parmin waktu itu. Walaupun pun mas Marno terus merayu ku, namun akal ku masih bisa mengusai nafsu ku. Meskipun dilain sisi, aku menjadi sangat penasaran bagaimana rasanya ngentot dengan perjaka yang belum berpengalaman. Apakah sekuat dan senikmat saat bersama pak Parmin. Namun aku masih bisa untuk berpikir dengan waras agar nafsu tidak mengalahkan ku. Tapi satu hal yang tidak bisa aku hindari adalah rasa penasaran terhadap kontol mas Marno yang sedang berada dihadapan ku. Aku pun berniat untuk memberikan sesuatu yang lebih, namun tentu saja aku belum siap memberikan tubuhku untuk digagahi oleh mas Marno.
Dina : Mas beneran mau ngentot sama Dina… yakin mauu… memek Dina udah gak perawan loh mas.… hehehehhehe (ujar ku dengan nada sedikit nakal dan menggoda kepada mas Marno. Aku pun kemudian aku pun berdiri tepat dihadapan mas Marno, kemudian aku meminta mas Marno merubah posisinya berhadap dengan ku. Lalu aku pun meminta mas Marno untuk dudu sedikit mengangkang. Lalu aku pun berjongkok hingga membuat wajah ku tepat dihadapan kemaluan milik mas Marno yang sudah tegang dengan urat – urat nya)
Marno : Beneran neng…. Mas bisa berharap perjaka mas hilang bersama neng Dina… mas udah gak tahan neng, bolehnya mas ngentot sama neng Dina.. Memek neng Dina juga udah gak perawan kan… (ujarnya memelas dihadapan ku)
Dina : Tapi memek Dina maunya sama kontol yang tahan lama mas… hehehhe (aku pun kembali menggoda mas Marno sambil menjilati jari telunjuk ku)
Marno : Hehehehehe sudah pasti kontol mas tahan neng, walaupun mas belum pernah ngentot,, mas jamin neng bakalan puas… ayook neng kita ngentottt sekarang (ucap mas Marno yang langsung menghentikan kocokan pada kontolnya dan menatap ku).
Mendengar jawaban percaya diri mas Marno, tentunya membuat ku hanya bisa tersenyum, sambil beranjak menuju kamar ku. Tentunya aksi ku ini membuat mas Marno menjadi kebingungan karena dalam keadaan horni malah ditinggal sendirian. Sekitar 10 menit kemudian aku kembali keluar, kini aku hanya menggunakan BH berwarna Hitam dengan rok pendek ala pemain tenis yang mengembang dengan celana dalam berwarna putih didalamnya.. Aku mulai berjalan mendekati mas Marno kembali dengan berlenggak lenggok dan berhenti dihadapannya yang masih dalam keadaan duduk mengangkang dengan kontolnya yang tegak, keras dan menantang ku untuk segera memainkannya.
Rok pendek yang aku gunakan, tentunya memperlihatkan paha mulus ku yang putih karena selalu ku rawat, pastinya siapa pun yang melihat paha putih ku pasti menjadi kagum karena saking putih dan mulusnya. Aksi ku ini membuat mas Marno sangat kegirangan yang terlihat dari sinaran matanya, karena bisa melihat perut rata ku dan gundukan payudara ku yang masih tertutup BH. Pemandangan yang membuat mas Marno tidak berkedip dan sedikit melongo hingga air liurnya jatuh seakan takjup dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Karena saat ini sedang berdiri seorang wanita idamannya yang hanya menggunakan BH dan rok pendek dengan celana dalam berwarna putih, yang tentunya membuat mas Marno ingin segera menangkap dan menjilati bagian perut bidadari yang berada didepannya saat ini.
Marno : Boleh peluk gak neng… (ucap mas Marno kepada ku dengan tangannya seperti orang yang ingin minta pelukan)
Dina : Gak bolehhh …… (aku berusaha menahan mas Marno yang ingin mendekatkan tubuhnya ke tubuh ku) Gak boleh meluk - meluk… tadi janji nyaa apaa… mau entotin memek Dina kan… (sambil ku angkat rok ku dan memperlihatkan gundukan memek ku yang masih tertutup celana dalam putih yang membuat mata mas Marno menjadi terbelalak hingga menelan ludah) bapak mau memek Dina kan… bapak diam ajaa.. gak boleh macam – macam yaa… (ujar ku kembali)
Aku pun kembali menurunkan rok ku lalu membungkuk dengan kedua tangan ku menopang pada senderan sofa, sehingga membuat wajah ku dan wajah mas Marno saling berhadapan.
Dina : Mas udah pernah ciuman sama cewek ?? (tanya ku diantara selingan tatapan mata mas Marno kepada ku)
Marno : Belum pernah neng, kan mas udah bilang.. boro – boro pacarana neng.. yang dekatin juga gak ada.. (jawab mas Marno dengan nada yang sedikit sedih)
Dina : Jangan sedih dong mas hehehhe… jadi nanti Dina dong yang dapatin ciuman pertamanya mas Marno… hehehhehe…. (ujar ku sambil sedikit tersenyum melihat mas Marno)
Aku pun mulai mendekatkan wajah ku ke wajah mas Marno, aku mulai menempelkan bibir ku di bibir hitam tua mas Marno. “Mas udah pernah ciuman atau belum ??” tanya ku sambil menatap mata mas Marno, sambil sedikit menggoda dengan menempelkan tangan ku di dadanya.
Marno : Belum pernah neng, maklum dari dulu mas gak punya pacar. Gak ada yang mau sama lelaki jelek kayak mas dan pekerjaan mas… (jawab mas Marno dengan wajah yang agak sedih)
Dina : Jadi kalau kita ciuman, Dina dapat ciuman pertama mas Marno dong.. hihihi (ejek ku sambil menjulurkan sedikit lidah)
Marno : Heheheheh kalau sama neng Dina gak papa kok… hehehe (balas mas Marno dengan cengengesan)
Dina : Huuuuuuuu…. Dasar laki – laki, dengan kata cium langsung senang.. (ledek ku melihat ekspresi mas Marno)
Sebelum mas Marno menjawab, aku dengan cepat langsung melumat bibir hitam mas Marno. Aku bisa merasakan nafas bauk rokoknya di hidung ku, namun sensasi nya malah membuat ku semakin ingin bereksplorasi dengan perjaka seperti mas Marno. “Slluuuurrrppss… Ssllluurrrppp… Ssllluurrrppp…” bunyi ciuman antara aku dan mas Marno. Kami berdua berciuman seperti sepasang kekasih yang dilanda birahi, seperti yang ada di film porno. Mas Marno dengan cepat menyedot lidah ku hingga kami sampai bertukar liur hingga menetes.
Dina : Tapi katanya belum pernah ciuman mas, kok jago banget sih… sampai ludah nya nentes kayak gini.. (ujar ku melepas ciuman dari mas Marno).
Marno : Hehhehehe mas Cuma hayalin yang adi film porno yang sering ditonton neng, ternya ciuman enak juga yaaa… (balas mas Marno kembali)
Beberapa detik aku dan mas Marno pun saling bertatapan mata, dengan sedikit godaan aku mulai memajukan wajah ku seperti orang yang ingin berciuman. Tentunya melihat tingkah ku membuat mas Marno pun tidak tinggal diam dan ikut juga memajukan wajahnya. Hingga membuat bibir ku dan bibir mas Marno sudah berada ditempat yang sama dan saling berpangut mesra untuk beberapa saat. Aku pun bisa merasakan aroma mulut mas Marno yang khas perokok pun yang membuat ku semakin bergairah.. hampir 2 menit kami berciuman, aku pun melepaskan bibir ku dari pengutan pak Marno.
Dina : Udah kan mas ciumannya hihihih (ucap ku setelah melepas pangutan bibir mas Marno dari bibir ku…) katanya kontol mas mau masuk ke memek Dina… kok malah mas cium bibir Dina sihhh… dasar nakall ihhhhhh… (bisikan ku ditelinga mas Marno, sambil tangan kanan ku bergerak turun untuk meraih kontol miliknya yang sudah sangat tegang dan keras dengan urat – urat yang bisa kurasakan didalam genggaman ku… dengan pelan aku mulai membelai kontol mas Marno yang sudah didalam genggaman ku… Tentunya genggaman ku membuat badan mas Marno sedikit menegang dan beberapa kali melenguh kenikmatan saat merasakan genggaman tangan ku yang sedang naik turun di batang kejantanannya)….Mas mau kontolnya masuk ke memek Dina atau mau coba di mulut Dina,, tapi mas gak boleh nakal yaa.. biar Dina aja yang arahin… kalau mas gak mau, sampai disini ajaa.. bagaimana.. ?? (ucap ku menjelaskan sambil terus mengurut kontolnya dan sesekali meremas buah pelirnya yang ditumbuhi bulu – bulu lebat)
Marno : “eeeemmmmmpphhhh aaaahhhh… nikmat banget neng kocokannyaa… aaaahhgggg… terusss… nengg… oouuugghhhhh… (desahan mas Marno sambil menikmati genggaman dan kocokan dari tangan ku pada kontolnya)
Masih dalam keadaan membungkuk, aku pun mulai melancar aksi ku untuk mengocok kontol milik mas Marno.. Gila besar dan panjang batin ku saat tangan ku menggenggamnya.. ku lihat kini mas Marno sudah menyandarkan kepalanya di Sofa sambil memejamkan matanya untuk menikmati permainan tangan ku pada kontolnya. Aku pun menambah sensasi dengan sesekali menjilat telinga pak Marno yang membuatnya menjadi semakin tarangsang dan melenguh.
Marno : ooooogghhhhhh.. terusinn nengg Dinaaaaa…. Aahhhhh…. Tangan neng halusss…..ooouugghhhhhhhh (desahan mas Marno yang semakin menjadi – jadi menikmati kocokan tangan ku)
Karena posisi ku yang berada dihadapan mas Marno tentu saja memberikan tontonan yang begitu indah, apalagi dalam posisi yang membungkuk memperlihatkan indahnya payudara ku yang menggantung dengan bebas walaupun sedang terbungkus BH. Sambil tangan ku terus mengocok kontol mas Marno sehingga tubuh ku juga ikutan bergerak. Terutama pada payudara ku yang sedang menggantung dan terbungkus BH pun ikut bergoyang naik turun mengikuti irama gerakan tubuh ku. Sungguh binalnya diri ku saat ini, tanpa ada rasa malu memberikan kocokan dan tontonan kepada laki – laki paruh baya yang berada dihadapan ku saat ini.
Dina : Sssssstttthhhhhhh….. gimana mas Marno… enak gak kocokan tangan Dina ?? (bisik ku pada telinga mas Marno sambil beberapa kali lidah ku menjilati daun telinganya yang membuat mas Marno kegelian)
Marno : aaahhhhh…. Aaahhhh…. oooouuuuggghhhh aahhhhh enakkk banget neng…. Nikmat pokoknya, lebih mantep dari pada ngocok pakai tangan sendiri neng.. aahhh… aahh…. Baru pertama kali kontol mas dikocokin sama tangan halus kayak tangan neng Dina… aaaaaahhh….. aarrrgghhh… teruss….aahhhh…. aarrrgghhh aahhh.. (desahan dari mas Marno)
Suara desahan yang keluar dari mulut mas Marno atas nikmatnya kocokan tangan ku, sampai matanya terpejam menikmati layanan tangan ku pada kontolnya, aku yang mendengar desahan dan lenguhan mas Marno semakin membuat ku tersenyum puas hingga aku menambah tempo kocokan tangan ku.
Marno :aaaarrggghhhh nenggg.…. Ooohhhh …. Terusss… Niiiiikkkkkmmmmaaaattt nengg… ohhhhhh.. (Suara desahan dari mas Marno yang semakin menjadi – jadi tak karuan hingga tangannya yang sedari mengelus tangan ku pun secara reflex langsung meremas payudara ku yang langsung dengan cepat aku tepis)
Aku : Gak bolehhh pegang – pegang… (Kata ku pada pak Marno dengan nada yang sedikit agak meninggi sambil memelototkan mata)… Gimana pak,, udah siap kontolnya masuk dalam memek Dina….?? (bisik ku kembali ke telinga pak Marno)
Marno : Iyaa neng, kontol mas sudah siap kok… aahhhh masukin… mas sudah tidak tahaaaaannn.. aahhhh aaaaahhhh ooouuggghhhh…. (lenguhan dan desahan mas Marno memenuhi ruang tamu ku)
Tentunya mendapat godaan dan rangsangan dari ku secara terus menerus membuat mas Marno sudah tidak kuat lagi menahan birahinya hingga dengan satu kali kesempatan, akhirnya mas Marno berhasil menangkap kedua payudara ku yang sedang menggantung yang langsung dengan gemas diremas oleh tangan kekarnya…
Dina : aawwwwww…… massss… ssstttttsss… (Jerit ku saat mas Marno sekarang berhasil meremas kedua payudara ku yang masih terbungkus BH, toh ini juga salah ku juga sekalipun aku menolak, pada akhirnya mas Marno juga akan meremas payduara ku dengan paksa. Dari pada ada kekerasan dan paksaan, lebih baik aku membiarkan nya saja. Toh aku juga sudah kepalang tanggung jadi biarkan saja mas Marno dengan nafsunya memainkan payudara ku) aahhhh aahhh jangan keran keras dong mas remesnyaa… aawwww…. Sakitttss.. aahh.. aahhh.. (saat ini aku hanya bisa membiarkan apa yang dilakukan pak Marno, malahan dengan remasan di payudara ku membuat ku semakin bersemangat untuk mengocok kontol pak Marno semakin cepat)
Beberapa detik kemudian, aku mulai menikmati setiap remasan – remasan tangan mas Marno di payudara ku yang sedang menggantung. Tentunya remasan – remasan nakal di payudara ku semakin membuat ku terbang melayang dengan bebas didalam birahi sehingga berdampak pada kocokan tangan ku yang semakin cepat pada kontol mas Marno.
Dina : oouggghhhhhhhh…. Nikmaaatt mass…. oouggghhhhhhhh…. Remas yang kuat mass… aaahh… (desahan yang keluar dari mulut ku karena menikmati setiap remasan mas Marno di payudara ku) kontolnya mau dimasukin kemana masss … ooouughhhh ssstththhhhh ?? (diantara desahan, aku berbisik ke telinga mas Marno yang juga ikut mendesah karena kocokan tangan ku)
Marno : aaahhhhh masukinnnn neng… Masukin ke memek neng Dinaaa… aahhhhhh ooouughhh masukin sekarang yaaa … (ucap mas Marno membalas bisikan ku)
Dina : Apanya masss yang mau dimasukin ke memek Dinaaa.. (bisi ku kembali ditelinga mas Marno yang semakin memancing birahinya terhadap tubuh ku)
Aku yang semakin menikmati remasan – remasan tangan mas Marno pada payudara ku membuat birahi ku semakin lama semakin sampai di ubun – ubun kepala ku, ditambah lagi kontol mas Marno didalam genggaman ku yang semakin besar membuat ku semakin sulit mengendalikan nafsu didalam diri ku. Hingga aku bisa merasakan adanya sesuatu yang mulai basah di area memek ku.
Marno : Kontollll…. Kontolll mas neng..…. Kontol mas yang mau masuk kedalam memek neng Dina… (jawab mas Marno yang kini mulai semakin berani kepada ku. Tangan kanannya pun kini sudah berpindah dari payudara ku untuk meremas pantat ku)
Dina : ooouuhhhhh iyaaa mas Marno sayanggg…. Terusss remeesss nenen Dinaa mass… pantat Dina diremas masss…… aaahhhh aahhh sssshhhhh ooouuugghhhh…. (aku pun ikut mendesah didekat telinga mas Marno yang membuat suasana semakin panas hingga tubuh kami sudah bermandingan keringat)
Marno : ooouughhhh nengggg….. enaaaakkk nenggg…. (desahan mas Marno semakin tak terkendali karena aku mempercepat kocokan tangan ku pada kontolnya)
Tentunya birahi yang semakin tinggi membuat pertahanan ku runtuh, tanpa sadar pak Marno berhasil menurunkan resleting rok ku dan melepaskan pengaitnya hingga kini aku hanya menggunakan celana dalam dan BH.. “aahhh masa bodoh lah… “ dalam pikiran ku… yang penting aku menikmati yang terus mempercepat kocokan tangan ku dan membuat mas Marno semakin mendesah – desah serta aku dapat merasakan bahwa kontolnya semakin mengeras… tentunya koncokan ku yang semakin cepat membuat kontol pak Marno terasa berdenyut yang aku tau ini adalah akhir dari semua..
Karena sudah merasa sampai pada akhirnya, aku pun mulai mempercepat irama kocokan ku di kontol mas Marno, selagi aku berkonsentrasi memberikan kocokan pada kontol mas Marno… aku juga harus bisa menahan birahi ku yang semakin memuncak, tentunya aku masih belum ingin merelakan tubuh ku terutama memek ku untuk dijamah oleh kontol mas Marno. Walaupun di satu sisi, aku sangat ingin merasakan kontol mas Marno bersarang didalam memek ku. Kali ini, aku harus berperang dengan diri ku, nafsu, keyakinan dan mental ku.
Disaat aku sedang berperang dengan diri ku sendiri, menjadi momen bagi mas Marno yang dengan sekali sentakan langsung mengangkat cup BH ku yang secara otomatis kedua payudara ku pun sudah terbebas dari bungkusnya. Payudara yang berukuran sedang dengan puting hitam kecoklatan yang sudah mengeras pun muncul dihadapan mas Marno yang langsung diremasnya dengan sekuat tenaga.
“Aaaahhhh aahhhh aahhhh ooouugghhhh aahhhh ssssstthhhhh…” desahan yang kembali keluar dari mulut ku menikmati remasan tangan mas Marno pada payudara ku. Kini aku tidak hanya merasakan remasan, tetapi juga dikombinasikan dengan pilinan pada puting payudara ku yang membuat tempo kocokan semakin cepat… Aku menggenggam kontol mas Marno dengan tangan kanan ku semakin kuat, sedangkan kini tangan kiri ku memainkan ujung pentil mas Marno yang membuat pak Marno semakin mendongakan kepalanya keatas karena rasa nikmat yang luar biasa. Ini adalah tanda – tanda bahwa mas Marno akan mencapai klimaksnya, karena sekarang pinggulnya sudah mulai menghentak – hentak dengan kuat akhiirrrnyaaa…… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… Cccrrrooottssss… beberapa semburan sperma mas Marno akhirnya keluar dan membasahi tangan ku.
Kini tangan kanan ku penuh dengan sperma mas Marno yang langsung aku usapkan pada buah pelirnya dan sisanya aku lap dengan tisu. Aku memandang mas Marno yang masih terpejam menikmati orgasmenya, sedangkan tangan nya masih terus memegang payudara ku.
Marno : hhaahhh…. Hhaaahh…. Hhaaaahhhh (suara nafas berat dari mas Marno yang ngos – ngosan setelah mencapai klimaknya…)
Hingga mas Marno pun mulai melepas cengkraman tangannya dipayudara ku, dan tubuh tuanya kini lunglai tidak bertenaga sedang bersandar di Sofa.. Aku pun langsung memperbaiki BH dan kembali menggunakan menaikkan rok ku yang sempat terjatuh dilantai.. sambil berbisik ditelinganya “mas Marno jahat, tangannya nakallll … berani pegang – pegang nenen Dina…. hihihi“.
Kemudian aku pun kembali berdiri dan melangkah meninggal mas Marno di ruang tamu, lalu menuju kamar untuk membersihkan diri. Sementara mas Marno masih menyandarkan badannya di Sofa, menikmati sisa – sisa orgasme yang barusan didapatkannya dengan bantuan ku. Sedangkan aku menuju masuk kedalam kamar ku dan langsung kekamar mandai untuk membersihkan diri. Didalam kamar mandi aku pun menyempatkan bermasturbasi untuk melampiaskan nafsu yang sudah diubun – ubun. Karena kurang lebih 2 jam aku memacu birahi bersama mas Marno, walau tanpa bersetubuh. Setelah nafsu ku terpuaskan setelah mendapatkan orgasme ku, aku pun melanjutkan mandi karena azan dzuhur sudah berkumandang. Akhirnya aku pun membersihkan diri untuk menjalankan kewajiban ku.
Hampir 30 menit kemudian aku keluar hanya mengunakan mukenah yang didalamnya tidak lagi menggunakan dalaman, karena aku habis melaksanakan kewajiban ku. Saat aku keluar dari kamar, aku tidak melihat mas Marno yang tadi berada diruang tamu, kemudian aku mencarinya diluar dan melihat pak Marno sedang membereskan kardus yang akan dibawaknya didalam gerobak.
Dina : Ternyata mas Marno ada disini rupanya, Dina cariin didalam gak ada.. (ujar ku dari saat melihat mas Marno kembali melaksanakan pekerjaannya merapikan kardus sampah yang akan dibawaknya ke dalam gerobak)
Marno : Iyaa neng, tadi mas pangil neng gak jawab… tadi saya mau pamitan sama neng, karena neng Dina lagi dikamar, mungkin lagi sholat… karena gak ada jawaban.. (ujarnya mas Marno sambil menatap kea rah ku)
Dina : Udah mau pulang yaa mas… ohh iyaaa, ini upah nya mas.. karena mas udah bantuin Dina… (ucap ku kembali sambil menyerahkan beberapa lembar uang 100 ribu ke arah mas Marno)
Marno : Iyaa neng, udah siang juga.. hehehhe capek mau istirahat neng.. segan istirahat dirumah neng.. heheheh (Ujar mas Marno kepada ku) banyak kali neng.. ini mah berlebihan uangnya neng.. (jawab mas Marno kembali). Mana tadi udah dapat enak – enak jugaa… hehehe (sambil menatap ku.. padahal kali ini aku menggunakan pakaian tertutup walaupun didalamnya tidak menggunakan apa – apa lagi. Tapi tetap saja risih dipandangin tajam seakan – akan ditelanjangi)
Dina : huusshhh matanya itu loh… (ucap ku menegur mas Marno karena tatapannya) kan tadi udah liat masih belum puas jugaa… (jawab ku lagi dengan nada yang agak ketus).. Iyaa mas gak papa, ambil aja.. karena mas bantun Dina jugaa.. Anggap aja yang tadi bonus spesial.. hihihi
Marno : hehehehe Maaf neng,,, habis neng tampilan nya berubah.. (ujar mas Marno kembali setelah menatap ku)
Dina : Ya udah ini, ambil uangnya.. jangan ditolak rezekinya mas.. Kalau mas gak mau ambil, Dina gak mau lagi manggil mas… (ucap ku dengan sedikit mengancam mas Marno)
Marno :Iyaa neng,, terima kasih yaa.. mas udah banyak ngerepotin neng Dina.. (ucap mas Marno sambil mengambil yang aku berikan)
Dina : Nah gitu dong… iyaa mas sama – sama… Dina senang kok bisa bantuin mas nambah penghasilan.. (jawab ku kembali)
Marno : hehhehehe iyaaa neng, mas juga makasih sebanyak – banyaknya yaa.. (ujarnya sambil memasukkan uang yang aku berikan kedalam celananya)
Dina : Bapak mau sesuatu gak… (ucap ku sambil menawarkan sesuatu yang spesial kepada mas Marno)
Marno : Mau lah neng… siapa juga yang gak mau dikasih hadiah kan.. ehehhhe (jawab mas Marno dengan cengengesan)
Dina : Hehehehe,,, tapi ingat ini ya mas.. semua yang terjadi adalah rahasia kita. Awas aja kalau mas sampai bocorin sama orang – orang.. (ujar ku kembali mengingatkan mas marno)
Marno : Baik neng, pokoknya rahasia pasti aman dehh….hehehehehe (aku pun menarik tangan pak Marno untuk masuk sebentar)… Ini mau ngapain neng…. Kok tangan mas ditarik.. (ucap mas Marno dengan nada terkejut saat tangan ku menarik tangannya masuk kedalam rumah)
Dina : Ssstttttttttttt……. (aku pun menahan bibir mas Marno dengan jari telunjuk ku) mas diam aja… nikmatin aja apa yang Dina kasih …. Okk… (lalu aku menarik bawahan mukenah ku keatas hingga kedua payudara ku pun kembali terekpos dihadapan mas Marno) Mas tadi belum sempat nenen kan, sekarang mas.. tolong hisap nenen Dina yaaa, putingnya gatel banget mas… sampai Dina gak konsen sholat jadinya… mas Mau kan isepin nenen Dina… (ucap ku dengan nada sedikit nakal sambil tangan ku meremas payudara ku sendiri dan mamainkan putingnya yang kembali menegang)
Tanpa basa basi mas Marno pun langsung melahap puting payudara ku, dengan gemas pak Marno menghisapnya seperti seorang bayi yang sedang kelaparan… aaaaaaahhhhh oooouuggghhhh aahhhh sssssttthhhh … aku pun mendesah menikmati setiap sedotan mulut pak Marno pada payudara ku.. untuk beberapa menit akhirnya aku mendorong tubuh pak Marno lalu menutup kembali payudara ku.
“Ssssttttt…. Isepin yang kiri juga mas, jangan yang kanan aja..” ujar ku karena saat ini baik puting susu kanan dan kiri ku sama – sama teras begitu sangat gatal. Ketika mas Marno mengisap puting yang kanan, kini puting yang kiri yang gatal. Rasanya aku pengen kedua puting susu ku dihisap bersamaan, karena saking gatelnya.
Sungguh pemandangan yang sangat terasa lain dari pada yang lain, saat ini ada seorang wanita dengan mukenah sedang menyusui seorang lelaki paruh baya dalam kondisi berdiri tepat didepan pintu. “Nikmat banget mas,, isep nenen Dina kenceng mas… Oouugggghhh.. nikmatnya luar biasa mas…” ucap ku yang menikmati setiap isapan mulut hitam mas Marno pada payudara ku. Hampir 10 menit mas Marno terus menghisap payudara ku kanan dan kiri secara bergantian, karena aku mulai merasa lelah menyusui dalam keadaan berdiri maka aku pun langsung mencabut puting susu kanan ku dari dalam mulut mas Marno.
Dina : Hehehe udah ya mas, Dina capekkk…. Udah puas kan… hehehh (ucap ku sambil kembali menurunkan mukenah ku untuk menutup payudara ku)
Marno : hehehhee makasih ya neng Dina…. Mas puas banget, baru pertama kali mas nyusu di nenen wanita. Apalagi wanitanya cantik kayak neng Dina… (ucap mas Marno dengan senyum malu – malunya.)
Dina : Pokoknya ingat ya mas, ini rahasia kita jangan sampai orang lain tau yaaa… (ucap ku dengan nada yang agak lebih tegas) yaa udah mas mau pulang kan… terima kasih yaa mas, untuk tenaga nya yang sudah bantuin Dina.. (ujar ku dengan senyam – senyum dihadapan mas Marno)
Marno : iyaa neng, mana berani bapak cerita ke orang – orang.. kalau gitu bapak pamit dulu ya neng udah siang… mau singgah ke tukang loak dulu mana tau ada barang yang bisa dijadikan uang.. (ujar nya kembali)
Aku pun kembali mengantar mas Marno keluar pagar dan menguncinya, selama perjalan pulang pasti mas Marno merasa puas karena berhasil mendapatken pelayanan dari ku.. begitu juga dengan ku, ini adalah pengalaman yang tidak aku duga namun membuat ku merasa lebih senang .. dalam hati aku memikirkan apa aku akan melanjutkan atau sampai disini.. aahh sudah lah liat nanti … aku pun kini berjalan masuk kedalam rumah untuk beristirahat, namun sebelumnya aku makan terlebih dahulu.