barangbukti
Adik Semprot
- Daftar
- 11 Jun 2018
- Post
- 118
- Like diterima
- 547
Awal mula
Hari itu tidak terjadi sesuai dengan harapanku. Aku memang mengeluarkan spermaku, tapi tidak dimulut Nisa. Permainan Nisa memang hebat sampai aku dibuat kepayahan menahan lihainya lidah dan bibir Nisa di penisku. Namun, seperti aku melihat keraguan dalam sorot mata Nisa saat penisku yang sudah ingin mengeluarkan spermanya. Aku kemudian menyemburkannya di payudara Nisa yang diikuti dengan lenguhannya.
Setelah itu Nisa memintakku mengantarnya ke pusat perbelanjaan di kota kami. Selama menemaninya berbelanja aku dan Nisa normal seperti pada umumnya. Karena umur kami yang tidak berbeda jauh mungkin banyak yang mengira kami berpacaran. Sebelum pulang kami sempatkan membeli lauk dan beberapa cemilan untuk di rumah. Kami menutup hari dengan bercerita tentang kegiatan kami selama hari-hari kebelakang. Nisa ternyata sudah lama punya pacar. Pacarnya kini sudah bekerja disuatu perusahaan. Sudah sekitar 3 atau 4 bulan mereka berpacaran. Dari pengakuannya mereka hanya pernah berciuman saja. Terlepas itu benar atau tidak biarkanlah.
Hari ini aku kembali keperantauan. Rasanya memang berat hiduap jauh dari keluarga. Selama aku hidup sampai kuliah aku memang berada dalam satu kawasan kota kelahiranku. Setelah aku menjadi pegawai barulah aku terjun ke kota besar. Meskipun disini akhirnya aku menemukan pujaan hati yang selama ini ku cari. Waktu berjalan cepat sampai aku tak sadari sudah sampai di kos yang jaraknya memang tak jauh dari kantor hanya 30 menit dengan angkutan umum. Senin telah datang, mengamburkan kenangan akan waktu berkesan selama akhir pekan. Kami bekerja seperti biasa. Kami hanyalah hamba dunia yang terkadang menjadi pengharap akhirat.
Aku Bara. Aku adalah seorang anak tengah yang dikaruniai kakak dan adik perempuan yang cantik. Sebelum bersama Nisa, aku mengidolakan kakakku, Rahma. Kak Rahma memang lebih berisi dari Nisa. Namun karena kami sekeluarga gemar berolahraga jadilah kak Rahma memiliki tubuh yang menawan. Ukuran payudaranya pun lebih besardari Nisa. 34 B jika aku tidak salah. Sebelum menikah aku sering memperkosa pakaian dalamnya. Karena kebiasaan itu kau jadi tau jika kak Rahma memiliki berbagai koleksi pakaian dalam yang menarik. Masih menjadi ingatanku adalah celana dalam mini dengan aksen renda berwarna merah marun dengan bra yang senada. Bahannya yang lembut membuat aku selalu terbayang betapa lembut dan basahnya kemaluan kak Rahma. Dari kebiasaan itu juga aku tau ternyata kak Rahma memiliki beberapa G-string. Entah untuk apa tapi yang jelas ini membuka pikiranku tentang kak Rahma selama ini.
Ibarat buah yang disimpan di wadah yang sama, Nisapun ternyata memiliki beberapa pakaian dalam yang menarik. Awalnya pakaian dalam Nisa memang biasa saja khas anak remaja. Meski standar tapi warnanya yang beragam justru menarik mataku. Tapi lama-lama pakaian dalamnya berubah menjadi lebih mini dan terbuka. Jika diingat masa itu, cukup puas rasanya jika aku sudah menyemburkan spermaku di pakaian dalamnya.
Awal aku dan Nisa terlibat pertautan nafsu ketika aku dan Nisa memergoki pacarnya berselingkuh. Nisa hancur sejadi-jadinya. Aku sebagai kakak langsung ambil bagian untuk menjadi pelipur lara. Namun entah siapa yang mulai, terjadilah percumbuan itu meski hanya sebatas berciuman bibir saja. Setelah diselidiki, ternyata Nisa merasa nyaman dengan perlakuanku padanya saat dia terpuruk. Entah karena aku yang baru putus dengan pasanganku atau memang bagaimana, akhirnya secara natural kami menjadi saudara sepernafsuan.
Dua bulan pertama kami masih malu-malu untuk saling melampiaskan. Namun pada akhirnya akal syahwat yang menang juga. Kini jika sempat kami sesekali bercumbu mesra di ruang keluarga. Di dukung dengan kamar kami yang terpisah dari orangtua menjadi sebuah anugrah bagi kami. Dan untuk diketahui bahwa sampai saat ini penisku belum pernah merasakan hangatnya liang kemaluan adikku ini. Pernah suatu ketika aku pulang ke rumah, orantua kami tidak ada kami bercumbu dengan hebat. Nisa sudah kepalang nafsu aku sudah kepalang tanggung. Kepala penisku sudah tertelan oleh bibir vaginanya namun aku urungkan karena menghargai suaminya kelak.
Pernah suatu ketika aku jujur tentang fantasiku padanya dan apa yang selama ini aku lakukan pada pakaian dalamnya. Repson Nisa hanya tertawa.
“terus, sekarang gimana perasaannya?” Tanya Nisa
“perasaan gimana maksudnya dek?” tanyaku bingung
“abang kan biasa coli pake daleman aku, terus sekarang gimana rasanya bisa liat yang punya daleman lagi telanjang? Hahaha” tanyanya membuatku malu
“hahaha ya gimana ya, gitu lah” jawabku sekenanya
Sejak percumbuan itu, aku tidak pernah lagi menggunakan pakaian dalamnya sebagai sarana mengeluarkan spermaku. Aku sudah bisa menikmati pemiliknya.
Kami tidak secara intens bercumbu. Hanya jika ada waktu luang dan saat aku dan Nisa ingin. Pernah suatu ketika aku sudah kepalang nafsu tapi ternyata Nisa sedang tidak dalam kondisi yang baik. Akhirnya Nisa meminjamkan pakaian dalamnya sebagai fantasiku bermastrubasi. Mungkin karena tak tega aku mendaki sendirian, akhirnya Nisa menawariku untuk di oral. Jujur saat itu aku tidak enak hati meski sedang membutuhkan yang enak-enak. Akhirnya kami sepakat untuk meminta Nisa bertelanjang dada sambil aku mengocok penisku dengan celana dalam katunnya yang lembut. Spermaku berhamburan di celana dalamnya. Sebagai tanda terima kasih aku mengajaknya berkelining kota sebelum aku kembali ke kota perantauanku.
Oiya, yang perlu kalian tau Nisa masih perawan. Kami hampir pernah keceplosan. Kami sudah terselimuti birahi dani ingin merasakan yang lebih dari sekedar gesekan alat kelamin kami. posisi saat itu kami hanya berdua, orangtua kami sedang keluar kota karena ada keluarga kami yang menikah. Kami memutuskan untuk tidak ikut karena kami ada kesibukan lain, ya saling mendaki kenikmatan. Saat itu Nisa sudah pasrah perawannya akan aku ambil, penisku sudah masuk kepalanya dalam vaginanya. Namun aku urungkan niat itu karena disaat yang bersamaan ada panggilan masuk dari pacar Nisa.
Seketika kami langsung tersadar jika apa yang kami lakukan sudah terlalu jauh. Aku langsung beranjak dan Nisa langsung memakai pakaiannya. Ada rasa bersalah dalam diri kami namun apa daya setan jua yang menguasai kami.
Selama di perantauan memang aku tidak terlalu fokus pada Nisa. Entah karena memang sibuk bekerja atau mungkin karen ada Fitri disini. Fitri bukan pacarku. Tapi dia adalah seseorang yang bisa membuatku tergila-gila. Fitri bukannya sosok yang terkenal di kantor. Namun pesona yang dipancarkannya cukup untuk membuat dunianya tertawan. Dibalik sosok yang cenderung pendiam, tersebunyi sisi liar seorang gadis penuh adrenalin petualangan masa silam. Fitri sukses menyimpan rapat semua masa lalunya sebelum semunya terbongkar karena buaian rekan kerjanya di ranjang.
Meski kami tak sering melakukannya, tapi hubungan kami masih harmonis. Aku dan Fitri berada disatu bagian yang saling berkesinambungan. Dalam satu bulan hampir pasti akan dan Fitri ditugaskan ke luar kota. Karena hubungan kami tidak mencolok jadi ya taka da yang curiga. Aku selalu suka dengan wajah kepuasannya ketika lawan mainnya menyerah pada sebuah kenikmatan. Bulir keringat yang muncul menghiasi payudaranya yang tidak besar membuatku semakin buas dalam melahapnya. Oiya, tentu saja lubang surgawinya yang selalu membuatku kewalahan.
Hari itu tidak terjadi sesuai dengan harapanku. Aku memang mengeluarkan spermaku, tapi tidak dimulut Nisa. Permainan Nisa memang hebat sampai aku dibuat kepayahan menahan lihainya lidah dan bibir Nisa di penisku. Namun, seperti aku melihat keraguan dalam sorot mata Nisa saat penisku yang sudah ingin mengeluarkan spermanya. Aku kemudian menyemburkannya di payudara Nisa yang diikuti dengan lenguhannya.
Setelah itu Nisa memintakku mengantarnya ke pusat perbelanjaan di kota kami. Selama menemaninya berbelanja aku dan Nisa normal seperti pada umumnya. Karena umur kami yang tidak berbeda jauh mungkin banyak yang mengira kami berpacaran. Sebelum pulang kami sempatkan membeli lauk dan beberapa cemilan untuk di rumah. Kami menutup hari dengan bercerita tentang kegiatan kami selama hari-hari kebelakang. Nisa ternyata sudah lama punya pacar. Pacarnya kini sudah bekerja disuatu perusahaan. Sudah sekitar 3 atau 4 bulan mereka berpacaran. Dari pengakuannya mereka hanya pernah berciuman saja. Terlepas itu benar atau tidak biarkanlah.
Hari ini aku kembali keperantauan. Rasanya memang berat hiduap jauh dari keluarga. Selama aku hidup sampai kuliah aku memang berada dalam satu kawasan kota kelahiranku. Setelah aku menjadi pegawai barulah aku terjun ke kota besar. Meskipun disini akhirnya aku menemukan pujaan hati yang selama ini ku cari. Waktu berjalan cepat sampai aku tak sadari sudah sampai di kos yang jaraknya memang tak jauh dari kantor hanya 30 menit dengan angkutan umum. Senin telah datang, mengamburkan kenangan akan waktu berkesan selama akhir pekan. Kami bekerja seperti biasa. Kami hanyalah hamba dunia yang terkadang menjadi pengharap akhirat.
Aku Bara. Aku adalah seorang anak tengah yang dikaruniai kakak dan adik perempuan yang cantik. Sebelum bersama Nisa, aku mengidolakan kakakku, Rahma. Kak Rahma memang lebih berisi dari Nisa. Namun karena kami sekeluarga gemar berolahraga jadilah kak Rahma memiliki tubuh yang menawan. Ukuran payudaranya pun lebih besardari Nisa. 34 B jika aku tidak salah. Sebelum menikah aku sering memperkosa pakaian dalamnya. Karena kebiasaan itu kau jadi tau jika kak Rahma memiliki berbagai koleksi pakaian dalam yang menarik. Masih menjadi ingatanku adalah celana dalam mini dengan aksen renda berwarna merah marun dengan bra yang senada. Bahannya yang lembut membuat aku selalu terbayang betapa lembut dan basahnya kemaluan kak Rahma. Dari kebiasaan itu juga aku tau ternyata kak Rahma memiliki beberapa G-string. Entah untuk apa tapi yang jelas ini membuka pikiranku tentang kak Rahma selama ini.
Ibarat buah yang disimpan di wadah yang sama, Nisapun ternyata memiliki beberapa pakaian dalam yang menarik. Awalnya pakaian dalam Nisa memang biasa saja khas anak remaja. Meski standar tapi warnanya yang beragam justru menarik mataku. Tapi lama-lama pakaian dalamnya berubah menjadi lebih mini dan terbuka. Jika diingat masa itu, cukup puas rasanya jika aku sudah menyemburkan spermaku di pakaian dalamnya.
Awal aku dan Nisa terlibat pertautan nafsu ketika aku dan Nisa memergoki pacarnya berselingkuh. Nisa hancur sejadi-jadinya. Aku sebagai kakak langsung ambil bagian untuk menjadi pelipur lara. Namun entah siapa yang mulai, terjadilah percumbuan itu meski hanya sebatas berciuman bibir saja. Setelah diselidiki, ternyata Nisa merasa nyaman dengan perlakuanku padanya saat dia terpuruk. Entah karena aku yang baru putus dengan pasanganku atau memang bagaimana, akhirnya secara natural kami menjadi saudara sepernafsuan.
Dua bulan pertama kami masih malu-malu untuk saling melampiaskan. Namun pada akhirnya akal syahwat yang menang juga. Kini jika sempat kami sesekali bercumbu mesra di ruang keluarga. Di dukung dengan kamar kami yang terpisah dari orangtua menjadi sebuah anugrah bagi kami. Dan untuk diketahui bahwa sampai saat ini penisku belum pernah merasakan hangatnya liang kemaluan adikku ini. Pernah suatu ketika aku pulang ke rumah, orantua kami tidak ada kami bercumbu dengan hebat. Nisa sudah kepalang nafsu aku sudah kepalang tanggung. Kepala penisku sudah tertelan oleh bibir vaginanya namun aku urungkan karena menghargai suaminya kelak.
Pernah suatu ketika aku jujur tentang fantasiku padanya dan apa yang selama ini aku lakukan pada pakaian dalamnya. Repson Nisa hanya tertawa.
“terus, sekarang gimana perasaannya?” Tanya Nisa
“perasaan gimana maksudnya dek?” tanyaku bingung
“abang kan biasa coli pake daleman aku, terus sekarang gimana rasanya bisa liat yang punya daleman lagi telanjang? Hahaha” tanyanya membuatku malu
“hahaha ya gimana ya, gitu lah” jawabku sekenanya
Sejak percumbuan itu, aku tidak pernah lagi menggunakan pakaian dalamnya sebagai sarana mengeluarkan spermaku. Aku sudah bisa menikmati pemiliknya.
Kami tidak secara intens bercumbu. Hanya jika ada waktu luang dan saat aku dan Nisa ingin. Pernah suatu ketika aku sudah kepalang nafsu tapi ternyata Nisa sedang tidak dalam kondisi yang baik. Akhirnya Nisa meminjamkan pakaian dalamnya sebagai fantasiku bermastrubasi. Mungkin karena tak tega aku mendaki sendirian, akhirnya Nisa menawariku untuk di oral. Jujur saat itu aku tidak enak hati meski sedang membutuhkan yang enak-enak. Akhirnya kami sepakat untuk meminta Nisa bertelanjang dada sambil aku mengocok penisku dengan celana dalam katunnya yang lembut. Spermaku berhamburan di celana dalamnya. Sebagai tanda terima kasih aku mengajaknya berkelining kota sebelum aku kembali ke kota perantauanku.
Oiya, yang perlu kalian tau Nisa masih perawan. Kami hampir pernah keceplosan. Kami sudah terselimuti birahi dani ingin merasakan yang lebih dari sekedar gesekan alat kelamin kami. posisi saat itu kami hanya berdua, orangtua kami sedang keluar kota karena ada keluarga kami yang menikah. Kami memutuskan untuk tidak ikut karena kami ada kesibukan lain, ya saling mendaki kenikmatan. Saat itu Nisa sudah pasrah perawannya akan aku ambil, penisku sudah masuk kepalanya dalam vaginanya. Namun aku urungkan niat itu karena disaat yang bersamaan ada panggilan masuk dari pacar Nisa.
Seketika kami langsung tersadar jika apa yang kami lakukan sudah terlalu jauh. Aku langsung beranjak dan Nisa langsung memakai pakaiannya. Ada rasa bersalah dalam diri kami namun apa daya setan jua yang menguasai kami.
Selama di perantauan memang aku tidak terlalu fokus pada Nisa. Entah karena memang sibuk bekerja atau mungkin karen ada Fitri disini. Fitri bukan pacarku. Tapi dia adalah seseorang yang bisa membuatku tergila-gila. Fitri bukannya sosok yang terkenal di kantor. Namun pesona yang dipancarkannya cukup untuk membuat dunianya tertawan. Dibalik sosok yang cenderung pendiam, tersebunyi sisi liar seorang gadis penuh adrenalin petualangan masa silam. Fitri sukses menyimpan rapat semua masa lalunya sebelum semunya terbongkar karena buaian rekan kerjanya di ranjang.
Meski kami tak sering melakukannya, tapi hubungan kami masih harmonis. Aku dan Fitri berada disatu bagian yang saling berkesinambungan. Dalam satu bulan hampir pasti akan dan Fitri ditugaskan ke luar kota. Karena hubungan kami tidak mencolok jadi ya taka da yang curiga. Aku selalu suka dengan wajah kepuasannya ketika lawan mainnya menyerah pada sebuah kenikmatan. Bulir keringat yang muncul menghiasi payudaranya yang tidak besar membuatku semakin buas dalam melahapnya. Oiya, tentu saja lubang surgawinya yang selalu membuatku kewalahan.