Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Entah

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
The last


“Ini buk” ucapku sambil memberikan selembar uang lima ribu rupiah kepada ibu-ibu peminta yang berdiri didepanku.

“Terimakasih ya mas, semoga yang terbaik selalu menyertai mas dan selalu dalam lindungan sang pencipta” ucapnya lalu berjalan meninggalkan kami. Ternyata sedari tadi dia berdiri didepan kami dan kami tidak menyadarinya, mungkin karena jengkel dia sampai berdehem dan berkacak pinggang.

“Hihihi, mungkin ibu itu jengkel ya karena kita gak menyadari kalau ada dia yang sudah lama berdiri disana” ucap Rahma sambil tertawa.

“Mungkin juga, hehehe” jawabku lalu tertawa.

“Oh iya, berapa hari rencananya kamu mau dikota ini?” tanya Rahma kepadaku.

“Paling lama tiga hari mungkin mbak.. kenapa?” tanyaku pada Rahma sambil memperhatikan wajah manisnya yang tersenyum.

“Kamu bawa surat buat tes dan kertas yang dapat waktu daftar dulu gak?” ucap Rahma sambil melihat kearahku.

“Mmm.. bawa mungkin mbak” ucapku seraya membuka tas dan mengeluarkan berkas yang dimaksud Rahma.

“Ada nih mbak” sambungku lagi.

“Yaudah, itu simpen aja dulu. Kali aja kamu nanti berubah pikiran dan memutuskan jadi kuliah disini, jadi nanti sekalian registrasi buat dapetin kamar asrama. Oh iya, Batas registrasi sampai hari rabu” ucap Rahma sambil mengaduk es teh yang ada didepannya.

“He..em” jawabku singkat sambil meraih ponsel yang ada disaku celanaku. Kemudian aku memutuskan untuk mengabari ibuku kalau aku sudah sampai dikota ini.

“Besok kamu ada acara gak?” tanya Rahma sambil memandangku yang baru saja selesai memberi kabar pada ibuku. Segera kutaruh kembali ponselku ke atas meja dan meraih sebatang rokok lalu membakarnya.

“Belum tau, tapi sepertinya nggak ada” jawabku sambil menghembuskan asap rokok keatas.

“Besok boleh minta tolong gak?” ucapnya sambil tetap memandangku.

“Minta tolong apa mbak?” ucapku sambil menoleh kearahnya.

“Temenin.. kekampus” jawabnya sedikit lirih lalu menundukkan wajahnya. Aku yang sedikit mengerti akan sikapnya hanya bisa mengiyakan “iya mbak.. jam berapa?”

“Jam sembilan ya” ucapnya bersemangat kemudian menoleh kearahku. Aku yang terkejut hanya bisa tersenyum ketika melihatnya bersemangat.

“Oke.. tapi apa nggak papa kalau aku nganterin mbak?” tanyaku meyakinkan.

“Emangnya kenapa? Tanyanya sambil mengerutkan dahi.

“Takutnya ada yang marah..” jawabku.

“Hehehe... Kan aku udah putus” ucapnya sambil tersenyum kecut. Seketika aku teringat akan kejadian tempo hari waktu aku pertama kali datang ke warkop ini.

“Maaf mbak, aku kira waktu itu kamu hanya bertengkar biasa dan nggak sampai putus” ucapku sambil menatapnya.

“Santai aja..” jawabnya sambil tersenyum, namun terlihat sedikit gurat kesedihan diwajahnya.

Akhirnya setelah itu kita berdua ngobrol tentang apapun. Sama seperti kakaknya, ternyata dia juga suka membahas hal-hal yang gak jelas. Mulai dari hal yang gak jelas sama sekali sampai hal yang gak jelas banget. Sampai akhirnya aku dan mas Oka memutuskan pulang pada pukul sebelas malam.

“Mas ok, sesok pean onok acara gak?” (mas ok, besok kamu ada acara gak?) Tanyaku saat perjalanan pulang.

“Gak onok sen, opo o?” (gak ada sen, kenapa?) Jawabnya sambil menoleh kebelakang.

“besok aku pinjem motor ya” ucapku.

“Kate Nandi kok tumben nyelang motor” (mau kemana kok tumben pinjam motor) jawabnya sambil menoleh kebelakang lalu dua jarinya mengkode untuk join rokok dengan membentuk lambang peace.

“Rahma njaluk kancani Nang kampus, Kate registrasi jare” (Rahma minta ditemani ke kampus, katanya mau registrasi) jawabku sambil menyodorkan rokok yang sedari tadi kunikmati.

“Okee.. tapi ati-ati lho tell. Mantan e Rahma koyok e sek gak Trimo putus karo Rahma” (oke.. tapi hati-hati lho tell. Mantannya Rahma seperti belum terima diputusin sama Rahma) jawab mas Oka sambil menerima rokok dariku.

“Santai mas” jawabku singkat.

“Pokok nek onok opo-opo langsung kabarono aku ya” (pokoknya kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya) ucapnya sambil menghembuskan asap rokok keudara.

“Oke..” jawabku singkat.

“Sip.. oh Iyo, bariki tak tinggal Nang nggone koncoku Yo. Enek rapat gae ospek. Paling sesok isuk wes moleh kok” (sip.. oh iya, sebentar lagi tak tinggal ke tempat temenku ya. Ada rapat buat ospek, mungkin besok pagi udah pulang kok) jawabnya sambil menyodorkan sebatang rokok yang tinggal setengah.

“Oke.. berarti aku turu kamare pean ijenan Iki?” (oke.. berarti ini aku tidur sendirian dikamarmu?) Tanyaku.

“Iyolah tell, nek gak wani njaluk keloni emakku. Hahaha” (iyalah tell, kalau gak berani minta ditemenin tidur emakku. Hahaha) jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak.

“Asuuuu.. emang budhe durung turu ta Saiki?” (asuu... Emang sekarang budhe belum tidur?) Jawabku sambil menggodanya.

“Asuuuu.. tenan Kate njaluk keloni emakku koyoke Iki” (asuuuu... Beneran mau minta temenin tidur emakku ini kelihatannya) ucap mas Oka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Akhirnya kita sampai dirumah mas Oka, tapi terlihat semua lampu sudah mati pertanda penghuninya sudah tidur. Lalu mas Oka membukakan pintu rumahnya dan berpesan bahwa agar aku segera tidur karena terlihat sangat kusut seperti kurang istirahat.

Ketika sudah dikamar mas Oka, aku segera mencuci muka dan melepas baju serta celana pendek yang aku pakai sehingga hanya menyisakan celana dalam saja lalu memakai sarung mas Oka yang berada di lemarinya. Setelah itu segera kubaringkan tubuhku dikasur dan berharap segera tertidur. Seketika ingatanku menerawang tentang kejadian persetubuhan ku dengan budhe tempo hari ketika mataku memandang langit-langit kamar mas Oka. “Ah kampret, kenapa harus teringat kejadian waktu itu sih” umpat ku sambil menutup wajahku dengan bantal.

Segera ku lepaskan celana dalamku karena rasa sesak akibat si Joni yang terbangun lalu menaruhnya disamping celanaku. Segera kuraih ponselku berharap bisa mengalihkan otakku yang terus mengingat kejadian dengan budhe. Nampak satu notifikasi pesan WhatsApp dari Rahma.

From: Rahma
Besok jangan lupa ya 🤗

Segera ku tutup pesan dari Rahma tanpa membalasnya, lalu menaruh ponsel dimeja samping ranjang. Segera ku pejamkan mata berharap cepat tidur meskipun mataku masih belum mengantuk

...

Sayup-sayup terdengar suara ketokan pintu, segera kubuka mataku dan kuraih ponselku. “hmmm.. setengah lima” gumamku lirih. Kemudian aku bangun dan berjalan menuju pintu lalu membukanya karena semalam memang sengaja ku kunci. Terlihat mas Oka sudah berdiri didepan pintu dengan mata yang merah.

“Nyoh Iki kunci Karo STNK e. Aku tak turu sek, ngantuk aku” ucapnya lalu berjalan menuju kasur dengan sempoyongan. Tercium juga aroma alkohol dari mulutnya.

Ahhh.. kampret. Mabuk dia.” Batinku ketika dia berjalan didepanku. Segera ku taruh kontak motor dan STNK milik mas Oka kedalam tas lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah berganti pakaian tanpa mengenakan celana dalam, aku memutuskan untuk membuat kopi di dapur.

Saat berjalan menuju dapur, aku berpapasan dengan pakdhe yang kelihatan sudah siap untuk berangkat kepasar. Pakdhe merupakan seorang juragan mie ayam yang lumayan sukses di kota ini. Dia sudah memiliki 9 lapak mie ayam yang tersebar di kota ini. Setiap pagi ia berangkat ke pasar untuk berbelanja keperluan lapak mie ayamnya. Dan satu yang pasti, pakdhe selalu memasak sendiri olahan gading ayam di lapak induk atau lapak terbesarnya dan nantinya akan dikirim ke delapan lapak oleh para pegawainya. Tak jarang pakdhe pulang sore bahkan sampai malam hari karena dia selalu memantau langsung lapak-lapaknya.

“Lho le.. kapan teko?” (lho le, kapan datang?) ucap pakdhe yang terkejut ketika melihatku lalu menyodorkan tangannya padaku.

“Kemarin pakdhe.. tapi baru semalem nyampe sini soale ngopi dulu” jawabku sambil mencium punggung tangan pakdhe.

“Oh.. gitu..” jawabnya sambil manggut-manggut.

“Budhe mana pakdhe?” tanyaku.

“lha itu” jawab pakdhe sambil menunjuk kearah dapur. Segera ku menoleh kearah dapur untuk melihat budhe dan terlihat budhe sedang sibuk memasak.

“Yowes tak tinggal dulu ya” ucap pakdhe menepuk bahuku lalu berjalan keluar rumah. Setelah itu segera ku berjalan kearah dapur dengan maksud untuk mengerjai budhe, siapa tau bisa dapat ena'-ena’ seperti kejadian tempo hari.

Ketika sudah sampai di dapur sepertinya budhe belum mengetahui keberadaan yang berada dibelakangnya. Secepat kilat kupeluk perut budhe dari belakang dan membenamkan mukaku di punggungnya. “budhe... Kangeeeenn.....” ucapku sambil menggesek-gesekkan wajahku.

Budhe tersentak kemudian membalikkan badannya lalu mengalungkan tangannya di leherku. Sekarang posisi kami saling berhadapan dan tanganku berada di pinggang budhe. “Budhe juga kangen le” ucapnya sambil memandang mataku. Lalu.. cuuup... Budhe mengecut bibirku sebentar kemudian memelukku erat.

“Kamu kapan dateng?” tanya budhe setelah melepaskan pelukannya.

“Kemarin, tapi baru semalem nyampek sini” sambil duduk di bangku samping meja makan. Dapur budhe terletak disebelah sudut belakang dari rumah budhe yang berukuran cukup luas kira-kira 4×4 meter. Disudut belakang sebelah kiri terdapat wastafel sederhana untuk mencuci piring yang bersambung dengan tempat kompor disebelah kanannya. Tepat diatas wastafel terdapat rak piring yang tak seberapa tinggi menggantung didinding. Disebelah kanan terdapat satu set meja makan terbuat dari kayu jati yang terlihat sederhana. Disebelah kiri terdapat lemari makan tempat menyimpan lauk dan sayur.

Kemudian aku berdiri dari dudukku, lalu budhe menghampiriku setelah meletakkan celemek yang telah ia lepas dari tubuhnya dan menyisakan daster mini yang hanya sampai diatas lutut dengan belahan dada lumayan rendah yang menampakkan sedikit belahan dadanya yang 'wow’ tersebut.

Nampak ia menurunkan tali pundak daster mininya lalu kemudian daster itu ia turunkan sampai ke kakinya, dan kini nampaklah tubuh budhe yang hanya terbalut celana dalam dan bh hitam. Kemudian ia menurunkan pundak ku agar aku duduk di kursi makan dan secepat kilat duduk diatas pahaku sambil merangkul kan kedua tangannya keleherku.

Cuupp...

Ia pun melumat bibirku dan terasa lidahnya mencongkel-congkel bibirku. Segera kubalas gerakan lidah budhe dengan menyedot-lidah budhe dan membelitnya. Terasa liur kami merembet keluar melalui celah bibir kami.

Tanganku kugerakkan kearah punggung budhe untuk melepas pengait bh budhe. Cliikk... terlepaskan pengait bh budhe. Segera kususupkan tanganku kebalik bh budhe tapi segera ditepis oleh budhe. Kemudian ia melepas sendiri bhnya lalu meletakkan diatas meja. Segera ia mengarahkan kedua tanganku kearah dadanya yang putingnya terasa sudah mengeras. Segera kuremas kedua payudara budhe yang terasa begitu kenyal meskipun bentuknya sudah agak turun.

“Ohhhh... Mhhhh.. terus leee...” desah budhe sambil menggesek-gesekkan pangkal pahanya yang tepat berada diatas Joni yang sudah bangun.

Kemudian kulepas ciumanku dari mulut budhe “buka ya budhe” ucapku. Lalu ia pun menganggukkan kepala dan berdiri dari pangkuanku. Perlahan kuturunkan celana dalam budhe dan ia pun membantu dengan sedikit mengangkang kan kakinya agar mudah untukku melepas celana dalamnya. Setelah itu ku taruh celana dalam budhe diatas bh yang berada diatas meja.

Segera kuarahkan tangan kiriku ke memek budhe yang sudah sedikit basah. Kuelus itil budhe yang terlihat menonjol diatas memeknya yang sedikit menghitam. Tangan kananku tak tinggal diam, segera ku puntir-puntir puting budhe yang sudah mengeras.

“Oohhhhh... Terus le...” desah budhe sambil memejamkan mata. Badan budhe sedari tadi sudah meliuk-liuk entah karena geli atau enak. Kemudian budhe menepis lembut tanganku yang ada didadanya lalu menggesek-gesekkan dadanya pada dadaku yang masih terbungkus kaos dan melumat bibirku lagi.

Kemudian tangan budhe turun kearah pinggulku dan meraih ujung kaosku, lalu menariknya keatas dan meletakkan kaosku dimeja. “Sekarang gantian ya le” ucapnya mendesah didekat telingaku. Kemudian ia berdiri dan meraih bagian atas celanaku lalu akupun berdiri agar budhe mudah untuk menurunkan celanaku.

Aku pun duduk kembali dan mengangkang kan kakiku agar budhe leluasa untuk mengerjai si Joni. Budhe pun berdiri dengan tumpuan lututnya, kedua tangannya menggenggam Joni sambil dikocoknya perlahan. “Kok seperti tambah gede ya le” ucap budhe sambil memperhatikan Joni.

“Nggak tau juga budhe, tapi sepertinya segitu aja sih kalau Joni lagi tegang” balasku. Lalu budhe menundukkan wajahnya dan mulai menjilat ujung kepala Joni sambil tetap mengocoknya perlahan.

“Ehhhh.... Enak budhe” ucapku saat budhe mulai memasukkan Joni kedalam mulutnya. Terasa budhe menggelitik lubang kencingku waktu mengulum kepala si Joni.

“Ihya Lhee.. hini hambah behar hari paha hemharhen” ucap budhe sambil tetap mengulum si Joni. Aku yang merasa keenakan secara reflek menekan kepala budhe agar mengulum lebih dalam.

“Hmmphh... Hmmphh..” suara budhe saat ku tekan kepalanya.

“Hoeeeek.. hoook.. hoook..” budhe terlihat seperti mau muntah saat melepas Joni dari mulutnya dan terlihat matanya berkaca-kaca. “Kamu jahat le” ucap budhe sambil menyeka liur yang keluar dan membasahi pipinya.

“Maaf budhe” ucapku sambil menyeka air matanya.

Segera kuangkat dan kududukkan budhe keatas pahaku. Sekarang posisi kami saling berhadapan. “Maafin Seno ya.. abisnya enak banget kuluman budhe” ucapku sambil menggesek-gesekkan hidungku kehidungnya. Sekejap budhe menyambar bibirku lalu kami kembali saling melumat.

Tanganku segera meluncur kearah pantat budhe lalu meremasnya agak keras dan sesekali menampar pantat semok budhe. “Masukin sekarang ya budhe” ucapku ketika merasa memek budhe sudah basah dan budhe hanya menganggukkan kepala sambil memejamkan mata.

Segera budhe mengarahkan Joni kedalam lubangnya, mungkin budhe takut aku salah masuk lubang lagi seperti tempo hari. Segera kutekan keras saat budhe sudah menggesek-gesekkan kepala Joni didepan lubanya.

“Ohhhhh....” desah budhe sambil memejamkan matanya dan mendongakkan wajahnya. Segera kusambar dan kugigit pelan bibir bawah budhe ketika ia mendongakkan wajahnya. Tanganku pun tetap meremas-remas pantat budhe. Mungkin sekarang pantat budhe menjadi sedikit merah karena remasan ku yang diselingi dengan tamparan yang keras.

“Ohhhh.... Enak le... ngganjel banget...” ucap budhe saat kusodok dengan tempo yang agak cepet namun sesekali lambat karena aku tidak ingin segera keluar. Kami seolah tidak menghiraukan keadaan sekitar yang sudah sangat terang karena matahari sedari tadi sudah menunjukkan dirinya.

Kini tampak budhe mulai menggenjot-genjotkan pantatnya sambil sesekali memutarnya. Peluhnya mengalir membasahi wajahnya dan menjadikannya tampak lebih menggairahkan.

“Cepetin le.. budhe mau nyampe..” ucapnya sambil melingkarkan kakinya diperutku sambil tetap menggenjot-genjotkan pantatnya.

Serr serr serr

“Ahhhh....” desah budhe sambil menyandarkan kepalanya di pundak ku. Tubuhnya terasa mengejang karena badai orgasmenya, dan kemudian terasa tubuhnya mulai lemas. Aku segera merangkulnya karena khawatir ia akan terjatuh.

Huh huh huh huh huuuh huuuh huuuh...

Terdengar nafasnya tersengal-sengal dan perlahan mulai kembali normal. Kini ia pun sudah membuka matanya dan mengecup lembut bibirku. “Enak banget le” ucapnya setelah melepaskan ciumanku. Posisi Joni masih tetap berada didalam lubang budhe dan entah kenapa lubang budhe sekarang terasa seperti menyedot-nyedot Joni.


Setelah beberapa saat, nampak nafas budhe sudah mulai teratur lagi. Segera kugendong tubuh budhe dan kududukkan diatas wastafel cuci piring didapur. “Lagi ya budhe” ucapku sambil mengecup bibir budhe. Kuarahkan tangan kananku menuju menuju clitoris budhe kemudian ku pilin-pilin lembut. Bibirku yang berada di bibir budhe segera merayap turun menuju leher budhe dan menjilatinya.

“Ssshhh...... Enak le” desah budhe sambil sedikit meliuk-liukkan tubuhnya. Jariku yang sedari tadi memainkan clitoris budhe kini sudah masuk ke dalam memek budhe dan sedikit mencongkel-congkel langit-langit memek budhe yang kini terasa sudah basah sekali. “Masukin lagi ya budhe” ucapku disamping telinganya lalu sedikit menjilat telinga budhe. Budhe yang memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya hanya bisa mengangguk pasrah.

Kugenggam Joni menggunakan tangan kananku lalu ku gesek-gesekkan ke lubang memek budhe yang telah basah kemudian kutekan pelan sampai terasa kepala Joni terasa mentok kedalam memek budhe. “ohhhhh...” desah budhe sambil mendongakkan wajahnya keatas. “Pelan-pelan aja ya le... Budhe ingin lebih menikmatinya...” ucapnya ketika Joni sudah masuk sepenuhnya kedalam memek budhe.

Kuanggukkan kepalaku lalu segera memanggil bibir budhe. Segera kutarik sampai hanya tinggal kepala Joni lalu kutekan lagi perlahan dan terus kulakukan berulang-ulang.

“Ahhh... Iya lehh... Ohhh... Enakkk.... Mmmmm....” ucap budhe sambil sedikit mengimbangi sodokanku.

Aku semakin bersemangat ketika mendengar desahan budhe. Tangan kananku yang berada di pinggul budhe segera merayap kearah belahan pantat budhe dan kugesek-gesekkan jari tengahku diatas belahan anus budhe. “Ahhh... Geli Lee... Ohhhh...” desah budhe sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“enak gak budhe?” ucapku sambil tetap menusuk memek budhe secara perlahan. “He...emm..... Ohhh.... terus lhe...” lenguhnya sambil tetap memejamkan matanya.

Aku merasa spermaku sudah akan keluar setelah beberapa saat menusuk memek budhe. “Budhe pindah ya.. aku capek” kilahku sambil mengangkat tubuh budhe. Segera aku menuju kursi dengan tetap menggendong budhe.

“Kamu diam dan nikmati aja ya, budhe akan kasih sesuatu yang enak” ucap budhe ketika aku sudah duduk diatas kusi dengan posisi budhe tetap diatas pahaku. Setelah itu budhe mendorong tubuh ku agar aku menyandarkan punggungku dikursi. Budhe melumat bibirku sebentar lalu menggoyang-goyangkan pinggulnya dan terasa Joni seperti diurut oleh memek budhe.

“Gilaaa... Enak ba... Mmmphh” belum sempat aku melanjutkan ucapanku budhe segera melumat bibirku sambil menggoyangkan pinggulnya dengan tempo yang cepat kemudian berhenti. Ketika budhe berhenti menggoyangkan pinggulnya terasa memek budhe seperti menyedot dan mengurut-ngurut Joni.

Aku hanya bisa memejamkan mataku karena sangat menikmati sensasi ini. Lalu budhe menaik-turunkan pinggulnya dengan cepat “budhe mau keluar lhe...” ucapnya sambil tetap menaik-turunkan pinggulnya dengan diselingi goyangan pinggulnya. Tanganku yang sedari tadi berada di pinggul budhe kini beralih kepantat semok budhe sambil meremas-remasnya.

“Seno jugha... Mau ke...luw...ar budhe....” ucapku terbata sambil tetap meremas-remas pantat budhe. Segera kutusuk-tusuk memek budhe untuk mengimbangi goyangan pinggul budhe karena badai orgasmeku terasa sudah dekat.

Seerrr...serrr....serrr....
Crot...crot...croootttt...

“Ooohhhhhhh.....” lenguh kami bersamaan dibarengi dengan orgasme kami berdua.
Kami keluar bersamaan. Terlihat badan budhe melengkung kebelakang sambil tangannya melingkar dileherku. Aku pun hanya bisa berpegangan kebelakang pada sandaran kursi agar badanku tidak terjatuh karena menahan beban badan budhe

Segera kucium kening budhe sambil membelai belakang kepalanya dan budhe pun kembali memelukku dengan eratnya. “Tunggu bentar ya le, budhe masih lemes banget” ucapnya dengan posisi tetap memelukku.

“Iya budhe” ucapku sambil menikmati memeknya yang masih terasa berkedut-kedut. Sesaat kupejamkan mataku dan entah kenapa tiba-tiba aku melihat bayang-bayang wajah ibuku seolah seperti tersenyum pilu kearahku, nampak lelehan air mata membasahi kedua pipinya.

Aku tersentak dan segera kubuka mataku karena hal itu. “Kenapa le? Tanya budhe karena mungkin dia merasakan keterkejutan ku. “Budhe.. Seno mohon ini untuk yang terakhir kalinya ya” ucapku sambil memaksakan bibirku untuk tersenyum kearahnya

“Kenapa le? Apa budhe sudah tidak menarik lagi ya?” ucapnya memandangku dengan sedikit keheranan. Kugelengkan kepalaku lalu kujatuhkan mukaku kearah bahu budhe. “Enggak budhe.. karena Seno sadar kalau ini sudah kelewatan” entah kenapa bayangan ibuku tadi seolah menyadarkan ku jika semua ini sudah kelewat batas. Tak terasa air mataku keluar tanpa bisa dibendung.

“Hiks..hiks.. ma..Afin se...no ya... Budhe...” ucapku sambil terisak dan masih dalam posisi wajahku di bahu budhe. Segera kurasa tangan budhe membelai lembut pipiku “hiks.. hiks.. ma..af..fin Bu....dhe jhu..gha... Yha lheee... Kaaa..reen...na bhud...dhe ... jhu...gha.. hal.. i...ni biss..sa Ter...jadi...di” ucap budhe memandang mataku sambil terisak. Aku hanya tersenyum ketika mendengarnya lalu kuusap air mata budhe dan memeluknya lagi.

“Maaf ya budhe” ucapku sambil mengeratkan pelukanku pada budhe. Terasa tubuh budhe sudah tidak bergetar lagi tapi masih terdengar isakannya. “Budhe yang harusnya minta maaf le... Hiks.. hiks...” ucap budhe sambil sesenggukan. “Janji ini yang terakhir kalinya ya budhe” ucapku sambil melepaskan pelukan budhe lalu memandang wajahnya dan menyeka air matanya, dan budhe hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum namun matanya masih mengeluarkan air mata.

Setelah itu aku memutuskan untuk mandi dan budhe pun melanjutkan memasaknya. Kemudian aku dan budhe sarapan bersama dengan sedikit canggung. “Mungkin lebih baik begini” batinku ketika melihat sikap budhe yang sedikit kikuk padaku.

Tepat pukul setengah sembilan aku bergegas menjemput Rahma di warung kopinya karena bagian belakang warung tersebut merupakan tempat tinggal Rahma dan Dalbo.

Nampak sesosok gadis cantik sudah menunggu di pelataran parkir warung kopi Dalbo. Ya, dia adalah Rahma. Hari ini dia nampak imut dengan kuncir kudanya. Balutan Hem berwarna biru dan celana panjang Levis dengan warna senada menambah kesan imutnya.

“Lama banget” ucapnya sambil cemberut ketika aku baru saja sampai. “Baru juga jam sembilan kurang” ucapku sambil melihat kearah layar ponsel yang menunjukkan pukul delapan lebih lima puluh menit. “Ihhh...” ucapnya sambil langsung naik ke jok belakangku.

“Mau langsung jalan?” tanyaku sambil menoleh kearahnya dan ia pun menganggukkan kepala. “Pamitan dulu gih ke mas Redi” ucapku sambil menoleh kearah warkop. “Dia baru aja keluar.. udah ayoook.. ntar keburu panas nih” ucapnya sambil merengek manja. “iya iya....” jawabku lalu mulai menjalankan motor kearah kampus XXX.

Ketika baru saja memasuki gerbang kampus XXX, kami dicegat oleh segerombolan anak yang memakai pakaian serba hitam dan bertuliskan 'loki' punggungnya. Lalu mereka mengkodeku untuk turun dan mengikutinya. Akhirnya aku pun mengikuti mereka kearah pos satpam yang terlihat kosong. Begitu sampai disamping pos tersebut, salah satu dari mereka menarik kerah bajuku “Bersambung dulu aja” desahnya ditelingaku.
 
Duh motongnya bisa pas banget..:donat::kentang:
Bakalan ada duel perdana ini..

Makasih updatenya suhu..
:ampun:
 
terimakasih atas update ceritannya suhu @SetetesEmbun ...
Wah ada Loki ada Thor dunk Hu, hehe..
Naga2nya bakalan ada gelut2nya neh..
Bantai!
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Bisikan anak loki itu mengerikan!!!

Rahma nyamperin anak loki dan menarik kerahnya keatas sambil bilang "updatenya jangan lama-lama!!!"
:ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd