Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Entah

Status
Please reply by conversation.
Siapa mereka


POV Rahma

Hai... Hihihi akhirnya kesampaian juga berkenalan dengan kalian semua. Kenalin namaku Rahma Zulfia Febrianti, kalian bisa memanggilku Rahma. Aku adiknya mas Redi ya, jadi kalian jangan ada yang berani godain aku kalau gak mau berurusan sama mas Redi hihihi. Umurku 19 tahun dan aku baru saja lulus dari SMA. Pasti kalian langsung berpikir kenapa umur 19 tahun baru lulus SMA.. iya kan? Bukan karena aku kurang pandai lalu tidak naik kelas, bukan itu.

Dulu aku memilih tidak langsung melanjutkan ke SMA setelah lulus dari SMP. Karena waktu itu aku memutuskan untuk membantu mas Redi dalam mengembangkan usaha warung kopinya. Sebenarnya itu hanya alasanku agar mas Redi tidak mengeluarkan biaya lebih untuk keperluan sekolahku hihihi, jangan ditiru ya teman-teman.

Dikota ini aku hanya hidup berdua dengan mas Redi, bukan karena tidak punya orang tua, melainkan karena orang tua kami berada di propinsi paling barat dipulau ini. Mereka sudah bahagia dengan istri dan suami mereka masing-masing, istilah kerennya sih mereka sudah bercerai dan sudah sama-sama menikah dengan pasangan barunya.

Setelah lulus SMA, mas Redi memutuskan untuk merantau dan merintis usaha sendiri dikota ini. Berbekal uang dari hasil menjual motor sport kesayangannya, ia pergi dari rumah mama meninggalkanku seorang diri. Kala itu aku masih duduk dikelas dua SMP, mas Redi hanya berucap “ini nomor ponsel baruku, jangan sampai kamu berikan pada mama ataupun papa. Kamu bisa menghubungi mas hanya saat kamu kangen sama mas” ucapnya sambil menyerahkan sobekan kertas yang bertuliskan nomor ponselnya. Huuuh sebel banget harus berpisah dengan mas Redi juga.

Sejujurnya aku sangat sedih harus berpisah dengan mas Redi, karena dialah satu-satunya yang bisa menghiburku dari kesedihan perceraian mama dan papa. Kemudian mas Redi pergi meninggalkanku dengan membawa tas ransel yang hanya berisi beberapa potong baju dan celana saja. Aku hanya bisa menangis ketika melihat mas Redi menaiki bus AKAP yang membawanya meninggalkanku sendiri disini.

Aku pun bertekad akan menyusulnya suatu saat nanti karena hanya mas Redi yang peduli padaku. Aku berjanji tidak akan mengganggunya dulu agar ia bisa fokus dengan tujuannya. Aku baru menghubungi mas Redi ketika aku baru saja lulus dari SMP dan mengatakan niatanku untuk pergi dari rumah mama untuk menyusulnya. Mas Redi menentang rencanaku yang akan menyusulnya kekota ini, namun akhirnya dia setuju ketika aku mengancamnya akan kabur dari rumah mama.

Setelah setahun membantu dalam mengembangkan usaha mas Redi, akhirnya mas Redi membujukku untuk melanjutkan sekolah karena keuntungan dari warkopnya sudah cukup untuk biayaku masuk ke SMA dan aku pun menyetujuinya karena memang aku ingin melanjutkan sekolahku.

Di SMA aku banyak mendapat kan teman baru, tak sedikit dari teman-teman cowokku yang menyukaiku tapi semuanya kutolak secara halus karena aku belum mempunyai niatan untuk berpacaran dan lebih memilih fokus belajar serta membantu mas Redi. Namun saat menginjak kelas 3, ada seorang cowok yang meluluhkan hatiku. Dia adalah Dino yang baru beberapa hari kemarin kuputuskan karena memaksaku untuk berhubungan badan dan aku menolaknya.

Awalnya dia terlihat seperti cowok baik-baik, selalu perhatian padaku, jujur, dan tidak pernah memaksakan kehendaknya. Aku mengenalnya sejak pertengahan kelas dua SMA, ketika dia menolongku dari beberapa preman yang menggodaku ketika aku pulang dari sekolah. Sampai akhirnya diawal kelas tiga dia menyatakan perasaannya padaku dan aku menerimanya.

Sebenarnya mas Redi tidak setuju ketika aku jadian dengannya, dia selalu berkata kalau Dino bukan anak baik-baik. Tapi aku terus meyakinkannya sehingga mas Redi pun dengan berat hati merelakan dia menjadi pacarku tapi dia berjanji 'sekali dia menyakitiku, maka mas Redi akan langsung turun tangan'.

Sampai akhirnya kejadian itu terjadi. Awalnya Dino ngajakin aku nonton setelah selesai aku tes di kampus XXX dan kuterima. Sebenarnya aku sengaja mendaftar di kampus XXX karena Dino kuliah disana juga.

Singkat cerita setelah tes dia sudah menunggu di parkiran kampus XXX dengan motor RX-King nya. Setelah itu kami berangkat, tapi ditengah perjalanan dia membelokkan motor yang kita kendarai menuju kosannya.

“Katanya mau nonton” tanyaku saat sampai didepan kosnya. Lalu ia memegang pergelangan tanganku tanpa menjawab pertanyaanku dan menarik ku kedalam kosannya. Didalam sudah ada 3 orang penghuni kos lainnya yang menatap kearah kami dengan pandangan aneh.

Setelah sampai kedalam kamarnya, ia menghempaskan tubuhku ke ranjangnya lalu menindih tubuhku. Aku tidak tinggal diam karena mengetahui bahwa dia akan memperkosaku. Aku pun meronta dan memukul-mukul kearahnya agar mendapatkan celah untuk lari. Dengan sigap ia memegang pergelangan tanganku lalu diposisikan diatas kepalaku sambil dia menduduki tubuhku, aku tidak bisa melawan karena perbedaan kekuatan yang kami yang tak seimbang.

Akhirnya aku hanya bisa menangis sambil meminta tolong, perasaanku waktu itu sudah hancur mengetahui Dino yang kuanggap baik ternyata melakukan hal seperti ini. Didalam hatiku, aku hanya bisa berdoa agar ada yang menyelamatkanku.

Dino mulai memagut bibirku sambil tangannya tetap menahan tanganku. Mulutnya mulai merayap dibibirku dan lidahnya mulai mencoba untuk menerobos masuk kedalam mulutku, tapi aku tetap menutup rapat bibirku. Dia tetap mencoba merayuku sambil berbisik agar aku menikmatinya. Kini bibirnya mulai berpindah merayap ke telingaku sambil lidahnya menggelitik masuk kedalam lubang telinga, aku yang sedari tadi berusaha menolak akhirnya mulai mendesah kala ia menggigit-gigit kecil daun telingaku.

“Ahhhh...” desahku

“Dasar lonte... Tadi aja menolak. Sekarang nikmati aja ya, sudah lama aku menginginkan tubuhmu” ucapnya ditelingaku sambil menggigit-gigit dan menggelitik daun telingaku mungkin ia sudah mengetahui bahwa ini adalah titik sensitifku.

Aku sudah pasrah akan perlakuannya, kini tangannya sudah melepaskan tanganku dan berpindah meremas lembut payudaraku dari luar baju. Aku yang baru pertama kali merasakan remasan di payudaraku menjadi lemas, seolah ada sengatan-sengatan lembut mengalir dari dada menuju daerah kewanitaan ku.

Dino tetap meremas lembut dadaku sambil bibirnya mengulum telingaku, dia sedikit terkekeh kalau mengetahui aku sudah mulai menikmatinya. “Enak kan?” ucapnya sambil bibirnya mulai merayap menjilati kelopak mataku, aku hanya bisa terpejam menikmati sensasi yang baru pertama kali ini kurasakan.

Tiba-tiba mulut Dino merayap turun menjilati leherku, aku yang merasa geli hanya bisa menggeliat-geliat sambil memejamkan mata. Desahan pun mulai keluar dari mulutku. “Ahh... Ohhh.. diinn... Hentikaaann...” desahku, namun tubuhku seolah enggan untuk menolak.

Kini Dino suduah mulai menyingkapkan bagian bawah kemejaku dan ia menatap ke arah pusarku. Tangannya mulai mengelus perutku sambil sesekali menggesek-gesek lubang pusarku. “Kamu seksi sekali” ucapnya. Lalu ia pun mulai menjilat lubang pusarku sambil tangannya tetap meremas-remas dadaku. Aku hanya bisa mendesah akibat perlakuan Dino.

Kini bibirnya sudah berpindah ke bibirku dan menghisap-hisap bibir bawahku. Tangannya mulai turun untuk membuka kaitan celanaku dan menurunkan sedikit dibawah selangkangan ku. Kini terpampang lah celana dalam putihku dihadapannya. Tangannya mulai bergerak masuk kedalam celana dalamku dan berhenti tepat di clitoris ku, ia pun mulai menggesek-gesek clitorisku dengan jari tengahnya.

“Tadi aja nolak, eh sekarang udah basah” ucapnya sambil tersenyum meledekku. Aku yang baru sekali ini merasakan sensasi ini hanya bisa mendorong-dorong kan pinggulku agar jari Dino lebih sering menggesek-gesek clitorisku. Aku merasa celana dalamku sudah teramat basah akibat rangsangan tangan Dino.

Kini jari tengah Dino sudah menggesek-gesek permukaan vaginaku. “Akhirnya aku bisa mendapatkan tubuhmu” ucap Dino yang mulai memasukkan jari tengahnya kedalam lubang vaginaku.

Seketika aku tersadar saat jari tengah Dino mulai mencoba memasuki lubang vaginaku. Sesaat aku menjerit karena aku melihat bayang senyum mas Redi. Akhirnya aku meronta-ronta sambil berteriak dengan sisa tenagaku. “Enggak Din.. tolong hentikan.. hiks hiks.. tolong...” jeritku sekuat tenaga.

“Ssttttt... Nikmati aja sayang” ucap Dino sambil mencoba memanggut bibirku.

Braaaakkk..

“Dino.. apa yang kamu lakukan” ucap seseorang yang baru saja mendobrak pintu kamar Dino. Dino yang terkejut lalu berdiri dari atas tubuhku dan memandang orang tersebut.

“Jangan ikut campur deh zan, ini urusan gue” ucap Dino ke orang tersebut.

“Astaga.. Rahma...” ucap seorang wanita yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Dino lalu berlari kearahku. Aku yang melihat indah mendekat kearahku langsung memeluknya ketika dia sudah berada disampingku. Indah adalah teman SMA ku dulu. Kami pernah duduk satu bangku ketika kelas dua.

“Dino, kamu apain aja rahma?” ucap indah memandang kearah Dino sambil tetap memelukku.

“Bukan urusan loe ndah, loe urusain aja tuh pacarmu dan jangan ikut campur urusan gue” ucap Dino sambil melihat kearah indah.

“Jangan maksa dong kalau Rahma nggak mau” ucap indah membelaku.

“Alah, bacot... Zan, loe ajarin tuh lonte loe biar gak ikut campur urusan gue” ucap Dino menunjuk kearah Fauzan.

“Jaga ucapanmu Din” ucap Fauzan kepada Dino.

“Alah, gausah munafik deh loe” ucap Dino. Terlihat Fauzan mulai emosi akibat ucapan Dino, lalu Fauzan pun mengarahkan kepalan tangannya kearah mulut Dino. Dino yang tidak waspada akhirnya terkena pukulan Fauzan.

“Udah berani loe ama gue” ucap Dino sambil mengelus samping bibirnya yang berdarah akibat pukulan Fauzan.

“Udah dong, kalian berdua jangan berantem” ucap indah.

“Ndah, ambilin ponselku hiks.. hiks..” ucapku sesenggukan sambil melihat kearah tas yang berada di samping kasur. Secepat kilat Indah merah tas ku lalu mengambil ponselku. Aku pun segera menghubungi mas Redi agar segera menjemputku.

“Ma.. gimana ini?” tanya indah sambil melihat kearah Dino dan Fauzan. Nampak Dino mulai kesal karena sedari tadi pukulannya bisa dielak oleh Fauzan.

“Udahlah Din, mending loe pergi aja” ucap Fauzan sambil menahan pukulan tangan kanan Dino dengan tangan kirinya. Lalu Fauzan memuntir tangan Dino sehingga kini posisi Fauzan berada dibelakang Dino sambil tetap menuntir tangan Dino.

“Lepasin tangan gue bangsat” ucap Dino sambil meronta mencoba melepaskan tangannya, tapi Fauzan yang berpostur lebih tinggi tetap memuntir tangan kanan Dino sambil tangan kirinya meremas bahu kiri Dino.

“U..dah.. lep..pas..in a..ja zan.. biar d..ia pergi hiks.. hiks..” ucapku sesenggukan” aku tau jika Dino tetap disini maka ia akan dihajar oleh mas Redi yang sebentar lagi akan datang menjemputku. Terlihat Fauzan menendang punggung Dino kearah pintu lalu Dino terjengkang karena tendangan Fauzan.

“Tunggu pembalasan gue” ucap Dino kearah Fauzan lalu ia pun pergi.

“Kok bisa sampai kayak gini sih ma?” tanya indah

Lalu akupun menceritakan kejadian ini dari awal saat aku diajak monoton oleh Dino.

Beberapa saat kemudian mas Redi datang, aku yang masih ketakutan akhirnya berlari kearahnya lalu memeluknya. Nafas mas Redi terasa memburu saat aku memeluknya, kemudian ia mengelus kepalaku “udah ma, jangan sedih lagi. Nanti akan mas balas perbuatan Dino” ucapnya mencoba menenangkan ku. Lalu mas Dino pamit kepada Fauzan dan Indah sambil mengucapkan terimakasih karena telah menolongku.

Setelah sampai di warkop, aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku sedikit jijik dengan tubuhku yang sudah dijamah oleh Dino. Aku duduk termenung dibawah shower mengingat kejadian yang telah menimpaku. Tak terasa air mataku menetes kala mengingat kenangan bersama Dino. Dia yang kucinta, tapi tega melakukan hal buruk kepadaku.

Setelah memantapkan hati untuk melupakan kejadian tadi, aku segera mengakhiri mandiku dan bergegas menuju meja kasir untuk memulai aktivitasku diwarkop. Belum sempat aku sampai dimeja kasir, mas Redi memanggilku untuk mendatanginya. Sesampainya dimeja mas Redi ternyata sudah ada mas Oka yang merupakan teman dari mas Redi, ada juga seorang yang tidak asing bagiku karena pagi tadi berbincang sebentar dengannya. Ya dia adalah Seno, seorang anak sebayaku yang tadi juga tes dikampus XXX, aku mengingatnya karena dia terlihat berbeda dari yang lain. Itu karena hanya dia sendiri yang memakai baju batik, hihihi lucu sekali dia.

Kemudian aku pun berbincang-bincang dengannya hanya berdua, itu karena ulah mas Redi dan mas Oka yang mungkin sengaja untuk menghiburku dan itu sukses membuatku tertawa karena tingkah pola Seno yang polos namun sering keceplosan. Entah mengapa aku seperti sudah melupakan beban masalahku ketika berada didekatnya.

Tingkah polosnya yang sering salah tingkah ketika diisengin oleh mas Oka membuatku selalu memperhatikannya, meskipun bisa dibilang dia nggak terlalu ganteng dan cenderung dekil.

Seminggu kulalui hari-hari ku dengan membantu mas Redi, sejujurnya aku mulai melupakan peristiwa Dino berkat Seno. Ya, berkat Seno. Meskipun kita berhubungan hanya melalui aplikasi WhatsApp tapi dia selalu bisa membuat mood ku membaik berkat joke-joke konyolnya yang kadang terasa garing.

Mungkin kalian berpikir aku suka sama Seno ya? Hayo ngaku aja deh, hihihi. Sejujurnya aku sendiri tidak tau apakah aku menyukainya atau tidak, tapi yang jelas aku selalu ingin didekatnya meskipun dia sedikit cuek padaku. Tapi entah mengapa aku merasa nyaman ketika didekatnya, terlebih ketika menatap matanya. Mata yang terasa menenangkan ketika menatapnya, tapi terlihat sedikit kesedihan kala menatap lekat mata itu. Entah apa yang pernah terjadi pada dirinya.

Sebenarnya aku baru beberapa kali bertemu dengannya, yang pertama ketika aku baru saja turun dari angkot ketika akan mengikuti tes seleksi penerimaan mahasiswa baru dikampus XXX. Dan selanjutnya adalah ketika sore harinya atau setelah kejadian Dino yang mencoba memperkosaku.

Hari ini aku akan pergi kekampus dengan Seno, setelah kemarin memintanya menemaniku untuk melakukan registrasi ulang. Sebenarnya kemarin Seno agak keberatan dengan permintaanku ini, tapi mungkin karena sifatnya yang tidak mau mengecewakan orang lain akhirnya dia menyanggupinya.

Entah mengapa hari ini aku nggak sabar ingin ketemu dengannya. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan bergegas mandi, sampai-sampai mas Redi terkejut dengan dengan perubahan sikapku yang sedari dulu sangat malas jika harus mandi pagi. Tepat pukul delapan lebih tiga puluh menit aku sudah bersiap dengan dandanan minimalis yang menampakkan kesan natural.

Karena masih ada waktu, akhirnya aku memutuskan kedapur untuk membuat teh hangat untuk menemaniku menunggu Seno. Setalah sampai di dapur aku terkejut melihat semangkuk mie instan yang telah matang dan secangkir teh hangat sudah berada diatas meja. Terlihat secarik kertas yang berada disamping makan tersebut menandakan ada pesan dari mas Redi untukku.

Dimakan ya dek, biar kamu lebih bertenaga. Karena menyembunyikan kebahagiaan itu juga butuh tenaga, Hihihi. Oh iya, mas mau jalan-jalan dulu, karena mas juga ingin bahagia sepertimu yang bisa jalan dengan cowok yang telah mencuri perhatianmu.” Itulah bunyi pesan dari mas Redi, dan aku hanya bisa tersenyum membaca pesan dari mas Redi tersebut. Akhirnya kuputuskan untuk menyantap makanan yang sengaja dimasakkan mas Redi untukku sembari menunggu Seno.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Seno datang dengan mengendarai motor mas Oka. Dia nampak gagah ketika mengendari motor RX-King tersebut, hihihi. Setelah berbasa-basi sebentar akhirnya kita langsung pergi kekampus. Ketika sampai di gerbang depan kampus XXX aku dikejutkan dengan rombongan Genk Dino yang menghentikan laju motor kami, dan salah satu diantara anak buah Dino menarik paksa Seno menuju pos satpam yang terlihat kosong.



POV 3rd

“Lu yakin dia bakal baik-baik aja ka?” ucap Dalbo pada Oka ketika dia melihat kearah Seno dari lantai tiga sebuah gedung yang berada disebelah pos satpam tempat Seno diinvestigasi oleh Genk loki. Nampak Seno dikelilingi oleh 5 orang Genk loki dan Seno hanya berdua bersama Rahma.

“Santai Jess, dia bukan anak sembarangan” balas Oka sambil menghisap rokoknya. Dari posisi mereka berdua, mereka bisa dengan leluasa melihat kearah Seno tanpa diketahui oleh orang yang berada dibawah.

Terlihat Seno sedang didorong oleh orang yang berada dibelakangnya, tapi posisi Seno hanya hanya bergeser kedepan selangkah. Nampak kuda-kuda Seno begitu lentur karena hanya kaki kiri yang bergeser maju dan mundur untuk menyeimbangkan tubuhnya, Seno terus mempertahankan kaki kanan disatu titik tanpa menggesernya ketika terus menerus didorong oleh kelima orang tersebut sambil melihat tetap melihat kearah Rahma.

Rahma yang melihat hal itu hanya bisa berteriak agar mereka melepaskan Seno namun ditahan oleh salah seorang dari kelima orang tersebut. Seno yang dalam posisi tersebut tetap berkonsentrasi pada kuda-kudanya sambil tersenyum kepada Rahma.

“Binggo” ucap Oka sambil membuang puntung rokok yang hanya tersisa filternya saja.



POV Seno

Entah siapa mereka dan ada masalah apa mereka dengan denganku, atau mungkin mereka adalah teman dari pacar Rahma seperti yang diucapkan oleh mas Oka tadi padi” pikirku. Aku masih tetap Dalam posisi melakukan kuda-kuda dengan bertumpu pada kaki kanan sambil tetap memandang kearah Rahma.

Sesekali kulempar senyum padanya yang menandakan bahwa aku baik-baik saja, tapi Rahma terlihat sangat menghawatirkan diriku. Nampak sekali dia ingin berlari kearahku tapi ditahan oleh salah seorang dari mereka “mau kemana sih cantik?” ucapnya sambil menahan Rahma.

“Lepasin gue” ucap Rahma kepadanya sambil mencoba mendorong orang yang menghadangnya, tapi usaha Rahma sia-sia karena tubuh orang yang menghadangnya sangat besar.

“Mau apa kalian?” tanyaku pada keempat orang yang mengelilingiku dengan posisi satu orang didepan, satu orang disamping kanan, satu orang disamping kiri, dan satu orang di belakangku.

“Santai aja dulu, kita-kita cuma ingin kenalan dengan anak-anak Maba kok” ucap seorang didepanku yang berpostur tinggi tegap dengan badan yang tidak terlalu besar.

Kucoba untuk melesat maju melalui celah sebelah kanan, tapi dengan sigap orang yang berada disebelah kananku mendorong tubuhku hingga posisiku kembali tepat ditengah keempat orang tersebut.

“Eitssss, mau kemana sih buru-buru amat” ucap orang yang berada disebelah kananku sambil tersenyum meremehkan.

“Ia nih buru-buru amat” ucap orang yang berada disebelah kiriku sambil mendorong tubuhku. Aku yang terdorong ke sebelah kanan hanya memutar kaki kiriku dan mempertahankan kaki kananku sebagai tumpuan. “lemaskan dirimu, gunakan satu kaki sebagai tumpuan dan kaki yang lain sebagai penyeimbang” ucap lek Yunus dulu yang selalu kuingat kala aku berlatih pencak silat.

tenangkan pikiranmu dan konsentrasikan pada sekitarmu” tiba-tiba aku teringat akan ucapan bapakku. Perlahan aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan dan terus kulakukan. Kupejamkan mataku sambil membayangkan setetes air yang jatuh diatas permukaan air dan menimbulkan lingkaran ombak yang menyebar luas pada permukaan air.

Ketika aku membuka mata, aku merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang tepat dari arah sebelah kananku. Kemudian ku lirikkan mataku kearah kanan, namun tak nampak seorang pun disana. Lalu kualihkan pandanganku kearah atas dan nampak dua orang menatap kearahku sambil menikmati rokoknya.

Mas Oka?” batinku. “Kenapa dia hanya melihat saja tanpa menolongku, dan siapa orang yang disebelahnya” pikirku, aku tidak bisa melihatnya karena posisinya yang terhalang oleh pilar beton tiang bangunan.

Ada yang datang” tiba-tiba seperti ada yang membisiki telingaku, dan benar saja dari kejauhan terlihat seseorang sedang berjalan dari belakang Rahma menuju kearah kami. Tiba-tiba dia menarik pergelangan tangan Rahma ketika berada tepat dibelakangnya diikuti oleh satu orang yang sedari tadi mengganggu Rahma.

“Dino, mau ngapain kamu?” ucap Rahma yang terkejut ketika pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang. Dia terus menarik pergelangan tangan Rahma tanpa menghiraukan pertanyaan Rahma.

Rahma memberontak dengan menarik-narik tangannya tapi itu sia-sia karena perbedaan kekuatan mereka. “Bahaya” pikirku ketika melihat Rahma yang mulai menjauh karena ditarik oleh Orang tersebut.

Aku mencoba berlari menuju kearah Rahma tapi didorong kebelakang oleh orang yang berada didepanku. Aku yang terdorong kebelakang Tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Kumundurkan kaki kiriku sambil merubah tumpuan kuda-kudaku pada kaki kiri tersebut lalu kuputar tubuhku dan menendang kearah orang yang mendorongku dengan kaki kanan sambil memanfaatkan momentum putaran ku. Tendangan ku tepat mengenai ulu hati orang tersebut dan ia pun langsung jatuh kebelakang.

Secepatnya kuberlari ke arah Rahma, belum sempat kakiku melangkah.. terasa tangan kananku ditarik dari arah belakang. Aku yang terkejut lalu menoleh kebelakang. Tepat didepanku sekarang berdiri seorang berbadan kurus dan tidak terlalu tinggi. Dia menatapku sambil tersenyum dingin.

Tatap matanya, sambil fokuskan konsentrasimu pada sekitar” kembali aku mendengar suara seolah ada yang sedang membisiki telingaku.

Wushhh...

Tiba-tiba orang kurus yang ada didepanku langsung melancarkan tinjunya mengincar kepalaku tapi bisa ku hindari dengan menggeser kepalaku ke sebelah kiri. “Boleh juga” ucapnya sambil tersenyum kepadaku.

Selanjutnya dia melancarkan tinjunya secara beruntun mengarah pada ulu hatiku, beberapa kali kuhindari dengan cara memundurkan tubuhku sampai ketika ada yang menahanku dari belakang. Ternyata orang yang sedari tadi berada disebelah kiri dan kananku sudah berpindah kebelakang dan kini mereka menahan tubuhku sambil memegangi lengan dan pundak ku.

“Yahoooo” ucap si kurus ketika mengetahui bahwa posisiku sedang terpojok. Kemudian dia mengambil ancang-ancang lalu melakukan tendangan melompat yang mengarah lurus ke wajahku.

Aku yang tidak bisa menggeser tubuhku karena ditahan oleh orang yang berada di belakangku langsung melingkarkan kedua lenganku pada masing-masing leher orang yang berada di belakangku, lalu kujadiikan tumpuan untuk bergelayut untuk mengangkat tubuhku. Kulakukan sebuah tendangan tinggi dari samping kanan ke arah betis si kurus dan itu sukses membuat arah laju tendangan sikurus sedikit bergeser kearah kiri.

Buggg

Tendangan sikurus tepat mengenai wajah orang yang memegang bahu kiri ku dan membuatnya jatuh terjengkang. Sedetik kemudian sikurus hanya bisa terkejut mengetahui tendangannya sukses mengenai wajah temannya begitu juga orang yang berada dibelakang kananku. Tak ku sia-sia kan kesempatan itu, kulakukan gerakan bantingan sambil menarik kepalanya kedepan dengan tangan kananku yang masih melingkar dileher orang yang berada disebelah kananku. Dia pun jatuh tepat disamping sikurus dan Sikurus kembali terkejut melihat temannya roboh tepat disampingnya.

Tak ku sia-sia kan hal ini dengan dengan memberi sikurus pukulan dari bawah ke atas tepat di rahang kiri dan dia pun roboh terjengkang dengan mulut menganga.

Segera ku berlari mengikuti orang yang membawa Rahma menuju parkiran. Pikiranku kacau teringat kejadian saat Diajeng dibawa oleh kakak kelasku dulu saat pertama aku SMA. Hal ini seperti Dejavu bagiku yang membuat alam bawah sadarku berkata “bersambung”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd