Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Entah

Status
Please reply by conversation.
Dejavu


POV Redi


Yohaaaa... Hahaha sialan, akhirnya ane terpaksa harus berkenalan dengan kalian semua, taiikkk hahaha. Yoooo nama ane Redi, cukup kalian tau nama itu aja karena jika kalian tau nama panjang ane, otomatis kalian akan tau siapa babe ane hahahaha taik lah.

Ane abangnya Rahma, inget itu ya wahai kalian para taik hahaha. Jangan sampai kalian ganggu adik kesayangan ane kalau gak mau berurusan Ama ane.

Dikota ini ane tinggal cuma ama Rahma aja, sebenernya ane gak mau Rahma tinggal ama ane karena disini ane hanya bergantung ama usaha warkop aja. Tapi Rahma adalah seorang Rahma dengan segala kemauannya. Dia bakal ngelakuin apa aja kalau kemauannya gak dituruti. Tapi meskipun sifatnya seperti itu, ane tetep sayang Ama Rahma.

Sebenarnya dikota ini ane bisa dibilang gak sendiri, ada si kampret Oka yang sudah seperti keluarga ane sendiri. Awal pertemuan ane dengan Oka adalah ketika dia jadi Maba dan ane jadi panitia ospek, tapi ane Cuma jadi panitia bagian konsumsi hehehe.

Pada malam itu, ane yang hanya jadi seksi konsumsi udah gak ada kerjaan lagi karena udah malam hari. Konsumsi untuk makan malam pun udah diambil oleh temen-temen yang mendapat bagian jemput makanan. Karena ane santai, akhirnya ane mutusin buat jalan-jalan aja liat Maba yang ngider buat minta tanda tangan panitia. Pas sampai diparkiran ane melihat dua orang yang sedang duel, dia adalah Oka dan Restu. Duel mereka berdua imbang dalam segi teknik dan stamina, tapi duel mereka gak berlangsung lama karena kedatangan si bangsat Siho dan Adit.

Kemudian Oka dan Restu diajak gabung ke Genk Adit dan Siho, namun mereka berdua menolak dan malah menyerang balik Adit dan Siho. Karena mereka kalah jumlah, akhirnya menjadi bulan-bulanan anggota kedua Genk tersebut hingga babak belur dan ditinggalkan begitu saja.

Gue yang kasihan akhirnya membawa mereka berdua kerumah sakit dengan menggunakan mobil kampus yang tadi dipake buat menjemputku pesanan makanan. Setelah itu ane menghubungi kakak dari Restu dan mengabarkan kalau Restu masuk rumah sakit. Setelah itu ane meninggalkan mereka karena kewajiban ane dikampus belum selesai.

Satu bulan setelah kejadian itu entah kenapa Oka dan Restu bisa menjadi sahabat dan sering ngopi di warkop ane. Entah mereka sengaja ngopi ditempat ane buat balas budi atau enggak sih ane gak tau, karena dulu ane gak ngasih tau nama ane ke kakaknya restu. Kami bertiga menjadi sangat akrab dan ane sempat mendengar bahwa mereka berdua berencana untuk balas dendam. Ane sebagai teman hanya bisa mendukung saja keinginan mereka.

Tapi belum sempat mereka membalas dendam, kejadian naas itu terjadi. Kejadian yang sesaat sempat menggemparkan kampus dan hilang begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa. Kejadian itu adalah kejadian dimana Restu terbunuh oleh salah satu Genk yang ada dikampus. Kejadian yang awalnya menghebohkan kampus XXX, tapi setelah dua hari dari kejadian itu kampus XXX kembali tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Dan gilanya hanya pelaku pengeroyokan yang mendekam didalam tahanan tanpa mengusut Genk yang mereka ikuti. Anjir sekali kan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Oka nampak seperti bukan dirinya. Dia yang dulunya riang dan cenderung urakan kini menjadi Oka yang pendiam dan lebih memilih untuk menjauh jika harus bertemu dengan salah satu dari kedua Genk tersebut.

Tapi perubahan sikat Oka itu membuat ane berpikir apa yang sedang dia rencanakan, karena ane merasa Oka menyembunyikan sesuatu. Sampai suatu ketika Oka kembali sering ngopi di tempat ane. Ane yang penasaran akhirnya bertanya apa rencana besar yang sedang direncanakannya hingga membuatnya menjadi begitu pendiam. Dia tertawa lalu menjawab bahwa rencananya tetap berlanjut sebagai bentuk balas dendam mendiang Restu jawabnya sambil menyeringai.

Ane langsung merinding ketika melihat seringainya. Ane jadi berpikir dia bukan anak sembarangan, berbeda sekali dengan Oka yang dulu. Ane lalu bertanya bagaimana rencananya dan dijawabnya bahwa dia telah menempatkan pion didalam kedua Genk tersebut dan dia juga berkata bahwa kartu As akan segera tiba ucapnya sambil menghembuskan asap rokok keudara. Apakah ini sebenarnya jadi diri Oka pikirku ketika melihat tatapan liciknya.

Beberapa bulan berlalu, tepatnya minggu kemarin dia datang dengan seorang anak yang dia bilang adalah sodaranya. Ane terkejut ketika melihat anak itu mirip sekali seperti almarhum Restu. Ane jadi kepikiran tentang kartu As yang diucapkannya dulu. Jika memang betul, gila sekali dia akan mengumpankan sodaranya untuk membalaskan dendamnya.

Kedatangan adik Oka yang bernama Seno Minggu lalu bertepatan dengan peristiwa percobaan pemerkosaan adik ane oleh Dino yang merupakan pacarnya sendiri. Ane yang marah mencoba untuk membalas dendam pada Dino tapi ditahan oleh Oka. Dia berkata urusan dengan Dino biar dibereskan oleh Seno karena Oka ingin tau masih pantaskah Seno mendapat julukan the Ace ucapnya.

Ane bingung dengan ucapan Oka, gila aja pikirku. Seno yang nampak biasa saja dan terkesan diam ketika mendengar kabar bahwa Rahma telah mendapat perlakuan buruk dari pacarnya harus membalaskan dendamku. Oka hanya menyeringai dingin ketika melihat ane yang kebingungan.

Yang membuat ane tambah bingung lagi adalah perubahan sikap Rahma yang selama ini terkesan menjaga jarak pada setiap teman cowoknya malah bisa langsung akrab dan manja kepada Seno. Gilaaaaa, siapa sebenarnya anak ini dan apa yang ada dimiliki oleh anak ini pikirku.

Ane semakin terkejut kala kemarin Rahma secara terang-terangan meminta Seno untuk menemaninya pergi kekampus. Ane yang mengetahui hal itu langsung berbicara pada Oka tentang ajakan Rahma pada Seno. Pada malam hari selepas Oka mengantarkan Seno untuk bermalam dirumahnya, ia datang kembali ke warkop dan langsung menghubungi orangnya yang sengaja dimasukkan kedalam dua Genk terbesar dikampus untuk mendapatkan info tentang rencana Dino pada Rahma.

Ane kembali terkejut kala mendengar bahwa Dino tidak akan semudah itu melepaskan Rahma dan berencana akan menculiknya. Oka segera menghubungi teman-temannya agar berjaga-jaga dikampus esok hari. Lalu Oka tersenyum padaku dan berkata bahwa agar ane mempersiapkan diri untuk melihat akhir cerita si anak emas (Dino, karena dia bisa menyatukan dua Genk yang selalu bersebrangan)

Akhirnya sebelum Oka memutuskan untuk kembali kerumahnya, ia mengeluarkan sebotol anggur putih dari dalam tasnya sambil berkata bahwa ane harus menjemputnya sebelum Rahma dan Seno pergi kekampus. Ane hanya mengiyakan saja sambil menemaninya minum karena sejujurnya ane takut rencana Oka akan gagal dan membahayakan Rahma, terlebih ane belum tau tentang Seno yang merupakan sahabat Oka. Lalu kamipun minum bersama sebelum Oka pamit untuk pulang.

Pagi-pagi sekali ane dah bangun, lebih tepatnya gak bisa tidur karena memikirkan rencana Oka. Akhirnya ane mutusin untuk mandi setelah itu memasak mie instan karena malas harus keluar untuk membeli sarapan. Tak lupa kusiapkan juga sarapan untuk Rahma dan segelas teh hangat untuknya karena tadi ane sempat melihatnya masuk ke kamar mandi. Setelah sarapan ane bergegas memanasi mesin motor kesayangan dan meninggalkan catatan kecil untuk Rahma bahwa ane ada acara keluar, lalu ane segera berangkat menyusul Oka.

Ketika sampai dirumah Oka, ternyata dia sudah menunggu didepan rumahnya dan terlihat seperti baru bangun tidur. Gilaaaaa dia gak mandi apa, padahal ini mau pergi kekampus. Dasar gila ini si Oka batinku. Lalu kamipun berangkat menuju kampus dan segera menuju gedung samping pos satpam yang sudah kosong. Nampak di gerbang samping pos satpam berdiri beberapa anggota dari Genk loki dan Genk lubu yang mungkin sedang memilih Maba untuk merekrutnya.

Segera kami bergegas menuju ke lantai tiga untuk memantau kondisi yang ada, karena dari lantai tiga ini kami bebas melihat kebawah tanpa ada yang mengetahui keberadaan kami.

Tak berapa lama ane melihat Seno dan Rahma yang baru saja datang dan langsung dicegat oleh lima orang anggota Genk Loki. Mereka berdua di dorong menuju pos satpam dan salah satu dari lima orang tersebut memisahkan Rahma dari Seno. Seno terlihat tenang tapi tak melepaskan pandangannya pada Rahma.

Ane yang khawatir akan keselamatan Rahma memutuskan untuk turun, tapi baru beberapa langkah tanganku ditarik oleh Oka. Dia berkata agar aku tetap tenang dan melihat apa yang akan terjadi. Segera kami bersembunyi dibalik pilar penyangga bangunan ini dan melihat kebawah.

Tampak seseorang yang berjalan kearah mereka dari belakang Rahma dan menarik Rahma menuju parkiran, dia adalah Dino. Ane yang semakin geram hanya bisa diam karena ditahan oleh Oka.

Seno yang nampak mulai khawatir terlihat melawan keempat orang yang menghadangnya. Gilaaaaa, Seno yang didorong oleh orang yang berada didepannya bisa langsung membalas dengan memanfaatkan dorongan yang diterimanya dengan menjadikan momentum baginya untuk berputar lalu menendang orang tersebut yang langsung terkapar karena tendangan Seno.

Setelah itu dia masih bisa melawan ketika dikunci oleh dua orang yang berada dibelakangnya. Gilaaaaa, dia cerdik sekali gumamku. Setelah empat orang yang menghadangnya dapat ia robohkan, Seno langsung berlari menuju kearah Rahma.

Lalu Oka segera meraih ponselnya dan menelpon temannya agar mengamankan situasi, lalu kami pun bergegas menuju parkiran mengikuti Rahma.


POV Oka

“Bangsaaaaaat ini harus segera dihentikan. Rencanaku bisa gagal kalau Seno hanya bertemu dengan Dino” batinku. Aku terus berlari menuju parkiran bersama dengan Dalbo. Aku baru mendapat kabar dari beberapa rekanku yang berada di dalam kedua Genk jika Adit dan Siho tidak berada di kampus untuk saat ini.

Siaaaaal, kenapa juga Dino membawa Rahma ke parkiran dan tidak bertarung dengan Seno saja. Kenapa juga Adit dan Siho tidak berada dikampus. “Berpikir Oka, berpikiiiiir” batinku sambil terus berlari menuju parkiran.

“Bo, jalan tercepat untuk menuju parkiran lewat mana?” ucapku sambil memperlambat laju lariku hingga akhirnya berhenti. Karena mau tidak mau kami harus menghentikan Dino sebelum sampai diparkiran yang hanya ada kroco-kroco dari kedua Genk.

“Nek teko gerbang ngarep maeng yo kudu puter fakultas Saintek nek arep nang parkiran” (kalau dari gerbang depan tadi harus putar fakultas sains dan teknologi kalau mau kerja parkiran) ucap Dalbo yang juga ikut berhenti. “Berarti lewat kene” (berarti lewat sini) sambung Dalbo yang menunjuk lorong sempit tepat disebelah kananku.

Ini harus cepat dihentikan, aku nggak mau kalau Seno harus menggila untuk saat ini dan rencanaku bisa gagal. Kami berhenti ketika sudah sampai di ujung lorong samping gedung Saintek. Segera kuarahkan pandanganku ke kiri dan melihat Dino yang tetap menarik tangan Rahma, untung saja dia tidak berlari dan kami bisa sampai lebih dulu. Jarak kami dengan Dino mungkin hanya lima belas meter saja.

“Mas Redi.... Tolong Rahma mas.. hiks hiks” teriak Rahma sambil meronta ketika melihat Redi dan aku.

“Hahahaha, akhirnya aku bertemu juga dengan sang legenda dan bajingan tua” ucap Dino yang melihat kearah kami. Lalu dia mengeluarkan sebilah belati dari belakang badannya dengan tangan kiri tetap memegang pergelangan tangan Rahma.

Rahma yang terkejut melihat Dino mengeluarkan belati akhirnya hanya bisa diam. Redi yang masih tetap melihat kearah Rahma pun semakin terkejut ketika mengetahui sudah banyak anggota Genk Loki dan Lubu yang berdiri dibelakang kami. Aku yang juga terkejut akhirnya sedikit bernafas lega melihat Seno yang sudah berada dibelakang Dino dan Rahma.

Nampak Seno menempelkan ibu jari pada bibirnya untuk mengkode kami agar diam karena Dino tidak menyadari kehadiran Seno dibelakangnya. Aku pun menganggukkan kepala dan menepuk bahu Dalbo “kita urus yang dibelakang cuk” ucapku dan Dalbo pun menganggukkan kepala.


POV Seno

Segera ku hentikan lariku dan berjalan mengendap ketika melihat Rahma dan Dino yang memandang kearah mas Oka dan Dalbo. Segera ku kode mas Oka untuk diam dengan menempelkan ibu jari pada bibirku. Mas Oka pun menganggukkan kepalanya lalu segera mengkode Dalbo untuk membereskan orang yang ada dibelakangnya.

Segera ku berlari kearah Dino yang belum menyadari kehadiranku lalu menendang tangan kanannya yang memegang pisau.

PAAAAAAGH..

CLANG..

Pisau pun jatuh karena tendangan ku pada pergelangan tangan Dino. Dino dan Rahma terkejut karena kehadiranku yang tidak diketahuinya. Segera aku mundur kembali dan mengkode Rahma untuk berlari, Rahma pun mengerti dan menarik tangannya agar terlepas lalu berlari kearahku kemudian memelukku. “Aku takut.. hiks hiks..” ucapnya sambil membenamkan wajahnya di dadaku.

“Jadi dia yang bernama Dino?” tanyaku pada Rahma dan dijawabnya dengan anggukan kepala.

“Bangsat.. jangan ikut campur urusanku atau loe akan mati” ucap Dino yang emosi.

“Maaf jika aku mengganggu kesenanganmu, tapi kenapa harus memaksa jika Rahma tidak mau” ucapku tenang. Kini Rahma beralih kebelakang ku ambil tetap memelukku.

“Loe siapanya Rahma hah, kenapa juga loe sok ikut-ikutan jadi pahlawan” balas Dino sambil memandang tajam kearahku.

“Aku temannya” ucapku singkat.

“Hahahahaha” tawa Dino tiba-tiba dan terasa benda tajam dan dingin sudah sedikit menusuk leherku.

“Seno... Tolooooong...” ucap Rahma yang ternyata sudah ditarik oleh seorang yang berpakaian serba hitam dan berjalan kearah Dino.

Kini aku merasa kerah baju belakangku ditarik dan ketika aku melirik ke sebelah kananku ternyata sebilah belati sudah mengarah ke leherku. “Jangan coba melawan, atau aku akan menggorok lehermu” ucap orang yang berada dibelakngku.

“Habisi dia, aku akan bersenang-senang dengan gadis ini dulu. Hahahaha” ucap Dino yang sudah menarik tangan Rahma.

Ah apakah kejadian itu harus terulang lagi” batinku

“Aku pulang dulu ya Seno jeleeeek” ucap Diajeng ketika kami baru saja keluar dari warung es dawet kesukaannya dipasar.

“Hu’um” ucapku sambil menganggukkan kepala. Entah kenapa perasaanku tak menentu sejak tadi pagi ketika kami berangkat bersama untuk daftar ulang. Ya sekarang aku baru saja diterima di SMA negeri yang lumayan jauh dari tempat tinggalku.

CUP

“Hihihi dadah” ucap Diajeng setelah mencium pipiku lalu berlari kecil meninggalkanku. Aku hanya bisa melongo karena ciumannya, jujur itu adalah ciuman pertamaku dengan wanita selain ibu dan kakakku meski hanya dipipi.

Aku hanya bisa memandanginya sampai dia tak terlihat karena sudah berbelok keluar dari pasar. Aku pun masuk kembali ke dalam warung es dawet langganan ku ini untuk sekedar merokok karena aku masih belum berani merokok didepan Diajeng meskipun dia bukan pacarku.

Aku merasa aneh dengan hubunganku ini, sejak SMP aku sudah dekat dengan Diajeng dan begitu pula sebaliknya. Setiap aku akan mengungkapkan perasaanku padanya dia seolah telah mengerti apa yang akan aku ucapkan dan selalu berucap untuk tidak berpacaran denganku tapi akan selalu menjaga hatinya untukku. Aneh sekali kan.

Banyak cowok disekolahku dulu yang dengan terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Diajeng tapi selalu ditolaknya dengan halus dan berucap bahwa sudah ada seseorang yang berada didalam hatinya. Tidak sekali dua kali dia menolak ungkapan perasaan dari para cowok tersebut.

“Tumben gak nganterin mas?” tanya penjual es dawet padaku sambil duduk didepanku.

“dia mau langsung ke tempat ibunya kerja pakdhe” jawabku sambil menghembuskan asap rokok kesamping.

“Owh... Mas bagi rokok ya” ucapnya.

“Ambil aja pakdhe, tapi satu satu aja bakarnya” candaku

“Hahaha tak kira boleh langsung tiga tiga” jawabnya.

“Hahahaha” tawa kami bersama.

Puja kerang ajaib, ulululululu

“Ya halo mas Ok, ada apa?” ucapku
Tell, Diajeng mu dihadang tiga anak SMA dan diseret ke gudang samping pasar
“Yang bener mas” jawabku terkejut
“Cok i, ngapain aku bohong tell
“Oke aku Kesana”
Tuuuut.

“Pakdhe ngkok (nanti) tak bayar, Iki Diajeng didang (dihadang) arek SMA” ucapku lalu berlari keluar menuju gudang yang berada disamping pasar.

Goblooook, tau gini tadi gak ku ijinin Diajeng pulang sendiri” batinku sambil tetap berlari.

Sesampainya didepan gudang terdengar suara permintaan tolong dari Diajeng, segera ku berlari menuju sumber suara. Tepat didepanku ada tiga anak SMA yang sedang mencoba membuka seragam Diajeng. Dua orang diantaranya memegangi tangan kanan dan kiri Diajeng dan satu orang sedang membuka paksa baju seragam Diajeng.

“Berhenti..” ucapku sambil berlari kearah mereka.

“Hahaha, ternyata anjingnya datang” ucap seorang yang tadi mencoba membuka baju seragam Diajeng. Dia menatapku sambil tertawa lalu mengeluarkan sebilah pisau dari dalam tas yang berada disampingnya.

Gudang ini merupakan gudang kayu limbah dari pabrik pembuatan kotak buah yang sudah lama tidak beroperasi lagi. Tampak kayu berserakan didalam gudang ini.

“Jangan sakiti Diajeng” ucapku pada mereka.

“Jangan ikut campur bangsat” ucap orang pertama yang tadi mencoba membuka baju seragam Diajeng. Diapun lari kearahku sambil mengarahkan pisau yang dipegangnya kearahku.

Wuuuuut...

Suara sabetan pisau yang mengarah keperutku tapi bisa kuhindari dengan memundurkan badanku.

Wuuuuut.. wuuuuut.. wuuuuut..

Kembali dia mencoba menusukku dengan pisaunya hingga tiga kali tapi bisa kuhindari dengan menggerakkan badanku ke kanan, ke kiri, lalu memundurkan badanku.

“Bisa-bisa aku akan tertusuk jika terus menghindar” batinku. Terlihat orang pertama begitu emosi karena serangannya mampu ku hindari. Nampak ia kembali akan menusukku dan kucoba berkonsentrasi untuk menangkap pergelangan tangannya.

Wuuuuut..

Tap..

Tangan kiriku tepat menangkap pergelangan tangan kanannya yang memegang pisau, lalu kutarik mendekat kearahku dan memberinya sikutan tepat dihidungnya dengan tangan kananku

Buuuugh..

Arrghhhhhh..

Jeritnya ketika siku kananku mendarat tepat di hidungnya dan membuatnya mengeluarkan darah. Lalu kutendang perutnya dengan kaki kananku dan diapun jatuh terjengkang sambil memegangi hidung dan perutnya.

“Bangsaaaaaat” teriak orang kedua yang berada dibelakang Rahma lalu berlari kearahku sambil mengarahkan tinjunya ke mukaku. Tanpa banyak membuang waktu segera kuraih tangannya lalu kutendang perutnya dan diapun roboh sambil memegangi perutnya.

Orang ketiga pun berlari kearahku sambil mengayunkan balok kayu yang diambilnya lalu mengarahkannya ke kepalaku. Balok kayu tersebut kuraih dengan lengan kiriku dan kuberi dia pukulan tangan kananku tepat di jakunnya. Dia pun roboh sambil memegangi lehernya.

Segera kuberlari kearah Diajeng yang menangis. Kupeluk dia dan kuelus belakang kepalanya. “Sudah jangan nangis lagi, aku sudah datang” ucapku menenangkannya.

“Hiks.. hiks.. terima.. kasih.. hiks.. hiks..” ucapnya sambil sesenggukan. Diapun mengeraskan pelukannya padaku.

“Seno.... Awaaaasss....” terdengar teriakan mas Oka. Belum sempat aku menolehkan kepalaku tiba-tiba badanku sudah terdorong kesamping. Pandangan mataku tertuju pada Diajeng yang tersenyum padaku.

Taaaagh...

Dan terlihat balok kayu yang berukuran cukup besar mengenai kepala Diajeng dan Diajeng pun jatuh tersungkur dengan darah mengalir dari kepalanya. Terlihat orang kedua yang memukul itupun terkejut karena pukulannya yang diarahkan padaku mengenai Diajeng.

“Diajeeeeeeeng” teriakku meraung sambil mendudukkan Diajeng. Terlihat Diajeng tersenyum padaku lalu mengelus pipiku dengan tangan kirinya.

“Ma...afkan Diajeng ya sa..yang ka..rena nggak.. bisa me..neman..nimu lagi..” ucapnya sambil membelai pipiku. Lalu tangannya jatuh dan Diajeng pun menutup matanya tetapi senyuman tetap menghiasi wajahnya.

“Diajeeeeeeeeeeng” raungkun sambil memukul-mukul pelan pipinya lalu kupeluk Diajeng untuk yang terakhir kalinya. Seketika tubuhku terasa ringan dan pandangan mataku menjadi buram lalu gelap.

Ketika aku membuka mata, aku merasa seperti ditengah tanah yang luas dan hanya terlihat warna merah.

Lemah..”

“Lemah..”

“Lemah..”

“Lemah..”


Hanya suara itu yang berdengung ditelingaku, seketika aku merasa pusing dan pandanganku kembali menjadi gelap.

Lepaskan amarahmu dan ijinkan aku untuk membalas mereka”

Dengung suara itu kembali memekakkan telinga ku

Bunuh..”

“Bunuh..”

“Bunuh..”

“Bunuh..”


Kembali terdengar dengung suara itu dan segera kubuka mataku. Badanku terasa ringan dan anehnya Semua gerakan yang terlihat oleh mataku seolah menjadi seperti gerakan lambat.

Segera ku dudukkan kembali Diajeng yang berada di pelukanku lalu aku pun berdiri dan memandang kearah orang kedua yang memukul Diajeng.

Dia nampak terkejut ketika melihatku. Segera ku pandang dan menyeringai kepadanya. Dia yang nampak terkejut lalu mengayunkan balok kayu ditangannya kearah kepalaku, tapi terlihat seolah seperti slow motion di mataku.

Bunuh..”

Kembali suara itu mendengung ditelingaku.

Segera ku pukul lehernya sebelum balok kayu itu mendarat dikepalaku. Matanya langsung melebar ketika merasakan pukulan ku di lehernya. Diapun terjatuh, lalu aku segera menginjak lehernya dengan kaki kananku.

Kraaaaaak..

Bunyi tulang lehernya yang patah akibat injakanku pada lehernya. Seketika diapun menutup matanya. Aku tidak bisa mengontrol tubuhku dan seolah-olah tubuhku bergerak sendiri tanpa bisa aku kontrol.

Bunuh..”

“Bunuh..”

“Bunuh..”

“Bunuh..”


Hanya suara itu yang terus berdengung ditelingaku ketika kuarahkan pandanganku pada kedua orang yang masih berdiri mematung ketika melihatku membunuh temannya. Segera mereka meraih balok kayu yang ada disebelahnya dan berlari dengan mengayunkan balok kayu tersebut kearah kepalaku secara bersamaan.

Braaaaak..

Balok kayu itu pun patah ketika kedua tanganku menangkisnya. Aku tidak merasa sakit sedikit pun ketika balok kayu itu menghantam lengan tanganku. Kedua orang itu kembali terkejut. Lalu kutatap mereka dan mengayunkan kedua tanganku pada masing-masing kepala kedua orang tersebut.

Buuuuugh..

Bunyi kepala orang pertama ketika kuadu dengan kepala orang ketiga. Terlihat darah mengucur dari kepala mereka.

Bunuh..”

“Bunuh..”

“Bunuh..”

“Bunuh..”


Kembali suara itu berdengung ditelingaku. Segera kuangkat kakiku dan menginjak leher orang ketiga yang jatuh disebelah kananku.

Kraaaaaak..

Terdengar kembali bunyi tulang leher yang patah akibat injakanku.

Lalu kuarahkan pandanganku pada orang pertama yang jatuh disebelah kiriku.

“Lemah..” ucapku sambil menyeringai kepada orang pertama dan..

Kraaaaaak..

Tembali terdengar bunyi tulang leher yang patah untuk yang terakhir kalinya. Terlihat orang pertama itu pun memejamkan mata sambil mulutnya menganga.

Segera aku berjalan menuju Diajeng yang sudah tak bernafas lalu memeluknya.

“Aaaaaaaaaaaaaaaargh” teriakku sekencang-kencangnya, lalu perlahan tubuhku terasa lemas dan pandanganku menjadi gelap”

Aku yang menyadari bahwa sebilah pisau telah berada di leherku lalu memegang pergelangan tangannya dan meremasnya dengan keras. Pisau itupun jatuh, lalu kupuntir tangan itu hingga posisiku menjadi dibelakangnya.

Kraaaaaak..

Bunyi tulang lengan yang mungkin patah akibat tendangan ku ke punggungnya sambil tanganku tetap menahan lengannya.

Seketika dia pun jatuh sambil memegangi lengannya.

Buuuugh..

Terasa pandanganku menjadi berkunang-kunang akibat pukulan dari orang yang menarik Rahma dari belakangku tadi. Segera kugeleng-gelengkan kepalaku untuk mengurangi rasa sakit dikepalaku.

Wuuuut..

Dia memukulku lagi tapi dapat kuhindari.

Buuuugh..

Terlihat orang yang memukulku tadi terjatuh akibat tendangan mas Oka yang mengenai tepat di punggungnya.

“Ada apa denganmu?” tanya mas Oka yang melihatku heran karena dengan mudah mendapat pukulan dari orang tersebut.

“Maaf mas, aku bingung” ucapku.

“Bingung kenapa bro?” tanya Dalbo yang juga mendekat kearahku setelah membereskan tiga orang yang mengepungnya tadi.

“Aku.. aku.. bingung bagaimana harus mengatakan bahwa update kali ini harus sampai disini dulu” ucapku.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd