Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Error

Status
Please reply by conversation.
Perkenalan



Aku



Foto bersama keponakan yang sedanh ulang tahun. Kiranya beginilah postur tubuh yang selalu dibilang gemuk oleh suamiku.

Bagian 2 Page 5

Tak mau kalah dengan para laki-laki di sini yang pandai bercerita, aku juga mau menshare pengalaman yang tentunya dibumbui fiksi sedikit agar lebih punya kesan menarik dibaca. Terima kasih. Semoga ceritaku bagus dan menyenangkan para reader di sini.

Terlebih dulu perkenalkan, nama fiksiku adalah Yulita Purwaningrum. Biasa disapa Ita, Yul, atau Yulita oleh teman-teman. Aku berumur 39 tahun untuk tahun 2020 ini. Pekerjaan sehari-hari adalah sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan farmasi daerah kawasan industri Jakarta Timur. Saya mempunyai seorang suami bernama fiksi Rendra Hadiwibowo yang tahun ini memasuki usia 41 tahun. Ia merupakan seorang personalia di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang periklanan daerah Jakarta Barat. Kami tinggal di daerah Bekasi, di sebuah perumahan yang sekitarannya masih banyak persawahan. Saya dan Rendra tinggal berdua saja di rumah yang terbilang sederhana, karena memasuki usia perkawinan yang hampir 11 tahun berjalan, kami berdua masih belum diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menimang seorang anak.

Setiap Senin hingga Jum'at, Aku dan Rendra berangkat bekerja sendiri-sendiri. Awalnya kami sering berangkat bersama-sama, tetapi karena Rendra harus berganti pekerjaan 4 tahun yang lalu dan juga lokasi tempat kerja, mau tak mau hal itu kami jalani. Mula-mula aku berangkat bekerja mengendarai sepeda motor matic H**da untuk memudahkan akses. Saat sebuah insiden terjadi beberapa bulan yang lalu, di mana aku mengalami kecelakaan tunggal, Rendra jadi melarang aku menggunakan sepeda motor lagi. Kecelakaannya boleh dibilang ringan, disebabkan oleh aku yang tak mengira dan melihat spion ada mobil dari sebelah kanan menyalip, diriku dan motorku terpelanting ke sebelah kiri. Untung saja, tidak ada mobil atau kendaraan lain yang melaju dari sebelah kiri. Andai itu terjadi, mungkin aku sudah wafat sekarang ini.

Rendra adalah seorang suami yang posesif. Sejujurnya aku senang akan hal itu, namun terkadang jengkel juga karena sikapnya cenderung berlebihan, seperti tidak membolehkan lagi aku menggunakan motor ke kantor. Alhasil, pengeluaran jadi lebih banyak karena aku terpaksa menggunakan ojek online. Kata Rendra, tidak apa-apa asalkan diriku selamat di jalan. Rendra bolehlah berkata demikian, tetapi dia tidak menyadari betapa senangnya beberapa driver yang memboncengi aku. Bisa merasakan sentuhan bra 36 C milikku. Selebihnya, imajinasi mereka pasti sudah terbang melayang, membayang-bayangkan bagaimana bentuknya sambil melihat postur tubuhku yang memiliki tinggi 171 cm dan berat 70 kg. Gemuk ya? Atau gendut?

Perawakanku ini ya, yang kadang dibilang gemuk atau gendut oleh suamiku kadang membuatku sedikit sedih. Aku pernah berusaha untuk menurunkan berat badan. Tetapi selalu gagal dan gagal. Aku memang tergolong perempuan yang suka makan. Jadi bisa disimpulkan betapa sulitnya perjuanganku untuk mendapatkan berat dan bentuk tubuh yang ideal. Puasa sudah, lari pagi sudah, ke pusat kebugaran perlu biaya, dan segala macam diet aku hampir tidak kuat. Rendra tentu memotivasiku, tetapi lama-kelamaan, komitmenku yang payah membuatnya kemudian menjadikanku hanya sebagai candaan. Lelucon adalah kalaulah aku mau kurus itu hanya omong belaka.

"Makan yang banyak, Gus"
"Jangan mau kalah sama Tante kamu...", kiranya seperti itu ceplosan Rendra kepada keponakanku, kala aku sedang datang ke sebuah pertemuan keluarga. Ceplosan itu dianggap lucu oleh Rendra. Sejatinya itu adalah sindiran untukku.

Walaupun begitu, aku tidak terlampau serius menanggapi. Itu hanya bualan Rendra agar suasana pertemuan keluarga jadi lebih ramai dan keponakanku dibikin tertawa. Di sisi lain, pada saat pertemuan keluarga, kadang yang paling sukar kuhadapi adalah pertanyaan kapan aku dan Rendra segera punya anak. Bagi kerabat yang mengetahui mengapa aku dan Rendra belum juga memiliki momongan, kan hanya berkata sabar, sabar... sambil menghiburku yang seolah tertekan dengan pertanyaan tersebut.

"Kamu mau sampai kapan merelakan aku diantar-jemput driver?"

"Kamu lupa? Hari ini kan mau barengan berangkatnya sama Mba Ningsih"

"Oo ya, kok aku bisa sampai lupa ya. Padahal, semalam Mba Ningsih telepon aku"
"Kamu ikut barengan juga kan?"

"Mba Ningsih kan mau mampir ke perusahaan deket kantor kamu"
"Dia ngajak bareng karena enggak tahu daerah situ..."

"Ada keperluan apa sih? Sampai harus...??"

"Mba Ningsih lagi cari kerja lagi..."

"Ooowh..."

Aku dan Rendra sedang sarapan selagi kan memulai aktivitas pada Selasa pagi hari. Rendra biasa berangkat kerja menggunakan motor skutik bongsor *max. Kemeja yang dikenakannya bila sempat, hari Sabtu/Minggu aku yang mencucinya sendiri. Bila tidak, terpaksa aku pergi ke Laundry dekat rumah. Rendra tampil necis dengan kemeja lengan panjang berwarna biru dongker dengan celana abu-abu beserta sepatu formal berwarna hitam. Aku tak kalah rapi dan tampil maksimal. Dengan rambut panjang kusimpul ke belakang, penampilanku pagi ini ialah menggunakan tanktop biru berpadu dengan dress berwarna putih. Untuk bagian bawahnya aku biasa mengenakan celana panjang bahan karena memang kebiasaanku yang harus membonceng dengan driver ojek online. Tak lupa aku menyiapkan blazer yang digeletakkan menggantung di kursi yang kududukki saat sarapan ini.

"Mba Ningsih udah sampai mana?"
"Kok belum kelihatan?"

"Barusan dia WA aku, bentar lagi sampe katanya..."

"Emmm, kamu buru-buru selesain sarapannya..."

"Iya, Masku sayang....", Aku menatap manja Rendra.

"Tetek kamu makin gede aja aku perhatiin"
"Pak Yanto gak ngapa-ngapain kamu kan?"

"Ya gak akan ngapa-ngapain"
"Kan aku gendut, gak akan ada yang suka juga..."

"Bukannya begitu..."

"Terus?"

"Ya kamu jaga diri aja..."

Rendra baru saja mengkhawatirkanku karena pernah kuceritakan kepadanya bahw ada seorang staf pria di kantor yang genit kepadaku. Dia adalah Pak Yanto yang berumur 45 tahun. Terbilang cukup senior, Ia adalah salah satu ujung tombak perusahaan di bagian administrasi yang serba ruwet ini. Sebetulnya ia sudah pikir-pikir mau pensiun. Candanya kepadaku salah satu alasan mengapa ia belum mau pensiun karena keberadaanku. Jika waktu istirahat, kami mKan siang bersama kawan kawan yang lain. Di kantor ia sudah kuanggap sebagai orang tua yang kuhormati karena acap ada pegawai kantor yang kurang ajar kepadaku walau sebatas ucapan, pastinya Pak Yanto yang paling depan membelaku.

"Mas, Mba Ningsih ke sini ternyata bawa Tama"

"Wah yo, terus Tama mau di sini atau bagaimana? Ikut barengan juga?"

"Katanya biar di sini aja, bisa sambil nungguin rumah"
"Nanti pulangnya Mba Ningsih ke sini lagi"

"Ribet banget, bilangin ke Mba Ningsih"
"Biar Tama ikut aja..."
"Iya deh, bener juga katamu..."

Tama adalah anak laki-laki Mba Ningsih yang berusia, kalau aku tak salah sudah kelas 2 SMA, kisaran 17 tahun. Aku tak mengerti kenapa Tama sampai ikut mengantar Mba Ningsih. Apakah dia tak berangkat sekolah atau sedang libur.

Demikian yang bisa kutuliskan untuk bagian pertama ini. Terima kasih bagi yang sudah membaca.



@Niamay : Kalo di baca2x dan di lihat2x ini mah fiksi na kebanyakan Mana ada ukuran Bra 36C :ha: , udah itu tinggi 171 cm kalo di liat dari gambar na sih paling2x cuma 150 cm ya paling tinggi 161 cm lah :D. nah kalo berat 70 kg ane percaya lah memang biasa na perempuan yg udah nikah n udah di genjot biasa na segitu:pandaketawa:. pas lagi di exe ga detail ceritain na ketauan nih si mba orang na utk ingatan na kurang detail jd lsg pas akhir na aja yg di inget...? :asyik: kaya na utk yg di tawarin boleh in the hoy sama cowo lain kaya fiksi belaka deh...? :cool:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Menanti hasil karya mba yul.
Lanjutkan mba yul
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd