Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ex-Wife Ketiga (catatan sebuah kisah nyata)

sembunyi -sembunyi bang nulisnya
 
kok bisa bang
 
matikan notifnya di pengaturan biar aman
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
update lagi bang
 
SUAMI BONGKAR MUATAN, ISTRI BONGKAR DALEMAN (1)



Akhirnya bisa nulis cerita lagi, mumpung para Polda dirumah, sedangkan saya di pabrik menuntaskan beberapa Order yang harus dikirim sampai akhir tahun ini.

Untuk Yani ini, setelah tahu penyakit saya yang suka cuckold, exhib, 3s, dan GB, sekarang di mindset dia, segala loby bisa diselesaikan dengan sex.

Peristiwa ini terjadi di bulan Desember 2014, TKP di area sebuah tempat wisata Jogja atas. Setelah kejadian cerita pertama, Yani memutuskan terjun langsung membantu saya jualan. Kali ini bedanya dia bertindak sebagai sales Taking Order, jadi tidak bawa barang langsung. Pengiriman saya lakukan malam sepulang kerja dengan area yang sudah di mapping sebelumnya. Jika Yani keliling pun saya minta jika sekiranya laundry sudah terhandle dengan baik. Dia atur waktu, kadang pagi muter, kadang juga sore. Areanya pun saya minta yang tidak usah terlalu jauh. Dalam 2 minggu kegiatan tambahan kami itu sudah lumayan untuk perputaran barang dan uang. Hanya memang saya harus extra energi karena malam sepulang kerja ada job tambahan mengantar barang pesanan. Capek tapi cukup dinikmati saja, namanya cari cuan, jangan takut capek. Kalau ga mau capek, pakai pesugihan saja.



Area yang sebelumnya daerah sekitaran dalam kota Jogja, Sleman barat, Bantul utara/barat melebar ke sleman utara dan Jogja timur. Untuk Bantul selatan sudah terkondisikan dengan lewat BBM/SMS/Telp untuk order. Kalau sekitaran Sleman barat, dalam kota Jogja, dan Bantul umumnya pelanggan sudah banyak yang kenal dengan saya dan Yani, karena pergaulannya dia di area tersebut. Untuk area Sleman atas ini agak beda pelanggannya karena memang area wisata dan karakterisitiknya sedikit beda. Beberapa kali mengantar barang dengan Yani, pelanggannya toko-toko yang kebanyakan yang punya/jaga langsung adalah laki-laki, entah bujang maupun bapak-bapak. Kebetulan pula, mereka rata-rata bisa menerimanya barang saat malam hari. Saya pada awalnya tidak menaruh curiga apapun saat mengantar barang disana. Orderan didaerah ini pun lumayan banyak setiap hari dan setiap minggunya, mungkin karena daerah wisata jadi perputaran uang lebih cepat. Dari bulan Oktober kemarin, musim hujan sudah tiba. Permasalahannya mobil kami pick up, terkadang walau sudah diterpal, air tetap bisa masuk ke bak yang ada barang dagangannya. Saya berniat mengganti bak terbuka dengan box. Setelah tanya sana sini untuk karoseri, malah dapat tawaran untuk ganti mobil Blind Van (mobil yang umum digunakan sales rokok dan mobil paket). Alhamdulillah untuk saat ini permasalahan hujan bisa teratasi. Jika mengantar pesanan ke pantai selatan dan mobil sudah kosong muatannya, biasanya kami sering mencari parkiran sepi dan aman, biasanya di area bandara mini di timur pantai Depok. Kabin belakang kami gelar karpet kecil, dan bercintalah kami disitu. Kadang saat bercinta, pintu belakang kami hadapkan ke pantai dan dibuka.



Pengantaran pesanan dari orderan Yani di Sleman Utara ini frekuensinya terbilang rutin, bisa 1 minggu 2-3 kali kirim. Terkadang dengan pelanggan yang berbeda. Tapi ada 1 pelanggan yang notabene nya bapak-bapak, tokonya di atas Merapi Golf, setiap order pasti full 1 mobil, dengan frekuensi 1 minggu sekali, dan minta barang diantar malam setelah isya. Awalnya saya merasa aneh juga dengan permintaan macam ini, karena setiap kami antar barang, di toko itu cuma ada si bapak (usia sekitar 45 tahun). Bangunan tokonya ini memanjang ke belakang, dan di bagian belakang ada kamar, dapur, dan kamar mandi. Kamarnya hanya terbuat dari triplek dan tidak begitu rapat. Kata si bapak ini hanya untuk istirahat kalau siang pas jaga toko. Rumah si bapak ini sekitar 1 km dari toko, dan lingkungan toko ini terbilang sepi. Sudah 2 kali kami antar barang ke si bapak ini, dan suasana malam disini lumayan suepi apalagi samping toko ini sudah hutan. Yang tahu daerah sini pasti paham jalan area ini. Saat ditanya siapa yang jaga kalo malam, dia jawabnya kadang tidak dijaga, kadang dia sendiri, kadang sama anaknya yang cowok. Setiap menghantar barang pesanan si bapak, saya selalu perhatikan jika dia sering menatap tajam ke tubuh Yani, seolah ingin menelanjanginya. Saya pun paham dan maklum dengan situasi tersebut, karena setiap keliling dan anter barang kesini penampilan Yani kadang sexy. Ini salah satu faktor yang membuat orderan didaerah sini mulai banjir, apalagi transaksi yang dilakukan selalu cash tanpa nego. Yang membuat saya agak aneh, si bapak ini tampaknya tidak tahu jika saya suami Yani, terlihat dari perlakuannya ke saya yang dianggap sopir biasa. Saya pikir ya sudahlah, emang kan saya tukang nyupiri antar barang.

Hingga di suatu hari awal Desember, saat malam sebelum tidur.



Yani:” pah, ini pak Rahman tadi telpon, dia pesen teh G****** cup 500 dus…”

Saya:” Alhamdulillah, tapi kuota kita utk teh G**** Cuma 500 dus per bulan ma, ini aja kurang buat pesanan lain..”

Yani:” duh piye ya? Udah terlanjur sanggup je pah…”

Saya:” coba papa hubungi Agus, siapa tahu bisa…”




Lalu saya telepon Agus, sales yang menjadi perantara kami dan perusahaannya salah satu perusahaan FMCG dengan produk yang sudah familiar di masyarakat. Hasilnya bisa meningkatkan kuota produk tersebut tapi dibulan depan, karena prosedurnya agak ribet.



Yani:” dah besok mama yang temui Agus saja, siapa tau ada jalannya pah…”

Saya:” gimana caranya? Nunggu bulan depan jelas ga bisa ma…”

Yani:” udah tenang aja ta pah…”


Saya penuh selidik bertanya lagi ke Yani

Saya:” iya tenang, tapi gimana bisa dapat 500 dus, kuota kita aja tinggal 100 dus…”

Yani:” wes ta, papah kie dibilangin tenang dulu ngeyel…”

Saya:” mau ngrayu Agus ampe kelon ma?” (saya bicaranya ngasal)

Yani:” ngawur! Tapi mmmmhhh itu jalan terakhir sih hihihihihi…”

Saya:” dah ku tebak, sekarang apa-apa diselesaikan dengan ML ma???”

Yani:” kan mama bilang jalan terakhir, lagipula sek ngajari ya papah, kok malah protes?”

Saya:” iya tapi ga semua juga harus gitu ma…”

Yani tidak menjawab hanya senyum-senyum genit sambil berlalu ke dapur. Di dapur dia ngomong

Yani:” cemburu bilang aja pah hehehe….”

Saya:” ga!”

Yani:” tenane? Hidungnya dah kembang kempis merah gitu kok…”


Saya keluar kamar, bermaksud menyusul ke dapur, untuk ngasih pelajaran ke Yani. Di dapur dia membuat ramuan susu murni, telor bebek, campur madu dan jahe bubuk. Alamak pasti minta lemburlah ini hehehe… Tak lama Yani kasih ramuan itu ke saya sambil senyum-senyum, saya sudah paham maksudnya. Sekali teguk habislah ramuan buatan Yani, dan sambil menunggu reaksinya kami nonton TV sambil ngobrol .

Yani:” pah, mama nanti mau ngobrolin sesuatu yaa…”

Saya:” apaan? Sekarang aja…”

Yani:” nanti aja, main dulu ah…”




Tak berapa setelah minum ramuan tadi, badan saya terasa hangat cenderung panas dan penis saya terasa geli dan panas, serta seolah semua aliran darah mengalir cepat ke penis. Hal ini tak seperti biasanya, mata saya pun ikutan agak panas. Pasti ada sesuatu yang ditambahkan ke ramuan tadi, karena tidak biasanya seperti ini. Segera saya tarik Yani ke kamar, tapi sebelum itu kejadian, Yani mencegah masuk kamar. Dia keluarkan kasur spon di kamar satunya dan digelar di ruang tamu ini.



Yani:” disini aja pah, lebih luas, terang, sambil liat TV…”

Saya:” tumben ma…”

Yani:” udah ayuk pah, udah tegang tuh burungmu…”




Akhirnya aku turutin permintaan Yani, dia langsung rebahan hanya dengan CD doang. BH dan bajunya entah kemana. Lampu ruang tamu kami biarkan menyala terang, pintu depan pun tidak dikunci. Ritualpun dimulai, dengan mencumbu wajah dan tubuh Yani. Payudaranya tampak lebih kencang dari biasanya, mungkin karena sedang masa subur. Puas aku cumbu tubuhnya, saatnya bersiap memasukan Joni ke memek Yani. Aku memang tak ingin lama-lama pemanasan, efek dari ramuan tadi bikin cepet-cepet menyeruak sarang nikmat Yani. Begitu saya buka paha Yani lebih lebar, dia bangkit dan mendorong tubuh saya untuk rebahan. Gantian sekarang Yani yang pegang kendali, dia langsung serang si Joni yang sudah tegang menjulang, dan kali ini terasa lebih keras dari biasanya. Dengan rakus dilumatlah pusaka abadi saya sampai palkonnya terasa geli-geli ngilu. Begitu cairan bening muncul dari lubang penis, Yani bangkit dan mencoba memasukan si Joni ke memeknya. Dengan sekali percobaan, masuklah si Joni ke sarangnya. Setelah diam sesaat, Yani mulai menggoyangkan pinggulnya. Awalnya pelan-pelan tapi pasti, lama-lama semakin cepat dengan ritme teratur. Posisi WOT ini berlangsung sekitar 10 menit, dan dalam durasi itu Yani beberapa kali mendapat orgasme. Yang terakhir, Yani bergetar hebat dari payudaranya terlihat berguncang-guncang, dan memeknya mencengkeram si Joni dengan kuat. Yani berdiam beberapa saat diatas tubuhku, menunggu sengatan orgasme nya reda. Setelah nafasnya lebih teratur dan kesadarannya pulih, saya bermaksud bangkit untuk pindah posisi MOT.



Tak dinyana hal ini dicegah Yani, dia tetap menahan saya agar dibawah, sambil senyum-senyum genit.

Yani:” tetap posisi ini aja pah, mama mau ngomong…”

Saya:” ngomong apaan sih, tanggung banget ini mah…”

Yani:” mau goyangin gini pah…” (dia sambil goyangin pinggulnya)

Saya:” iya ayuk lah terusin …”

Yani:” iya sayang…”


Yang Yani lakukan adalah menggoyang tapi ritme pelan seolah mempermainkan si Joni yang sudah kebelet muntah enak.

Yani:” ini mama ngomong, tapi papah jangan marah yaa…”

Saya:” iya enggak mah…apaan sih…”


Dia menggoyang dengan sedikit lebih cepat, berirama dan pasti, semakin membuat Joni kentang didalam, mau muntah tapi tertahan. Rasanya si Joni tambah membesar di dalam memek Yani. Sambil senyum-senyum genit dia mulai bicara lagi, dengan posisi tetap goyang.

Yani:” janji yaaa… mmmhhh…”

Yani:” ayahhh maafhh, tau pak Rahman kan?”


Saya hanya anggukan kepala atas, dah pening berat kepala bawah. Ini Yani tiap bicara satu kalimat berhenti malah bikin penasaran berat.

Yani:” dia kan tiap order pasti banyak pah…”

Saya:” terus???”

Yani:” dia mintak bonus…”

Saya:” kasih aja mah…”

Yani:” tapi bo..bonusnya ufffhhh….”

Saya:” apaan mah…”

Yani:” dia minta ngentotin mamah…uuhhh…”

Saya:” what???” (agak kaget juga)

Yani:” gimana pah…”

Yani:” boleh gak pah…”


Saya masih terdiam, mungkin karena lama nunggu jawaban saya, Yani goyang lebih kenceng lagi membuat si Joni makin mabuk didalam.

Saya:” ih..i..iyah mahhh…”

Yani:’” boleh yach…”

Saya:” iyah, udah mama kasih jangan-jangan?”

Yani:” belom semua pah, baru tetek aja uffhhhh…”

Saya:” yang bener?”

Yani:” bener papah, duhhh…”

Saya:” kok bisa mah…”

Yani:” selasa mamah muter kesana, pas hujan lebat mamah di toko pak Rahman ituh…”

Yani:” baju mamah hampir basah semua walau dah pake jas hujan…”

Saya:” terus buka baju disitu mamah?”

Yani:”ih dengerin dulu pah,,,hhhuuhhh…”

Yani:” disana Cuma pak Rahman doang… mamah numpang ke kamar mandi, sama pak Rahman ditawari teh panas pah…”

Yani:” pas di kamar mandi, mamah kan buka baju karena basah, eh mama lupa tutup pintu…”

Saya:” terushhhh” (malah penasaran banget)

Yani:” eh pak Rahman nongol di samping kamar mandi karena mau rebus air, dapurnya di samping kamar mandi pah…”

Saya:” terus dia masuk kamar mandi?”

Yani:” dengerin dulu to…”

Yani:” kami sama-sama kaget pah…dia liatin mama dah toples…”

Saya:” terus mama kasihnya pas apa tuh?”

Yani:” pas di depan pah… kan mama Cuma pakai tanktop aja akhirnya pah, pas listrik juga padam, jadi agak gelap pah…”

Yani:” dia liatin dada mama terus pas ngobrol pah, eh akhirnya dia minta bonus tadi pah…”

Saya:”itu dah dikasih bonus…”

Yani:” dia suka payudara mama, awalnya cuma liat eh akhirnya ngempeng pah…”

Saya mendengar itu rasanya terbakar cemburu yang ama sangat, apalagi pas di posisi ini.

Saya:” dia gak minta memek mama?”

Yani:” minta sih tapi mama ga kasih pah, takut pas main istrinya datang, lagipula belom ngomong ke papa…”


Dalam hati saya, itu kasih tetek juga ga ngomong-ngomong dulu, siapa tau memeknya udah dikasih juga. Tapi saya percaya saja omongan Yani.

Saya:”dia ga minta crot ma?”

Yani:”jelas minta pah…mama kocokin pake tangan ama jepit di susu…”

Saya:”lah baju belepotan sperma dong ma…”

Yani:”kan mama toples pah…”

Yani:” tapi dia masih minta bonus lagi pah…”

Yani:” mama janjiin nanti pas kirim, karena siang takut ada istrinya…”

Saya:” pas ada papah?”

Yani:’ iyahh… dia taunya papa sopir aja pah,,,maaf pah…”

Saya:” terserah mama deh, yang penting ini tuntasin dulu mah…”

Yani:” papa ga marah kan?”

Saya:” enggak ma…ayuk dah…”

Yani:” atas yap ah…”


Tanpa menjawab kamipun berganti posisi, Yani siap menerima hujaman saya di bawah. Si Joni pun saya tusukan mesra ke memek Yani. Setelah beberapa tusukan, saya punya ide lain. Saatnya balas dendam dengan perlakuan Yani tadi. Dengan ritme sedang, constant, dan sesekali menghentak, saya ganti interogasi dia. Yani yang udah kelojotan dengan perlakuan saya pastinya menjawab dengan jujur.

Saya:” yang mama kasih bonus siapa lagi selain pak Rahman?”

Yani:” ihh papa tuh apaan sih…uuughhh…”

Saya:” siapa ma?”

Yani:” mas Dodik kae pah, jakal…”

Saya:” bonus kumplit ampe memek?”

Yani:’ ora pah…uffhhh cuma tetek pah…”

Saya:” kapan mah?”

Yani:” Jumat kemarin pah…”

Saya:” ga ngecrotin mama?”

Yani:”dia ngempeng sambil ngocok pah…”

Saya:” tenane..???” (saya tusuk si Joni lebih kencang dan menghentak agar Yani lebih kelojotan)

Yani:”iiiyyaaaa… sumpih pah…”

Saya:” lainnyaa???”

Yani:” ga ada pah…”

Saya:” tenane???”

Yani:” lainnya Cuma liatin dada mama pah…”

Yani:” wes ayuk ta pah, malah mbales tah?”


Setelah saya rasa interogasinya cukup, penetrasi kembali saya lanjutkan tanpa berkata hanya lenguhan dan desahan dari Yani yang terdengar. Lebih dari 15 menit penetrasi ke memek Yani, entah berapa kali dia mendapat orgasme yang saya lihat setidaknya dia mendapat 2 kali big O. Sayapun mempercepat ritme tusukan agar cepat crot. Percepatan irama ini membuat Yani semakin keras desah dan teriakannya pula. Saya yakin tetangga sebelah pasti dengar, karena suasana malam ini senyap setelah hujan dari sore tadi. Tentu saya tak perdulikan desahan dan teriakan Yani yang bertambah kencang. Beberapa kali matanya mendelik dan tangannya mencengkeram bahu saya saat mendapat orgasme tapi tetap saya tusuk memeknya dengan kecepatan tinggi. Rasa cemburu ditambah ramuan entah apa tadi, membuat energi dan nafsu saya seolah berlipat ganda. Setelah memaksakan dengan rpm tinggi disertai pekikan-pekikan dari mulut Yani ditambah matras sudah banjir cairan dari memeknya, akhirnya si Joni muntah dengan kuat. Saat muncrat ini, si Joni saya hentakan dengan kuat menusuk memek Yani, akibatnya tubuh Yani mengejang beberapa saat karena juga mendapat Big O. Saya terdiam beberapa saat diatas tubuh Yani, menguras sperma yang masih deras dan atur nafas. Yani pun protes atas perlakuan saya tadi.

Yani:” papah kie ngawur! Cemburu ya cemburu tapi anu ku sek dihajar, kemeng iki pah…”

Saya:” salah siapa, ngobrol pake cara gitu hehehe…”

Yani:” ben papah gak nesu je…”

Saya:” mau lagi mah?”

Yani:” ogah, ini aja masih linu , kesel pah…wes ah…”


Sebenarnya saya juga capek pol, ramuan tadi bikin stamina meningkat drastis tapi setelah orgasme jadinya loyo seluruh badan. Iseng saya tanya Yani.

Saya:” ramuan tadi mama campur apa lagi? Kok beda ?”

Yani:”biasanya pah, telor bebek, madu, jahe bubuk, susu murni..”

Saya:” adalagi pasti campurane…”

Yani:” anu… ****** pah…”

Saya:” apa itu ?” (saya memang asing dengan nama barang yang saya sensor)

Yani:” itu loh yang biasa dipakai buat ngoplos omben-omben..”

Saya:” ngawur tenan mama kie, kali lain emoh papah pake gitu…”

Yani:” ben cepet munggahe pah..”

Saya:” papa kurang joss? Kok pake itu segala?”

Yani:” bukan gitu, ben cepet on dan bisa diajak ngomong yang tadi pah…”

Saya:” efeknya ga enak ma, ga bisa nambah, malah loyo kabeh habis main…”

Yani:” iya iya, ini terakhir wes pah hehehe….”


Kami beranjak tidur karena besok harus bekerja, rutinitas sehari-hari kami. Esok hari, waktu itu jam makan siang, Agus sales telepon saya. Dia mengatakan jika kuota bisa naik hanya di bulan depan. Aku yakin ini masih bisa diakalin dengan jalur belakang, bukan jalur sex ya. Untungnya saya dulu juga punya beberapa teman yang jadi SPV Sales, jadi tahu celah yang bisa dimasukin.

Saya:” mas, ada ga paretto yang jatahnya masih banyak?”

Agus:” sebentar, kayake ada mas…”

Saya:” ya udah gini aja, dirimu bikin order atas nama paretto itu, tapi kirimnya ke gudangku…”

Agus:” waduh gimana ya mas?” (ragu-ragu dia, padahal ini biasa dilakukan sales untuk bantu kejar target dan promo paretto bersangkutan)
Saya:” dah gini aja, bilang dulu ke Yopi (supervisornya Agus), dia tahu caranya kok…”

Agus:” ok saya bilang dulu ke pak Yopi..”

Saya lalu menutup telepon dan melanjutkan istirahat siang dibawah pohon asem yang rindang dengan sajen es dawet dan bakso jumbo. Jam 2 siang, ada telepon masuk dari Yopi.

Yopi:” bro, aku wes diomongin Agus, katanya mau up kuota?”

Saya:” iya, tapi katanya baru bisa bulan depan?”

Yopi:” iya bisanya bulan depan..”

Saya:”bulan ini aku butuh tambahan 500 dus maneh bro…”

Yopi:” ok, wes paham, ada 2 paretto sek kuota ne masih akeh kayake ga habis karena tagihane ruwet..”

Saya:” ya wes pake itu aja…”

Yopi:” butuh berapa? 1000?”

Saya:” gudangku ga cukup kalo langsung 1000 masbro…”

Yopi:” yang urgent berapa dulu?”

Saya:” 500 dus..”

Yopi:” ok masbro, aku buatin SO 1000 dus 2x kirim, piye?”

Saya:” ok deal, kapan kirim?”

Yopi:” yang 500 sore ini bisa… sisanya tunggu kabar darimu….”

Saya:” siap, harga paretto kan? Hehehe…”

Yopi:” yoi bro, tapi keep silent yo…”

Saya:”beres bos…”


Akhirnya permasalahan minuman teh kemasan ini ada jalan keluarnya. Jika musim menjelang Hari Raya Idul Fitri, liburan dan Natal, minuman ini jadi trending topik dipasaran. Saya pun segera kasih kabar ke Yani, agar menyiapkan gudang dan tenaga bongkar. Saat saya pulang kerja, kegiatan bongkar masih berlangsung. Jam 7 malam baru selesai bongkar muatan digudang. Selesai di Gudang, kami pun pulang bersih-bersih. Yani kemudian menghubungi pak Rahman, kapan barang mau dikirim. Pak Rahman minta paling lambat sabtu dikirim semua. Besok Jumat, jadi saya rencananya malam sabtu kirim sebagian dulu, karena grandmax Blindvan hanya muat sekitar 250 dus, itupun sudah sangat dipaksakan masuk. Pembayaran secara cash keras sesuai yang dikirim dulu. Dengan memakai harga paretto ini, selisih harga jual saya ke pak Rahman lumayan jauh, sekitar Rp. 750. Margin harga sebelumnya udah sekitar 1000, tambah yang sekarang, lumayanlah buat lunasin hutang hahaha… Jumat malam saya jadwalkan kirim sebagian ke pak Rahman, tentunya ditemani Yani.

Saya:” terus bonusnya gimana mah?”

Yani:”ga tau pah, mungkin pas kirim besok….”

Saya:”di hotel daerah situ ma?”

Yani:” ga wani dia pah, banyak yang kenal, dan type bang tigor (suami takut istri) hehehe….”

Saya:” ya udah gimana besok aja lah ma…”

Yani:” papa dah cemburu yaaa….”

Saya:” keliatannya gimana ma?”

Yani:” keliatan gitu kok, salahe punya penyakit kok aneh-aneh… sekarang mama enjoy, papa yang blingsatan hehehe….”

Saya:” dasar ya, sekarang lebih berani gitu…”

Yani:” kan papa sek ngajari hihihi…dah tidur yuk…”

Saya:” ga kasih jatah malam Jumat ma?”

Yani:” capek papa sayang…. Dan ngumpulin energi buat kasih bonus pak Rahman hehehe…”

Saya:” oh gitu, lebih penting kasih bonus daripada kasih suami…”

Yani:” ah embuh ah, turu pah…”


Akhirnya saya tidur dengan kentang, tapi emang badan lumayan capek setelah ikutan bongkar tadi. Paginya saya bangun subuh, setelah sholat subuh saya ke gudang untuk nyicil memuat barang ke mobil, agar nanti sore bisa langsung berangkat. Baru muat setengah mobil, tak terasa sudah lewat jam 6, aktivitas muat saya hentikan dan pulang untuk siap-siap njongos lagi.

Siang itu saya pulang agak cepet agar bisa loading sisa tadi pagi. Kasihan juga sebenarnya lihat ini mobil diperkosa muatan overload, ampe ceper. Rencana berangkat kirim setelah maghrib, tapi info dari pak Rahman sampai sana sekitar jam 20-21 saja. Saya bisa menangkap maksud si Rahman ini dengan pengantaran jam segitu, tapi tidak saya sampaikan ke Yani. Setelah sholat maghrib kami berangkat, sengaja berangkat awal karena mau mampir makan dulu di jalan kaliurang. Sampai di toko Rahman lebih dari jam 20, karena dengan muatan overload ini mobil gak bisa dipacu dengan cepat. Suasana sekitar toko sangat sunyi, karena atasnya sudah hutan, bawahnya kebon, depan juga kebon orang. Segera saja pintu gudang yang berada di sebelah toko dibuka Rahman. Pas bongkar ini, gerimis deras turun, untung pintu belakang mobil ini membuka keatas, bisa menahan air hujan yang turun. Saya betindak menurunkan barang dari mobil, Rahman yang menata di gudangnya. Yani berniat membanatu saya, tapi saya cegah, agar benar-benar tampak ada batas sopir dan juragan. Untungnya saya sudah terbiasa angkat beban berat, apalagi beban hidup. Hampir 1 jam kegiatan bongkar ini pun selesai. Saya dan yani disuruh duduk dulu di ruang tamu yang ada didalam toko bagian depan, ya walau cuma kursi plastik dan meja plastik, ada TV nya juga. Rahman kemudian keluar mengendarai motor, balik lagi sekitar 15-20 menit. Dia rupanya beli nasi goreng dan jahe panas. Saya disuruhnya makan dulu.

Rahman: “mas, pean makan dulu geh, ada nasi goreng, ini jahenya, kalau mau kopi ada di dapur..”

Saya:” geh pak, maturnuwun…”

Rahman:” sek ya aku sama juraganmu mau itung-itungan duit dulu…”

Saya:” oh geh pak, monggo…”

Rahman:”ayo mbak yani, duite di dalam sana, ama bonuse…”

Yani:” geh pak… sek yo mas..”
(manggil saya dengan kamuflase)

Saya yang mendengar kata “bonus” sudah paham apa yang akan terjadi. Mereka bangkit dari kursi menuju bagian dalam toko, yang diceritkaan Yani ada dapur, kamar mandi, kamar tidur. Yani berjalan dibelakang Rahman sambil kasih kode. Sebelum lupa, Rahman ini laki-laki beristri, umur 45-an waktu itu, perawakannya sedang, bersih, ada kumis tipis. Tapi yang ga bisa dibohongi adalah matanya adalah type mata jelalatan ama cewek. Saya lihat mereka langsung menuju kamar tidur yang ada dibagian belakang toko ini. Jarak dari saya duduk sih sekitar 7-10 meter, agak panjang bangunan toko ini, dan Lorong menuju arah sana gelap. Aku duduk sambil main HP dan nonton TV, sambil menunggu moment yang tepat untuk ngintip wkwkwkwk…

Setengah jam kemudian saya mendengar pekikan kecil dari arah kamar sana. Segera inisiatif ambil langkah senyap kea rah kamar. Untungnya Lorong dan ruangan area sini gelap, hanya kamar saja yang menyala lampunya. Pintu kamarnya hanya dari kain gorden biasa. Di dalam kamar tersebut, saya lihat Yani yang sudah setengah telanjang duduk dalam pangkuan menghadap Rahman. Sambil memeluk tubuh Yani, mulut Rahman mengexplore payudara Yani yang kencang menantang. Dengan rakus, Rahman ngenyot putting susu Yani, hal itulah yang menyebabkan Yani mengeluarkan suara pekikan kecil tadi. Sesekali mereka berpagutan bibir, tangan Rahman aktif meremas-remas payudara dan pantat Yani. Saya lihat Yani sudah terbawa dalam permainan Rahman, dan aku yang melihat pun sudah ngaceng maksimal. Posisi Rahman ini agak menyamping dan membelakangi saya, jadi saya masih bisa Yani secara penuh. Permainan pangkuan-pangkuan ini lumayan lama waktunya. Kemudian Rahman mau menidurkan Yani dan ingin segera penetrasi. Tapi Yani suruh Rahman berdiri dulu, Yani kemudian bersimpuh di depan kontol Rahman yang lumayan diatas SNI, dengan warna hitam legam mirip punya negro. Yani meraih kontol itu, lalu dia kocok dan permainkan dengan lidahnya. Rahman terdengar menggeram keenakan.

Rahman:” duuhhh mbakkk, enak bangettt… belum pernah kayak gini akuuu…”

Yani berhenti sebentar, lalu melihat Rahman dengan tersenyum.

Yani:” masak pak, sama istri gak pernah di giniin?”

Rahman:” belum pernah, ini perdana mbakkk…enak…”


Kaki Rahman sesaat terlihat mengejang saat Yani mencaplok palkon itu, dan kemudian bergetar sampai tubuhnya juga getar. Kedua tangannya otomatis memegang kepala Yani yang sedang mainin kontolnya. Permainan mulut Yani di kontol Rahman makin mengganas, mulai dari jilat sampai caplok telor. Rahman yang tidak kuat lagi berdiri ambruk, dan sekarang posisi rebahan. Yani kembali menyerang kontol Rahman dengan agresif, kali ini dengan jepit susu segala. Yani dengan rakus kembali memasukan kontol Rahman ke mulutnya dan mempermainkannya dengan enjoy, sedangkan yang punya kontol blingsatan keenakan campur ngilu dan geli. Sekitar 5 menit kemudian tubuh Rahman mengejang pertanda mau ngecrot, Yani masih dengan agresif mengoral kontol Rahman. Sesaat sebelum muncrat, Yani lepaskan kontol itu dari mulutnya dan dikocok dengan tangan. Baru sekitar 5 kocokan muncratlah lahar panas dari kontol Rahman, dibarengi dengan geraman dari mulutnya. Yani terus mengocok sampai isi kontol Rahman berhenti mengeluarkan cairan putih. Kemudian Yani bersihkan tu kontol dengan tisu yang mungkin sudah disiapkan Rahman. Dengan nafas masih ngos-ngosan si Rahman bangkit duduk.

Rahman:” sumpah enak banget mbak, pinter tenan wong ayu iki…”

Yani:” ih biasa aja pak…kan kayak gitu yang disukai cowok…”

Rahman:” tenan, baru ini aku diemut kontole… sakdurunge belum pernah…bojoku aja ogah gini…”

Yani:” ya wes ben tau pak hihihihi….”

Rahman:” mbak Yani belum dientup, giliran mu yok mbak…”


Rahman pun lalu merebahkan Yani, CD yang tadi masih terpakai dia lucuti. Dengan posisi setengah menindih tubuh Yani, kembali Rahman memainkan payudara Yani. Mendapat serangan seperti itu Yani mendesah dan kelojotan keenakan. Beberapa saat kemudian Rahman bangkit, dia mencoba masukan kontolnya ke memek Yani. Beberapa percobaan gagal karena kontolnya Rahman tidak bisa tegang kencang, hanya membesar. Akhirnya oleh Yani coba di kocokin dan digesekin ke memeknya. Agak lama akhirnya bisa agak kencang, tapi saat mau dimasukan Rahman terdengar menggeram dan bergetar, rupanya dia muncrat sebelum kontolnya masuk memek. Saya yang melihat itu mau ketawa tapi takut dosa eh katahuan. Yani dengan wajah datar membersihkan sperma yang muncrat disekitar memeknya.

Yani:” gimana pak? Lanjut?” (saya tahu Yani sedikit nantang dan nyindir Rahman)

Rahman:” udah wes, enak banget sampe aku kelepasan je mbak, padahal bonuse during lengkap hehehe…”

Yani:” wuuu… salahe muncrat duluan…”

Rahman:” ya maaf mbak, soale susu mu marai ga nguati…”

Yani:” udah ini pak? “

Rahman:” sesuk maneh ya mbak, tak juss tenan kalo besok…”

Yani:” sesuk kapan pak?”

Rahman:” kan kirimane kurang separoh ta? Ya besok malam maneh hehehe…”
(senyum licik)

Yani:” kuat tenan pak?”

Rahman:” kuatlah, minum jamu sek besok hehehe… eh aku moto dirimu boleh ya mbak, sexy soale…”

Yani:” awas konangan bojomu pak…”

Rahman:” aman wes…”



foto yang diambil rahman waktu itu, masih nyelip di file saya karena juga dikirim ke Yani.


Setelah memotret Yani yang sudah pakai tanktop merah jambu, mereka bermaksud keluar kamar. Aku bergegas kembali ke tempat duduk sambil pura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Setelah menghabiskan minuman, kami segera pamit, sebelum masuk mobil Rahman tiba-tiba kasih saya beberapa lembar uang warna merah.

Rahman :” mas ini buat beli rokok ya…” (padahal saya tidak merokok hehehe…)

Saya :” oh geh pak nuwun…”

Rahman :” rahasia yoo…”


Saya Cuma kasih kode tangan OK, lalu masuk mobil sama Yani. Ditengah rintik hujan dilereng Merapi, hampir tengah malam mobil yang tadinya overload ini menyusuri jalanan sunyi gelap untuk menuju rumah dipinggiran kota Jogja. Begitu keluar area golf Merapi, aku buka omongan. Uang yang dikasih Rahman tadi aku serahkan ke Yani lalu dihitungnya.

Yani :” woh 400rb pah iki…”

Saya :” duit tutup mulut ma hahahaha…”

Yani :” bojone dewe dikasih uang tutup mulut hihihihihi…”

Saya :” malah papah kayak “anjelo” ma…”

Yani :” apa itu “anjelo” pah?”

Saya :” ANJELO=Antar JEmput LOnthe ma hehehehe….”


Yani langsung mukul bahu saya dengan kuat beberapa kali setelah saya menjelaskan arti istilah “anjelo” tadi. Terpaksa saya minta ampun karena pukulannya lumayan keras.

Saya:” tapi tadi setelah main kok agak masam kenapa ma?”

Yani:” lha piye pah, wong udah full play eh Rahman e plekcur…”

Saya:”kan enak malah hehehe…”

Yani:” tapi iki ku gatel banget pah, ga tuntas blas…”

Saya:” ya udah nanti dirumah papah tuntasin ampe puas buanget…”

Yani:” emoh!!!”

Saya:” lah? Katanya ga tuntas dan gatel??”

Yani:” sekarang aja pah, mampir L*****…”

Saya:” tanggung mah, sebentar lagi sampe rumah…”

Yani:” wes ta, sekarang ya sekarang, depan masuk L****..”


Keluar galaknya kalau memeknya masih gatal melebihi galaknya kalau pas datang bulan. Saya mengalah dan langsung menuju hotel yang dimaksud. Setelah mendapat kamar, mobil langsung parkir didepan kamar. Kami masuk, Yani bersih-bersih dulu, saya juga bersih-berih cuci si Joni yang dari tadi juga sudah lembab. Begitu selesai, tanpa komando, Yani langsung menyerang saya dengan ganas, efek memeknya gatal tadi. Dan akhirnya saya pasrah diperkosa istri sendiri sampai lemas. Untungnya sabtu saya libur kerja.



(Ada sambungannya)


































 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd