Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Exorcist

Mantep suhu @Bigjaya ... emang terkadang goyonan pake bahasa daerah itu jadi ciri khas...dan emang disitu berasa goyonan nya...klo di pake bahasa indonesia biasa langsung ilang/berkurang tuh lucu....no problem...yg penting dikasih translate nya...biar bisa dinikmati semua kalangan...

Tetap semangat berkarya nya suhu....

Cuk...omong opo' awaku iki....kedowoan ngetik'e...asline ra jelas

Walah podho jowone tibakno. Siap Ndan. 8-2.


Nanti malam atau besok semoga ceritanya sudah ready. Membuat konsep awal memang mudah. Tapi untuk konsisten dengan alur cerita dan konsep itu yang susah. Kadang yang ada di angan gak bisa tertuang dalam tulisan.
Jadi mohon maaf jikalau nanti ceritanya lambat laut tidak sesuai ekspektasi para suhu.
 
Catatan 1 - The Beginning [ Part 2]

*********

Hari yang dinanti Ardan pun telah tiba. Dipacunya motor MX dengan santai menikmati macetnya kota Surabaya.

Bersiul riang gembira tak perduli panasnya hari, membelah dari ujung barat ke ujung timur kota pahlawan ini.

Dari kampus pendidik dan sastrawan, dia melaju melewati gang para penjaja. Yang dulu terkenal seantero asia tenggara, dan akhirnya sampai di kampus para teknisi.

Sama-sama kampus Negeri, tapi perbedaannya sangat kontras sekali. Baik input Mahasiswanya maupun output saat kerja.

Luas dan megah kampusnya pun berbeda walaupun sekarang kampus pendidik mulai berbenah dan mulai menampakkan keindahannya. Tetap saja, seperti dipandang sebah mata dibanding dua kampus pendahulunya.

Ardan menepikan motornya. Menghampiri penjaja cendol dawet yang ada di pinggir jalan luaran area kampus tehnisi. Dari sini ke KenPark cuma terpaut jalan lurus. Tak sampai 5 menit.

"Mas, cendol dawet seger, limangatusan, Gak pakek ketan" canda Ardan ke mas-mas yang jualan

"Tak gintang-gintang, tak gintang-gintang" timpal masnya yang jualan.

Keduanya pun tertawa bareng.

Hidup memang seperti itu, untuk merekatkan kadang kita tak perlu kita saling kenal. Kecintaan pada suatu hal yang sama bahkan kadang bisa lebih merekatkan dari keluarga.

"Monggo mas lenggah rumiyen. Silakan mas duduk dulu" ucap mas nya mempersilakan.

Ardan pun duduk di salah satu kursi plastik sambil melihat jam tangannya.

'Masih jam 15.16. Duh... 40 menit ngapain ya?' Guman Ardi

"Monggo mas diunjuk. Silakan mas diminum" Sambil memberikan mangkok es cendol dawet kepada Ardan.

"Suwun mas" Jawab Ardan sambil senyum.

"Bos beli 2 ya"

Datang dua orang pelanggan lain yang mau membeli.

Satunya cowo putih tinggi ganteng dengan rambut Ala-ala Korea. Satunya cewek Oriental dengan rambut lurus sepunggung. Tapi matanya ga begitu sipit. Cantik banget dengan dalaman tanktop ribalut cardigan dan rok span selutut. Serasi banget mereka berdua.

Awalnya hanya melihat sekilas. Seperti tak asing orang itu bagi Ardan. Tapi tak tau siapa.

Beberapa kali lelaki tersebut juga melirik ke arah Ardan. Entah apa yang dipikirkannya.

Tatapan merekapun akhirnya bertemu. Beberapa detik mereka masih saling pandang.

SING MUSIC

[Dari matamu, matamu
Kumulai jatuh cihta
Kumelihat, melihat
Ada bayangannya

Dari mata
Kau buatku jatuh
Jatuh terus, jatuh ke hati]

Mas Cendol kemudian mengangkat telponnya.
"Hallo... Injih Pak"

Tampak sang penjual menerima telepon. Berdiri agak menjauh dr jalan raya dan menutup belakang hapenya dengan tangan kiri agar lebih terdengar.

"Sampean Tadho?"

Ardan memicingkan matanya sambil menunjuk orang tersebut.

"Arya?" Ucap orang tersebut sambil menunjuk kearah Ardan.

"Ealah cuk, Surabaya sempit ya"
Seloroh Ardan yang disambut tawa keduanya.

Tadho kemudian mengangkat kursi plastiknya untuk duduk lebih mendekat ke Ardan. Sebelum kembali duduk dia mendekatkan mulutnya ketelinga Ardan sambil berbisik.

"Panggilanku Aldo atau Al kalau disini, ke ndesoen nama Tadho"

Keduanya kembali tertawa bareng.

Keduanya memang sahabat karib, dan teman sekelas di bangku SMP.

Ary pembenci kata kotor dan tadho sang pembela keadilan.

Mereka disatukan oleh keunikan, atau bisa dibilang keanehan mereka.

Waktu itu semua murid baru mengikuti MOS di SMPN 1 Bendirejo yang merupakan sekolah favorit ke-2 setelah SMPN 1 kota.

Butuh waktu 30-40 menit bagi Ardan untuk mengayuh sepedanya sampai sekolah.

Singkat cerita, saat itu Ardan mendengar teman barisan depannya mengumpat saat Upacara pembukaan karena Pidato gurunya yang lama.

"Ancuk, ngomonge ra mari-mari. Ngecuprus ae kat mau Pak iki. Ancuk, ngomongnya gak selesai-selesai. Ngomong gak jelas dari tadi nih bapak"

Ardan yang gak suka orang berkata kasar, akhirnya menasehati temannya.

Bukannya diam, akhirnya mereka berdua malah beradu mulut dan makin sengit.

Salah seorang guru yang berjaga akhirnya memanggil untuk menghukum mereka berdua dan menanyakan apa alasan mereka bertengkar.

Setelah mendengar semua yang terjadi dengan seksama. Akhirnya, sang guru tidak jadi menghukum keduanya dan hanya menghukum temannya tersebut. Ardan pun disuruh untuk masuk kelas mengikuti lanjutan rangkaian acara MOS.

Pulang sekolah diparkiran sepeda ontel, Ardan ternyata sudah ditunggu oleh temannya yang dihukum tadi. Dibelakangnya ada empat orang yang lebih gede yang tak lain adalah kakaknya yang sudah kelas 9 dan ketiga teman kakaknya.

"Jangan pulang dulu, aku pingin ngomong"
Ucap temannya sambil memegangi stir sepeda Ardan.

"Ayok kekantin saja. Biar lebih enak ngomongnya"

Ardan yang mau pulang akhirnya mengurungkan niatnya dan mengikuti lima orang tersebut.

Mereka berjalan menyusuri belakang kelas-kelas untuk sampai kekantin kalau dari parkiran.

Belum sampai ke kantin, tiba-tiba kakak temannya berbalik badan. Dan memegang pundak dengan tangan kiri. Dan...

BRUGG BRUGG

Dua pukulan mendarat tepat diperutnya.
Terhuyung kebelakang, terduduk dan memegangi perutnya dengan tangan kanan.

"Bocah baru gak usah kebanyakan gaya. Gak usah sok alim"

Ucap orang bertubuh gempal sambil nunjuk-nunjuk ke arah Ardan.

"Aku Wawan, mase Viki. Lek ndak terima, cari aku di kelas 9H"

Selesai memberikan peringatan kepada Ardan, mereka balik menuju ke Parkiran. Belum ada 5 langkah mereka melewati Ardan yang masih terduduk. Tiba-tiba Ardan berdiri kembali lari melompat dan menendang lurus tubuh Wawan dari belakang dengan kaki kiri, kemudian menendang Viki tepat di pipi dan telinga kanannya menggunakan kaki kanannya.

DUGG

PLAKK

Wawan pun tersungkur kedepan dan Viki terpelanting kesamping kiri.

Setelah terjatuh, Viki langsung menangis sambil memegangi pipinya yang membiru.

"Wadoh.. Dancookkk... Hu.. hu.. hu.. Kowe Asu.. hu.. hu.. hu.."

Melihat adiknya menangis dan mukanya membiru, Emosi Wawan meninggi.

"Beraninya main bokong, ayok geng sikat bareng"

Wawan yang sudah berdiri, mengepung Ardan dengan ketiga temannya di keempat sisi.

Ardan sudah siap pasang kuda-kuda, sambil matanya mengawasi setiap gerakan dari keempat orang yang mengepungnya.

Belajar Pencak Silat merupakan hal wajib dikampungnya. Baik itu belajar diperguruan silat ataupun di guru ngajinya masing-masing. Jadi berkelahi merupakan hal biasa yang dia lakukan sejak kecil.

Hal itu dikarenakan desas-desus ninja yang menyerang para tokoh ulama. Dan dibuktikan terjadi penyerangan kepada beberapa pemuda desa dengan target acak selama beberapa hari yang kebetulan nongkrong malam.

Sejak saat itulah latihan pencak silat menjadi tradisi dan wajib bagi pemuda di desanya dan desa dekitarnya. Dan tradisi itu bertahan sampai sekarang.


Belum sempat mereka bertarung, terdapat pemuda tinggi jangkung lari dan menendang Wawan sampai tersungkur kembali.

BRUKK

"Cokk.. Punggungku"

Pemuda yang menendang punggung Wawan tersenyum ke Ardan sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Paling gak suka aku liat orang dikeroyok. Apalagi kalau yang ngeroyok kakak kelas. Banci semua kalian"

Wawan yang merasakan sakit dipunggungnya karena terkena dua kali tendangan beringsut marah.

"Kebanyakan bacot, sikat congore geng. Sikat mulutnya geng."

Pukulan lurusnya kearah Bocah yang baru menendangnya mudah sekali ditepis dengan tangan kanan dilanjutkan dengan masuknya lutut kanan kearah rusuk.

DUKK!!

Agak sedikit ditahan karena takut mematahkan tulang rusuk Wawan. Namun itu sudah membuat ngilu kesakitan. Diakhiri dengan dorongan pangkal telapak tangan keatah dagu.

BRUKK!!

Wawan terkapar begitu mudahnya. Mengerang kesakitan.Tak sanggup lagi bangun karena kepalanya terasa pening dan nyeri disekujur tubuhnya.

Disisi lain, si kriting mencoba menendang dengan kaki kanan dan dengan mudah ditangkis dengan kedua tangan ardan. Masih dalam posisi menangkis, kemudian masuk pukulan si tongos kearah kepala yang hanya bisa dihindari dengan memiringkan kepala kekiri sekaligus memberi bonus tongos tendangan lurus yang masuk telak kearah ulu hati.

BRUKK

Terhuyung kebelakang. Lutut dan kedua tangan kemudian menapak tanah.

Ukh... hueekkk...

Nasi pecel dan es teh yang dimakannya sebelum pulang tadi keluar lagi dari mulutnya beserta rasa pahit dimulut.

Si gendut rambut cepak yang sedari tadi belum beraksi secara tak sadar memundurkan langkahnya beberapa kali. Kribo pun reflek ikut mundur.

Melihat kedua temannya terkapar dan muntah. Satu lagi masih menangis sesenggukan, akhirnya kriting memutuskan untuk menyudahi semuanya. Dilanjutpun dia tau akan kalah.

"Wes.. wes.. damai.. damai.. Sepurane seng akeh. Mohon maaf yang sebesar-besarnya"

Si Gendut juga ikut menimpali.

"Sorry bos. Kita yang salah. Aku ngaku kalah. Besok ku traktir deh kalian berdua di warung pecel pak Min. Damai ya.. peace"

Sambil mengacungkan dua jari dengan senyum pepsodent tapi wajahnya terlihat takut.

Ardan pun tak memperpanjang urusan karena buat dia bertarung seperti ini sudah menjadi hal biasa buatnya.

Mereka berlima pun pergi dengan si Gendut memapah Wawan karena kepalanya masih pening.

Ardan yang merasa berterima kasih telah dibantu, menawarkan beli es dulu dikantin sebelum pulang karena mulutnya terasa pahit karena dipukul tadi. Tawarannya pun dibalas anggukan.

"Eh.. kita sekelas kan? Namae sampean siapa? Lupa aku" Tanya Ardan sambil garuk-garuk kepala.

"Ali Murtadho, absen 3"

"Oalah iya, inget aku. Al Gazali versi ndeso"

Sontak keduanya pun tertawa mengingat apa yang dikatakan Bu Gurunya tadi saat absen perkenalan diri tiap siswa.

[Kamu kok mirip Al Gazali ya Le.. Tapi wajahmu ndeso banget soale. Ojo kebanyakan disawah makanya. Suka nyuri tebu ya]

"Oh iya.. terima kasih ya dah bantuin tadi" lanjut Ardan.

"Halah, cuma gitu doang. Paling benci sama orang yang main keroyokan. Apalagi kamu gak salah. Tapi namamu emang cocok Ar, seperti Arya kamandanu . Mengingatkan yang salah. Dan berani lawan kejahatan"

Awal dari sinilah mereka menjadi teman akrab. Dan jika berada didekat duo ini, murid-murid gak ada yang berani berkata kasar. Bahkan berteriak pun takut.

Ternyata Aldo merupakan Atlet pencak silat dan sejak kelas 5 SD sudah mewakili kabupaten ditingkat provinsi bahkan berhasil menjadi Juara 2.

*****

"Piye cuk kabare? Kuliahmu mbois pool. Nang kampus teknik. Muahal loh semesterane. Gimana kabarnya? Kuliahmu keren abis. Di kampus teknik. Mahal banget loh biaya semesterannya" Canda Ardan ke Aldo.

"Widih. Anti kata jorok sekarang malah ngomong cak cuk. Sudah berubah sampean?"

"Iya ya, dulu saat masih bocah idealis sekali. Dengan mimpi yang menggelitik pula. Lah.. Tadho sang pembela kebenaran bagaimana kabarnya?"

"Haha.. Semakin kita dewasa dan memahami kerasnya kehidupan. Aku sadar bahwa tak ada warna yang benar-benar putih dan hitam. Kita selalu hidup diantara itu dan dikelilingi pilihan yang kadang harus mengambil hitam untuk menjadi lebih putih. Ambil yang terbaik dan jalan tengah, itulah caraku berdiplomasi dengan dunia. Yang penting masalah bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi"

"Ya.. benar kamu dho. Hanya sudut pandang kita yang melabeli hal itu menjadi hitam atau putih"

Ucap Ardan sambil menerawang jauh.

"Ngomong-ngomong siapa tuh cewek dibelakangmu? Cantik banget cuk. Pacarmu yo?" Ucap Ardan setengah berbisik sambil matanya menunjuk perempuan di belakangnya Aldo yang lagi menikmati cendol dawetnya.

Sedari tadi perempuan tersebut hanya duduk diam dan mendengarkan. Sesekali mengaduk-aduk sendoknya ke mangkoknya sambil menikmati angin semilir sore.

"Ngawur kamu, itu anaknya bos besar dikantorku, aku kuliah disini cuma bonus buat menjadi sopir sekaligus menjaganya. Semuanya dibiayai kantor" ucap Aldo dengan cepat. Takut anak bosnya tersinggung jika dibilang pacaran dengannya.

Kemudian Aldo mulai narasinya bagaimana dia memutuskan untuk kerja di Surabaya setelah lulus SMP karena desakan ekonomi keluarga. Dengan berbekal alamat sahabat ayahnya yang ada disurat wasiat.

Memang Aldo ini yatim sejak kelas 3 SD. Dan dia anak bungsu dari tiga bersaudara.

Sebab kenapa malah dia yang bekerja dan bukan kakak-kakaknya, tidak diceritakan oleh Aldo dan Ardan pun tak mau mengulik lebih jauh dan biar menjadi rahasia pribadinya.

Seperti kisah tokoh utama dalam novel, Aldo diajak sahabat ayahnya yang menjadi kepala OB disebuah perusahaan bonafit. Awalnya dia setahun hanya menjadi OB, karena manajer melihat dia suka benerin heater, kipas angin, ataupun kulkas tanpa harus diminta, akhirnya dia dipindah kebagian maintenance dengan jam yang lebih fleksible. Dia juga disuruh sekolah paket C dan dikursuskan di tehnik Electro.

Tidak sampai disitu, saat maintenance rutin malam hari, kantornya pernah disatroni enam perampok dan berhasil dia lumpuhkan. Padahal tiga satpam sudah tak berkutik diikat di pos jaga.

Sebulan kemudia dia diangkat jadi Kepala Scurity di kantor itu. Diberikan fasilitas kamar tidur yang dekat pos keamanan dan akses CCTV area depan kantor langsung ke HPnya. Agar dia bisa 24 jam memantau keadaan kantornya.

Kehidupan Aldopun membaik dan bisa memberikan uang bulanan rutin ke rumah dan menyekolahkan kedua ponakannya. Itupun masih ada sisa buat dia tabung sendiri.

Setahun setelah lulus paket C. Akhirnya dia dipanggil Bos besarnya. Diminta menjadi bodiguard anaknya sekaligus sopir dan menjaga keamanan anaknya saat di kampus karena anaknya ingin sekolah Arsitek. Oleh sebab itu dia sekarang kuliah dan sekarang sudah semester 5.

Ardan yang mendengarkan cerita Aldo, begitu takjub sekaligus bahagia. Begitu berat ternyata perjuangan sahabatnya ini dan berhasil. Sedangkan dia? Kuliah aja sampai molor.

"Kamu memang masih seperti Tadho yang dulu. Gak ada yang berubah dari dirimu"

Ucap Ardan dengan senyum kecut membandingkan dirinya dengan Tadho. Jauh! Baik di segi perjuangan maupun segi tanggung jawab.

"Oke sob, kapan-kapan kita lanjut ngobrolnya ya. Tuan Putri dah dari tadi nunggu" sambil melirik ke arah samping.

"Idiih.. apaan" sambil cubit lengan Aldo dengan gemas.

"Gak apa-apa mbak. Saya juga ada janji kok jam 4 sore. Ini mau jalan juga sebenernya" ucap Ardan sambil melirik jam tangan.

"Oh iya, namanya?"

"Ella" tersenyum dengan sangat manis sambil menjulurkan tangannya.

"Ardan" sambil menyambut tangan Ella dan berjabat tangan.

"Inget sob, kontak-kontak lagi lewat W.A ya kalau lagi senggang. Nomerku sudah kamu save kan tadi?"

Ucap Aldo sambil membalikan badan. Menjauh dari pedagang cendol dawet dan Ardan yang diikuti oleh Ella dibelakangnya.

"Siap bos"

'Hmmm. 15:45. Aku harus siap-siap juga, tak apalah sedikit menunggu'

Saat mau membayar ternyata sudah ditraktir oleh Aldo.

"Loalah.. Bener-bener gak berubah anak itu" geleng-geleng sambil senyum.

'Sepertinya hari ini hari keberuntunganku. Bertemu Sobat lama. Makan gratis. Dan Sekarang waktunya ketemu bidadari'

'Gak apalah nanti kalau sampe lepas perjaka dengan pacar orang. Yang penting mantab-mantabnya dengan cewek cantik' pikir aldo dengan senyum mesum.

***********End of Part2************
 
Terakhir diubah:
Izin ndeprok dimari suhu..
Nyimak nang kene
Ada mistis nya nih cerita patut dipantengin..lanjut hu
Nitip sempak dulu
Sepertinya bakalan menarik nich .....
Genre sedikit berbeda...


Ditunggu kelanjutan nya suhu
Mantau di trit baru
izin pantau
Cerita baru memang buat penasaran hihihi
wkwkwk... cerita kocak dam mesum juga... nice hu.... nitip sendal ya
Ijin nyimak hu....
Ikut nongki di mari
Bookmark dulu biar ga ketinggalan updatenya
Walah arek suroboyo tibakno...

Mantab hu lancrotkan fantasy nya
makasih updatenya @Bigjaya


Terima kasih suhu-suhu semuanya. Atas suportnya..

Cerita ini timelinenya saya ambil di pertengahan tahun 2019. Jadi kadang harus riset dulu buat ngepasin yang hit ditahun itu apa saja biar ga miss. juga menarik alur cerita sebagai background tokoh utama dan sampingan biar match.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd