Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Fatimah Istri Alim Temanku yang Ternyata ....

Bab III Ara Memang Gadis yang

Tiga hari semenjak kejadian itu dan aku terbangun mendpati Fatimah berada di dapur sedang memasak. Nampak dia sedang menyalakan lagu dari hp baru yang baru saja kubelikan agar mudah berkomunikasi. Hal ini terjadi karena Dodit yang sibuk dengan bisnis tambak bermodalkan uang yang kuberikan. Aku harap dengan itu Dodit menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu membawa pergi Fatimah hingga aku bisa mendapatkan kembali hidupku yang tenang. Senandung lagu dangdut masuk ke telingaku dan kurasa lagunya cukup menarik. Lagu dengan sajak jok dibanding-bandingke cukup enak tedengar dikepalaku. Ditambah dengan goyangan pantat Fatimah yang menikmati lantunan lagu dangdut, sungguh aku ingin berterimakasih dengan pencipta lagi ini. Tanpa sadar penisku menegang. Napsku memburu ingin mencari penyelesaian dari peristiwa kentangku bersama Fatimah. Aku memiliki ide. Aku berjalan mendekati Fatimah dan membuka rak yang ada tepat di atas Fatimah.
"Mas Dio."
Aku tak menjawab dan mengambil alat jus sekaligus menempelkan penisku yang tegang ke pantat Fatimah. Karena aku memakai celana pendek kain yang memiliki bahan yang sama dengan celana panjang fatimah, aku bisa merasakan empuknya pantat Fatimah ketika kutusukkan penisku. Aku terus meraba laci atas dan merasakan pantat Fatimah bergoyang mengikuti irama dari lagu. Penisku benar-benari nikamat, kepalaku benar-benar pusing dengan keempukan serta goyangan halus pantat Fatimah.
"Mas Dio sedang cari apa?"
Pertanyaan Fatimah membuatku sedikit terkejut. Nampaknya Fatimah juga tak keberatan dengan perbuatanku.
"Aku mencari pembuat jus."
Aku semakin liar memaju-mundurkan pantatku dan Fatimah juga menggoyang pantatnya hingga kumerasa sangat nikmat. Aku menemukan alat jusku tapi menjadi tidak tahan dengan goyangan Fatimah. Karena sudah merasa cenutan di ubun-ubun kuletakkan tanganku di pinggang Fatimah.
"Mas Dio ... uhmm." suara fatimah lembut.
"K-kamu ga suka? maap Mah aku ga tahan."
Semakin kupercepat gerakan pantatku maju dan mundur sementara penisku bergesekan dengan pantat empuk Fatimah ke atas dan ke bawah. Aku bisa merasakan air mani akan keluar dari ujung penisku. Namun, tiba-tiba pintu terbuka dan membuat kami saling dorong berjauhan. Dodit muncul dari pintu. Beruntung dapurku memiliki sekat sedada sehingga penisku yang mengacung tinggi tidak langsung kelihatan.
"Eh, elo dah bangun Yo."
"Ah, gimana bisnis tambaknya lancar?"
"Ya ada beberapa masalah gitu deh."
Aku melanjutkan kegiatan menjus buah yang baru saja kuambil dari kulkas. Sementara Dodit duduk di meja makan sembari menyalakan rokok.
"Loe kalau mau ngerokok di luar bangsat ini tempat ber-ac."
"Lha marah, ini sebiji doang aja."
"Loe kalau ga matiin gw usir loe dari sini."
Ancaman dariku membuat Dodit mematikan rokok. Sebenarnya aku memarahi Dodit karena dia membuatku kentang. Andai saja dia terlambat beberapa menit mungkin aku bisa lega memuncratkan semua spermaku di bokong Fatimah yang lembut. Karena Dodit aku jadi harus kentang dan menunggu beberapa saat sampai penisku tidak menegang lagi. Setelah penisku sudah turun dan jus alpukat yang kubuat sudah jadi, aku duduk di meja makan. Fatimah datang menghindangkan sayur kangkung, ayam krispi dan udang balado. Tercium bau gurh masuk ke dalam hidungku dan membuat perutku berbunyi. Aku segera mengambil piring dan beberapa udang lalu menyantapnya.
"Eh, Dio bagi ongkos dong. Gw mau ke tempat tambak tapi ga ada duid."
Aku sebenarnya tak ingin membagikan lagi uangku untuk Dodit. Namun, wakutu bersama Fatimah akan berkurang jika Dodit kembali menganggur. Karena itu akhirnya kuberikan uang dua ratus ribu dari dompet. Setelah makan dan mandi aku mengantar Fatimah menuju sekolah. Fatimah memakai baju coklat khas PNS dan mataku tak mau lepas dari gundukan dada yang begitu menonjol.
"Mas, lihat depan nanti kita nabrak."
"Maap mbak."
"Iya gapapa kok mas. Emang kadang asset saya ini sedikit nyusain. Udah bikin pegel, risih lagi, soalnya diliatin terus."
"Kalau pegel saya mau mijitin mba kok. Saya ahli lho dalam hal-hal mijit."
Aku mencoba menggunakan kata-kata dari Rosi, temanku yang terkenal playboy. Fatimah hanya diam dan menanggapi kata-kataku hingga suasana menjadi canggung. Suasana ini berlangsung beberapa menit hingga Fatimah menyuruhku berhenti.
"Eh, Sdn Amerwati masih jauh kan?"
"Gapapa mas sampai sini aja. Nanti saya jalan kaki. Lagian udah deket kok."
"Gapapa mba saya antar aja."
"Nda usah mas lagian ga enak kalau saya diantar orang yang bukan suami saya."
Perkataan Fatimah langsung membuatku membisu. Fatimah membuka pintu dan berjalan ke arah depan meinggalkanku sendirian. Aku dapat melihat beberapa tukang ojek langsung fokos ke dada atau bokong Fatimah ketia dia lewat. Aku memang bukanlah suamimu Fatimah dan parasmu biasa-biasa saja, tapi aku tak keberatan jika kita menjadi suami istri karena aku yakin aku akan selalu ereksi jika melihat pantat dan dadamu.
***
Setelah menyelesaikan kelas aku tiba-tiba dirangkul dengan Rosi. Rosi adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai OB di kantor milik ayahku. Meski tahu bahwa aku adalah orang kaya, dia tak pernah mengambil untung dariku. Karena itu aku sangat nyaman bersama dengan dirinya.
"Eh, temenin gw ikut workshop."
"Ngga, males gw. Gw mau pulang aja."
"Ayolah pls, temenin temen loe yang ganteng ini. yayayaya."
"Berhentilah sok imut gitu."
"Ayolah paling ngga kan gw bisa keliatan keren kalau naik mobil elo."
"Loe kira gw grab dasar tolol."
"Plsss Yo sekali ini aja,"
Akhirnya aku menuruti Rosi dan mengantarkan ke sebuh work cofee. Di lantai dua terlihat beberapa orang sudah memenuhi kursi yang mengeliling meja berbentuk Oval. Aku juga melihat Diya bersama seseorang perempuan sedang duduk didekat layar protektor dan papan tulis putih. Diya nampak berbicara dengan gadis itu dan tersenyum. Biasanya Diya selalu memberikan kesan gadis yang tegas dan jarang tersenyum, tetapi sekarang aku bisa melihatnya menutup mulut untuk menghalangi senyum yang aku rasa sangat mengesankan. Rambut bergelombangnya terus bergerak dan mata Diya terlihat begitu bersinar ketika berbicara dengan wanita ini. Sungguh gadis yang mengagumkan.
'Eh, njing ngapain elo bengong?"
Lagi-lagi Diya membuatku tertegun. Aku mengambil tempat duduk paling belakang yang belum terisi bersama dengan Rosi. Ternyata ini adalah perkumpulan orang-orang yang menyukai Manga. Diya dan Putri adalah pendiri perkumpulan ini. Topik hari ini adalah bagaimana manga merubah peradaban jepang. Ditengah diskusi Putri meminta kepada anggota untuk maju menggambar manga yang mereka sukai. Semua orang membisu dan tiba-tiba Rosi dengan usi menaikkan tanganku.
"Iya mas yang di sana."
Aku memelototi Rosi yang memaksaku untuk berdiri.
"Gapapa kok coba aja dulu nanti kita bantuin."
Melihat Diya memanggilku dengan senyum yang mengesanku akhirnya membuatku menyerah. Aku maju ke depan dan disambut pena yang dipegang Diya.
"T-tapi saya ga bisa gambar mba Diya."
"Gapapa mas ga usah malu ga bakalan ada yang ngejek kok."
Melihat gigi putih dan juga wajah Diya yang kini memancarkan keramahan membuatku ingin mengeluarkan semua kemampuanku. Aku sendiri adalah penggemar manga gundam. Aku sudah bertahun-tahun menjiplak gambar di manga itu dan kali ini aku melakukannya di atas papan putih dan dilihat beberapa orang. Nyatanya kemampuanku belum turun dan membuat seisi ruangan kagum.
"Jadi Masnya suka gundam ya?" Tanya Diya tersenyum.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Sungguh kumis tipis dan wajah terkesan dingin itu membuatku menjadi orang tolol. Aku segera kembali ke tempat duduk dan mendekatkan wajahku ke Rosi.
"Elo ngincer siapa njing?" tanyaku yang sudah tahu kelakuan bejat Rosi.
"Apa maksud elo?"
"Gw suka sama Diya bangsat jangan ampe gw pecat elo dari perusahaan bokap."
"Ish, santai aja inceran gw Putri kok. Liat bodinya bak gitar spanyol terus dadanya lumayan. Pengen gw entot."
Aku menampar kepala Rosi dan membuat Putri memberikan peringatan agar kami tidak berisik. Setelah acara selesai Rosi menarikku ke lantai bawah bertemu dengan Diya dan Putri.
"Ada apa kak?" tanya Putri.
"Gini, temen saya tertarik sama mba Diya dan pengen membicarakan soal manga gundam. Gimana kalau kita duduk dulu. Tenang saja teman saya yang traktir. Iya kan yo."
Aku berpura-pura tersenyum sambil memelototi Rosi.
"Iya biar saya bayar. Mba silahkan pesan."
Kami membicarakan banyak hal soal manga. Tak kusangka Diya begitu bersemangat ketika membahas manga.
"Mas Dio paling suka gundam yang mana?"
"Aku suka IBO." Jawabku.
"Ah iya, Orga sama Mikazuki keren banget. Apalagi kalau mereka berduaan di kokpit saling menatap kemudian berciuan, lalu memegang penis ...."
Untuk beberapa saat aku mencoba mencerna semua yang terjadi. Ternyata Diya adalah bagian femdom yang kubenci yaitu para fujioshi yang selalu melakukan shipping semua character pria dengan pria di semua anime. Mengetahui Diya adalah seorang fujo seharusnya membuatku jijik. Namun, entah kenapa aku tak bisa membenci Diya. Ah, sial apa aku benar-benar sudah jadi idiot karena cinta. Saat Diya sedang asik membalas ponselku bergetar. Aku dapat melihat kalau Ara melakukan misscall. Beberapa pesan juga masuk ke ponselku dari Ara. Aku membuka pesan dari Ara bertuliskan, "Tolong Yo aku lagi di warnet. Terus aku ga bawa uang. Operatornya ga ngizinin gw pulang. Katanya mereka pengen ngentotin aku buat bayar jam yang sudah kuabisin. Cepet kesini Yo."
Ara benar-benar menyebalkan. Selalu mengirim pesan bernada vulgar seperti ini. Aku meletakkan ponselku dan kembali fokus pada Diya. Saat itulah ponselku berdering. Aku melihat Ara menghubungiku lalu segera menekan tombol angkat.
"ngapain elo."
"Shhh ... Ah ... mas tolong jangan dimasukin."
Mendengar desahan Diya membuatku segera berdiri dari meja.
"Ngapain Elo."
"Udah baca pesen gw ga? temen kesayangan elo ini bakal di ewe op warnet."
"Jangan gila, gw lagi sibuk."
"Kalau loe gini terus bakal gw bongkar rahasia loe.
"Oke fine gw kesana. Loe gitu banget."
Aku berpamitan dengan Diya, Putri dan Rosi lalu memacu mobilku menuju warnet. Aku menuju billik yang ditempati Ara dan terkejut.
"Loe udah gila,"
Ara mengigit bibir sambil mengelus vagina yang ditutup celana jeans. Nampak film porno sudah terpampang di layar komputer yang ditempati Ara,
"Udah gw pergi."
Ara menarik tanganku hingga aku terduduk di bangku sampingnya.
"Gw bercanda ih emosian banget. Gw butuh bantuan buat ngerjain tugasnya Bu Etik."
Aku mendesah kesal lalu berganti tempat duduk dengan Ara. Kini aku sudah berada di depan komputer dan melihat kalau word milik Ara masih kosong.
"Ngapain aja elo dari tadi. Ngebokep aja lu."
"Maap ya hehehe."
Tanganku mulai bergerak mencari bahan dari internet agar tugas Ara selesai. Setelah satu jam aku berhasil meyelesaikan tugas Ara.
"Tugas elo udah. Sekarang gw mau pulang."
"Anterin gw ya Yo."
"Dih, nyusain aja."
"Nyusain, gw bayar kok."
"Bayar apa--"
Aku menghentikan kata-kataku ketika tiba-tiba Ara duduk diatas pangkuanku. Ara memutar film porno di suatu situs dan mulai menggerakkan pantatnya.
"Ra cepet turun Ra. Loe udah gila ya?"
Ara tak mengacuhkan kata-kataku dan terus menggesek pantatnya. Bokong Ara cukup terasa meski aku dan Ara sama-sama memakai celana jeans. Karena dekat aku bisa mencium bau harum dari tubuh Ara. Bau seperti sabun mandi itu membuatku menutup mata. Napsuku sudah mengalahkan akal sehat dan kupeluk Ara dari belakang.
"Hmmm ... shhh ...."
Aku mendesah menikmati aroma tubuh, sekaligus gesekan dari pantat Ara.
"Gimana enak kan."
Aku membuka mata mendapati Ara myibak rambut panjangnya ke depan sembari menggigit bibir denga ekspresi terangsang. Hal itu membuatku tak tahan, Kugerakkan pantatku dan kulepaskan pelukanku dari perut Ara dan mulai bergeliya di dadanya. Ara memakai hem biru tetapi kini dibuka dan menyisakan kausi oblong putih. Tak kusangka dada Ara cukup besar.Itu benar-benar pas di tangan, ya mungkin sedikit lebih besar karena tertutup bra.
"menyentuh kemana elo dasar mesum."
Kata-kata itu membuatku tambah bersemangat. Kupercepat gerakan pantatku sambil kucimu bahu Ara yang wangi. Terlintas bayangan Fatimah dalam benakku. Tadi pagi aku juga terkena kentang dalam posisi ini. Jika dibandingkan pantat Fatimah lebih empuk. Tetapi pantat Ara juga menggodaku beberapa kali karena terbungkus dengan jin ketat.
"Shhh ... hmmm ..."
Fatimah ... Fatimah begitulah nama yang kusebut dalam hatiku. Aku membayangkan dada Ara sebagai milik Fatimah yang begitu besar dan menggoda. Aku meremas-remas dada Ara dan kudengar sedikit desahan darinya.
"Yo ... enak banget ... Ah ...."
Tangan Ara turun dan mengusak memeknya, Aku yang penasaran juga menurunkan tanganku. Aku tepis tangan Ara dan mulai mengocok memek Ara yang ditutup celana Jeans.
"Basah banget loe Ra. Memek elo empuk banget Sssh ... Ah ... gw .. pengen ngecrot,"
"Terus kocok Yo. Terus gw juga mau nyampe Ah .... ahhh ... enak banget anjing ...."
Tubuhku mengejang dan ujung penisku menembakkan sperma hingga tujuh kali. Aku terkulai lemas dan menatap langit-langit. Saat itulah aku melihat orang sedang merekam pebuatan kamii. Aku mengangkat tubuh Ara dan meletakkannya di samping. Aku menghampiri bilik yang berisi dua anak SMA laki-laki dan merampas hp mereka. Kami berdebat sampai operator warnet mengur kami.
"Kalian jangan berisik. Kalau berisi keluar saja."
Ara keluar dari bilik dan menujukkan ekspresi santai.
"Ini kakak ini mesum di sebelah dan mau ngehapus rekaman kami."
"Wah, kalau gini laporin polisi aja. Ini warnet bukan tempat mesum." ujar opeator berkulit gelap itu.
"Sudah-sudah jangan berdebat."
Ara tiba-tiba menengahi kami.
"Yo loe masuk aja biar gw yang ngelarin masalah ini."
"Tapi Ra--"
Ara meletakkan telunjukan pada bibirku.
"Udah biar gw urus. Loe main aja dulu."
Aku kembali ke bilik warnet dan memainkan game untuk menunggu Ara."
Setelah satu jam Ara keluar dengan rambut yang berantakan.
"Lama banget elo, terus kenapa rambut elo berantakan banget."
"Mau tahu ... mau tahu ..."
"Eh itu di bibir elo apa?"
Aku melihat cairan putih kental di bibirnya.
"Oh ini,"
Ara mengusap bibirnya dengan jari telunjuk lalu menelan telunjuk itu. Ara kemudian berjinjit ke arah telingaku dan berbisik,
"Ini peju mereka bertiga.."
Setelah berbisik Ara berjalan keluar. Penisku sedikit bereaksi mendengar perkataan Ara. Setelah membayar tagihan warnet aku mengantar Ara kembali ke rumahnya. Di sepanjang perjalanan aku terbawa emosi. Entah kenapa membayangkan Ara memblowjob anak sma dan operator warnet itu membuatku marah. Aku tak berbicara dengan Ara hingga sampai di depan rumahnya.
"Kita dah sampe turun gih!" perintahku pada Ara ketus.
"Ih ketus banget. Kenapa kau ketus gitu. Cemburu ya bibirku dipakek orang lain."
"Udah, gw ga tertarik sama humor jorok elo."
"Sebenarnya tadi itu gw pengen damai aja terus gw tawarin mereka duid. Eh mereka ga mau dan pengen ngentotin gw. Gila aja gw ngentot sama mereka gw tawarin aja emutin kontol mereka terus kita berempat ke kamar mandi."
Aku menelan ludah dan penisku ereksi keras mendengar pengakuan Ara. Ara tiba-tiba melepas resletingku dan terpampang penis besar berukuran delapan belas centi milikku,
"Udah gw duga punya loe gede. Tapi besar banget diameternya udah gitu uratnya.'
"Ah .... ra .... Loe ngapain, ssshhh ....."
Ara menempelkan lidanya di kepala penisku. Aku kegelian dan ketika dia menjilati pangkal penisku tubuhku seperti tersetrum, tetapi nikmat.
"Jadi abis ke toilet mereka cepet-cepet ngeluarin kontol mereka."
Ara bercerita sembari mengocok dan mengulum penisku.
Plop ... cep ... plop ...
Bunyi dari lidah dan bibir Ara yang menjilati, dan menciumi penisku membuatku semakin bergairah. Aku hanya bisa menutup mata sambil membayangkan Ara menservise anak sma dan juga op warnet itu.
"Anak sma itu gw jilatin helmnya,"Ara menjjilati dan mengemut ujung penisku. "Terus mereka keluar ampe tiga tembakan. Giliran op warnetnya ternyata lebih kuat dari tuh dua anak sekolah. Dia njambak gw dan gerakin pantatnya sampai gw mau muntah."
Mendengar hal itu aku meremas lalu menekan kepala Ara dalam-dalam. Aku bisa merasakan ujung penisku menyentuh kerengkongannya. Karena takut muntah aku menarik kepala Ara. Kulepas kepala Ara dari penisku agar dia bisa melanjutkan ceritanya.
"Abis itu si op warnet ngegoyangin kepala aku maju mundur sampai dia ngecrot. Abis ngecrot dua anak sma tadi udah berdiri lagi. Jadi gw kulum aja, gw jilatin biji mereka sampai konak."
Aku menusuk penisku di bibir Ara. Seolah mengerti dengan keinginanku Ara membuka mulutnya. Aku menaik turunkan kepala Ara dan terasa nikmat sekali penisku dibuatnya.
"Ra ... shhh .. enak banget ra ... Peler gw ra emut."
Ara mengemut kantung kemihku, menjilatinya sambil mengocok batang penisku. Aku sudah merasakan maniku berada di ujung penis. Aku kembali memegang kepala Ara dan memasukkan penisku ke mulut Ara. Kugerakkan kepanya naik turun, Pinggulku juga kugerakkan cepat-cepat agar aku bisa Orgaseme. Selang beberapa menit penisku sudah tak tahan. Kubenamkan dalam-dalam wajah Ara dan kutembakkan spermaku hinga tiga kali. Aku kemudia bersandar di kursi pemudi dengan perasaan puas. Aku menoleh ke arah Ara yang memainkan pejuku dalam mulut. Lidahnya benar-benar seksi menjilati bibir hingga terlihat mengkilap karena spermaku. Ara kemudian menelan spremaku dan membuat gerakan mencium dengan bibir. Aku pulang ke apartemen dengan tubuh lelah. Aku tak lagi memperhatikan Fatimah dan langsung tidur di atas ranjangku.

Note : Yawn, perkenalkan saya Ri. Saya suka menulis dan biasanya menulis cerita bergenre fantasi-action. Saya tidak menulis cerita ini karena merasa bosan dan bahagia karena mendapat apresiasi yang besar. Biasanya jarang ada yang membaca tulisan saya dan ini juga membuktikan kalau urusan selangkangan kita no1. Well saya ga mengharap apa pun kecuali bisa menjadikan menulis sebagai mata pencahariaan saya. Karena itulah maafkan saya kalau tidak bisa menulis cerita ini sampai tamat. Demikianlah sesi curhat saya dan saya ucapkan terimakasih. Tetaplah di jalan setah XIXIXIXI
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd