Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Fatimah Istri Alim Temanku yang Ternyata ....

Jangan kelamaan update nya gan. Kren ini mah
 
Bab V Aku Memang Seorang ...

Aku terbangun dan melihat jam dinding menujukkan pukul empat. Setelah menyadari aku berada di ranjang atas, aku mencari keberadaan Fatimah. Hal yang terjadi semalam benar-benar menggairahkan dan membuatku kembali bergairah. Aku turun dari ranjang dan membuka pintu kamar mandi untuk mencari keberadaan Fatimah. Sayangnya gadis berdada besar yang juga istri temanku tidak di sana. Setelah itu aku membuka pintu depan dan mendapati Fatimah sedang berdoa. Aku memutuskan untuk menguping dan mendapati betapa menyesalnya Fatimah atas kejadian semalam. Aku akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan hal itu lagi karena merasa bersalah. Keesokan paginya semua berjalan seperti biasa dan aku mengantar Fatimah lalu pergi ke kampus. Di halaman kampus aku mendapat Diya sedang mengobrol dengan Rosi. Mereka nampak sangat akrab, terlihat bagaimana Diya dan Rosi saling tertawa pada tiap perbincangan. Aku sendiri selalu canggung jika dekat dengan Diya dimana itu semua membuatku frustrasi. Seandainya aku dapat mengobrol seperti itu dengan Diya. Tanpa sadar aku menggenggam tangan erat-erat. Kuakui melihat keakraban mereka membuat aku cemburu. Namun, incaran Rosi adalah putri dan aku yakin Diya yang sedikit cupu itu takkan menarik perhatian Rosi. Dalam kalutnya pikiranku, tiba-tiba tubuku ditepuk dengan keras. Kudapati Ara muncul di depanku, menghalangi pandangan ke arah Diya dan Rosi sambil menyunggingkan senyum penuh kecurigaan.
"Apa?"
"Oh, jadi itu cewek idaman seorang Dio?"
"Jangan melantur mereka berdua itut temanku."
Aku berjalan agar Ara tidak curiga.
"Teman ya, tapi ekspresi loe tadi cukup lucu."
Ara membuat ekspresi aneh pada wajah dan membuatku tak tahan. Tanpa sadar aku mencubit hidung Ara dan membuat gadis itu mengaduh. Ketika melakukan hal itu aku bisa merasakan penisku sedikit berdenyut. Mungkin saja ini karena aku masih mengingat rasa dari bibir Ara yang lembut. Tiba-tiba Reyhan datang lalu mendorong tubuhku hingga jatuh.
"Reyhan, kasar banget sih elo." Ara jongkok untuk melihat keadaanku
"Waduh maap gw ga tahu kalau ada dia di sini. Abisnya hawa keberadaan dia tipis banget sih. Iya ngga temen-temen?" Reyhan menatapku dengan sinis.
"Reyhan."
Ara berdiri dan meletakkan tangan di pinggang sembari membuat ekspresi marah. Reyhan malah menanggapi santai hal itu dan memasukkan lengannya diantara lengan Ara yang terbuka. tangan Reyhan kini terlingkar di perut Ara sehingga membuat mengepalkan tangan dengan kuat.
"Udah ngapain sih elo ngabisin waktu buat pecundang ini. Mending main-main sama kita. Iya nda bro?"
"Yoi" jawab teman-teman Reyhan.
Ara akhirnya mendesah dan menuruti semua permintaan Reyhan. Aku mengambil kacamataku yang jatuh kemudian berdiri.
"Wah brengsek sekali mereka."
Kehadiran Rosi yang tiba-tiba membuatku berjingkat.
"Kaget gw njing."
"Kenapa ga loe hajar aja mereka?"
"Mana mungkin, gw yang ada bakal babak belur dikeroyok."
"Iya gw percaya kalau keturunan Sastradigya tidak bisa berkelahi.Gw sangat percaya."
"Jangan bahas bokap gw lagi ya. Loe mau mati?"
Reyhan tertawa dengan santai sambil merangkul pundakku.
"Hey, kau membahas apa saja dengan Diya?"
"Apa ini- apa ini," Reyhan mengendus-endus. "Ada bau-bau cemburu nih."
"Awas aja loe sentuh Diya gw bakal bikin elo dipecat."
"Serius amat loe bro. Lagian gw juga tahu kalau loe ga gitu deket sama bokap. Jadi mari kita bersaing secara sehat."
Rosi meninggalkanku mematung sendirian. Sungguh Rosi memang memiliki pesonanya sendiri dari sifat misterius dan angin-anginan yang dia punya.

Setelah melakukan presentasi di kampus aku kembali pulang. Saat membuka pintu aku mendengar suara yang sangat keras.
"Aku ini sudah berusaha semampuku. Yang namanya usaha kan ga ada yang tahu kapan bangkrutnya."
"Ade ga percaya pasti emas ngabisin uang usaha lagi buat judi kan."
"Dibilingin kalau lele yang ada di tambaknya mas mati semua ga percaya."
"Lele mati, terus gimana sama rekening ade yang kosong? mas pakai buat apa duidnya."
"Ya buat modal lagi lha. Udah, sama suami kok pelit."
"Mas jahat-jahat."
"Loe itu istri ga tahu diri. Udah ga bisa ngasih keturunan sama suami pelit. Mati aja loe gobolok/"
Aku mendengar suara derak yang keras dan tangisan fatimah mengeras. Pintu terbuka dan membuatku berjingkat mundur. Tatapanku dan Dodit saling bertemu.
"Dod loe apain bini elo."
"Sini gw pinjem lima puluh juta. Abis itu elo bisa puas entodtin bini gw."
"Apaan bangsat."
Dodit mencengkram lengan baju dan memojokkanku ke dinding.
"Gw udah tahu ngelakuin apa aja sama bini gw. Loe tebus aja segitu gw ga bakal minta lagi. Lagian bini cuma bikin stress."
"Iya-iya turunin gw dulu bangsat gimana gw ngambil duid kalau loe giniin gw."
Aku mengambil cek yang ada di ranselku. Aku sebenarnya tak mau melakukan ini. Namun, Dodit nampaknya memerlukan bantuan. Dahulu jika tidak ada dia aku mungkin akan bunuh diri karena pembulyan dan kesepian. Lima puluh juta takkan ada artinya bagiku. Karena itu kuberikan cek kosong pada Dodit.
"Nih, cek kosong buat elo. Isi sesuai yang loe mau, tapi jangan ngambil lebih dari ratusan juta."
Tiba-tiba wajah Dodit menjadi bahagia. Dia berulang kali mencium pipiku meski berusaha aku dorong.
"udah anjing jijik gw."
"Emang loe pengertian ya. Kalau gini gw bisa seneng-seneng."
"Bini elo jangan ditinggal bangsat."
"Ah persetan, pakai aja bini gw sesuka elo. Dengan duid sebanyak ini gw bisa sewa lonte yang lebih cantik."
Aku membuka pintu dan melihat Fatimah yang menatapku dengan nanar marah. Aku menjadi canggung dan hanya bisa menggaruk kepala belakangku.
"K--kenapa kau menatapku seperti itu Fat?"
"Sampai kapan Mas Dio manjain Mas Dodit. kalau gitu terus Mas Dodit ga bakal mandiri. Mending Mas Dio ngasih kerjaan ke mas Dodit dan bantu gimana caranya biar mas Dodit berhenti judi."
Fatimah berdiri dan memukul-mukul dadaku berkali-kali.
"Maafkan aku, Fat."
Mendengar perkataanku Fatimah menjerit sejadi-jadinya. Dia memelukku dengan erat dan meski bisa kurasakan tonjolan dadanya aku sama sekali tak bernapsu. Aku juga tidak bisa membalas pelukannya.
"Padahal aku sudah nabung susah-susah supaya adikku bisa kuliah di tempat ini. Kalau begini hancur sudah impian almarhum ibu. UWaaaaaaa!!!!"
"Jangan khawatir, nanti aku bantu semua urusanmu."
"Tapi emas sudah banyak bantuin kami. Sekarang juga--"
Aku melepas pelukan Fatimah dan meletakkan jari di bibirnya.
"Jangan khawatir, mas sudah anggep Fatimah kayak keluarga mas kok. Masalah Adek Fatimah biar mas selesain."
Kupandu Fatimah ke kursi dan kuusap air matanya. Aku juga mengambilkan segelas buavita agar dia menjadi sedikit tenang.
"Mulai sekarang anggap aja apartemen ini rumah. Kalau kamu risih sama Mas, nanti mas nyari kos-kosan aja."
"Ga, jangan pergi. Mas di sini aja."
Ekspresi manja Fatimah membuatku kembali terangsang.
"Tapi, bahaya kalau kita berdua sama-sama. Nanti mas bisa ngelakuin sesuatu yang buruk sama kamu."
"Mas bukan orang jahat kok Fatimah ga khawatir."
Bukan begitu maksudnya oneng. Gw itu ngode. Aku berdehem untuk menghilangkan rasa jengkel.
"Gini mas kan juga laki-laki. Ntar kayak kemarin gimana."
Fatimah langsung menangkap arah pembicaraanku dan memalingkan wajah.
"Fat,"
Aku memegang bahu Fatimah, tetapi Fatimah menepis tanganku dengan cara memajukan bahunya. Aku yang kebingungan memutuskan untuk pegi ke kamar beristirahat. Hari ini benar-benar melelahkan karena dua orang lelaki mengintimidasiku. Belum lagi presentasi yang mendapat pertanyaan dari gadis sok pintar Eli. Dasar Eli brengsek. Dengan semua beban itu aku menutup mata. Sampai kurasakan benda basah sedang bergerak di selangkanganku.
"Fatim---ahhhhhh."
Fatimah sedang memainkan lidahnya di penisku dan membuat tubuhku bergetar.
"Ng-ngapain kamu?"
"Anggep aja balas budi mas. Selama Fatimah di sini mas bisa nyuruh Fatimah apa aja asal tidak masukin anu mas ke anu Fatimah."
"Anu maksudnya ini."
Aku mengarahkan jariku dan mengelus vagina fatimah yang tertutup celana leging.
"Ini namanya memek Fat. apa namanya."
Fatimah mendesah menikmati jari-jariku yang sudah masuk ke dalam celananya.
"Itu mas ...."
Aku berusaha mencari lubang Fatimah, tetapi sulit sekali menemukan lubang itu karena tertutup daging tebal. Setelah berusaha sedikit aku menemukan lubang dan memasukkan jariku di sana. Terasa basah, hangat dan berkedut ketika jariku menyentuh dinding kemaluan Fatimah.
"Ini apa hah? kalau yang dipengang Fatimah kan kontol."
"Ini shhh memek mas .... shjhhh...."
Fatimah mengehentikan kocokannya dan berdiri. Dia membuka seluruh pakaian kecuali jilbab yang dia pakai. Siluet tubuh Fatimah benar-benar menggairahkan. Perut yang tidak terlalu gendut, dada yang besar, juga paha dan tangan berisi membuat penisku berdiri maksimal. Fatimah mulai berjongkok sembari memegang penisku. Mungkinkah kali ini aku akan menyetubuhi Fatimah? dalam pengharapanku ternyata Fatimah membuat penisku menyentuh perut dan mendudukinya. Aku yang tak tahan segera melepas kaus yang aku pakai dan mencium Fatimah. Aku mengeluarkan lidah yang disambut hangat juga dengan lidah Fatimah. Aku menghisap bibir bawah, berpindah ke atas lalu ciumanku turun di dadanya. Aku menghentikan ciumanku dan fokus pada dada Fatimah. Kulitnya agak gelap, tetapi mulus, terdapat urat-urat mengairahkan juga di dadanya. Meski besar dada Fatimah tidak turun ke bawah.
"Kenapa mas?" tanya Fatimah.
"Dadamu bagus sekali Fat. Dodit benar-benar beruntung."
"Jangan bahas dia lagi mas. Nikmatilah tubuhku."
Aku merasakan pantat Fatimah bergoyang. Tak kusia-siakan kesempatan ini dan menghisap puting coklat Fatimah.
"Ehhmmmassss ... ehm ... terus mas ..."
Aku terus menghisap puting kirinya sambul menggoyang pantatku. Pikiranku melayang karena goyangan maju mundur dari fatimah. Bagian luar vagina Fatimah tersa empuk.
"Mas ... jangan yang kiri terus .... hmmm ..."
Ternyata Fatimah juga sama horninya denganku. Aku menganti hisapanku ke puting kanan Fatimah dan memelintir puting kiri Fatimah. Hal itu membuat Fatimah merancau tak karuan dan mempercepat goyangannya.
Aku merasakan penisku akan meledak. Jadi kudodrong Fatimah ke belakang dan menggesek-gesekan penisku dengan keras.
"Fatimah ... fatimah .... shhh ... ahhhh ...."
"Massss ...."
Aku menutup mulut fatimah dengan bibirku dan meggesek penisku dengan lebih cepat.
"Fat aku nyampe."
Lima kali penisku menembakkan lahar panasnya. Kami saling bertukar pandang dengan tatapan sayu.
"Aku boleh panggil kamu sayang?" tanyaku.
"Ah mas Dio genit." Fatimah mencubit perutku.
"Ih malah cubit. Nih aku bales."
Aku memencet puting Fatimah ke dalam.
"Gimana?" tanyaku.
"Iya sayang. Ih jangan dipencet gitu sakit."
Melihat tinggkah Fatimah penisku kembali berdiri.
"Fat ...."
Aku menatap Fatimah lirih.
"Mas Dio kuat banget ya."
Aku berdiri di samping Fatimah dan seolah mengerti, Fatimah mengulum penisku. Aku menggesekkan penisku ke dada, bokong dan vagina Fatimah berkali-kali. Hampir lima jam kami bermain dan beristirahat. Sampai kita tidur berpelukan. Aku memang pecundang sejati. Tidak hanya merebut suami temanku, aku juga tak mampu menjadikan wanita yang kucintai milikku dan membiarkan harga diriku jatuh di mata teman perempuanku
 
Terakhir diubah:
Maap baru update, well walau sehari tulisan ini bisa jadi hot thread. Terimakasih untuk dukungannya. Mungkin ke depannya cerita ini jadi agak gelap dan minim ekse. Saya harap saudara-saudara tetap bisa menikmati cerita ini. Jangan lupa keep coly with Ukhti Fatimah. XD
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd