Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Bimabet
Lagunya kok cuman instrumen doankk
Ah kecewa padahal yg pertama ada lirik lagunya

Tapi enak sihh
 
belum nongol lagi kah?
 
Lagunya kok cuman instrumen doankk
Ah kecewa padahal yg pertama ada lirik lagunya

Tapi enak sihh
harusnya nama filenya bukan 'full version' ya
tapi 'long version' 🤣🤣🤣
sudah lama ga kesini banyak yang ketinggalan ya aku 😔
ya gimana ya, situ tiap malem sibuk mention jess-- [sebagian teks hilang]
wah nongol lagii
iya dooong
Belom ada patok tanah berarti masih lama update nya


Kan Asemmm
ya udah, bentar..
belum nongol lagi kah?
ini nongol
Mantap akhir nya update juga
hehehe
Ya nyimak dl aja siapa tau update
siapa tau...
 
Part 58: Hujan, Bulan, Julie



It is show time!

Pertaruhkan jiwaku untuk idol (Ooh Ooh...)
Berlari di masa mudaku (Ooh Ooh...)


Pantas saja mereka bisa mengambil member-member yang merupakan pilar tim lain.
Ratu selalu bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya bukan.

Kenapa? Apa masih perlu kujelaskan lagi sekarang ini aku berada dimana? Kurasa tidak. Aku tahu kalau kalian tidak sebodoh itu.
Tapi mungkin aku masih harus menjelaskan sedikit kenapa aku masih berada di tempat ini. Karena pada awalnya aku kesini karena dimintai bantuan menggarap lagu untuk jeketi akustik kan. Dan lagunya sendiri pun juga sudah selesai. Meskipun pada akhirnya aku seperti tidak melakukan apapun, aku hanya melakukan apa yang aku mau di tempat ini.

Tapi penjelasannya lebih detailnya nanti dulu. Aku akan menjelaskannya nanti, setelah aku selesai membuat kopi dan kembali ke atas.
Ya, saat ini aku sedang berada di dapur. Membuat kopi instan. Tentunya instan, karena aku tidak perlu menanam dulu, menunggu panen, memetik, menggiling dan segala macam.

Sembari menunggu air mendidih, aku sesekali menengok ke arah para member yang sedang berlatih. Tidak perlu aku jelaskan tim mana yang sedang latihan. Kalian pasti sudah menebaknya dengan petunjuk yang telah aku berikan.

Ketika kopiku sudah jadi, bertepatan dengan mereka yang sedang beristirahat sejenak. Tidak ingin dicegat, aku berusaha menyibukkan diri dengan berjalan melewati mereka sembari bersiul sendiri sesukaku. Tapi...,

"Perhatiin.. Biasanya siulannya itu ternyata spoiler dari lagu yang lagi dia kerjain" celetukan koh Ronald membuatku berhenti sejenak, menghela nafas sebentar dan...,

"Na.. nanana... nanana...
HEI..!!"


"Malah dinyanyiin??" aku berlalu begitu saja meninggalkan koh Ronald yang terheran-heran bersama dengan para member yang lain.

"Repot... bangeet~~" ocehku ketika sudah berada dalam studio. Sendirian.

Setelah duduk dikursi, aku meniup sedikit kopi yang baru kubuat, menyesapnya sedikit sebelum meletakkannya di tempat yang aman. Kemudian kini fokusku beralih ke buku catatanku, membuka salah satu halamannya, membaca yang tertulis di sana dalam kepalaku. Memikirkan dan merenungkannya sejenak.
Hingga pada akhirnya...,

"Terakhir nadanya gimana sih?" aku bergumam sendiri. "Hape.. Hape.. Hape.."

Maka langsung saja ku ambil handphone ku guna mengingatnya kembali.



I feel so numb...~~



"Oke.."

Nah, karena sepertinya aku akan sedikit sibuk sendiri untuk beberapa waktu kedepan, jadi lebih baik kita sedikit flashback dulu sebentar sekaligus untuk menjelaskan alasan kenapa aku bisa tetap berada di tempat ini.

• Flashback •

"Watu cilik jenenge krikil~
Serok cilik jenenge sutil~
Nentol ning dodo.. jenenge kutil~

Kewan cilik arane jangkrik~
Rodo cilik arane kepik~
Nggonamu kuwi.. tempe kripik~"


"Woi!!" Jose protes seketika saat mendengar nyanyian dari Rafli.

"Kenapa sih? Ada yang salah?" sahut Rafli.

Bukan. Jose protes pasti bukan karena ada yang salah pada nyanyian Rafli, tapi penulisnya memang kurang ajar. Kenapa ada bagian yang dicoret, kan jadi memiliki makna berbeda.

"Udah, gue aja sini yang nyanyi" Jose mengambil gitarnya kembali dari Rafli. "Nyanyi pake bahasa yang bisa kita semua ngerti dong.."

Ucapan Jose terdengar meyakinkan, dan setelah memainkan beberapa kunci, dia pun mulai bernyanyi..,

"Kau gadisku yang tolol.. Gara-gara minum alkohol..~
Disuruh beli pentol.. Malah ngemut kont--"


"STOP!! STOP!!! Lebih parah.." kali ini Rafli yang protes.

"Ya terus maunya apa??" Jose membalas. "Lo aja deh kalo gitu deh" tambahnya yang kemudian mengarahkan gitar ke arahku.

"Lho.., kok gitu? Lanjutin dulu dong yang tadi" aku menyahut. "Kau gadisku imut.."

"Lupa gue lanjutannya. Yang gue inget lirik selanjutnya.., Disuruh potong rambut.. Malah potong jemb--"

"STOP!!!"

"Tuh, ada yang protes lagi kalo gue yang nyanyi.. Udah mendingan lo aja" ucap Jose lagi.

"Males gue" sahutku yang memang sedang malas. "Vin, lo aja deh.."

"Oke, gue yang main gitar. Tapi lo tetep yang nyanyi" akhirnya Kevin bersuara.

"Ya udah deh" balasku lagi.

Baik, sebelum lanjut. Aku akan sedikit menjelaskan situasinya terlebih dahulu..
Aku, bersama dengan Jose, Kevin, dan Rafli sekarang ini sedang berada di kampus, tepatnya di gazebo.
Yap, tentu saja.. Kevin sudah resmi ikut nongkrong bersama kami. Karena pada dasarnya dia memang salah satu teman baikku.

Kami memilih untuk di gazebo karena kami mau nongkrong sambil gitaran, kalau di kantin takut mengganggu yang sedang makan, dan juga karena rooftop sekarang dilarang untuk dijadikan tempat nongkrong. Sebenarnya sudah sedari dulu tempat itu dilarang, tapi setelah beberapa waktu lalu ada dua orang konyol berkelahi disana dan yang satunya babak belur sampai tidak bisa masuk kampus selama beberapa waktu, akhirnya rooftop semakin dilarang. Kalian tau kan apa yang kumaksud tadi.

Kalau kalian bertanya ini gitar milik siapa, ini milik Jose. Tadi dia sudah menyebutkannya juga sih. Dia memang memiliki banyak alat musik di rumahnya. Dulu saat SMA kalau mau latihan band, tinggal ke rumah dia saja, tidak perlu menyewa studio.

Oke, lanjut..

"Mau nyanyi lagu apa nih?" tanya Kevin kemudian.

"Apa ya?" aku sendiri juga bingung. "Iwan Fals deh"

"Yang mana? Bongkar?"

"Engga deh"

"Siang Seberang Istana?"

"Jangan dong"

"Terus apa dong? Oemar Bakri? Isi Rimba? Tikus-Tikus Kantor? Surat Buat Wakil Rakyat?"

"Bisa yang aman-aman aja engga?"

"Mata Indah?"

"Oke" sahutku cepat.

Setelah mendengar persetujuanku, Kevin segera memainkan kunci untuk aku menyanyikan lagu tersebut..,

"Mata indah bola pingpong.. Sudahkah kau bolong..~
Bolehkan aku membelai.. Anu-mu yang aduhai..~"


"Wei!! Pada ngaco lo" Rafli protes lagi.

"Ya emang gini, Raf.." sahut Jose. "Ini baru tiga"

"Masih ada tiga lagi" Kevin menanggapi.

"Tiga?" tanya Jose. "Ooh.., sama si 'Crazy Rich'?"

"Crazy Rich? Ga semua yang dari Surabaya itu crazy rich, bangsat.." sahutku. "Emang sih sarangnya crazy rich, tapi bukan berarti...,"

"Tapi dia kaya"

"Orangtuanya"

"Udah dibilang, julukannya itu bukan Crazy Rich, tapi KonDe" Kevin menambahkan.

"Konde?" Rafli yang tak mengerti pun bingung.

"Ssstt!! Oke.. Oke.. Serius, kali ini serius" ucapku sambil menahan tawa. "Pesawat tempur, Vin"

Baru saja Kevin selesai mengangguk, Rafli kembali protes..., "Bentar!!! Liriknya ga bakalan lo ubah kan. Nanti jadi.., Waktu kau lewat aku sedang mainkan 'anu'"

"Wah.., bagus juga. Gue baru kepikiran lho" komentarku yang langsung saja membuat Rafli terbengong. "Hahaha... Bercanda. Mulai, Vin..,"

Segera Kevin memainkan beberapa kunci dan pada akhirnya...,

"Penguasa..~ Penguasa..~ BERILAH HAMBAMU UANG!!!"

"BELOM!!!"

"Gue cuma ngeluarin uneg-uneg doang.."

Apa sebaiknya aku ganti lagu saja ya? Sepertinya lagu ini juga sedikit membahayakan. Tapi bingung juga mau lagu apa..,

"Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu..~"


"STOP!!"

"Apa lagi sih, Raf? Lo protes mulu" Jose berucap.

"Masalahnya nyanyiannya Adrian bikin kegeeran itu cewek-cewek yang lagi lewat.."

"Ya udah, jangan gue deh yang nyanyi? Lo aja deh Vin?" ucapku.

"Boleh.." balasnya singkat.

"Emang Kevin bisa nyanyi?" tanya Jose tiba-tiba. "Heh? Emang lo bisa nyanyi? Bukannya cuma bisa bikin musik doang?"

Setelah mendengar perkataan Jose, tanpa basa-basi lagi Kevin segera memainkan gitar itu dan menyanyikan satu buah lagu..,

"When you were here before
Couldn't look you in the eye
You're just like an angel
Your skin makes me cry
You float like a feather
In a beautiful world
I wish I was special
You're so fuckin' special

But I'm a creep
I'm a weirdo
What the hell am I doin' here?
I don't belong here

I don't care if it hurts
I wanna have control
I want a perfect body
I want a perfect soul
I want you to notice
When I'm not around
So fuckin' special
I wish I was special

But I'm a creep
I'm a weirdo
What the hell am I doin' here?
I don't belong here

She's running out the door
She's running out
She run, run, run, run,
Run...~

Whatever makes you happy
Whatever you want
You're so fuckin' special
I wish I was special

But I'm a creep
I'm a weirdo
What the hell am I doin' here?
I don't belong here
I don't belong here...~~"


Akhirnya ada yang nyanyinya sampe selesai juga..

"Anjir.. Suaranya laki banget" komentar Rafli.

"Aksen Inggris lo masih ada aja" ujarku.

"Cuma kalo ngomong atau nyanyi pake bahasa Inggris doang" jawab Kevin.

Itulah yang keren dari Kevin, dia kalau berbicara menggunakan bahasa Inggris, ada aksen Inggrisnya. Jadi enak didengar, tidak terdengar seperti anak JakSel.
Dan yang aku dengar, Kevin memang memiliki darah keturunan Inggris. Entah ini benar atau tidak, Kevin tak pernah bercerita, dan aku pun juga tak pernah bertanya. Aku sendiri mendengar tentang ini dari...,

"Ya kan nenek moyangnya Kevin itu Ratu Inggris" sahut Jose. Yap, aku mendengarnya dari Jose.

"Ga usah nyebarin rumor aneh-aneh deh.." balas Kevin. "Gue balik nongkrong lagi sama Adrian aja udah repot"

"Ladenin aja lah, ga ada ruginya.." Jose memberikan sorot mata yang mengisyaratkan sesuatu.

"Gue bukan kayak lo ya" Kevin memasang raut wajah malas.

Aku yang awalnya bingung perlahan mengerti dengan arah pembicaraan mereka.

"Lagi ngomongin apa sih?" berbeda denganku, Rafli tak paham dengan yang dibicarakan oleh Jose & Kevin.

"Kevin Abraham Ternyata Adalah Teman Dekat Adriansyah Sedari SMA" ucap Jose dengan gerakan tangan seperti seorang reporter yang akhirnya menemukan sebuah tajuk menarik untuk berita utamanya. "Pasti hal itu udah kesebar satu kampus kan"

Aku bersama dengan kevin hanya diam saja karena memang malas menanggapi Jose.

"Ya, terus?" Rafli masih tak paham.

"Sekarang gini deh.. Gue tanya sama lo, apa perbedaan sebelum dan sesudah lo temenan sama Adrian?" Jose memberi 'questioner' dadakan pada Rafli.

"Tongkrongan gue jadi lebih asik..?"

"Iya sih.. Tapi bukan itu yang gue maksud" balas Jose lagi. "Sebelum temenan sama Adrian, ada berapa cewek yang ngajak lo kenalan?" Jose kemudian mengganti 'questioner'nya. "Yang bener-bener ngajak kenalan lho, nyapa duluan, terus nanya nama.."

"Ooohh... Gue paham, gue paham" ucap Rafli akhirnya.

"Nah, bahkan sampe yang kayak Tedi aja ada juga yang ngajak kenalan.."

Lama-lama aku kasihan pada Tedi, kesannya dia adalah 'yang terburuk' diantara kami semua. Dia selalu menjadi acuan untuk segala sesuatu yang sebenarnya bukan suatu pencapaian yang luar biasa. Seperti.., 'kalau Tedi bisa, semua orang juga pasti bisa.'
Bagaimanapun Tedi adalah temanku juga, jadi mungkin lain kali aku akan menceritakan tentang 'kelebihannya', meskipun itu mungkin sulit, tapi aku akan berusaha.

Oh, kalau tidak salah ada satu pencapaian Tedi yang cukup luar biasa. Dia pernah meng-- Tidak!! Aku tidak akan menceritakannya lagi, aku tidak mau membahasnya lagi. Dan bagi kalian yang mungkin paham atau mengingatnya, sebaiknya kalian diam saja!!

"Bentar, itu artinya cewek-cewek itu ngajak kenalan cuma biar dapet informasi soal Adrian aja?" tanya Rafli berusaha memastikan. Bisa berhenti membahas hal itu tidak sih?

"Ya tergantung. Kalo yang diajak kenalan Tedi, udah pasti cuma buat cari info, tapi kalo yang diajak kenalan kayak gini nih.." Jose menunjuk-nunjuk wajah Kevin yang tentu saja segera ditepis oleh Kevin dengan cukup keras.

"Banding-bandingin gue mulu lo"

"Ya habis lo sama Tedi mirip" sahut Jose.

"Katarak lo!!" kenapa justru Rafli yang tidak terima.

"Maksud gue nasibnya" ralat Jose. "Sama-sama ga pernah pacaran"

"Hah?? Beneran?" Rafli seakan tak percaya. "Culun ya ternyata.."

"Lo baru pacaran sekali ga usah sombong.. Nanti kalo putus, nangis" sahut Jose kembali.

"Tapi kalo lo emang pilihan ya, Vin.. Sedangkan kalo Tedi emang udah nasibnya ya. Tenang aja, asal lo mau berusaha, pasti bisa kok" tak mendengarkan omongan Jose, Rafli justru sok menasehati Kevin. "Dulu gue juga gitu, kuncinya itu mau berusaha.."

"BACOT!!!" ucapku sedikit agak keras. "Ghost Rider bucin banyak omong.."

"Sialan.., rambut gue lagi yang kena" Rafli hanya bisa pasrah sambil memegangi kepalanya.

"Ya udah, tinggal ganti warna rambut lagi kan.." balas Jose. "Sekalian bawa Tedi tuh, waktu itu kan dia bilang mau cosplay jadi brownies keju"

"Ke salon itu lagi? Ogah!!"

"Ya makanya bawa Tedi, biar duo The Comel itu takut" aku pun ikut menanggapi. "Lagian kan disana lumayan.. Dapet bonus pijet sama 'kretek' persis kayak lo cukur rambut biasanya"

"Apa'an.. Berasa kayak kena fatality gue, ini badan malah jadi sakit semua"

"Wah.., kenyang-kenyang..." akhirnya yang daritadi dibicarakan muncul juga, sang blasteran Cina-Wakanda, Tedi. "Eh, gua tadi kayak denger nama gua disebut-sebut.. Ada apa'an ya?"

"Engga.. Ga ada kok" elak Jose.

"Gue tungguin daritadi di kantin ga dateng-dateng, taunya malah disini" seseorang yang datang bersama dengan Tedi protes.

"Habis darimana, Ted?" pertanyaan basa-basi dari Jose hanya untuk sekedar mengabaikan orang yang baru protes tadi.

"Kantin.. Biasa, baru nagih jatah preman" Tedi sok asik.

"Gue jadi sia-sia kan daritadi ngasih makan nih genderuwo satu" oke, si tukang protes sudah mulai kurang ajar.

"Woi!! Inget syarat dari gue!" Rafli menyela. "Ga usah kebanyakan lagak" mantap, Rafli.. Berani membela Tedi. "Yang artinya lo harus sopan sama kita-kita, termasuk sama fusion antara Black Panther & Barongsai ini" sialan, sama saja ternyata.

"Mana makannya banyak banget lagi.." tapi sepertinya dia tidak menghiraukan perkataan Rafli.

"Alah, lo juga bayarnya pake duit gue" sepupunya si tukang protes, Sasuk- Samuel menyahut.

"Gue bahkan belom ngomong, gue mau minta tolong ap--"

"Gue balik ya" aku pamitan pada mereka semua sambil mengangkat tanganku yang memegang handphone-ku yang tengah berbunyi menandakan adanya panggilan masuk.

"Woi gue baru dateng!! Gue masih ada urusan sama lo" si tukang protes makin protes.

"Lo pikir lo doang yang punya urusan?" itu bukan aku, tapi Jose yang sedang menjadi juru bicaraku.

"Tauk, jangan egois lo" Rafli menambahkan.

"Hati-hati" singkat, padat dan jelas dari Kevin.

Untunglah handphone-ku berbunyi di saat yang tepat, itu bisa menjadi alasanku untuk menghindarinya. Aku memang sedang malas meladeni Danial, lagipula aku juga sedikit curiga dengan 'permintaan bantuan' darinya itu.

"Ini apa sih daritadi masih bunyi terus??" handphone-ku yang masih saja berbunyi lama-lama membuatku sedikit kesal saja. Dan karenanya, akhirnya aku pun mengangkat panggilan itu. "Apa'an, BangKe!!"

~~~​

"Apa'an sih?" tanyaku pada bang Kenzo begitu aku sampai di rumah latihan.

"Duduk" balasnya singkat.

"Kayak anjing aja gue dateng-dateng disuruh duduk" protesku.

"Tapi nurut.." Dongek yang melihatku duduk pun ikut berkomentar, tapi segera kembali diam ketika kubalas dengan acungan jari tengah.

Namanya juga capek, pengen duduk lah. Itu namanya memang sudah niat, bukan karena disuruh. Mengesalkan.
Rasanya itu sama seperti ketika kita sudah bawa handuk, jalan ke arah kamar mandi, lalu tiba-tiba ada yang menyeletuk..., "Mandi sana!!"

"Kenapa kau sudah tak pernah lagi main ke sini?" akhirnya Kenzo bertanya.

"Mau ngapain lagi emang?" aku pun balik bertanya.

"Aduuuhh, Michelleee.. Sakit"

Tiba-tiba terdengar suara yang mengeluh kesakitan. Sepertinya kaki Cindy secara tak sengaja terinjak oleh Michelle.

"Ati-ati keinjek.." teriakku sedikit bercanda.

"Udah keinjek!!" Cindy sewot

"Lagian Michelle ngapain sih pake cosplay jadi Gaby segala?" tambahku lagi.

"Eh?! Kok aku yang dib--" Gaby sempat ingin protes sebelum ditahan oleh Shania.

"Biasanya juga matil, bukan nginjek.."

Kali ini tak ada yang menanggapi candaanku, dan suasana seketika menjadi hening. Sampai kemudian Michelle tiba-tiba berlari pergi menjauh.

"Parah banget sih.."

"Bercanda ada batesnya juga kali"

"Kasian banget Michelle"

Beberapa member tim J mulai menyalahkanku. Tapi...,

"Jadi ada perlu apa lo nyuruh gue kesini?" aku kembali bertanya pada bang Kenzo tanpa menghiraukan mereka. Cuek.

"Ian!! Kok malah ngobrol!!?" kalian tahu lah itu siapa. "Sana kejar Michelle!!"

"Buat apa?" tanya balik.

"Lo ga mau minta maaf? Sana kejar Michelle!" sekali lagi Shania sok memerintah.

"Yakin nih lo nyuruh gue buat ngejar-ngejar Michelle?" aku masih mencoba untuk sedikit bercanda dengan menggodanya.

"Gue serius ya.."

"Bukannya kalo orang lagi marah, ada baiknya dibiarin sendiri dulu ya? Kasih waktu biar agak adem gitu.." aku mencoba menjelaskan.

Bukannya aku tak mau meminta maaf ke Michelle. Aku sadar, mungkin aku tadi memang sedikit berlebihan.. Tapi memang ada baiknya untuk memberikan Michelle waktu untuk sendiri dulu bukan. Ya, intinya aku mau minta maaf, tapi nanti, tidak sekarang.

Lagipula firasatku mengatakan kalau aku tidak perlu terlalu--

"Telpon ci Shani ah...~"

"Oke, oke.. Gue susulin si Michelle.."

Sialan. Ada saja cara agar aku bisa mengikuti maunya dia, dasar 'adik' kurang ajar..

Yap, benar. Yang tadi sempat menyelutuk dengan 'mengancam' akan menelfon Shani adalah Stefi. Siapa lagi memang..
Dasar licik.

Ku hampiri Michelle yang sedang duduk di dekat kolam renang dan kemudian ikut duduk di sampingnya.

"Bisa jangan ganggu dulu engga??" sambutan yang tidak begitu bagus.

Maka aku diam.

"Kok diem?" tanyanya beberapa saat kemudian.

"Katanya jangan ganggu.." balasku singkat.

"Udah telat.., dateng kesini itu udah ganggu!!"

Lihat, apa aku bilang tadi. Kalau ada orang marah, lebih baik untuk didiamkan saja terlebih dahulu.

"Ya udah deh, langsung aja.. Gue minta maaf, gue tadi mungkin bercandanya agak kelewatan" langsung saja kuungkapkan maksud dan tujuanku.

"Ikhlas ga sih? Atau biar cepet aja?" ribet.

"Biar cepet sih sebenernya" aku kan jujur orangnya, hehe. "Tapi ikhlas kok"

Michelle diam saja, dia kelihatan bingung harus bagaimana, bingung akan apa yang harus dia lakukan berikutnya.

"Gue boleh nanya satu hal engga?" tanyaku kemudian.

"Apa?"

"Tujuan kalian apa sih?"

"Maksudnya?"

"Ya, karena firasat gue bilang kalo lo ga bener-bener marah.. Atau mungkin malah lo ga marah sama sekali sebenernya?"

Dari raut wajah Michelle, dapat terlihat jelas kalau dia mulai panik. Itu artinya firasatku benar.. Tapi untuk apa?

"SURPRISE!!!"

Dan tiba-tiba saja aku dikagetkan oleh suara teriakan beberapa member dan juga suara confetti. Kemudian mereka secara serentak menyanyikan lagu Namida Surprise di bagian chorusnya.

"Yeay..~ Hahaha... Jadi.., kak Adrian kita kerjain, karena hari ini Cindy ulang tahun!!"

Sepertinya mereka terlalu banyak menonton acara TV, tapi bedanya kalo ini memang benar-benar ada yang ulang tahun.

"Eeehhh..., gaes.." Michelle tiba-tiba memotong. "Gagal. Udah ketahuan duluan"

"HAH???!!"

"Lain kali, coba sama member yang bisa akting dikit lah ya.." sahutku. "Itupun kalo ada"

"Kan gue udah bilang, jangan gue.. Kak Shania aja mendingan. Kan lebih bisa akting" ucapan Michelle membuatku hampir tertawa.

"Kalian mungkin bisa boongin wota-wota di luaran sana. Tapi kalo ke gue, itu lain cerita" sahutku lagi yang disambut kembali dengan keheningan dari mereka. "Kenapa? Omongan gue terlalu berlebihan lagi? Siapa lagi yang mau ngambek lagi??"

"Happy birthday to you..~" dan tiba-tiba ada bernyanyi lagi, tapi kali ini arahnya dari belakangku.

Otomatis aku berbalik dan mendapati Stefi yang sedang berjalan mendekat sambil membawa kue ulang tahun dengan kedua tangannya. Itu membuatku tersadar juga, Stefi tadi memang tidak terlihat di rombongan yang menyanyi Namida Surprise.

"Udah telat, Stef.. Aku udah tahu rencana kalian. Kalian gagal" ucapku. "Cin, cepetan lo tiup nih lilinnya, potong-potong kuenya, terus bagiin. Biar cepat selesai"

"Tapi ini kue ulang tahunnya buat kamu, mas.." oh iya Stefi tidak datang sendiri. Barusan Shani yang datang bersamanya yang bicara.

"Kan bulan lalu kak Ads emang ulang tahun, tapi belom sempet kita rayain" Gracia yang juga datang bersama Stefi menyahut.

"Tiup lilinnya..~" Thacil dan Okta yang juga hadir mulai bernyanyi.

"Kamu pikir tadi aku 'ngancem'? Orang aku nelfon ci Shani buat ngasih tahu kalo kita mau jalanin rencana kita kok.." Stefi tersenyum.

"Tetep ada rencana yang berhasil kan.." Shani berucap.

Baiklah, mungkin pada akhirnya mereka berhasil karena mereka membuat rencana di dalam rencana. Memang sulit sepertinya jika hanya mengandalkan 'firasat' kalau itu Stefi terlibat di dalamnya.
Tapi yang pasti, saat ini aku senang karena ulang tahunku dirayakan oleh hampir seluruh member jeketi. Maka, dengan satu tarikan nafas kutiup api yang ada di lilin hingga padam semua.

"Potong kuenya..~ Potong kuenya...~" dan sekarang adalah sesi potong kue.

"Mas, jangan aneh-aneh!!" Shani yang sepertinya mengetahui niatanku untuk memotong kue langsung di bagian tengahnya segera mencegahku. Jadinya aku memotong di bagian pinggir seperti kebanyakan orang pada umumnya.

"Potongan kue pertama buat siapa tuh" dan tiba-tiba ada yang menyeletuk. Dari suara cemprengnya, aku tahu itu siapa. Yupi bikin masalah. Awas saja nanti..

"Aku yang ngasih ide buat ini semua lho.." Okta tiba-tiba bersuara.

"Ide doang, tapi aku yang nyusun semua rencananya.." Shania menanggapi.

"Aku yang pilihin kuenya lho" Thacil pun tak mau kalah.

"Kak Ads.. Aku oshinya kak Ads kan..." Gracia pun akan ikut-ikutan.

"Mas..~" singkat, padat, dan jelas.

Untungnya sejauh ini hanya mereka berlima yang 'berebut', coba saja kalau--

"Aku daritadi megangin kuenya lho..., kak!" bahkan ada jeda saat dia memanggilku 'kak'. Ya tuhan.. ampuni semua dosa hambamu ini.

Aku orangnya adil. Aku orangnya sangatlah adil.
Sebagai contoh, dulu saat aku masih sekolah, saat masih tinggal bersama kedua orangtuaku. Ada satu momen dimana ibuku memasak soto ayam, dan sorenya ketika ayahku pulang kerja dia membawa soto daging. Sebagai anak yang adil, aku pun memutuskan untuk..., memasak mie instan rasa soto. Cukup adil bukan.

Nah, karena aku orangnya adil. Maka potongan kue pertama ini..., kumakan sendiri.
Yang tentunya hal itu berbuah tatapan sinis dari para member yang ada.

Saat sedang menikmati makan kue sendiri sembari menjauh dari mereka semua, tiba-tiba aku dihampiri oleh dua orang. Mereka adalah Cindy dan Aya.

"Jadi gimana perasaannya, kak? Tiba-tiba dikerjain pas ulang tahunnya Cindy?" Aya bertanya dengan hape yang dia gunakan seolah sebuah mic. Tunggu.., kenapa tiba-tiba ada sesi wawancara??

"Biasa aja, kan ketahuan duluan sama gue.."

"Terus Cindy.. Gimana perasaannya? Nyangka engga di hari ulang tahun kamu tiba-tiba kak Adrian dikerjain.." apa pula ini??

"Iihhh... Ga nyangka banget ya. Aku kira tadi itu beneran lho, kayak... 'Eh, ada apa nih? Ada apa nih? Ini beneran ga sih' " sialan.

"Terakhir buat kak Adrian.. Ada pesan yang mau disampein engga?" dan sekarang mic tadi tiba-tiba beralih fungsi menjadi kamera dokumentasi.

"Buat Cindy..., Cindy siapa namanya?"

"Cindy Hapsari Maharani Pujiantoro Putri" panjang ya..

"Buat CiMhaPP-"

"Bukan buat Cindy, kak.." Aya memotong. "Buat adek gue"

Hah??
Apa lagi sih ini?

"Buat adeknya Nurhayati.."

"Aya!!!"

"Buat adeknya Aya, selamat ulang tahun-"

"Bukan ulang tahun" Aya sekali lagi memotong.

"Terus?"

"Bangun pagi"

"Heh?!!" terserah dia saja lah.

"Buat adeknya Aya, selamat pagi..(?) semoga panjang umur, murah rejeki, dan selalu diberi kebahagiaan.." sebentar, kenapa aku jadi seperti para publik figur yang dimintai tolong untuk memberi ucapan selamat ulang tahun. Teruskan saja lah, sudah terlanjur ini. "Ingat!! Jangan merokok, jangan narkoba, jangan mabuk-mabukan, jangan trek-trekan, kalo berkendara jangan lawan arus, apalagi lawan orangtua"

"Eehhh, kalo gitu sekalian deh, kak. SMP gue kan mau ngadain reunian...,"

"Hahaha.." aku sudah tertawa terlebih dahulu sebelum Aya menyelesaikan kalimatnya. "Terus? Minta dikasih ucapan juga? Bakal apa'an??"

"Hehehe,.. Bisa aja ya gue"

"Ohhh... 'ayam' udah mulai genit ya. Laporin ke 'bebek' nih.." Cindy berucap yang langsung mendapat respon dari Aya berupa...,

"Dih.."

Apa lagi itu? Ayam? Bebek?
Jangan bilang itu panggilan sayang antara Aya dan pacarnya..
Kalau iya, kasihan sekali pacarnya itu. Sudah malu karena memiliki panggilan sayang, tapi pada akhirnya mereka tidak bisa bersatu.
Ayam dan bebek meskipun sama-sama unggas tapi kan beda jenis.

Atau jangan-jangan itu memang merepresentasikan Aya dan pacarnya?
Maksudku siapa tau ternyata Aya dan pacarnya itu memang 'berbeda'. Kasihan..

"Cin!! Ayo makan kue.. Masa yang ulang tahun ga makan kue" Cindy dan Aya lalu pergi setelah dipanggil oleh kak Gaby untuk bergabung bersama para member lain.

"Nah, ini kado buat lo. Itu dari gue, Ronal sama Rendi"

"Hah?! Apa'an??" aku terkaget saat tiba-tiba Dongek muncul dan memberiku sebuah...,

"Sarung. Buat sholat" ucap Dongek.

"Udah patungan bertiga, sarung doang lagi.. Ogah!!" yang kemudian langsung aku tolak.

"Lah, kok..?"

"Enak banget lo ngasih sarung tapi disuruh make buat sholat doang.." ucapku. "Terus kalo nanti sarung ini ga gue pake buat sholat, artinya gue ga amanah dong"

Ucapanku tidak salah kan. Itu sama seperti misalnya kita diberi uang sebagi bentuk terimakasih karena telah menolong seseorang. Nah, saat memberi uang, orang yang baru kita tolong itu sembari berkata.., "Buat uang rokok".

Kan kita semua belum tentu merokok.

"Kalo misal sarungnya gue pake buat tidur, gue ga amanah dong" ucapanku masih berlanjut. "Kalo misal sarungnya gue pake buat ngeronda, terus di pos ronda gue main kartu sama bapak-bapak komplek, pake taruhan.. Dosa gue berlipat-lipat dong. Udah ga amanah, judi juga, meskipun cuma goceng-goceng..."

"Ya udah terserah lo aja deh mau lo pake buat apa!!" akhirnya Dongek yang emosi kemudian pergi berlalu dan bergabung dengan beberapa member yang sedang makan kue.

"Nah, gitu dong" kemudian aku melihat kembali sarung itu baik-baik. "Rame banget lagii"

Iya, dari warna dan motif sarung ini, menurutku memang terlalu 'ramai'.
Dan akhirnya ku selempangkan sarung itu seperti hendak berangkat--

"Siang-siang mau ronda dimana lo??" Shania menyindir, tapi tangannya mengulur, memberi sebuah kotak kecil. Hadiah juga?

Tanpa banyak berkata-kata lagi, segera kuambil, kubuka dan kupakai hadiah itu.

"Waaaahh..., kak Ads makin ganteng" nata Gracia berbinar-binar melihat penampilan baruku.

"Iiihh.., makin keren"

"Auranya juga makin keluar"

"Eh, kalian tau nggak sih.. Tipe aku itu cowok berkacamata lho"

Dan komentar-komentar dari para member lain pun datang menyusul.

"Lepas, nggak!!"

"Ehh...," aku baru mau menurutinya dengan melepas kembali kacamata itu sebelum..,

"Gue tiap liat lo di studio, kalo natap layar komputer lama-lama, lo dikit-dikit ngucek mata sendiri" Shania mulai berkata-kata. "Jangan salah paham!! Gue cuma ga mau aja sahabat gue lama-lama jadi buta" sepertinya tidak akan sampai segitunya. "Yah.., seenggaknya gue merhatiin ya" terakhir Shania seperti menyindir seseorang.

"Ya udah, pake lagi!!" dan yang merasa tersindir pun meralat kembali omongannya tadi.

"Oke, Shani.." balasku sembari tersenyum semanis mungkin. "Ngomong-ngomong kamu ga ada hadiah buat aku?"

Shani menengok ke sampingnya sebentar ke arah seorang bocah yang masih cengar-cengir dengan matanya yang juga masih berbinar-binar. Dipegangnya kedua pundak bocah tersebut oleh Shani dan kemudian mendorongnya ke arahku sembari berkata..,

"Nih.."

"Eh?!! Ci..!!!"

"Hahaha.. Boleh aku unboxing sekarang?" tanyaku kemudian.

"Hei!!" dia yang memberi, tapi dia juga yang melarang. Aneh. "Aku bercanda, mas.. Masa iya aku ngadoin kamu pake Gracia"

"Yah..., kok cuma bercanda sih, ci??" si hadiah justru nampak kecewa.

"Hahaha.., aku juga bercanda kali, Shan.." balasku. "Masa iya mau aku unboxing sekarang..? Disini..??" aku berucap sembari mencubit gemas pipi Gracia yang justru tersenyum bahagia ku perlakukan seperti itu. "Nanti malem ya.."

"Oke" sahut Gracia cepat.

"Mas!!"

"Kamu kalo mau ikutan gapapa kok"

"Tapi kalo aku maunya cuma kita berdua aja gimana?" perkataan terakhir Shani langsung membuatku terdiam.

"Hah??"

"Ya.., siapa tau aja kamu minta 'itu' buat hadiah ulangtahun" ucap Shani lirih. "A-Aku gapapa kok.."

Segera kutarik Shani untuk sedikit menjauh dari yang lain, baru setelahnya aku mengkonfirmasi kembali dengan bertanya..., "B-Beneran?? Kamu mau?"

Namun yang ditanya hanya senyum-senyum sendiri dengan wajah yang memerah.

"Aku sendiri heran, kenapa kamu sebelumnya ga pernah ngajak aku sih?"

"S-Shan...? Ini serius?"

Nanti malam.., aku dan Shani akan melakukannya?
Untuk hadiah ulangtahunku?
Apa itu artinya aku akan melanggar 'janjiku' sendiri? Kurasa tidak.
Karena jika dipikir lagi, kurasa itu tak masalah.. Melakukannya setahun sekali (atau mungkin dua tahun sekali jika Shani juga mau melakukannya lagi di hari ulangtahunnya nanti) sepertinya tak masalah. Sebelum nanti pada akhirnya kami akan melakukannya secara rutin, hehe..

"Engga!! Ga boleh!" tapi tiba-tiba ada satu bocah muncul. "Kan tadi kak Ads--"

"Kamu besok malem aja ya, Gee.." potongku tanpa menengok ke arah Gracia karena masih memandangi wajah Shani. "Malam ini aku mau sama Shani dulu" kudekati Shani lagi dan kubelai pipinya lembut. Kemudian--

"Ga jadi deh" ucap Shani tiba-tiba yang langsung mundur dan menjauh dariku.

"Eh??"

"Masa udah sama aku, besoknya masih mau sama cewek lain.."

Tunggu sebentar..,
Jangan bilang tadi Shani hanya sedang mengerjaiku? Jika iya, aku benar-benar kena kali ini.
Tapi jika dipikir lagi, Shani memang ada benarnya.. Aku harus bisa berkomitmen, jika pada saatnya aku benar-benar melakukannya dengan Shani, aku seharusnya tidak melakukannya dengan gadis lain lagi. Bahkan mungkin jika itu Gracia sekalipun.

Dan sekarang, mungkin belum saatnya. Namun...,

"Tapi beneran kamu ga ada hadiah buat aku?" tanyaku sekali lagi.

"Ga tau ya.." jawab Shani dengan senyuman yang seolah sedang menyembunyikan sesuatu. "Liat nanti malem deh"

Hei!! Apa-apaan itu barusan?

"Kak Ads jangan tanya aku ya" Gracia tiba-tiba berucap. "Aku lupa, hehe... Nanti deh aku atur jadwalnya"

Jadwal? Maksudnya?

"Gue ga ditanyain nih?" kali ini Okta datang. "padahal gue udah nyiapin.. Nih!! Lo kan suka pake hoodie"

"Oke.. Makasih"

Seperti yang sudah-sudah, hadiah kali ini pun juga langsung aku pakai. Hanya tudungnya.
Aku memakai hoodie itu hanya di bagain tudungnya. Entah bagaimana penampilanku sekarang ini, dengan sarung yang apa istilahnya? menyelempang(?)
Lalu memakai kacamata dan juga hoodie di kepala.

"Kak, ini dari... Aku bingung sih ini dari aku atau dari papa aku" Thacil yang kali ini memberi hadiah. "Habisnya waktu aku lagi bingung mau kasih hadiah apa, tiba-tiba papa aku nyaranin buat ngasih kamera ini, katanya sih kakak bakal suka.. Emang iya?"

Seingatku, aku baru sekali bertatap muka dengan papanya Thacil. Kenapa dia bersikap seolah audah benar-benar akrab denganku. Atau dia hanya berusaha untuk akrab? Tapi untuk apa?

"Engga juga sih" jawabku kemudian. "Tapi gapapa, aku ada temen yang hobinya fotografi.. Aku bisa minta ajarin nanti"

Oke, dari anggota Infinity Six ini berarti yang belum memberi hadiah tinggal 3 orang. Shani dan Gracia, mereka skip sementara. Tapi aku benar-benar menantikan hadiah mereka nanti.
Lalu satu orang lagi.....

Aku segera menengok ke arahnya dan.., "Hadiah aku nanti ya.. Dari Jepang, hihi 😁😁"

Dengan menyodorkan tangannya, dia lalu berucap.., "Uangnya mana?"

Belum sempat aku menanggapi ucapan Stefi, perhatianku sudah teralihkan oleh sebuah benda yang dilemparkan ke arahku. Tapi karena aku lebih cepat tanggap, tentu aku bisa menangkap benda itu terlebih dahulu sebelum benar-benar mengenai wajahku.

"Kenzo-san..!!" Shani dan yang lain kompak ingin memprotes atasan mereka itu.

"Hadiah dariku" ucap bang Kenzo sebelum aku benar-benar bertanya.

"Kunci apa ini Kenzo-san?" Gracia sudah mewakiliku untuk bertanya.

Ya, benda yang dilemparkannya tadi adalah sebuah kunci. Tapi kunci untuk apakah ini? Karena kalau dilihat ini jelas bukan kunci motor. Apalagi mobil, lebih tidak mungkin lagi dia memberiku sebuah sebuah mobil.
Atau jangan-jangan kunci itu adalah kunci jawaban? Oke, cukup bercandanya.

Jika diperhatikan lagi, ini lebih mirip kunci untuk sebuah pintu.
Apakah mungkin si BangKe memberiku sebuah rum-- oke, jangan terlalu berlebihan.
Jadi kunci untuk apakah ini?

"Entahlah.. Tapi jika kau ke lantai dua, mungkin kau akan menemukan jawabannya" penjelasan dari bang Kenzo masih tidak sepenuhnya aku mengerti.

Ruangan apa yang dia maksud? Dan untuk apa?

"Semua peralatan yang kau butuhkan sudah ada disana.. Ruangannya juga lebih luas dari yang kau pakai sebelumnya. Dan seperti permintaanmu juga, ada jendela yang tidak akan membuatmu merasa pengap"

Oke, itu semua sudah cukup menjelaskan. Aku pun langsung berlari menuju lantai dua.
Setelah mengingat-ingat ruangan mana yang sekarang belum terpakai dan cocok dengan kunci yang diberikan oleh bang Kenzo, aku pun segera kesana.
Dan benar saja, seperti ucapannya tadi. Ruangan ini lebih luas, ada jendela yang pastinya tak akan membuat pengap. Meskipun jujur saja, peralatannya masih bukan kualitas yang kuinginkan. Tapi tidak apa-apa, ini sudah cukup..

"Makasih, BangKe!!" teriakku dari lantai dua yang tentunya didengar oleh hampir seluruh member dan staff yang ada.

• Flashback •selesai​

Begitulah. Begitulah ceritanya kenapa aku bisa tetap berada di tempat ini. Karena sekarang aku sudah memiliki mini studio sendiri dan tak perlu lagi untuk berbagi.

Namun aku masih merasa janggal. Firasatku mengatakan kalau bang Kenzo masih menyembunyikan sesuatu.. Entah apa itu.
Tapi itu pasti masih ada hubungannya dengan dia yang memberikan ruangan ini untukku. Karena tidak mungkin kan dia hanya sekedar meminjamkan ruangan ini begitu saja tanpa alasan yang 'menguntungkan' dia nantinya.

Dan jika kalian bertanya soal hadiah dari Shani.. Aku belum mendapatkannya. Karena baru saja mendapat 'mainan baru', aku jadinya lupa waktu dan akhirnya menginap di studio.

Oh iya, ada peraturan tambahan juga terkait studio ini. Peraturan yang cukup unik kurasa.
Karena bukan aku yang dilarang mendekati member, tapi justru member yang dilarang mendekat ke studio ini.
Tapi biasanya sih, semakin dilarang, maka orang akan semakin penasaran kan. Jadi kita lihat saja nanti bagaimana. Oke, sekarang berlanjut...,

"Pinjem aja kali ya.." gumamku.

Aku yang sudah mengambil keputusan segera keluar dari studio dan langsung ke bawah untuk menemui seseorang.

"Bang Togas!!" untung saja langsung ketemu.

"Yak? Kenapa?"

"Punya megaphone, kan.. Pinjem bentar dong" aku langsung mengutarakan niatku tanpa basa-basi.

"Ada sih, tapi bukan gue yang nyimpen.. Put!!" bang Togas kemudian memanggil seseorang. "Megaphone itu lo yang nyimpen kan.. Ada dimana??"

Namun karena yang dipanggil tak segera menyahut, bang Togas memutuskan untuk langsung menghampiri orang tersebut. Aku pun mengikuti saja di belakangnya.

"Put, megaphone lo simpen dimana?" bang Togas kembali bertanya pada kak Putri. Namun yang ditanya tetap tak menanggapi apapun, dia malah sibuk menonton sesuatu di handphone dengan beberapa member lain.

Sebenarnya aku tak bergitu penasaran dengan apa yang mereka lihat. Ralat, aku tak begitu peduli.
Tapi entah kenapa aku mendengar sesuatu yang seperti tidak asing berasal dari handphone yang tengah mereka pelototi.

Akhirnya tanpa permisi aku segera mengambil handphone itu dan ternyata benar saja, tepat seperti dugaanku.

"Dapet darimana?" aku pun mempertanyakan sumber video yang mereka tonton. Tapi sepertinya aku tak perlu bertanya, aku sudah bisa menebaknya.. "DONGEEEKK!!"

Ya, pastilah dia lah pelakunya. Aku tak bisa mencurigai orang lain.

Aku lalu mengembalikan handphone -yang entah milik siapa itu- setelah menghapus video tersebut terlebih dahulu. Untungnya saat kuperiksa tadi, hanya ada satu video.

"Yaaahh, kak Ads.. Kok dihapus sih?" Gracia memasang ekspresi kecewa. "Kan kita jarang liat kak Ads nyanyi live.. Apalagi nyanyinya sambil--"

"Diem, Gee"

"Aku ga nyangka kalo kamu seluwes itu lho, mas"

"Shan.., jangan mulai deh"

"Mana koh Ronal, koh Doni sama koh Rendi lagi yang jadi backdan--"

"Anin ga usah ikut-ikutan ya" potongku cepat.

"Kenapa sih, Adrian? Kan itu tadi pelajaran buat member.. Gimana caranya nyanyi dengan nafas yang tetep stabil" kak Putri berusaha memberikan pembelaan.

Namun aku hanya menanggapi singkat dengan...,

"PRET!!"

"Ada apa sih?"

"Megaphone.. Toa... Toa... Pinjem"

"Buat apa?"

"Ada lah"

"Pake rahasia-rahasiaan"

"Buat apa, mas?"

"Recording"

"Hah??"

Kenapa? Bukankah sudah ada banyak orang di luaran sana yang memakai megaphone untuk memberikan efek suara saat recording?
Aku tadi sudah mencoba memakai effect, tapi hasilnya tidak seperti yang ku harapkan. Maka dari itu aku memutuskan untuk memakai megaphone asli saja..

"Ada sih, tapi di theater" ucap kak Putri.

"Ya udah gue ambil sendiri.. Ada siapa di sana?"

BRUK!!!

"Aduh!!! Julie.., sakit!!"

"Sakitan gue dong.. Gue yang jatoh"

Ya, ada yang baru terjatuh.. Dari apa yang kudengar, Julie jatuh dan tak sengaja menabrak Michelle.

"Hati-hati jatoh.." sebuah peringatan terlambat dari bang Togas.

"Ati-ati kepatil, Jul.." tambahku. "Lagian main tarik tambang di sini.."

Hening..
Tak ada yang bersuara. Semuanya diam.

"Kenapa?" tanyaku kemudian. "Bakal ada yang pura-pura ngambek lagi? Emang hari ini siapa yang ulangtahun??"

"Aduuh... Aduduh..." kenapa musuhnya BoBoiBoy disebut-sebut..

"Kenapa, Jul??" kak Putri akhirnya mendekati Julie untuk memeriksa kondisinya.

"Kayaknya kaki aku keseleo deh, kak.." Julie mengeluh. "Aku boleh pulang duluan, engga?"

"Waduh.. Gimana nih? Kan Julie buat lomba lari nanti" Gaby panik.

"Gapapa, kak.. Ini tinggal dikasih minyak, terus diistirahatin juga besok langsung sembuh" tapi Julie berusaha menenangkan.

Namun ada yang mengganjal pikiranku..
Memangnya jatuh seperti tadi itu bisa sampai membuat kaki terkilir?

"Ya udah kebetulan kalo gitu.. Sekalian aja, Adrian anterin Julie pulang ya" kak Putri memberikan ide yang merepotkan.

"Kenapa gue?"

"Mau ke theater kan. Sekalian" jawab kak Putri. "Udah ditolongin lho, mau dipinjemin megaphone.. Masa giliran nolong gini aja ga mau?"

"Ribet bolak baliknya" aku masih berusaha memberikan alasan.

"Ya udah, gue aja yang ke theater buat ngambilin lo--"

"Kenapa ga lo aja yang nganterin Julie? Gue yang ke theater" aku memotong saran dari bang Togas. "Lagian gue make motor.. Ribet kalo harus--"

"Pake mobil gue" kali ini omonganku yang dipotong oleh Dongek.

Setelah berkata seperti itu, dia pun langsung melemparkan kunci mobilnya ke arahku. Namun entah mungkin karena tenaganya yang terlalu lemah, kunci itu sudah terjatuh di tengah jalan sebelum mencapai diriku.

"Kpk ga biaa kayak Kenzo-san ya?" Dongek bertanya sendiri.

"Nah, lho.. Mau alesan apa lagi" Stefi tidak membantu.

Huft~
Aku menghela nafas sejenak sebelum kemudian berjalan sebentar dan mengambil kunci mobil Dongek.

"Kalian bantuin Julie buat naik mobil" ucapku sambil berjalan hendak keluar.

"Jangan macem-macem lho, mas.."

Ucapan dari Shani seketika membuatku berhenti sejenak dan menghela nafas kembali. Lalu aku menoleh ke arahnya dan dengan tatapan mataku aku berusaha berkata..., "Aku daritadi udah berusaha nolak!!"

~~~​

"Disini?" tanyaku pada Julie, memastikan kalau kami sudah sampai di depan rumahnya.

"I-Iya, kak.."

Selanjutnya aku pun segera keluar dari mobil lalu juga membantu Julie untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tak menyentuh bagian-bagian sensitif pada tubuh Julie. Selain karena telah mendapat peringatan dari Shani, Julie sendiri juga saat ini sedang cedera. Repot nanti memposisikannya. *eh

"Kamar aku ada di lantai dua, kak.." ucap Julie meskipun aku tak bertanya. "Boleh gendong aja engga?"

Tanpa banyak protes lagi, aku segera melakukan permintaannya.. Dan seperti tadi, aku berusaha untuk tak menyentuh bagian sensitifnya. Maka dari itu aku menggendongnya dengan meletakkannya di bahuku, seperti sebuah karung(?)

Aku memang sengaja tak menggendongnya ala-ala princess karena tak mau membuatnya baper. Dan aku juga tak menggendongnya di punggungku karena aku tahu, dengan ukuran seperti milik Julie, itu pasti akan sangat terasa di punggungku nanti. Berbahaya.
Tentunya hal itu membuat Julie sedikit berontak pada awalnya.

Setelah Julie memberitahu yang mana kamarnya, dan aku membawanya masuk ke dalam, dengan hati-hati aku menurunkan Julie ke tempat tidurnya. Namun secara tiba-tiba Julie malah menarik tubuhku hingga membuatku jadi menindih tubuhnya..

"Makasih ya, kak.." Julie berterimakasih sembari tersenyum.

Wajahnya begitu dekat, bahkan aku bisa merasakan nafasnya yang menerpa wajahku. Dan aku yakin hal itu juga berlaku sebaliknya.

Matanya terus menatap diriku, membuatku terdiam bingung untuk beberapa saat. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena aku segera merespon dengan menurunkan wajahku guna memangkas jarak diantara kami.

"Kok merem?" aku bertanya, pura-pura heran saat melihat Julie menutup matanya tadi.

Lalu aku segera bangkit berdiri di samping tempat tidur dengan Julie yang masih di posisi seperti tadi.

"Kalo gitu aja lo udah takut, gimana gue mau ngelakuin hal yang lebih jauh" tanyaku sekali lagi yang membuat Julie memasang wajah bingung. "Misalnya...,"

Belum selesai aku beraksi, Julie kembali menutup matanya di saat tanganku bergerak ke arah dadanya. Padahal tanganku belum sampai menyentuh kedua bulatan yang sesungguhnya telihat cukup menggoda itu, tapi Julie sudah menutup matanya seperti tengah ketakutan.

"Lo belom pernah ya ngelakuin hal yang kayak gini" aku pun mengambil kesimpulan.

"Eehh..., ajarin??" wajah Julie memerah dengan suaranya yang pelan meskipun masih bisa kudengar.

"Males" tolakku cepat. "Gue pengen langsung balik, biar ga ada yang mikir macem-macem"

Kemudian aku berbalik badan dan berjalan ke arah pintu. Namun Julie dengan cepat segera menghentikanku.

"T-Tapi kan... Bisa alesan kalo ada hujan" Julie mencoba untuk meyakinkanku. "Tadi di jalan juga kedengeran suara guntur sama beberapa kali ada kilat.. Kayaknya kan emang mau hujan"

"Gue kan naik mobil" kurasa itu sudah cukup untuk menghentikannya.

Tapi ternyata aku salah, karena yang terjadi berikutnya adalah aku yang merasakan sesuatu yang cukup empuk menekan punggungku. Julie memelukku dari belakang.

"Tapi aku ga tau kapan bisa dapet kesempatan kayak gini lagi.." kenapa dia bisa sampai seperti ini sih??

Oke, itu bukan pertanyaan penting saat ini. Karena jika kami berada di posisi seperti ini lebih lama dan dada Julie terus menekan punggungku, bisa-bisa hal yang mungkin sudah lama kalian nantikan akan terjadi.. Aku harus segara lepas dari situasi ini!!!

"Kalo lo udah ada pengalaman dan gue ga perlu ngajarin lagi, mungkin lain cerita ya.. Mungkin kita bisa main cepet" ini aku hanya asal bicara saja lho ya. "Ngomong-ngomong kaki lo udah sembuh?"

"Eh?!!"

~​

Leave me alone

"Oke"

Aku otomatis menengok ke sumber suara. Terlihat seorang gadis berdiri di ambang pintu sedang membuat wajah cemberut, lalu tak lama setelahnya dia berbalik badan.

"Sebentar, Stef?" aku mencegahnya yang hendak pergi. "Tolong ya, ini balikin ke bang Togas"

"Lho, udah selesai?" dia menerima megaphone yang kuberikan sambil melontarkan pertanyaan. "Perasaan belum ada 30 menit kamu balik.. Atau kamu ga jadi pake?"

"Jadi kok.. Tapi emang cepet aja"

"Oh, oke.." sekali lagi dirinya hendak pergi sebelum kemudian tersadar akan sesuatu. "Eh, tunggu!! Aku mau ngomong sesuatu!"

"Apa sih? Kamu ga inget peraturannya? Member ga boleh kesini lho.." aku mengingatkannya.

"Aku cuma mau ngasih tahu...," ada jeda pada kalimatnya. "Lusa, kayaknya rumah aku kosong"

"Terus?" tanyaku.

"Kamu ga mau ngambil kunci?" yang dibalas dengan pertanyaan kembali olehnya. "Kamu ambil sendiri aja, sekalian kamu pastiin sendiri apa ada kunci yang aku sembunyiin lagi atau engga"

Setelah mengucapkan hal itu, dia kemudian benar-benar pergi..
Apa yang dikatakannya itu ada benarnya. Mungkin memang ada baiknya kalau aku memeriksanya sendiri apakah dia masih menyembunyikan kunci-kunci lainnya atau tidak.

Tapi..., aku yakin itu nanti tidak akan berakhir dengan hanya sekedar aku mengambil kunci di rumahnya lalu pulang begitu saja, hehe.

Bersambung.jpg


-Bersambung-​
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:

Huft~
Ternyata lama lagi ya updatenya, wkwk..
Mana judulnya part-nya clickbait lagi, hahaha 😅
Ya, tapi seenggaknya ga sampe bulan juli juga kan.

Oke, mungkin segitu aja kali ya.

Permintaan maaf? Spoiler lagu?
Ya cari aja kalo nemu..
Lagian kayak ada yang bener-bener dengerin aja

Ya udah.., sampai bertemu 3 atau 4 bulan lagi 🤣🤣🤣


Makasih
• TTD H4N53N
 
Terakhir diubah:
Sip dah udah ada patok tanah tinggal sabar nunggu updatenya aja


Sekedar mengingatkan karakter sebelah ikut kagak ya Si BI & Si AY
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd