Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Follow Your Dreams

-Part 1-



Jesi


Gladis


Vani
Pov Novan


"Ramai juga bang, ada berapa kira-kira orang yang kerja di tempat ini?...."

"Kasarnya sih ada ratusan orang yang kerja di tempat ini. Maklum, perusahaan ini bergerak di empat bidang sekaligus...."

"Wih, keren bang. Kalo bergerak di empat bidang sekaligus, berarti ada empat bos juga di perusahaan ini bang!...."

"Iya, ada empat, dan lo dah kenal dengan dua bos kita...."

"Bu Jesi sih cocok jadi bos. Tapi Gladis, masak dia bos juga bang?...."

"Hus, panggil bu Gladis, jangan namanya doang. Nanti kalo bu Gladis dengar, lo bisa kena marah...."

"Justru kemarin aku di marahin tuh sama bu Gladis saat di rumahnya, karena aku manggil dia, bu...."

"Seriusan lo di marahin bu Gladis karena lo manggil dia bu?...."

"Serius bang, kapan juga aku pernah bohong!...."

"Aneh tuh Van, biasanya bu Gladis pasti langsung marah kalo dia cuma di panggil namanya doang oleh bawahannya...."

"Ya, gak tau aku bang!.... Yang jelas, kemarin tuh aku di marahin...."

"Kalo gue pikir-pikir, cuma satu alasan bu Gladis marah ke lo, saat lo manggil dia, bu. Sepertinya bu Gladis suka sama lo!...."

"Hahaha.... Dalam mimpipun aku gak kepikiran soal itu bang...."

"Ya siapa tau tuh bener, kan enak lo punya pacar cantik, tajir lagi!...."

"Dah bang, gak usah bahas tuh lagi, makin gak jelas jadinya. Lebih baik sekarang nih kita lanjut beres-beres, biar saat bu bos datang, ruangan mereka dah bersih dan rapi...."

Saat ini aku dan bang Fahri sedang merapikan ruangan salah satu bos di perusahaan ini, dan ini adalah ruangan terakhir dari empat ruangan yang pagi ini harus kami bereskan.

Di perusahaan ini, OB dan karyawan berangkat lebih pagi. Jika para petinggi perusahaan tiba di tempat ini pukul 9 pagi, kami bawahannya harus datang pukul 7 pagi.

Di sini OB merangkap menjadi CS. Jadi selain nyiapin keperluan si bos, kami juga harus membereskan dan merapikan ruangan yang sudah menjadi tanggungjawab kami. Semua pekerjaan yang kami lakukan, semua harus sesuai SOP yang sudah menjadi standar di perusahaan ini.

"Akhirnya selesai juga!...." kataku begitu semua pekerjaan sudah aku selesaikan.

"Yuk Van balik ke ruangan tempat OB berkumpul, lo tadi kan belum gue kenalin ke OB yang lainnya...." ajak bang Fahri.

"Ok bang, sekalian aku mau sarapan, perutku dah keroncongan!...." kataku.

"Sama Van, gue juga mau sarapan!.... Maklum, tadi pagi gue gak sempat sarapan...."

Setelah merapikan peralatan yang kami gunakan untuk beres-beres, dan meletakkan di tempatnya semula. Kami berdua segera berjalan ke ruangan tempat OB berkumpul. Di sepanjang jalan menuju ruangan tempat OB berkumpul, aku berpapasan dengan banyak pekerja. Sampai di ruangan tempat OB berkumpul, ternyata di tempat ini udah banyak OB yang sudah berkumpul, dan mereka semua terlihat baru menyelesaikan pekerjaan mereka.

Satu per satu, bang Fahri memperkenalkan teman-teman OB yang lain padaku. Dari sekitar 20 orang OB, lebih dari separuh adalah wanita, tapi usia mereka jauh di atasku. Rata-rata OB di tempat ini sudah berusia kepala tiga dan sebagian besar sudah berkeluarga.

"Van, selesai makan lo antar nih minuman ke ruangan bu bos. Gue mau belanja kebutuhan dulu, nih gula, teh, sama kopi tinggal sedikit...." kata bang Fahri, dan dia sudah menyiapkan empat cangkir teh untuk aku antar ke tempat bu bos di lantai 10.

"Ok bang, bentar nih tinggal dua suap lagi...." kataku.

Setelah kepergian bang Fahri, aku segera menghabiskan makananku dan begitu selesai, aku bergegas mengantarkan minuman ke ruang bu bos.

Karena pemilik ruangan belum datang, aku begitu saja masuk ke tiap ruangan tempat bos bekerja. Namun, begitu aku masuk ke ruangan ke empat, di mana ruangan ini merupakan tempat kerja bu Jesi, aku melihat ada yang berbeda.

"Maaf bu, saya gak permisi dulu!...." kataku begitu aku masuk ruang kerja bu Jesi, dan mendapatinya sedang duduk di meja kerjanya.

"Iya, gak apa-apa...." balas bu Jesi yang sibuk dengan laptopnya.

"Kalo begitu, saya permisi dulu bu!...." kataku setelah aku meletakkan segelas minuman di meja kerja bu Jesi.

"Tunggu sebentar!...." panggil bu Jesi.

Mendengar panggilan bu Jesi, aku urungkan niatku untuk keluar ruangan. Kini aku hanya diam menunggu bu Jesi melanjutkan kata-katanya.

"Lo bisa gunain komputer atau laptop?...." tanya bu Jesi.

"Bisa bu...." jawabku.

"Kalo begitu, mulai besok lo gak perlu jadi OB lagi!...." ungkap bu Jesi.

"Maksut bu Jesi, saya di pecat bu?.... Tapi apa bu salah saya?.... Kalau masalah saya barusan masuk tidak izin dulu, saya minta maaf bu, dan saya janji gak akan mengulanginya lagi. Saya sangat butuh pekerjaan ini bu, jadi saya mohon jangan di pecat...." kataku.

"Siapa juga yang mau mecat lo!...." kata bu Jesi sambil memperlihatkan senyum di bibirnya.

"Kalo bu Jesi tidak menecat saya, kenapa bu Jesi nyuruh saya gak jadi OB lagi?...." tanyaku.

"Gue nyuruh lo berhenti jadi OB, karena mulai besok lo bakal jadi asisten pribadi gue. Jadi mulai besok lo kerja di situ!...." bu Jesi menunjuk meja kerja yang berada di samping meja kerjanya. "Gue harap, mulai besok lo harus berpakaian lebih rapi lagi!...." imbuh bu Jesi.

Setelah sempat down karena pernyataan bu Jesi tentang berhenti menjadi OB, kini aku kembali bersemangat setelah mendengar penjelasan bu Jesi.

"Bukannya saya mau menolak bu, tapi jujur, saya belum ngerti tugas asisten pribadi. Jadi, saya belum mengerti harus ngapain saja nanti bu!...." ungkapku.

"Soal itu, lo tenang saja. Besok bakal gue jelasin apa saja tugas lo. Oh iya, nanti gue transfer ke rekening lo, 50% gaji lo. Jadi nanti sepulang kerja, lo udah bisa beli baju yang cocok dengan pekerjaan lo, besok...." kata bu Jesi.

"Iya bu...." kataku, dan setelahnya aku meninggalkan ruangannya bu Jesi, setelah bu Jesi mengizinkanku meninggalkan ruangannya.

β€’

β€’

Pov Gladis.


Gara-gara macet, gue jadi telat. Untung tadi di parkiran gue belum lihat mobil kak Cindi dan kak Vani. Jadi gue bukan orang terakhir yang datang ke kantor. Kalo kak Jesi, jangan tanya soal dia. Kalo tuh orang, udah dari tadi datang. Mobilnya saja udah dingin, tuh artinya dia dah lama sampai di kantor.

"Pagi bu Gladis...." sapa ramah Desy, resepsionis di perusahaan ini.

"Pagi Des, makin gede aja tuh dada!.... Keseringan di remas-remas ya!...." canda gue, karena dada Desy ini termasuk jumbo, kadang gue sampek iri dengan tuh dada Desy. Di bandingkan dada kecil gue, tentu punya gue gak semenarik punya Desy.

"Iya bu, sering di remas-remas sama pacar saya bu, hihihihi...." jawab Desy, tapi gue gak tau dia serius atau bercanda jawabnya.

Dari pada lama-lama ngobrol dengan Desy gue makin iri dengan bentuk dadanya. Gue pun mutusin lanjut jalan ke ruangan kerja gue.

Gue segera naik lift khusus untuk para petinggi perusahaan, dan lantai sepulus menjadi tujuanku. Cukup singkat waktu berjalan, akhirnya gue sampai di lantai sepuluh, dan begitu pintu lift terbuka, gue melihat cowok ganteng keluar dari ruangan kak Jesi. Namun ada yang aneh dengan ekspresi tuh cowok, dia kelihatan seperti sedang bingung atau sedang banyak pikiran. Pasti kak Jesi baru ngelakuin sesuatu ke tuh cowok.

Begitu tuh cowok masuk ke lift untuk karyawan, gue segera berjalan menuju ke ruangan kak Jesi. Tanpa permisi, gue begitu saja masuk, dan melihat kak Jesi yang sedang duduk di tempat kerjanya.

"Gladis, harus berapa kali gue bilang, ketuk pintu dulu kalo lo mau masuk!...." tegur kak Jesi, tapi sedikitpun dia gak ngelihat ke arah gue.

"Iya, besok-besok gue ketuk, tapi sekarang ada hal penting yang mau gue tanyain ke lo kak!...." kata gue yang seketika membuat kak Jesi melihat ke arah gue.

"Apa yang mau lo tanyain?...." kata kak Jesi.

"Lo apain si Novan kak?.... Barusan gue lihat dia keluar dari ruangan ini, tapi dari ekspresi wajahnya, sepertinya ada yang baru terjadi dengan Novan di ruangan ini...." kata gue menyanpaikan pertanyaan.

"Oh soal Novan, tuh barusan gue suruh dia besok jadi asisten pribadi gue!...." jawab kak Jesi.

"Gak boleh!...." seru gue.

"Apanya Dis yang gak boleh?...." tanya kak Jesi.

"Pokoknya Novan gak boleh jadi asisten pribadi lo, kak!.... Novan cuma boleh jadi asisten pribadi gue...." kata gue, tegas.

"Novan saja dah mau, kenapa lo yang ngelarang?.... Lo suka sama Novan?...." dengan mata sedikit melotot, kak Jesi kembali bertanya pada gue.

"Iya, gue suka...." jawabku.

"Kalo begitu kita saingan, karena gue juga suka sama tuh cowok...." kata kak Jesi.

"Ok kita saingan, tapi gue punya satu cara buat nentuin pemenangnya...." kata gue setelah muncul ide paling gila di otak gue.

"Apa cara yang sedang lo pikirin Dis?...." dengan begitu penasaran, kak Jesi bertanya ke gue.

Sedikit gue tersenyum sinis setelah mendengar pertanyaan kak Jesi.

"Caranya, siapa yang berhasil ngajakin ngentot Novan, berarti dia yang berhak dapetin Novan...." kata gue begitu jelas, dan gue yakin kak Jesi gak akan sanggup mengikuti cara gue.

"Ok, gue setuju cara lo...." kata kak Jesi yang mematahkan semua isi pikiranku.

"Serius lo setuju kak?.... Bukannya lo masih,....."

"Ya, gue masih virgin, dan gue rela nyerahin ke Novan...." kata kak Jesi yang memotong perkataan gue, dan gue merasa sudah kalah satu langkah, karena gue udah gak virgin lagi.

"Napa lo diem Dis?.... Lo dah mau nyerah atau lo dah putus asa?.... Tentu status virgin gue memberi nilai tambah untuk gue, dari pada lo yang udah gak virgin!...." sindir kak Jesi.

Ingin gue marah dengan sindiran kak Jesi, tapi gue sadar itu kenyataannya. Akhirnya gue cuma bisa senyum di hadapan kak Jesi.

"Setidaknya gue lebih berpengalaman di ranjang di banding lo, kak...." kata gue, dan gue membalikkan badan untuk keluar dari ruangan kak Jesi. Tapi, tepat di depwn pintu, aku berhenti sejenak dan menoleh melihat ke arah kak Jesi.

"Mulai besok, Novan juga akan jadi asisten pribadi gue...." kata gue, dan setelahnya gue segera keluar dari ruangan kak Jesi.

"Seandainya dulu gue gak terlalu bodoh, mungkin gue masih virgin sampai sekarang. Tapi biarbodoh, dulu gue juga menikmatinya. Apa Novan sama seperti gue ya, udah pernah nglakuin, atau dia justru seperti kak Jesi, yang masih polos urusan soal sex?...." gumam gue, di sepanjang jalan menuju ruangan kerja gue.

β€’

β€’

Pov Novan


"Napa lo bengong mulu, mirip orang mikirin utang ratusan juta?...." sapa bang Fahri begitu dia balik dari belanja.

"Kesambet tuh ponakanlo Ri!...." kata bang Nurman, salah satu OB yang ikut bang Fahri belanja.

"Tuh si Novan bengong sejak balik dari atas, mungkin dia ada masalah dengan bu bos!...." ungkap mbak Mega, OB wanita yang sedari tadi diam di ruangan OB berdua denganku.

"He Van, ngomong, jangan bengong!.... Apa bener lo ada masalah dengan bu bos di atas tadi?...." tanya bang Fahri.

"Gak ada masalah bang, cuma besok aku gak jadi OB lagi, karena bu Jesi tadi nyuruhku, mulai besok aku di suruh jadi asisten pribadinya...." jawabku yang seketika membuat diam semua orang.

"Serius lo Van?...." tanya bang Fahri.

"Iya, serius nih bang, makanya sekarang ni aku bingung. Dah enak kerja jadi OB, ini di minta jadi asisten si bu bos...." jawabku.

"Lo tuh tolol apa bego Van?.... Asisten bos tuh gajinya tinggi Van, dan kerjaannya juga enak, cuma nemanin dan ngurus si bos. Ya, pokoknya gak sebanding jika di banding kerjaan OB...." kata mbak Mega.

"Seumur-umur gue kerja di sini, ngobrol sama bu bos aja lom pernah. Ini lo baru sehari kerja, eh udah di tawari jadi asistennya. Beruntung banget lo Van, bisa deket-deket sama cewek cantik...." ungkap bang Nurman.

"Bu Jesi tuh biar agak tomboy, tapi dia tetap wanita cantik. Siapa cowok yang gak ngiler jika dekat dengan bu Jesi. Beruntung lo Van!...." seru bang Fahri.

"Kalian benar juga...." kataku.

"Sini Van, lo ikut gue!...." tiba-tiba bang Fahri menarikku, dan mengajakku menjauh dari dua rekan kami.

"Ada apa bang, ngapain pakek narik-narik segala?...." tanyaku.

"Gak ada apa-apa, gue cuma mau nanya, serius lo mau jadi asisten nya bu Jesi?...." tanya bang Fahri.

"Serius bang, kan gajinya besar, lumayan kan bang untuk kebutuhan hidup...." jawabku.

"Iya sih gajinya besar, tapi lo yakin, kalo lo gak akan tergoda dengan bu Jesi?...." pertanyaan bang Fahri yang sedikit membingungkanku.

"Apa sih bang maksut pertanyaan kamu?...."

"Gue tau lo Van, gue juga masih ingat gimana lo waktu SMA. Berapa jumlah cewek yang dah lo tidurin, gue juga tau...."

"Oh, soal itu bang. Bang Fahri gak usah kawatir, aku dah gak seperti dulu. Lagian, seumur hudup baru satu cewek yang pernah tidur denganku, dan bang Fahri juga tau siapa cewek itu!...."

"Iya-iya, maaf gue gak kan bahas soal tuh cewek. Gue kira lo dah lakuin tuh dengan cewek yang lain juga...."

"Kalau sekedar cium sama raba, sering bang tuh aku lakuin dengan cewek lain. Tapi untuk tidur dengan cewek lain, gue lom berani bang!...."

"Kalo sama bu Jesi, lo berani gak?...."

"Mikir ja gak berani, apa lagi nglakuin bang. Suram bang masa depanku nanti, bisa-bisa nih punyaku di potong sampai pangkalnya!...."

"Kalo tuh gak berani, cicip ja bibir sama buah dadanya. Enak tuh, masih ranum!...."

"Dasar mesum, otak perlu di jemur!...." kataku, dan begitu saja aku pergi meninggalkan bang Fahri, yang kini sedang tertawa terbahak-bahak.

Karena gak ada kerjaan, aku putuskan untuk jalan-jalan keliling gedung. Siapa tau ada yang butuh bantuanku.

Jalan-jalan di lantai satu, aku melihat seseorang yang cukup aku kenal baru saja masuk gedung. Wajah dan senyum ramahnya masih sama persis dengan saat terakhir aku bertemu dengannya.

Aku sangat-sangat mengenalnya, karena dia adalah kakak dari wanita yang dulu pernah mengisi kehidupanku. Kak Vani, dia sekarang sedang berjalan ke arahku, karena barusan dia melihat keberadaanku. Meski mengenalnya, aku harus tetap menghormatinya. Dari baju kak Vani, aku bisa menyimpulkan kalo dia punya jabatan tinggi di perusahaan ini.

"Lo Novan kan?...." tanya kak Vani begitu dia berdiri di depanku.

"Iya bu, saya Novan...." jawabku.

Mendengar jawabanku, kak Vani sekilas mengamati penampilanku, dan kemudian dia tersenyum.

"Jangan panggil bu, panggil seperti lo dulu manggil gue, dan gak usah formal ke gue!...." kata kak Vani.

"Maaf bu, tapi kan saya cuma OB di sini...." kataku.

"Kalo lo mau, gue bisa kasih jabatan yang lebih buat lo di perusahaan ini. Gue kenal lo Van, gue tau sesering apa lo dulu nolongin adik gue. Oh iya Van, lo masih berhubungan dengan Resa?...."

"Sejak Resa mutusin hubungan, dan dia mutusin nerusin sekolah di luar negri. Sekalipun saya belum pernah berhubungan lagi dengan Resa...."

"Van, bisa gak lo lebih santai ngomongnya, gak usah formal, barusan kan gue juga dah bilang...."

"Gak enak bu, eh kak!.... Gimanapun, kak Vani pasti punya jabatan di tempat ini. Buktinya, barusan kak Vani bilang bisa ngasih jabatan ke aku...."

"Gue tuh satu dari empat wanita pemilik tempat ini, jadi gue bebas nentuin jabatan buat lo...."

"Tuh kan, kak Vani jabatannya tinggi!.... Lebih baik aku panggil bu ke kak Vani, biar sama seperti pekerja yang lain...."

"Terserah lo aja Van, tapi gue serius soal jabatan. Lo mau gue kasih jabatan apa?...."

"Gak usah deh kak, tadi bu Jesi dah jadiin aku asisten pribadinya mulai besok...."

"Dasar si Jesi, tau aja dia kalo ada yang bening...." ungkap kak Vani. "Ya udah Van, gue kerja duku. Tapi, kalo lo nanti bosan atau gak betah jadi asisten Jesi, lo bilang ke gue, biar gue kasih jabatan buat lo...." imbuh kak Vani.

"Beres kak...." kataku.

"Oh iya Van, si Resa hampir tiap hari tuh nyeritain soal lo ke gue, dan gue yakin tuh anak masih suka sama lo. Ya, meski gue gak tau apa alasan dia mutusin lo...." kata kak Vani, dan setelahnya dia melanjutkan langkah kakinya menuju lift khusus petinggi perusahaan.

"Bukan hanya kamu kak, aku pun sampai detik ini juga gak tau alasan Resa mutusin hubungannya denganku...." gumamku.

β€’

β€’

Tepat pukul empat sore, seluruh pekerjaanku sudah sekesai. Kini aku dan bang Fahri sedang berjalan menuju parkiran motor. Karyawan perusahaan ini juga sudah banyak yang pulang.

"Bang, bisa gak anterin dulu aku ke ATM?...." tanyaku.

"Bisa kok, tapi lo mau ngapain ke ATM?.... Kerja baru sehari, gak mungkin juga gaji lo dah keluar!...." jawab bang Fahri.

"Gaji memang belum keluar bang, tapi tadi bu Jesi udah ngasih 50% gajiku bang. Katanya, tuh gaji separoh buat aku beli baju kerja untuk aku pakai mulai besok...." kataku.

"Seriusan lo di kasih gaji 50% di awal, meski lo belum kerja?...." tanya bang Fahri.

"Tadi sih bu Jesi bilangnya seperti itu. Tapi untuk kebenarannya, kita cek bang ke ATM...." jawabku.

"Yuk meluncur, kalo benar lo dapat gaji, kan bisa gue minta di traktir makan!...." kata bang Fahri.

"Beres bang...."

Setelah sedikit obrolan, akupun di bonceng bang Fahri menuju ATM terdekat.

Sekitar dua ratus meter, bang Fahri memarkirkan motornya di sebuah ATM.

"Tuh ATM Van, sono cepet lo cek!...." kata bang Fahri padaku.

"Iya bang, sebentar...." aku segera turun dan berjalan ke arah ATM.

Karena sepi, aku tidak perlu antre. Setelah memasukkan kartu ATM dan pin ATM, aku segera mengecek jumlah tabunganku, dan....

"Bu Jesi pasti bercanda, uang sebesar ini dia bilang 50% gajiku!...." kataku dalam hati.

Aku sangat tidak percaya dengan apa yang aku lihat di jumlah tabunganku. Kemarin setauku, sisa tabunganku di ATM ini sekitar lima jutaan, tapi ini, angka depannya tetap lima, tapi luar biasanya ada tambahan angka nol di angka paling belakang.

Akupun mengambil uang dua juta dari ATM, untuk nanti membeli baju dan mentraktir bang Fahri beserta keluarganya. Begitu selesai, aku segera mengakhiri transaksi dan mengambil kartu ATM ku.

"Gimana Van, beneran dah di kasih gaji lo?...." tanya bang Fahri saat aku sudah berada di dekatnya.

"Udah bang, tapi besok ja bang traktir makannya, sekalian traktir keluarga bang Fahri...."

"Widih, sepertinya gede tuh gaji sampai mau trakti istri sama anak gue!...."

"Lumayan bang, bisa buat traktir makan-makan besok...."

"Karang gue anter lo balik dulu, atau lo mau ambil sekalian motor yang gue beli buat lo dari uang yang lo kirim seminggu yang lalu?...."

"Ambil motor saja bang, biar nanti sekalian bisa aku pakei belanja. Kosanku masih kosong, belum ada makanan...."

"Kalo gitu buruan naik!...."

Akupun naik ke motor bang Fahri. Dengan kecepatan sedang, bang Fahri kembali memacu motornya.

Bukan seminggu, tapi tepatnya setelah mendengar kabar aku di terima kerja, aku mengirim uang ke bang Fahri. Uang itu aku kirim, karena aku minta tolong ke bang Fahri untuk mencarikanku kosan sekalian motor untuk kendaraan di kota ini.

Uang yang aku kirim ke bang Fahri, bukanlah uang hasil kerja ataupun uang warisan orangtuaku. Uang itu berasal dari menjual rumah peninggalan orangtuaku. Separuh uang hasil penjualan rumah, aku simpan di buku tabungan peninggalan orangtuaku. Separuhnya lagi, aku gunain untuk melunasi kredit rumah yang aku jual, dan sisanya aku kirim ke bang Fahri.

Sampai di tempat penjual motor bekas kenalannya bang Fahri, aku di ajak bang Fahri mengambil motor yang sudah dia beli. Motor matik bekas yang menurutku masih sangat bagus, sudah di beli bang Fahri, dan bisa aku bawa pulang ke kosan.

Begitu motor, kunci dan surat-surat motor sudah aku pegang, aku segera pulang ke kosan, karena aku harus segera belanja. Takutnya kelamaan di tempat ini, aku nanti jadi kemaleman.

β€’

β€’

Pov Gladis


Bosan sepulang kerja hanya diam di rumah, akhirnya gue putusin ikut ajakan kan Vani jalan-jalan ke salah satu mall di kota ini.

Awalnya gue juga mau ngajak kak Jesi, tapi dia masih sibuk dengan kerjaannya. Dari rumah gue nyetir mobil sendiri. Maklum jomblo, siapa juga yang mau nyetirin mobil cewek jomblo.

Begitu sampai di mall, gue langsung menuju lantai dua, karena gue dan kak Vani udah janjian ketemu di salah satu restoran yang ada di lantai dua. Kebetulan juga, barusan kak Vani telpon gue, dan dia bilang udah sampek di tempat janjian.

"Kak Vani!...." panggil gue, begitu gue melihat kak Vani sedang duduk di salah satu kursi yang ada di restoran.

"Sini Dis, duduk dulu!...." balas kak Vani, dan gue berjalan mendekat ke arahnya.

"Ngapain kak lo ngajak duduk?.... Gue lom laper, yuk keliling dulu kak, baru nanti balik ke sini kalo dah laper!...." ajak gue.

"Sudah, lo duduk sini dulu!.... Ini gue lagi nunggu seseorang, bentar lagi juga ke sini...." kata kak Vani.

"Siapa kak, cowok lo?...." tanya gue.

"Bukan cowok gue, tapi dia tuh mantan pacar adik gue...." jawab kak Vani.

"Yah udah mantan, jelek dong kak!...." kata gue.

"Menurut gue, gak jelek sih. Tapi lo nilai sendiri deh, tuh orangnya juga dah datang!...." kata kak Vani seraya dia fokus melihat ke arah belakang gue.

Gue yang penasaran dengan mantan pacar adiknya kak Vani, mengikuti ke mana arah pandangan mata kak Vani. Begitu gue menoleh ke belakang dan melihat-lihat mana sekiranya cowok yang berjalan ke arah gue. Akhirnya gue nemuin seorang cowok sedang berjalan ke arah gue dan dia semakin mendekat.

"Eh, ngapain tuh cowok kemari?...."

β€’

β€’

Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Besok kalo hari Selasa seharusnya rabu update tpi sampe sekrg blum update juga.. Cerita masih baru tpi sdh bohongi pembaca.
Anda benar gan, saya memang bohong.

Tapi, saya juga punya RL n demi dapet uang saya jg ada kerja.

Dan maaf saja, saya tentu lebih ngutamain RL.


GGST= GUGUR SETETES???πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Siapa tuh om, anyang2 en ya aka GUGUR SETETES 🀭🀭🀭🀭🀭🀭🀭🀭
 
Anda benar gan, saya memang bohong.

Tapi, saya juga punya RL n demi dapet uang saya jg ada kerja.

Dan maaf saja, saya tentu lebih ngutamain RL.
Biarin aja suhu jangan diambil hati....
Karena RL emang lebih penting...
Toh baca disini juga gratis kok...
Tinggal nunggu lanjutanya aja ga sabaran amat....

Btw makasih lanjutanya....
Kayak.a mau dobel nihhh🀭🀭🀭🀭
 
Bimabet
Biarin aja suhu jangan diambil hati....
Karena RL emang lebih penting...
Toh baca disini juga gratis kok...
Tinggal nunggu lanjutanya aja ga sabaran amat....

Btw makasih lanjutanya....
Kayak.a mau dobel nihhh🀭🀭🀭🀭
Gak ngambil hati gan, saya maunya ngambil janda sebelah πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Gak jnji mau dobel om, tr bo'ong lagi jadinya🀭🀭🀭🀭🀭🀭🀭

Klo up lagi, ya doble artinya πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd